How to cite:
Rahman, I, A., (2022) Kesehatan Jiwa dan Pengaruhnya terhadap Pencegahan Covid-19 Menurut
Islam, Syntax Idea, 4(5), https://doi.org/ 10.36418/syntax-idea.v4i5.1840
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
Syntax Idea: pISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X
Vol.4, No.5, Mei 2022
KESEHATAN JIWA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENCEGAHAN
COVID-19 MENURUT ISLAM
Izzal Afifir Rahman
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Jawa Timur, Indonesia
Abstrak
Kesehatan jiwa masyarakat mulai banyak terganggu akibat dampak pandemi
Covid-19. Berupa, mengalami kesulitan ekonomi akibat kehilangan pekerjaan,
sedih karena ditinggal orang-orang yang mereka sayangi, depresi karena di batasi
segala aktifitas sosialnya, dan ketakutan berlebihan terhadap masa depan akibat
pandemi Covid-19. Semua kesulitan dalam hidup di masa pandemi pada dasarnya,
Islam memandang sebagai ujian yang memiliki pelajaran berharga dalam
kehidupan manusia yang harus disikapi dengan perilaku positif seperti sabar, ikhlas,
berdoa, optimis, berusaha dan tidak putus harapan. Adapun, tujuan dalam penelitian
ini adalah untuk memberikan penjelasan terkait pencegahan Covid-19 melalui,
pengaruh kesehatan jiwa di dalam diri seseorang menurut Islam, berdasarkan
metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi fenomenologi yang
menggunakan teknik pengumpulan data yakni studi pustaka berdasarkan sumber-
sumber data yang relevan dengan penelitian yang ditulis baik dari jurnal, buku,
maupun artikel. Supaya, menghasilkan kajian penelitian yang komprehensif dan
mendalam. Hasil dari penelitian ini, menjelaskan bahwa kesehatan jiwa yang
dimiliki seseorang karena sikap positif dalam menjalani kondisi hidup yang sulit di
masa pandemi seperti sabar, ikhlas, berdoa, optimis, berusaha dan tidak putus
harapan dapat mempengaruhi kesehatan fisiknya sehingga, dapat mencegah tertular
suatu penyakit seperti Covid-19. Sebaliknya, seorang yang merespon suatu beban
hidup dengan sikap negatif seperti depresi, cemas, ketakutan, dan putus asa
cenderung akan mengalami penyakit gangguan jiwa sehingga, berpengaruh buruk
terhadap kesehatan fisik. Dengan demikian, menerapkan sikap positif ketika
menghadapi situsi sulit terutama di masa pandemi Covid sebagaimana, yang di
anjurkan dalam Islam justru akan membantu menjaga kesehatan tubuh seseorang
baik secara kejiwaan maupun fisik.
Kata kunci: Islam; Kesehatan Jiwa; Covid 19
Abstract
People's mental health began to be disrupted due to the impact of the Covid-19
pandemic. In the form of experiencing economic difficulties due to job losses, sad
because they are left behind by their loved ones, depression because they are
limited to all social activities, and excessive fear of the future due to the Covid-19
pandemic. All difficulties in life during the pandemic basically, Islam views as a
test that has valuable lessons in human life that must be addressed with positive
behaviors such as patience, sincere, praying, optimistic, trying and not giving up
Kesehatan Jiwa dan Pengaruhnya terhadap Pencegahan Covid-19 Menurut Islam
Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022 885
hope. Meanwhile, the purpose of this study is to provide an explanation related to
the prevention of Covid-19 through, the influence of mental health in a person
according to Islam, based on qualitative research methods with a
phenomenological study approach that uses data collection techniques, namely
library studies based on data sources relevant to research written both from
journals, books, and articles. In order to produce a comprehensive and in-depth
research study. The results of this study, explained that a person's mental health
due to a positive attitude in living difficult living conditions during the pandemic
such as patience, sincere, praying, optimistic, trying and not giving up hope can
affect his physical health so as to prevent contracting a disease such as Covid-19.
Conversely, a person who responds to a burden of life with negative attitudes such
as depression, anxiety, fear, and despair tends to experience mental disorders that
have a bad effect on physical health. Thus, applying a positive attitude when facing
difficult sites, especially during the Covid pandemic as recommended in Islam, will
actually help maintain the health of one's body both psychologically and physically.
Keywords: Islam; Mental Health; Covid 19
Received: 2022-04-22; Accepted: 2022-05-05; Published: 2022-05-11
Pendahuluan
Penyakit Covid-19 melanda semua negara di dunia, termasuk negara adidaya
seperti Amerika Serikat. Dalam hal ini, pandemi Covid-19 merupakan ujian bagi suatu
bangsa dari segi ketahanan politik, pangan, ekonomi dan kesehatan. Negara yang mapan
idealnya mampu mempertahankan keempat hal tersebut. Namun, dalam prakteknya
mayoritas negara tidak mampu mempertahankan keempatnya. Jika, kondisinya
demikian biasanya pemerintah lebih memprioritaskan kesehatan, dan ketahanan pangan.
Supaya kondisi politik tetap stabil. Sehingga, kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah tetap terjaga (Widiyanto, 2020). Dan salah satu cara penting yang patut
untuk diterapkan dalam mencegah pandemi Covid-19 adalah melalui kesehatan mental.
Seseorang yang memiliki kesehatan mental yang baik, dapat mempengaruhi kondisi
kesehatan secara fisik. Istilah ini, disebut psikosomatik dalam ilmu kedokteran
(Susilawati, 2017).
Hal ini bisa terjadi, karena otak manusia terdapat zat kimia yang memiliki
manfaat untuk kesehatan. Seperti, zat endorfin yang dapat menjadikan rasa sakit hilang,
dan zat gamma globlin yang dapat meningkatkan sistem imun pada tubuh. Namun, zat-
zat ini hanya bisa dihasilkan tergantung kondisi jiwa seseorang. Jika, kondisi tubuh
terkena virus Covid-19, dan kondisi jiwa merespon dengan positif. Maka, tubuh akan
meningkatkan produksi zat bernama endorfin yang dapat mempercepat proses
penyembuhan. Akan tetapi, jika tubuh terinfeksi dan kondisi jiwa merespon dengan
negatif. Maka, zat kimia yang ada di otak yang bermanfaat bagi kesehatan tidak dapat
diproduksi. Akibatnya, hormon-hormon di dalam tubuh justru memproduksi hormon
yang membuat detak jantung menjadi lebih cepat, tekanan darah semakin meningkat,
Izzal Afifir Rahman
886 Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022
dan jaringan-jaringan yang ada di dalam otot menjadi tegang. Secara umum, kondisi
kondisi tubuh seperti ini yang menjadi cikal bakal seseorang terkena penyakit.
Tahun 2021 saat ini, sebagian besar masyarakat Amerika mengalami gangguan
kesehatan jiwa. Sekalipun distribusi vaksin telah mengalami peningkatan. Namun,
menurut Lisa Carlson seseorang mantan presiden American Public Health Association
and aministrator di Universitas Emory Atlanta Amerika Serikat. Masyarakat masih
mengalami ketakutan terhadap Covid-19. Sehingga, mengganggu semua rutinitas
mereka. Menurutnya, kesehatan jiwa sangatlah penting, namun sayangnya vaksin untuk
kesehatan jiwa masih belum ada. Masa pandemi sekarang yang telah menginjak tahun
kedua. banyak masyarakat mengalami gangguan-gangguan jiwa akibat Covid-19. Di
antaranya; Sekolah virtual, kesulitan secara ekonomi, segala aktivitas pekerjaan hanya
dirumah, informasi-informasi terus membahas orang-orang yang terdampak dan
meninggal akibat Covid-19 yang justru menambah beban masalah hidup seperti tidak
ada habisnya, dan penerapan isolasi atau lockdown yang justru mengakibatkan rasa
kesepian terhadap jiwa semua orang. Bahkan, banyak anak-anak kecil dan remaja yang
harus kehilangan kesempatan berharga dalam perkembangan sosialnya. Di samping itu,
menurut Raj Dasgupta seorang dokter spesialis paru-paru dan tidur di Universitas
Southern California menyebutkan, bahwa segala tantangan baru yang ada akibat Covid-
19 membuat banyak membuat orang trauma, stres, dan mengalami gangguan tidur.
