Penerapan Model Arias untuk meningkatkan hasil belajar bahasa sunda Siswa SMA
Syntax Idea, Vol.4, No.3, Maret 2022 635
Dalam kaitannya dengan pembelajaran Bahasa Sunda, maka seorang guru perlu
melakukan upaya strategis agar siswa dapat menguasai dan memahami materi
pembelajaran secara mendalam. Penguasan dan pemahaman tersebut dapat dilihat dari
pencapaian hasil belajar Bahasa Sunda yang tinggi. Salah satu upaya strategis yang
dapat dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran Bahasa Sunda adalah dengan pemilihan dan penggunaaan model
pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran yang sesuai akan dapat membantu siswa
untuk mencapai hasil belajar tinggi (Octavia, 2019).
Menurut (Praptinasari, 2012) menyatakan: Model pembelajaran merupakan suatu
pola atau suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas maupun pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat
pembelajaran.
Model pembelajaran ARIAS (assurance, relevance, interest, assessment, and
satisfaction) adalah model pembelajaran yang mencakup lima komponen yang saling
berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang perlu diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran (Sufajar, Kurniawan, & Cahyani, 2021). Kelima komponen dari model
pembelajaran ARIAS (assurance, relevance, interest, assessment, and satisfaction)
adalah assurance (kepercayaan diri), relevance (relevansi), interest (minat), assessment
(evaluasi), dan satisfaction (kepuasan). Menurut (Amri, Rahman, & Yuniarti, 2014),
bahwa:
"Assurance (kepercayaan diri) berhubungan dengan sikap percaya, keyakinan
serta harapan untuk berhasil. Relevance (relevansi) berhubungan dengan kehidupan
siswa, baik berupa pengalaman sekarang maupun pengalaman yang telah dimiliki serta
berhubungan dengan kebutuhan karir yang akan datang. Interest (minat) berhubungan
dengan minat siswa. Assessment (evaluasi) berhubungan dengan penilaian terhadap
siswa yang merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran. Satisfaction (kepuasan)
adalah reinforcement (penguatan) yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada
diri siswa yang diperlukan dalam proses pembelajaran (Herawan & Utami, 2016).
Berdasarkan observasi pra penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1
Sindangwangi mengenai hasil belajar Bahasa Sunda siswa kelas XI IPS, diperoleh data
bahwa hasil belajar mereka belum memuaskan. Hal ini terbukti dari masih banyak siswa
yang tidak tuntas pada ulangan harian karena memperoleh nilai dibawah KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan guru mata pelajaran Bahasa Sunda yaitu nilai 75.
Pada observasi pra penelitian yang dilakukan juga ditemukan bahwa guru mata
pelajaran Bahasa Sunda masih menggunakan model pembelajaran konvensional dalam
menyampaikan materi pembelajaran sehingga pembelajaran masih berlangsung satu
arah dan hanya terpusat pada guru (teacher center). Hal tersebut berdampak pada siswa
yang pasif dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran.
Faktanya guru menguasai materi pembelajaran dengan baik tetapi kurang tepat
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena guru belum
tepat dan kurang bervariasi dalam memilih model pembelajaran sehingga siswa
cenderung memperoleh hasil belajar rendah. Guru juga terfokus pada target waktu yang