Seperti, para tenaga medis yang berada di kapal pesiar. Mereka harus menangani
kesehatan orang-orang yang terdampak, dan menghabiskan banyak waktu, tenaga,
pikiran dan, setiap hari mereka melihat orang-orang mati. Kondisi ini justru akan
menimbulkan stres yang menjadi penyebab insomnia dan mimpi buruk.
Adapun di Indonesia, gangguan kejiwaan juga disebut menjadi masalah besar di
dalam kehidupan masyarakat. Menurut data Kemenkes pada tahun 2020 menyebutkan,
bahwa kasus gangguan kesehatan jiwa masyarakat Indonesia selama pandemi yakni 277
kasus. Jika dibanding tahun 2019 kasus gangguan jiwa tahun 2020 justru mengalami
peningkatan dari pada tahun sebelumnya yang hanya menyangkut 197 orang.
Meningkatnya, gangguan kesehatan jiwa di masa pandemi di Indonesia. Mayoritas
disebabkan karena depresi, terbatasnya akses bantuan dari pemerintah dalam
memberikan solusi terhadap permasalahan yang dialami masyarakat, kesulitan secara
ekonomi dan kemiskinan. Berdasarkan, perhimpunan dokter spesialis kedokteran jiwa
di Indonesia (PDSKJI) menyebutkan, bahwa sekitar 64,8% responden mengalami
masalah kejiwaan diantaranya; kecemasan, trauma, depresi, khawatir, mudah emosi,
susah tidur, hilangnya kepercayaan diri, dan ketakutan akan sesuatu yang buruk
menimpa di masa depan.
Dampak kesehatan jiwa akibat pandemi Covid-19 merupakan paling besar
setelah perang dunia ke-2 dan gangguan kesehatan jiwa diprediksi akan terus meningkat
selama pandemi masih ada. Untuk mengatasi hal ini, agama islam memiliki solusi
tersendiri yang dapat membantu seseorang dalam mengalami masalah kejiwaan
khususnya, orang-orang muslim. Pada dasarnya, semua masalah kejiwaan dalam Islam
Kesehatan Jiwa dan Pengaruhnya terhadap Pencegahan Covid-19 Menurut Islam
Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022 887
seperti; depresi, ketakutan, kekhawatiran atau kecemasan merupakan ujian dari Allah
yang harus dijalani dengan sikap sabar, dan berdoa. Allah berfirman;






Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS. Al-
Baqarah/2: 153)
Ayat ini menjelaskan bahwa sikap sabar dan anjuran agar tetap beribadah untuk
berdoa kepada Allah merupakan, sikap yang mencerminkan kesehatan jiwa seseorang
yang memiliki fungsi untuk megontrol dirinya terhadap keinginan-keinginan berbuat
negatif. Seperti, ketika mengalami situasi sulit di masa pandemi saat ini (Samain &
Budihardjo, 2020).
Secara umum penelitian terkait pandemi Covid-19 sudah banyak diteliti.
Namun, penelitian kesehatan jiwa sebagai sarana pencegahan Covid-19 dalam
pandangan Islam masih terbilang sedikit diantaranya; Jurnal Sosial dan Budaya yang
ditulis oleh Eman Supriatna pada tahun 2020 dengan judul Wabah Corona Virus
Disease (Covid 19) Dalam Pandangan Islam. Dalam jurnalnya penulis menjelaskan
sejarah wabah yang pernah terjadi di masa lalu. Dan, cara bagaimana masyarakat
muslim masa itu menanganinya. Secara umum jurnal ini menjelaskan pandangan Islam
terkait wabah Covid-19, berikut cara-cara pencegahannya berdasarkan hadis dan al-
Quran. Di antaranya seperti, tuntunan berdiam diri dirumah jika terkena wabah.
Adapun untuk upaya-upaya pencegahan Covid-19 melalui pengaruh kesehatan jiwa
dalam jurnal ini belum penulis temukan (Supriatna, 2020). Berikutnya, Jurnal
PSISULA: Prosiding Berkala Psikologi yang ditulis oleh Daulay tahun 2020 dengan
judul Koping Religius dan Kesehatan Mental Selama Pandemi Covid-19 : Studi
Literatur. Jurnal ini, menjelaskan Koping Religius sebagai metode yang dapat
membantu menurunkan tingkat stres, dan dapat mengontrol emosi negatif seseorang.
Terutama, di masa pandemi. Secara keseluruhan, jurnal ini menjelaskan tindakan-
tindakan pencegahan gangguan kesehatan berdasarkan metode Koping Religius yang
didasarkan pada pandangan agama secara umum. Adapun untuk upaya pencegahan
Covid-19 melalui pengaruh kesehatan jiwa belum penulis temukan, hanya penjelasan
tindakan pencegahan gangguan jiwa selama pandemi Covid-19 (Daulay, 2020).
Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas penelitian ini bertujuan untuk
memberikan penjelasan terkait pencegahan Covid-19 melalui pengaruh kesehatan jiwa
di dalam diri seseorang menurut Islam. Dengan harapan menjadi wawasan baru dalam
pandangan Islam terhadap pencegahan Covid-19 dan dapat menjadi solusi efektif dalam
menangani permasalahan krisis gangguan jiwa yang terjadi akibat dampak pandemi
Covid-19 yang di prediksi akan terus mengalami peningkatan selama pandemi Covid-19
belum berakhir.
Izzal Afifir Rahman
888 Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022
Metode Penelitian
Penelitian ini, merupakan bagian dari penelitian kualitatif dengan pendekatan
studi fenomenologi (Ghony, M. Djunaidi, & Al Manshur, 2017) yaitu pandemi virus
Covid-19 yang terjadi di tengah masyarakat global. Khususnya, di Indonesia dengan
tujuan untuk menghasilkan suatu penelitian yang dapat meningkatkan pemahaman
masyarakat terkait dampak positif kesehatan jiwa terhadap pencegahan Covid-19
berdasarkan pandangan Islam. Sehingga, masyarakat diharapkan mampu bertahan dan
dapat mencegah pandemi Covid-19. Adapun, teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan studi pustaka yang bersandar pada sumber-sumber data yang relevan
dengan penelitian yang ditulis baik dari jurnal, buku, maupun artikel, dengan tujuan
untuk menghasilkan kajian penelitian yang komprehensif dan mendalam.
Hasil dan Pembahasan
1. Menyikapi dengan Kesabaran
Munculnya pandemi Covid-19 pertama kali pada tahun 2019 hingga saat ini di
tahun 2021, masih terus menjangkit kesehatan seluruh masyarakat Indonesia.
Terdapat teori konspirasi yang berkembang di masyarakat yang beranggapan bahwa
pandemi Covid-19 sebenarnya azab dari Allah Pandangan seperti ini, bisa benar dan
bisa salah. Semua kembali kepada kepercayaan masing-masing. Namun, ada hal
yang jauh lebih penting yang harus disadari bahwa keberadaan pandemi merupakan
bagian dari ujian dari Allah yang membawa pesan khusus kepada umat manusia
supaya dalam menjalani hidup lebih meningkatkan kebersihan, dan pola hidup yang
lebih sehat. Seperti, mencuci tangan, olahraga teratur, menjaga pola makan yang
sehat dan memakai masker. Selain itu, perilaku yang tidak kalah penting adalah
perilaku sabar dalam menyikapi kondisi pandemi Covid-19. Orang-orang yang
berperilaku sabar dalam pandangan Islam adalah orang-orang yang menerapkan
perilaku positif berupa menjaga dirinya agar tetap menahan dari keinginan-keinginan
untuk melakukan perbuatan buruk ketika mengalami kondisi sulit, dan sebagai sifat
yang dapat menjadi tolak ukur tinggi, dan rendahnya keimanan seseorang dalam
Islam.
Ujian yang diberikan oleh Allah seringkali membuat manusia putus harapan.
Pada dasarnya, segala kesulitan atau ujian adalah bagian proses kehidupan dari Allah
agar, menjadi manusia yang lebih baik. Karena itu, menyikapi ujian melalui
kesabaran dengan tetap bertahan dan tidak menyerah ketika ada ujian. Maka, Allah
memberikan kabar gembira kepadanya. Allah berfirman;





 





Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah/2: 155)
Kesehatan Jiwa dan Pengaruhnya terhadap Pencegahan Covid-19 Menurut Islam
Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022 889
Menurut Ruskha Nurur Ru’fah seorang Komisi Dakwah dan Ukhuwah Majelis
Ulama Indonesia (MUI) menyebutkan bahwa, pada ayat di atas Allah memberikan
pujian kepada orang-orang yang bersikap sabar atas ujian yang menimpanya yang
dapat dianalogikan seperti sebuah permata yang tidak bisa dibuat tanpa melalui
proses gesekan. Begitu juga, manusia tidak sempurna tanpa adanya ujian. Dengan
kata lain, ujian adalah bagian dari sebuah proses untuk kesempurnaan dalam hidup
manusia. Seperti, proses gesekan yang terjadi pada permata yang bertujuan supaya
menghasilkan permata yang indah. Oleh karena itu, manusia harus bersyukur ketika
Allah memberikan ujian kepada semua orang tanpa membedakan ras, suku, budaya,
bahasa maupun derajat sosial. Dan melalui ujianlah Allah akan memberikan balasan
pahala yang berlipat dan memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi seperti
pandemi Covid-19 bagi orang-orang sabar.
Dengan demikian, sabar menggambarkan sifat yang dapat menahan emosi
dalam diri seseorang, terhadap segala keinginan untuk berbuat kejahatan yang tidak
diperbolehkan di mata ajaran Islam. Orang-orang yang senantiasa berperilaku
kesabaran ketika tertimpa musibah seperti disebabkan pandemi Covid-19. Maka,
orang tersebut adalah termasuk orang-orang yang dijanjikan oleh Allah memperoleh
kebaikan baik, di dunia maupun di akhirat. Menurut (Miskahuddin, 2020)
Sebagaimana dikatakan dalam suatu riwayat Nabi bersabda;
Dari Umi Salamah berkata saya mendengar Rasulullah bersabda,
barangsiapa yang mendengar seorang hamba terkena musibah. Lalu, ia
mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi rojiun allahumma ajurni fi musibati wakhluf
li khairan minha. Allah akan memberikan pahala kepadanya dan Allah akan
menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik dari musibahnya(Ullah, Ahmad,
Muhammad, Sajjad, & Baik, 2017).
2. Perlunya Membangun Hubungan Baik antar Sesama
Manusia dalam pandangan Islam, disebutkan memiliki garis keturunan yang
sama yakni, keturunan Nabi Adam. Sehingga, sesama manusia tidak ada perbedaan.
Semua orang memiliki hak yang sama, baik dari segi nilai kemanusiaan maupun nilai
kehormatannya. Sebagaimana yang tercantum dalam Hak Asasi Manusia (HAM)
bahwa setiap manusia memiliki hak untuk dilindungi, hak dihormati, hak kebebasan
hidup, kebebasan berpendapat, hak pendidikan yang memadai, hak terhadap
kesehatan dan hak atas tempat tinggal. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
manusia pada dasarnya berasal dari keturunan yang sama yakni Nabi Adam yang
dapat dijadikan sebagai simbol persatuan, dan kesatuan antar sesama manusia tanpa
membedakan golongan, ras, budaya, bahasa dan agama. Menurut (Nurmadiah, 2019).
Sebaliknya Allah melarang sesama manusia saling bermusuhan. Allah berfirman;
Izzal Afifir Rahman
890 Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022





















 
Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk. (QS. ali-Imran/3: 103)
Ayat ini turun berkaitan dengan peringatan kaum Khazraj terhadap kaum Aus.
Karena, peringatan kaum Khazraj membuat kaum Aus marah, dan hampir terjadi
permusuhan. Sejarah mencatat bahwa kedua kelompok tersebut sejak sebelum
datangnya islam sering bermusuhan. Lalu, setelah Islam datang kedua kelompok
tersebut saling menjunjung tinggi persaudaraan karena ikatan ukhuwah islamiyah. Akan
tetapi, suatu hari perselisihan antar keduanya kembali muncul setelah sekian lama
berdamai karena pengaruh agama Islam. Kemudian turunlah ayat ini, untuk menyuruh
mereka. Supaya, senantiasa berpegang teguh tali Allah yakni menjunjung tinggi
persatuan, dan perdamaian antar sesama (Hadiyyin, 2013).
Manusia merupakan makhluk Allah yang mustahil dapat hidup sendiri. Walaupun,
secara fisik masih ada kemungkinan mampu. Akan tetapi, secara psikologis manusia
tidak bisa hidup tanpa orang lain. Manusia pada dasarnya, membutuhkan orang lain.
Supaya, keberadaannya diakui atau dengan kata lain hubungan dengan orang lain tidak
bisa dihindari, dan menjadi kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Karena, memiliki
peran yang amat penting dalam kelangsungan hidup manusia diantaranya; rasa aman,
yang menjadi tujuan semua orang dalam melakukan hubungan sosial. Seorang dapat
dikatakan berhasil. Tidak hanya, berdasarkan kecerdasan intelektualnya saja namun,
juga ditentukan dengan hubungan sosialnya. Semakin besar, pengaruhnya terhadap
hubungan sosial justru, akan semakin besar pula tingkat keberhasilannya dalam
menjalani hidup.
Di sisi lain, seseorang yang memiliki hubungan sosial yang baik tak ubahnya
seperti sebuah komunitas yang memberikan keselamatan, dan kekuatan kepada seluruh
anggotanya. Sehingga, dapat membantu seseorang untuk berkembang dari segi sosial,
spiritual, dan budaya. Serta memperoleh ketenangan karena melakukan aktivitas sosial
akan banyak mengalami pertemanan-pertemanan dari beragam orang yang dapat
mempengaruhi sisi psikologi dengan cara menyenangkan meliputi; susunan kata,
ekspresi wajah, nada suara, dan gerakan tubuh.
Kesehatan Jiwa dan Pengaruhnya terhadap Pencegahan Covid-19 Menurut Islam
Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022 891
Selain itu, sikap saling tolong menolong antar sesama manusia juga membuat
hubungan sosial menjadi bernilai positif. Semakin baik interaksi sosial seseorang
dengan masyarakat. Maka, semakin banyak kebaikan yang ia dapat. Dalam teori ilmu
sosiologi, menyebutkan seorang yang melakukan perilaku positif dalam hubungan sosial
seperti; menolong orang yang membutuhkan. Maka, secara psikologi ia merasa senang.
(Musthofa, 2019) Imam al-Ghazali, mengatakan bahwa tolong-menolong dalam Islam
adalah bentuk perilaku yang dapat menciptakan hubungan persaudaraan semakin erat
sama muslim. Menurutnya, ada tiga macam tolong-menolong;
1) Menolong orang yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi di mata masyarakat. Ini
merupakan sikap tolong-menolong yang pada dasarnya sebagai bentuk sikap hormat
padanya.
2) Bantuan terhadap orang yang memiliki kedudukan rendah dimata masyarakat. Ini
merupakan sikap tolong-menolong yang pada dasarnya sebagai bentuk sikap kasih
sayang, dan peduli antar sesama.
3) Menolong orang yang memiliki kesamaan dalam beragama. Ini merupakan sikap
menolong yang dituntut untuk lebih diprioritaskan. Karena, Islam memandang bahwa
sesama muslim adalah saudara yang memiliki hubungan dekat satu sama lain. Oleh
sebab itu, ketika saudaranya membutuhkan pertolongan maka, saudara yang lain
harus membantu (Musthofa, 2019).
3. Bersikap Tenang dalam Melakukan Aktivitas Harian
Ketenangan menjadi cukup penting untuk diterapkan dalam aktivitas sehari-
hari. Terutama, masa pandemi saat ini yang sangat sulit bagi mayoritas orang.
Melalui ketenangan manusia dapat lepas dari segala permasalahan hidup. Supaya,
ketenangan dapat dirasakan. Ada beberapa cara yang harus dilakukan dalam
pandangan Islam;
a. Dzikrullah
Berdzikir atau dengan kata lain mengingat Allah merupakan cara yang
efektif dalam memperoleh ketenangan dalam diri seseorang. Jaminan ini,
dijelaskan oleh Allah sebagaimana firman-Nya.







Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram.” (QS. ar-Ra’d/13: 28)
Meyakini bahwa Allah memberikan pertolongan sesulit apapun. Jika, hati
memiliki keyakinan bahwa Allah pasti memberikan pertolongan. Maka, akan
menciptakan ketenangan dalam diri seseorang.












Izzal Afifir Rahman
892 Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022
Artinya: Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan
sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu
karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana. (QS. ali-Imran/3: 126)
4. Kesadaran akan keagungan Allah
Timbulnya rasa cemas, atau khawatir pada diri seseorang cenderung
disebabkan oleh sikap kesombongan dalam dirinya. Maka, pada suatu saat jika
tertimpa ujian di luar kesanggupannya justru, akan timbul rasa ketakutan sehingga
menjadikan dirinya tidak tenang. Oleh sebab itu, kesadaran sebagai manusia tidak
memiliki kemampuan yang sempurna, dan lemah akan membuka mata hati seseorang
terhadap kebesaran Allah yang pantas untuk dijadikan sandaran pertolongan atas
ujian yang dihadapi. Kesadaran, inilah menciptakan ketenangan pada diri seseorang.
5. Selalu bersyukur
Mensyukuri segala kebaikan yang telah dianugerahi oleh Allah akan
mengarahkan seseorang pada ketenangan. Karena, meyakini bahwa dengan
bersyukur Allah akan melipatgandakan kebaikan yang akan diperoleh.
6. Selalu Berdoa dan Beribadah kepada Allah
Secara bahasa doa memiliki arti permintaan, harapan, permohonan, dan pujian
terhadap Tuhan (Mahsyam, 2015). Adapun, secara istilah doa adalah susunan kata
yang memuat arti permohonan dari seseorang yang yang ditujukan kepada Allah.
Dengan harapan, permohonan yang diinginkan dapat terwujud atas kuasa-Nya
(Mahsyam, 2015). Atau dapat juga diistilahkan sebagai ungkapan permohonan
kepada Allah. Agar, menghilangkan suatu hal yang tidak diinginkannnya. Menurut
pandangan Islam berdoa menjadi aktivitas yang sangat dianjurkan oleh Allah
subhanahu wa ta'ala.



 

Artinya: Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (QS.
Ghafir/40: 60) (Mahsyam, 2015).
Melalui berdoa secara tidak langsung menggambarkan ketidakmampuan, atau
kesadaran akan kelemahan yang dimiliki. Sehingga, menjadikan Allah sebagai
tempat untuk meminta pertolongan atas apa yang diinginkan-Nya (Mahsyam, 2015).
Anjuran untuk berdoa diantaranya;
1) Untuk memperoleh pertolongan Allah terhadap permasalahan yang dialami. Allah
berfirman;
 
 








Kesehatan Jiwa dan Pengaruhnya terhadap Pencegahan Covid-19 Menurut Islam
Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022 893
Artinya:. Dan apabila manusia disentuh oleh suatu bahaya, mereka menyeru
Tuhannya dengan kembali bertaubat kepada-Nya, kemudian apabila Tuhan
merasakan kepada mereka barang sedikit rahmat daripada-Nya, tiba-tiba
sebagian dari mereka mempersekutukan Tuhannya. (al-Rum/30: 33)
2) Manusia merupakan makhluk yang lemah. Allah berfirman






Melalui ayat ini, seorang muslim harus memiliki kesadaran bahwa ia
diciptakan sebagai makhluk yang lemah. Dan peran Allah sangat dibutuhkan oleh
manusia sebagai zat yang menguasai langit dan bumi. Zat, yang Maha Penolong
hamba-hambanya ketika mengalami kesulitan seperti, ketika terkena Covid-19
atau penyakit menular lainnya (Mahsyam, 2015).
3) Tetap Melakukan Usaha yang Terbaik
Islam memandang ikhtiar sebagai usaha yang dilakukan seseorang. Demi,
meraih sesuatu yang diinginkan dan diridhai Allah. Allah berfirman;
Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah
kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi
orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para
wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada
Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.” (QS. al-Nisa/4: 32)
Ayat ini menjelaskan bahwa karunia Allah hanya diberikan kepada orang-
orang yang bersungguh-sungguh dalam berusaha. Meskipun, terkadang apa yang
diusahakan memiliki hasil yang mengecewakan. Hal ini, bukanlah persoalan
penting bagi orang beriman karena, mereka meyakini bahwa segala keputusan
Allah baik, atau buruk merupakan anugerah yang mengandung hikmah pelajaran
penting dalam kehidupan.
Pada dasarnya, ada empat kondisi penting dalam perjalanan hidup manusia
menurut Islam yaitu sakit, sehat, hidup dan meninggal. Ketiga hal tersebut,
menjadi gambaran secara umum bahwa perjalanan hidup manusia selalu diisi
dengan hal-hal yang bertentangan satu sama lain. Seperti; sehat, sakit, hidup, dan
mati. Keempat unsur ini saling bertentangan, dan terus mendampingi perjalanan
hidup manusia. Akan tetapi, manusia seringkali memandang bahwa sehat
Izzal Afifir Rahman
894 Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022
merupakan kondisi yang sangat bermanfaat dalam hidup. Sedangkan, sakit
merupakan kondisi yang tidak ada artinya sama sekali, dan hanya sebagai beban
yang sangat merepotkan. Pandangan seperti ini, tidak bisa dibenarkan karena pada
dasarnya Allah memberikan penderitaan seperti sakit, atau penderitaan yang
lainnya pasti mengandung pelajaran berharga di dalamnya yang amat bermanfaat
dalam kehidupan (Prasanti, 2017).
Di samping itu, semua hal yang diperjuangkan pasti tidak ada yang sia-sia
karena, tetap bernilai ibadah yang membawa kebaikan di dunia, dan di akhirat.
Seperti halnya, seorang dokter yang memiliki spesialis dibidangnya yang sadar
bahwa kemampuan yang dimiliki hanya satu dari sekian banyak yang diberikan
Allah. Oleh karena itu, peran dokter untuk menyembuhkan penyakit yang diderita
pasien merupakan bagian dari ikhtiar bukan yang menjadi penentu dalam
menyembuhkan. Yang memiliki hak untuk kesembuhan adalah hak prerogratif
Allah. Oleh sebab itu, dalam menghadapi ujian harus dibarengi dengan ikhtiar
supaya memperoleh kebaikan dan mendapatkan keberhasilan atas apa yang
diperjuangkan. Keberhasilan, inilah merupakan bonus yang diberikan Allah
sebagai bagian dari karunia-nya (Mansoer, 2017).
Setiap orang memiliki tujuan dalam hidup seperti, menjadi dokter, polisi,
guru pengusaha, dan lain sebagainya. Maka, perlu kehendak untuk mewujudkan-
Nya berupa ikhtiar. Dengan ikhtiar, segala hal yang diinginkan dapat terwujud.
Contoh, ingin menjadi pintar maka, harus belajar. Sebaliknya, jika keinginan atau
harapan tidak dilandasi dengan ikhtiar hanya bermodal malas maka mustahil akan
terwujud (Mansoer, 2017). Pada dasarnya perubahan nasib baik, atau buruk yang
menimpa seseorang, sangat ditentukan oleh ikhtiar yang ia lakukan sendiri, bukan
orang lain dan bukan lingkungan sekitarnya (Mansoer, 2017).
4) Kesehatan Jiwa dan Pengaruhnya terhadap Pencegahan Covid-19 Menurut
Islam
Sistem kesehatan yang dimiliki Indonesia hanya satu yakni, sistem
kesehatan nasional (SKN) yang bertujuan untuk menjamin pelayanan kesehatan
bagi masyarakat Indonesia. Dan menjadi badan pelayanan kesehatan nasional
sebagaimana, peraturan pemerintah nomor 74 pada tahun 2012 dengan tujuan,
mewujudkan masyarakat yang sehat (Idaiani & Riyadi, 2018) yang tidak hanya
mencerminkan sehat dari beragam gangguan kejiwaan. Namun, juga dapat
diartikan sebagai karakter positif yang menunjukkan kedewasaan yakni,
keselarasan dengan nilai-nilai positif di dalam kehidupan masyarakat (Livana,
Ayuwatini, Ardiyanti, & Suryani, 2019).
Menurut undang-undang nomor 23 tahun 1992 pasal 24 25 26 dan 27
kesehatan jiwa didefinisikan sebagai kondisi jiwa yang tentram yang dapat
membuat seseorang mampu menjalani hidup secara produktif, dan harmonis.
(Indarjo, 2009). Dan ciri-ciri orang yang sehat jiwanya meliputi; 1) Mampu
mengontrol beban permasalahan dengan baik. 2) Mampu melakukan aktivitas
Kesehatan Jiwa dan Pengaruhnya terhadap Pencegahan Covid-19 Menurut Islam
Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022 895
sehari-hari dengan produktif. 3) Mampu memberikan kontribusi positif bagi
lingkungan sekitarnya. 4) mampu bersikap apa adanya menerima sesuatu yang
tidak sesuai harapan Lima. 5) Mampu bersikap nyaman berhubungan sosial
dengan orang lain (Indarjo, 2009).
Pada tanggal 10 Oktober tahun 2020 diperingati sebagai hari kesehatan
mental dunia. WHO memandang peringatan hari kesehatan mental atau jiwa tahun
2020 mempunyai, pesan khusus yang dipengaruhi oleh pandemi Covid-19 yang
membuat banyak orang di belahan dunia mulai dipaksa melakukan perubahan
kebiasaan baru yang sangat berpotensi mengganggu kesehatan jiwa seseorang,
baik tenaga medis, para akademisi yang hanya belajar di rumah, pekerja yang
yang rentan terinfeksi Covid-19, terjadinya PHK yang membuat kondisi ekonomi
semakin sulit, kebijakan lockdown yang membuat aktivitas sosialnya terbatas,
dan kesedihan kehilangan orang-orang yang mereka cintai akibat pandemi Covid-
19. Kondisi-kondisi seperti ini sangat berisiko berdampak buruk, bagi kesehatan
jiwa. Menurut direktur jenderal WHO mengungkapkan bahwa hampir satu miliar
orang di dunia, hidup dengan perilaku gangguan kejiwaan. Bahkan, hasil survei
yang ditulis oleh WHO tahun oktober 2020 menyebutkan, akan ada peningkatan
gangguan kejiwaan selama pandemi Covid-19. Seperti, kecemasan, depresi, susah
tidur dan ketakutan. Dan berdasarkan data, riskesdas tahun 2018 terdapat 6,1%
dari total seluruh penduduk Indonesia mengalami ganguan jiwa untuk usia 15
tahun ke atas (Maulana et al., 2019).
Berdasarkan fakta di atas dampak yang ditimbulkan dari gangguan jiwa
dapat dikatakan termasuk penyakit berbahaya yang dapat merusak fungsi
kejiwaan seseorang tidak berjalan dengan baik. Sehingga, mempengaruhi
efektivitas dalam lingkungan sosialnya. Sebab, seseorang terkena penyakit jiwa,
tidak hanya berdampak buruk pada dirinya. Namun, juga menjadi beban bagi
keluarga, dan lingkungan berupa materi dan moral. Selain itu, pemerintah juga
terbebani dengan penyakit kejiwaan karena, dapat menurunkan tingkat
produktivitas dalam masyarakat (Nuryani, Lindasari, & Sopiah, 2020).
Sedangkan menurut pandangan Islam jiwa yang tidak sehat disebut sebagai
jiwa yang dikuasai oleh pengaruh negatif seperti iri, marah, gelisah dan sakit hati.
Supaya, kondisi-kondisi ini tidak terjadi. Islam mengajarkan perilaku intropeksi
diri supaya kesehatan jiwanya tetap terjaga dengan baik terutama di masa pandemi
Covid 19 saat ini melalui, perilaku-perilaku positif. Sebagaimana diungkapkan
Ibnu Jauzi dalam bukunya Shaidul Khathir bahwa perilaku intropeksi diri
merupakan sikap yang dapat menjaga diri dari perilaku-perilaku negatif yang
rentan dilakukan berdasarkan hawa nafsu (Samsidar, 2020).
Adapun perilaku-perilaku positif dalam mencegah penyakit jiwa di
antaranya;
a. Sabar atas situasi sulit yang dihadapi
Islam memandang jiwa yang ada dalam tubuh manusia amat sangat
berharga. Karena, kerusakan pada jiwa sedikit saja akan berdampak buruk pada
Izzal Afifir Rahman
896 Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022
kesehatan di dalam tubuh manusia. Jiwa yang sehat, merupakan modal yang
sangat berharga dalam membantu aktivitas sehari-hari tanpa gangguan. Adanya
pandemi Covid-19 ini, membuat banyak orang mengalami beragam kesulitan
dalam hidup baik, faktor ekonomi, kesehatan, dan pendidikan yang dapat
mengganggu kesehatan jiwa seseorang seperti; depresi, khawatiran, dan putus
asa. Untuk itu, supaya ini tidak terjadi slam sendiri telah mengajarkan sikap
yang harus dilakukan ketika terjadi pandemi. Sebagaimana dalam hadis Nabi
shallallahu alaihi wasallam yang bersabda “Maka seorang muslim saat
mengalami pandemi dia tetap berdiam diri di rumahnya dengan sabar, dan
berharap kebaikan” Melalui hadits ini, mengajarkan perilaku membatasi
aktivitas sosial dengan sabar berdiam diri dirumah demi keselamatan, dan
pencegahan peningkatan wabah pandemi (Qomari & Nurjanah, 2021). Karena
itu, menyikapi ujian pandemi Covid-19 melalui kesabaran dengan tetap bertahan
dan tidak menyerah ketika ada ujian. Maka, Allah memberikan kabar gembira
kepadanya. Allah berfirman;

 












Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah/2: 155)
Menurut Ruskha Nurur Ru’fah seorang Komisi Dakwah dan Ukhuwah
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyebutkan bahwa, pada ayat di atas Allah
memberikan pujian kepada orang-orang yang bersikap sabar atas ujian yang
menimpanya yang dapat dianalogikan seperti sebuah permata yang tidak bisa
dibuat tanpa melalui proses gesekan. Begitu juga, manusia tidak sempurna tanpa
adanya ujian. Dengan kata lain, ujian adalah bagian dari sebuah proses untuk
kesempurnaan dalam hidup manusia. Seperti, proses gesekan yang terjadi pada
permata yang bertujuan supaya menghasilkan permata yang indah. Oleh karena
itu, manusia harus bersyukur ketika Allah memberikan ujian kepada semua
orang tanpa membedakan ras, suku, budaya, bahasa maupun derajat sosial. Dan
melalui ujianlah Allah akan memberikan balasan pahala yang berlipat dan
memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi seperti pandemi Covid-19
saat ini bagi orang-orang sabar.
Dengan demikian, sabar menggambarkan sifat yang dapat menahan
emosi dalam diri seseorang, terhadap segala keinginan untuk berbuat kejahatan
yang tidak diperbolehkan di mata ajaran Islam. Orang-orang yang senantiasa
berperilaku kesabaran baik ketika tertimpa musibah disebabkan pandemi Covid-
19, menghadapi godaan manusia, atau tetap taat atas syariat yang ditetapkan.
Maka orang tersebut adalah termasuk orang-orang yang dijanjikan oleh Allah
memperoleh kebaikan baik, di dunia maupun di akhirat (Miskahuddin, 2020) di
Kesehatan Jiwa dan Pengaruhnya terhadap Pencegahan Covid-19 Menurut Islam
Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022 897
samping itu, sabar juga merupakan cerminan dari sikap positif dimana,
seseorang harus mampu bertahan saat mengalami ujian dengan sabar yang
disertai usaha. Dalam agama Islam mengajarkan bahwa Allah memberikan ujian
kepada hamba-Nya sesuai dengan tingkat kemampuan-Nya dan Allah menyukai
orang-orang yang berperilaku sabar. Kedua hal ini dapat membantu kesadaran
manusia bahwa ujian merupakan sesuatu yang tidak berat dan justru merupakan
kesempatan yang dapat mengantarkan orang-orang beriman menjadi bagian
kekasih Allah. Jika, mengalami musibah hendaknya dihadapi dengan sikap sabar
terhadap ujian yang dilaluinya, dan sadar bahwa semua ujian yang terjadi di
dunia ini merupakan atas kehendaknya Allah yang dibarengi balasan yang besar
dengan rahmat, pujian, dan hidayah bagi orang-orang yang tetap menjaga
kesabaran.
b. Tetap menjalin hubungan baik dengan orang lain
Hidup di dunia mustahil dapat dilakukan sendiri. Semua, pasti
bergantung dengan orang lain sebagaimana halnya, manusia lahir tidak bisa
sendiri. Butuh orang lain yakni peran orang tua, peran dokter, dan lain-lain. Oleh
sebab itu, hubungan sosial dengan orang lain merupakan kesempurnaan yang
dapat menutupi kelemahan dalam diri manusia. Karena, seseorang
membutuhkan orang lain untuk menutupi kekurangan yang dimilikinya
(Mansoer, 2017).
Pada dasarnya, manusia dalam pandangan Islam, disebutkan memiliki
garis keturunan yang sama yakni, keturunan Nabi Adam. Sehingga, sesama
manusia tidak ada perbedaan. Semua orang memiliki hak yang sama, baik dari
segi nilai kemanusiaan maupun nilai kehormatannya. Sebagaimana yang
tercantum dalam Hak Asasi Manusia (HAM) bahwa setiap manusia memiliki
hak untuk dilindungi, hak dihormati, hak kebebasan hidup, kebebasan
berpendapat, hak pendidikan yang memadai, hak terhadap kesehatan dan hak
atas tempat tinggal. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa manusia pada
dasarnya berasal dari keturunan yang sama yakni Nabi Adam yang dapat
dijadikan sebagai simbol persatuan, dan kesatuan antar sesama manusia tanpa
membedakan golongan, ras, budaya, bahasa dan agama (Nurmadiah, 2019).
Sebaliknya Allah melarang sesama manusia saling bermusuhan. Allah
berfirman;
Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-
orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
Izzal Afifir Rahman
898 Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. ali-Imran/3: 103)
Ayat ini turun berkaitan dengan peringatan kaum Khazraj terhadap kaum
Aus. Karena, peringatan kaum Khazraj membuat kaum Aus marah, dan hampir
terjadi permusuhan. Sejarah mencatat bahwa kedua kelompok tersebut sejak
sebelum datangnya islam sering bermusuhan. Lalu, setelah Islam datang kedua
kelompok tersebut saling menjunjung tinggi persaudaraan karena ikatan
ukhuwah islamiyah. Akan tetapi, suatu hari perselisihan antar keduanya kembali
muncul setelah sekian lama berdamai karena pengaruh agama Islam. Kemudian
turunlah ayat ini, untuk menyuruh mereka. Supaya, senantiasa berpegang teguh
tali Allah yakni menjunjung tinggi persatuan, dan perdamaian antar sesama
(Hadiyyin, 2013).
Sikap saling tolong menolong antar sesama manusia membuat hubungan
sosial menjadi bernilai positif. Semakin baik interaksi sosial seseorang dengan
masyarakat. Maka, semakin banyak kebaikan yang ia dapat. Dalam teori ilmu
sosiologi, menyebutkan seorang yang melakukan perilaku positif dalam
hubungan sosial seperti; menolong orang yang membutuhkan. Maka, secara
psikologi ia merasa senang. (Musthofa, 2019) Imam al-Ghazali, mengatakan
bahwa tolong-menolong dalam Islam adalah bentuk perilaku yang dapat
menciptakan hubungan persaudaraan semakin erat sama muslim. Menurutnya,
ada tiga macam tolong-menolong;
1) Menolong orang yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi di mata
masyarakat. Ini merupakan sikap tolong-menolong yang pada dasarnya
sebagai bentuk sikap hormat padanya.
2) Bantuan terhadap orang yang memiliki kedudukan rendah dimata masyarakat.
Ini merupakan sikap tolong-menolong yang pada dasarnya sebagai bentuk
sikap kasih sayang, dan peduli antar sesama.
3) Menolong orang yang memiliki kesamaan dalam beragama. Ini merupakan
sikap menolong yang dituntut untuk lebih diprioritaskan. Karena, Islam
memandang bahwa sesama muslim adalah saudara yang memiliki hubungan
dekat satu sama lain. Oleh sebab itu, ketika saudaranya membutuhkan
pertolongan maka, saudara yang lain harus membantu (Musthofa, 2019).
Dengan demikian, melalui menjunjung tinggi hubungan persaudaraan
sangat membantu seseorang untuk menutupi segala kekurangannya satu sama
lain. Apalagi di masa pandemi Covid-19 yang banyak orang-orang mengalami
kesulitan baik secara ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Bahkan, sebuah
penelitian yang dilakukan dr Lisa Berckmen di Universitas Harvard
menyebutkan bahwa, orang yang memiliki hubungan sosial yang baik.
Cenderung, memiliki umur yang lebih panjang dibanding orang yang kurang
begitu baik memiliki hubungan sosial terhadap masyarakat. Maka, kemungkinan
besar orang-orang seperti ini terserang penyakit medis tiga kali lipat
Kesehatan Jiwa dan Pengaruhnya terhadap Pencegahan Covid-19 Menurut Islam
Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022 899
menyebabkan kematian, dibanding dengan orang-orang yang memiliki ikatan
sosial yang terjalin baik.
c. Selalu berdoa, beribadah, berusaha dan menjaga kebersihan
Dari segi kesehatan jiwa, doa menjadi media yang dapat menyembuhkan
penyakit kejiwaan sekaligus, menjadi perawatan kejiwaan dalam diri seseorang.
Karena, doa dapat membangkitkan sikap optimis dan kepercayaan diri. Kedua
sikap positif ini, sangat efektif untuk membentuk jiwa yang sehat (Samsidar,
2020). Begitu juga, melalui ibadah puasa yang secara medis, dapat
menghilangkan zat-zat berbahaya yang ada dalam tubuh seperti, disebabkan
makanan, dan minuman yang mengandung bahan pengawet, kebiasaan
menghirup asap rokok. Sekalipun di dalam tubuh sudah terdapat zat yang dapat
membasmi sel-sel jahat. Namun, proses penyembuhan yang ada dalam tubuh
secara alami ini ada batasnya melalui, berpuasa system recovery dalam tubuh
bisa terbantu dengan sempurna. Di Amerika puasa sudah digunakan sebagai
metode, untuk merubah pola hidup lebih sehat, program ini disebut fasting senter
internasional dan sudah berdiri kurang lebih 40 tahun. Tujuan dari program ini
adalah; 1) Menurunkan berat badan. 2) Menghilangkan zat-zat yang beracun
dalam tubuh. 3) Meningkatkan energi dalam tubuh untuk kesehatan fisik dan
kesehatan jiwa. Di samping itu, puasa juga dapat membantu seseorang untuk
melatih kesabaran dalam mengendalikan emosi-emosi negatif. Oleh karena itu,
melalui kebiasaan berpuasa dapat menjadikan seseorang terbiasa melakukan
perilaku positif yang sangat bermanfaat bagi kesehatan dari sisi fisik dan
jiwanya (Prasanti, 2017).
Islam memandang ikhtiar sebagai usaha yang dilakukan seseorang. Demi,
meraih sesuatu yang diinginkan dan diridhai Allah. Allah berfirman;
Artinya: Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah
kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena)
bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan
bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan
mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.(QS. al-Nisa/4: 32)
Ayat ini menjelaskan bahwa karunia Allah hanya diberikan kepada
orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam berusaha. Meskipun, terkadang
apa yang diusahakan memiliki hasil yang mengecewakan. Hal ini, bukanlah
persoalan penting bagi orang beriman karena, mereka meyakini bahwa segala
keputusan Allah baik, atau buruk merupakan anugerah yang mengandung
Izzal Afifir Rahman
900 Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022
hikmah pelajaran penting dalam kehidupan. Dengan kata lain, semua hal yang
diperjuangkan tidak ada yang sia-sia karena, tetap bernilai ibadah yang
membawa kebaikan di dunia, dan di akhirat. Seperti halnya, seorang dokter yang
memiliki spesialis dibidangnya yang sadar bahwa kemampuan yang dimiliki
hanya satu dari sekian banyak yang diberikan Allah. Oleh karena itu, peran
dokter untuk menyembuhkan penyakit yang diderita pasien merupakan bagian
dari ikhtiar bukan yang menjadi penentu dalam menyembuhkan. Yang memiliki
hak untuk kesembuhan adalah hak prerogratif Allah. Oleh sebab itu, dalam
menghadapi ujian harus dibarengi dengan ikhtiar supaya memperoleh kebaikan
dan mendapatkan keberhasilan atas apa yang diperjuangkan. Keberhasilan,
inilah merupakan bonus yang diberikan Allah sebagai bagian dari karunia-nya
(Mansoer, 2017).
Setiap orang memiliki tujuan dalam hidup seperti, menjadi dokter, polisi,
guru pengusaha, dan lain sebagainya. Maka, perlu kehendak untuk mewujudkan-
Nya berupa ikhtiar. Dengan ikhtiar, segala hal yang diinginkan dapat terwujud.
Contoh, ingin menjadi pintar maka, harus belajar atau ingin sehat supaya tidak
terdampak Covid-19 maka harus menjaga pola hidup sehat berupa makan, dan
minum dengan gizi seimbang, olahraga teratur, istirahat yang cukup, mencuci
tangan, memakai masker, menghindari kerumunan dan lain-lain. Sebaliknya,
jika keinginan atau harapan tidak dilandasi dengan ikhtiar hanya bermodal malas
maka mustahil akan terwujud (Mansoer, 2017). Pada dasarnya perubahan nasib
baik, atau buruk yang menimpa seseorang, sangat ditentukan oleh ikhtiar yang ia
lakukan sendiri, bukan orang lain dan bukan lingkungan sekitarnya (Mansoer,
2017) Allah berfirman;
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS.
al-Ra’d/13: 11 )
Kebersihan juga menjadi tuntunan yang sangat diperintahkan dalam
Islam. Terutama, dalam hal beribadah di antaranya; salat, dan membaca al-
Qur’an. Keduanya hanya bisa dikerjakan dengan syarat telah melakukan
kegiatan pembersihan dalam dirinya, baik melalui mandi, berwudhu, atau
tayamum.
Kesehatan Jiwa dan Pengaruhnya terhadap Pencegahan Covid-19 Menurut Islam
Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022 901
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu
junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali
dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih);
sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS. al-
Maidah/5: 6)
Perintah dalam ayat ini memuat orang-orang beriman. Agar, terlebih
dahulu melakukan penyucian diri, atau pembersihan dari segala kotoran yang
ada dirinya. Tindakan ini, menjadi kewajiban yang harus dilakukan ketika
beribadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Nabi bersabda: “Tidak diterima
salat seseorang. Jika, tidak bersuci.”
Menurut Abdullah bin Abd al-Ali dalam bukunya I’jaz fi al-Qur’an al-
Sunnah. Wudhu, memiliki pengaruh positif bagi kesehatan secara fisik, dan
kejiwaan. Melalui wudhu, seorang dapat mengontrol pikiran-pikiran negatif
yang dapat menimbulkan ganguan jiwa seperti marah, takut dan cemas. Maka
dengan berwudu dapat membuat meredam emosi, dan jiwa menjadi tentram.
(Fitriah, 2016).
Dengan demikian, Seseorang yang memiliki kesehatan mental yang baik,
dapat mempengaruhi kondisi kesehatan secara fisik. Istilah ini, disebut
psikosomatik dalam ilmu kedokteran (Susilawati, 2017). Hal ini bisa terjadi,
karena otak manusia terdapat zat kimia yang memiliki manfaat untuk kesehatan.
Seperti, zat endorfin yang dapat menjadikan rasa sakit hilang, dan zat gamma
globlin yang dapat meningkatkan sistem imun pada tubuh. Namun, zat-zat ini
hanya bisa dihasilkan tergantung kondisi jiwa seseorang. Jika, kondisi tubuh
terkena virus Covid-19, dan kondisi jiwa merespon dengan positif. Maka, tubuh
akan meningkatkan produksi zat bernama endorfin yang dapat mempercepat
proses penyembuhan. Akan tetapi, jika tubuh terinfeksi dan kondisi jiwa
merespon dengan negatif. Maka, zat kimia yang ada di otak yang bermanfaat
bagi kesehatan tidak dapat diproduksi. Akibatnya, hormon-hormon di dalam
tubuh justru memproduksi hormon yang membuat detak jantung menjadi lebih
cepat, tekanan darah semakin meningkat, dan jaringan-jaringan yang ada di
dalam otot menjadi tegang. Secara umum, kondisi kondisi tubuh seperti ini yang
menjadi cikal bakal seseorang terkena penyakit.
Izzal Afifir Rahman
902 Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022
Kesimpulan
Islam memandang ujian yang menimpa seorang baik besar, kecil, ringan atau
berat pasti dialami oleh setiap orang. Terkadang musibah seringkali dipandang negatif
bagi setiap orang. Padahal, melalui cobaan yang dialami seseorang dapat meningkatkan
ketakwaannya kepada Allah. Dan dengan cobaan manusia dapat belajar arti dari
kesabaran, keikhlasan, pantang menyerah, dan merasa dirinya lemah sehingga muncul
hasrat untuk senantiasa bergantung kepada Allah sebagai zat yang memiliki segala-Nya.
Perilaku-perilaku positif seperti inilah yang dituntut dalam Islam ketika mengalami
kondisi sulit dalam menjalani hidup seperti di masa pandemi Covid 19 justru
berdampak positif bagi kesehatan fisiknya yang dapat mencegah terdampak wabah
Covid 19. Hal ini diyakini juga dalam ilmu kedokteran bahwa kondisi kesehatan jiwa
dan fisik saling terhubung. Kondisi ini disebut istilah psikosomatik yakni munculnya
penyakit fisik yang disebabkan kondisi jiwa yang tidak sehat seperti; depresi,
kecemasan, putus asa dan lain-lain. Sebaliknya dengan perilaku positif ketika
mengalami situasi sulit dalam hidup seperti; sabar, ikhlas, optimis, tetap berhubungan
baik dengan orang lain, selalu berdoa, beribadah, berusaha dan menjaga kebersihan
justru akan membuat dirinya terhindar dari penyakit jiwa. Sehingga kondisi jiwanya
tetap sehat dan begitu juga kondisi fisiknya.
BIBLIOGRAFI
Daulay, Nurussakinah. (2020). Koping Religius dan Kesehatan Mental Selama Pandemi
Covid-19: Studi Literatur. PSISULA: Prosiding Berkala Psikologi, 2(November),
349358.Google Scholar
Fitriah, Mia. (2016). Kajian Al-Quran Dan Hadits Tentang Kesehatan Jasmani Dan
Ruhani. Tajdid: Jurnal Ilmu Ushuluddin, 15(1), 105126. Google Scholar
Ghony, M. Djunaidi, & Al Manshur, Fauzan. (2017). Metode Penelitian Kualitatif.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Hadiyyin, Ikhwan. (2013). Konsep Pendidikan Ukhuwah: Analisa Ayat-Ayat Ukhuwah
Dalam Al-Quran. Al Qalam (Jurnal Kajian Keislaman), 20. Google Scholar
Idaiani, Sri, & Riyadi, Edduwar Idul. (2018). Sistem kesehatan jiwa di Indonesia:
tantangan untuk memenuhi kebutuhan. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan
Pelayanan Kesehatan, 7080. Google Scholar
Indarjo, Sofwan. (2009). Kesehatan jiwa remaja. KEMAS: Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 5(1). Google Scholar
Livana, P. H., Ayuwatini, Sih, Ardiyanti, Yulia, & Suryani, Ulfa. (2019). Gambaran
Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat
Nasional Indonesia, 6(1), 6063. Google Scholar
Kesehatan Jiwa dan Pengaruhnya terhadap Pencegahan Covid-19 Menurut Islam
Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022 903
Mahsyam, Saifuddin. (2015). Konsep Doa Dalam Al_Quran (Kajian Tafsir Tematik).
Google Scholar
Mansoer, Masri. (2017). Ikhtiar Dalam Pemikiran Kalam Hamka: Analisa Ikhtiar
sebagai Prinsip Pembangunan Harkat Hidup Manusia. Google Scholar
Maulana, Indra, Suryani, S., Sriati, Aat, Sutini, Titin, Widianti, Efri, Rafiah, Imas,
Hidayati, Nur Oktavia, Hernawati, Taty, Yosep, Iyus, & Hendrawati, H. (2019).
Penyuluhan kesehatan jiwa untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
masalah kesehatan jiwa di lingkungan sekitarnya. Media Karya Kesehatan, 2(2).
Google Scholar
Miskahuddin. (2020). Konsep Sabar dalam Perspektif Al- Qur an. Jurnal Ilmiah Al
Muashirah, 17(2), 197. Google Scholar
Musthofa. (2019). Toleransi Umat Beragama (Antar pemeluk Seagama) dalam
Tinjauan Tafsir Izwaji (Tolerance of Religious People - Between Adherents of One
Religion - in The Review of Tafzir Izwaji). An-Nuha: Jurnal Kajian Islam,
Pendidikan, Budaya Dan Sosial. 6(2), 109126.
Nurmadiah. (2019). Manusia Dan Agama (Konsep Manusia dan Agama dalam al
Quran). Pendais, 1(1), 2943. Google Scholar
Nurmadiah, Nurmadiah. (2019). Manusia Dan Agama (Konsep Manusia dan Agama
dalam Al-quran). PENDAIS, 1(01), 3856. Google Scholar
Nuryani, Reni, Lindasari, Sri Wulan, & Sopiah, Popi. (2020). Upaya Peningkatan
Kesehatan Jiwa Masyarakat Melalui Pembentukan Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ).
Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 5(4), 185193. Google Scholar
Prasanti, Ditha. (2017). Makna Puasa Sebagai Komunikasi Terapeutik Islam Dalam
Pengembangan Kesehatan Fisik Dan Mental. Penamas, 30(3), 299312. Google
Scholar
Qomari, Vikri Aflaha, & Nurjanah, Nurjanah. (2021). Penerapan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Masa Pandemi Covid-19. An-Nuha, 1(1), 3440.
Google Scholar
Samain, & Budihardjo. (2020). Konsep Kesehatan Mental dalam Al-Qur’Ān dan
Implikasinya terhadap Adversity Quotient Perspektif Tafsir Al-Misbah. Jurnal
Pendidikan Agama Islam, 1(2), 1829. Google Scholar
Samsidar, Samsidar. (2020). Doa Sebagai Metode Pengobatan Psikoterapi Islam. Al-
Din: Jurnal Dakwah Dan Sosial Keagamaan, 6(2). Google Scholar
Supriatna, Eman. (2020). Wabah Corona Virus Disease (Covid 19) Dalam Pandangan
Islam. SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 7(6). Google Scholar
Izzal Afifir Rahman
904 Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022
Susilawati. (2017). Kesehatan Mental Menurut Zakiah Daradjat (pp. 199). pp. 199.
Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan. Google Scholar
Ullah, Amin, Ahmad, Jamil, Muhammad, Khan, Sajjad, Muhammad, & Baik, Sung
Wook. (2017). Action recognition in video sequences using deep bi-directional
LSTM with CNN features. IEEE Access, 6, 11551166. Google Scholar
Widiyanto, Asfa. (2020). Religion and covid-19 in the era of post-truth: The case of
indonesia. International Journal of Islamic Thought, 18, 112. Google Scholar
Copyright holder:
Izzal Afifir Rahman (2022)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: