How to cite:
Dewi, C., Aprida, B., Prayuda,E,M., Odhia,F, N., Tyasna,N,A,P,S., Nailuvar, R., Andini, S, D.,
(2022) Analisis Senyawa Acetaminophen Pada Spesimen Rambut Manusia Menggunakan Metode
Kromatografi Gas-Spektrometri Massa (Gc-Ms), Syntax Idea, 4(5), https://doi.org/ 10.36418/syntax-
idea.v4i5.1832
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
Syntax Idea: pISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X
Vol.4, No.5, Mei 2022
ANALISIS SENYAWA ACETAMINOPHEN PADA SPESIMEN RAMBUT
MANUSIA MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI GAS-
SPEKTROMETRI MASSA (GC-MS)
Cantika Dewi Berliana Aprida, Erlangga Muhamad Prayuda, Febry Nola Odhia,
Nadia Andriani, Putri Setya Tyasna, Regita Nailuvar, Syifa Dwi Andini
Universitas Singaperbangsa Karawang Jawa Barat, Indonesia
Email :1910631210061@student.unsika.ac.id, [email protected]d,
Abstrak
Parasetamol adalah obat yang mengandung analgesik-antipiretik non opiod dan
anti-inflamasi non steroid (AINS). Review jurnal ini memiliki tujuan berupa
menganalisis dan mengetahui kandungan paracetamol (acetaminophen) bisa
terdeteksi dalam sampel biologis rambut seorang pasien yang menjalani terapi
pengobatan parasetamol dengan memakai metode Kromatografi gas-Spektrometri
massa (GC-MS) serta Mengetahui seberapa besar pengaruh panjang rambut pada
konsentrasi paracetamol (acetaminophen). Sampel biologis rambut manusia
diperoleh dengan dua metode berbeda, dari sukarelawan dan 10 orang pasien yang
menggunakan paracetamol. Parasetamol yang berada didalam rambut manusia
diekstraksi menggunakan methanol, kemudian hasil ekstraksinya diderivatisasi
dengan kandungan BSTFA yang tercampur dengan 1% TMCS dan tahap terakhir
dianalisis memakai metode Kromatografi gas-Spektrometri massa (GC-MS). Hasil
penelitian menunjukan bahwa pasien yang telah mengkonsumsi paracetamol
menunjukan bahwa pada sampel rambut mereka terdeteksi positif acetaminophen
dalam bentuk acetaminophen-TMS. Bentuk acetaminophen-TMS dihasilkan
sebagai hasil dari derivatisasi dengan BSTFA yang mengandung 1% TMCS. Pada
sampel rambut dengan panjang 0-3 cm diperoleh konsentrasi 0,1761-0,3392 ng/mg
sampel rambut, pada sampel rambut dengan Panjang 0-6 cm diperoleh konsentrasi
0,2081-0.4845 ng/mg sampel rambut dan pada sampel rambut dengan Panjang 0-10
cm diperoleh konsentrasi sebesar 0,2473-0,5782 ng/mg sampel rambut. Dari review
jurnal ini menunjukkan senyawa acetaminophen dapat terdeteksi pada spesimen
rambut manusia pada individu yang menjalani terapi acetaminophen, lalu pada
perlakuan derivatisasi dapat mengoptimalkan hasil analisis acetaminophen pada
spesimen rambut dan pada panjang rambut manusia dapat mempengaruhi
konsentrasi senyawa acetaminophen dengan metode GC-MS.
Kata kunci: Acetaminophen; Paracetamol; rambut; Kromatografi Gas-Spektrometri
Massa (GC-MS)
Cantika Dewi Berliana Aprida, Erlangga Muhamad Prayuda, Febry Nola Odhia, Nadia
Andriani Putri Setya Tyasna, Regita Nailuvar, Syifa Dwi Andini
862 Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022
Abstract
Paracetamol is a drug containing non opiod analgesics and non-steroidal
antipyretics (AINS). This journal review aims to analyze and find out the content of
paracetamol (acetaminophen) can be detected in biological samples of the hair of a
patient undergoing paracetamol treatment therapy using the gas chromatography-
Mass spectrometry (GC-MS) method and knowing how much influence hair length
has on paracetamol (acetaminophen) concentrations. Biological samples of human
hair were obtained by two different methods, from volunteers and 10 patients
taking paracetamol. Paracetamol in human hair is extracted using methanol, then
the extraction results are privatized with BSTFA content mixed with 1% TMCS and
the last stage is analyzed using the gas chromatography method-Mass spectrometry
(GC-MS). The results showed that patients who had taken paracetamol showed that
in their hair samples detected positive acetaminophen in the form of
acetaminophen-TMS. The acetaminophen-TMS form is produced as a result of
derivatization with BSTFA containing 1% TMCS. In the hair sample with a length
of 0-3 cm obtained concentrations of 0.1761-0.3392 ng / mg hair samples, in hair
samples with a length of 0-6 cm obtained concentrations of 0.2081-0.4845 ng / mg
hair samples and in hair samples with a length of 0-10 cm obtained a concentration
of 0.2473-0.5782 ng / mg hair samples. From this journal review shows
acetaminophen compounds can be detected in human hair specimens in individuals
undergoing acetaminophen therapy, then in derivatization treatment can optimize
the results of acetaminophen analysis in hair specimens and on the length of human
hair can affect the concentration of acetaminophen compounds with the GC-MS
method.
Keywords: Acetaminophen; Paracetamol; Hair; Gas Chromatography-Mass
Spectrometry (Gc-Ms)
Received: 2022-04-22; Accepted: 2022-05-05; Published: 2022-05-11
Pendahuluan
Parasetamol merupakan obat bebas yang digunakan oleh masyarakat luas. Sering
terjadinya kesalahan dalam penggunaan yang dapat menyebabkan keracunan
paracetamol cukup besar (Olson & Sosik, 2007). Salah satu kasus yang paling sering
ditemukan di Amerika Serikat. Tahun 2005, telah ditemui sebanyak 165.000 kasus yang
67.000 diantaranya merupakan akibat dari pemakaian dalam sediaan tunggal, sedangkan
98.000 kasus integrasi dengan obat lain (Li et al., 2015). Salah satu produk farmasi yaitu
paracetamol paling umum yang menyebabkan kerusakan hati. Selain itu dapat
menyebabkan terjadinya transplantasi hati paling umum di seluruh maupun AS. Hal ini
ditanggung jawab atas 56.000 kunjungan gawat darurat, 2600 rawat inap, dan 500
kematian per tahunnya di Amerika Serikat. Sebanyak 50% terjadi overdosis yang tidak
disengaja (Mazer & Perrone, 2008). Meskipun gagal hati biasanya dilihat pada
konsumsi toksik lebih dari 150 mg / kg, namun beberapa keterangan menunjukkan
kalau dosis APAP yang lebih rendah bisa menyebabkan cedera hati akut dan gagal hati
(Herndon & Dankenbring, 2014).
Analisis Senyawa Acetaminophen pada Spesimen Rambut Manusia Menggunakan
Metode Kromatografi Gas-Spektrometri Massa (Gc-Ms)
Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022 863
Pada review jurnal ini, kami menganalisis kembali dari beberapa jurnal
penelitian tetang analisis penggunaan parasetamol (acetaminophen) dalam sampel
biologis rambut pada pasien yang menjalani terapis dengan obat acetaminophen dengan
menggunakan metode kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS). Sampel rambut
digunakan untuk menganalisis senyawa obat dalam tubuh. Selain itu, Senyawa obat
yang ada dalam tubuh dapat dianalisis melalui cairan tubuh seperti urin, keringat, saliva
dan darah serta cairan non-tubuh seperti rambut. Menggunakan sampel biologis urin
atau darah dalam menganalisis obat jika dibandingkan dengan rambut dapat mengetahui
keberadaan obat yang lebih lama tentang keberadaan obat dalam jangka waktu
berminggu-minggu hingga berbulan-bulan sedangkan urin atau darah hanya terdeteksi
dalam hitungan jam hingga beberapa hari saja (Kintz, Cirimele, & Ludes, 2000).
Parasetamol ialah salah satu obat golongan analgesik-antipiretik non-opioid dan
anti-inflamasi non-steroid (AINS). Paracetamol dengan metabolitnya mempunyai sifat
cenderung polar (Hansen & Loveland, 2012). Parasecamol ini pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1955 untuk indikasinya dalam penyembuhan demam, sakit
kepala dan rasa nyeri,. Pada saat itu mulai banyak yang menggunakan secara luas
hampir di seluruh dunia (Arifin & Ibrahim, 2018). Paracetamol dapat berbentuk tablet,
kaplet, kapsul, sirup, dan serbuk yang diberikan secara oral dapat diserap cepat dan
mencapai kadar serum puncak dalam waktu 30-120 menit. Jika terdapat makanan dalam
lambung maka akan sedikit memperlambat penyerapan pada sediaan paracetamol.
Paracetamol terdistribusi dengan cepat hampir seluruh jaringan tubuh. Lebih atau
kurang 25% paracetamol dalam darah ini terikat pada protein plasma. Pada waktu paruh
paracetamol yaitu 1,25-3 jam. Paracetamol ini diekskresikan dengan melalui urin
sebagai metabolitnya, yaitu asetaminofen glukoronid, asetaminofen sulfat, merkaptat
dan bentuk yang tidak berubah (3-5%) (Olson & Sosik, 2007).
Menurut (Al Baihaqi & Mustarichie, 2019) berpendapat bahwa Rambut adalah
struktur derivatif khusus dari kulit yang memiliki satu ciri khas mendefinisikan
karakteristik dari manusia. Akar rambut itu terkubur dalam dibawah lapisan epidermis
kulit dan terlingkupi dalam folikel rambut. Pada setiap rambut itu mengalami proses
pertumbuhan dengan melalui siklus yang terdiri dari fase anagen, catagen dan telogen,
yaitu fase tumbuh, regresi dan istirahat. Ada beberapa jenis sitokin dan hormon
pertumbuhan yang dipercaya terlibat dalam regulasi siklus pertumbuhan rambut.
Rambut ini penting dalam kehidupan sosial manusia yang merupakan salah satu daya
tarik pada manusia. Rambut memiliki fungsi sebagai alat perasa dan sebagai pengaturan
suhu badan, fungsi ini bagi manusia hampir tidak ada lagi, dengan sejalannya
perkembangan cara-cara lain untuk memelihara suhu tubuh yang konstan dengan
melalui kelenjar-kelenjar keringat, peredaran darah kulit dan pengaruh susunan saraf
(Murlistyarini, Prawitasari, & Setyowatie, 2018).
Pada metode kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS), batas terdeteksi
sebesar 0,1 ng/mg pada konsentrasi obat dalam sampel rambut. Kemungkinan masih
mendapatkan hasil positif untuk acetaminophen jika dianalisis dalam kondisi overdose
(Saito, Morita, Inoue, Yamamoto, & Inokuchi, 2008). Selain itu, alat ini mampu
Cantika Dewi Berliana Aprida, Erlangga Muhamad Prayuda, Febry Nola Odhia, Nadia
Andriani Putri Setya Tyasna, Regita Nailuvar, Syifa Dwi Andini
864 Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022
mendeteksi kadar obat di bawah 1 μg/L dan membutuhkan waktu proses yang relatif
singkat (Wirasuta & Suardamana, 2007). Senyawa obat yang dianalisis menggunakan
metode kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS) harus bersifat volatile (mudah
menguap), jika suatu senyawa obat sulit menguap maka sebelum dianalisis harus
dilakukan derivatisasi terlebih dahulu.
Adapun tujuan yang dilakukan dalam mereview jurnal ini ialah untuk melakukan
analisis dan penentuan kandungan Parasetamol (acetaminophen) bisa terdeteksi pada
sampel biologis rambut seorang pasien yang menjalani terapi obat parasetamol dengan
memakai Kromatografi gas-Spektrometri massa (GC-MS) serta mencari tahu seberapa
besar pengaruh panjang rambut pada konsentrasi paracetamol (acetaminophen).
Manfaat setelah dilakukannya review jurnal ialah dapat mengetahui senyawa
acetaminophen dapat terdeteksi pada spesimen rambut pasien yang mendapatkan terapi
parasetamol serta Mengetahui adanya pengaruh panjang spesimen rambut terhadap
konsentrasi acetaminophen pada spesimen rambut manusia.
Prosedur analisis yang dipilih akan memberikan hasil yang valid dan dapat
dipercaya jika dilakukan validasi metode. Uji yang dilakukan dalam validasi metode
yaitu linieritas, batas deteksi/LoD (Limit of Detection), batas kuantitasi/LoQ (Limit of
Quantitation), accuracy dan precision. Selanjutnya dilakukan uji statistik untuk
memastikan hasil yang didapatkan mempunyai arti sesuai dengan statistik.
Metode Penelitian
Adapun Lnagka-langkah penelitian yang dilakukan adalah dengan Jurnal 1,
Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel rambut dari relawan yang
mengonsumsi acetaminophen. Rambut disatukan pada waktu 1, 2, 3, 168, dan 720 jam.
Sampel kemudian diekstraksi, diderivatisasi dengan BSTFA yang mengandung 1%
TMCS dan dianalisis dengan metode GC-MS. Jurnal 2, penelitian dilakukan dengan
pengumpulan sampel rambut dari 10 orang pasien yang mendapatkan terapi
paracetamol, kemudian dipreparasi dengan larutan standar acetaminophen, lalu di
ekstraksi specimen rambut dengan dekontaminasi, homogenasi, diekstraksi paracetamol
dan derivatisasi. Sampel yang telah di preparasi kemudian dianalsisi dengan metode
GC-MS.
Hasil dan Pembahasan
1. Jurnal 1
Analisis senyawa parasetamol (Acetaminophen) pada rambut
Tabel 1
Hasil analisis kandungan acetaminophen-TMS pada sampel rambut
menggunakan metode SIM
Pengambilan
sampel
Hasil analisis
acetaminophen
(+)/(-)
Keterangan
A
B
C
Analisis Senyawa Acetaminophen pada Spesimen Rambut Manusia Menggunakan
Metode Kromatografi Gas-Spektrometri Massa (Gc-Ms)
Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022 865
Hasil menunjukan positif terhadap semua sampel rambut mulai dari 1-720
jam setelah mengkonsumsi paracetamol. Paracetamol yang terdapat didalam
sampel rambut dengan jangka waktu panjang serta hasil konsumsi secara
berulang-ulang pada waktu tertentu.
Hal ini hanya terdeteksi dengan alat GC-MS dengan metode SIM karena
hubungan rata-rata pertumbuhan rambut sebesar 0,6-1,42 cm per bulan,
sedangkan ukuran rambut sukarelawan relative Panjang sekitar 5-21 cm. Jika
dihubungkan rata-rata rambut sukarelawan berumur 12 bulan sehingga ada
kemungkinan besar jika kandungan obat yang pernah dikonsumsi masih tersimpan
dalam rambut namun konsentrasinya sangat kecil.
2. Jurnal 2
a. Validasi Metode Penelitian
Gambar 1
Skala Kromotogram Paracetamol pada larutan standar tanpa derivatisasi
memakai mode SIM
Pengambilan
sampel
Hasil analisis
acetaminophen
(+)/(-)
Keterangan
A
B
C
I
(+)
(+)
(+)
Acetaminophen-
TMS
II
(+)
(+)
(+)
Acetaminophen-
TMS
III
(+)
(+)
(+)
Acetaminophen-
TMS
IV
(+)
(+)
(+)
Acetaminophen-
TMS
V
(+)
(+)
(+)
Acetaminophen-
TMS
VI
(+)
(+)
(+)
Acetaminophen-
TMS
Cantika Dewi Berliana Aprida, Erlangga Muhamad Prayuda, Febry Nola Odhia, Nadia
Andriani Putri Setya Tyasna, Regita Nailuvar, Syifa Dwi Andini
866 Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022
Gambar 2
Skala Kromatogram blanko (versi Full scan)
Hasil Kromatogram blanko full scan menunjukan tidak adanya puncak untuk
senyawa acetaminophen, sedangkan larutan standar terkonsentrasi menunjukan adanya
puncak senyawa acetaminophen sebagai puncak turunan bentuk derivate yaitu
acetaminophen-TMS pada waktu retensi 18.10 dengan mode full scan dan 18.09 dengan
mode SIM (Selected Ion Monitoring).
Pada mode full scan semua kandungan dalam ekstrak dapat dideteksi oleh
instrument, namun dalam mode SIM hanya terlihat 1 puncak acetaminophen-TMS.
1. Linieritas
Agar terbuktinya hubungan linier antara Nilai presisi dihitung sesuai nilai
konsentrasi dan peak area koefisien variasi.
Diketahui :
koefisien korelasi (r) = 0,9950.
Nilai koefisien korelasi mendekati +1 menandakan adanya korelasi positif kuat
antar variabel sedangkan berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2 ) sebesar
0.9901 menunjukkan variabel X (konsentrasi larutan standar) mempengaruhi
variabel Y (luas area) senilai 99,01%.
2. Presisi
Nilai presisi dihitung berdasarkan harga koefisien variasi.
Tabel 2
Nilai %RSD pada konsentrasi 3, 7, 10,15,dan 20 ppm
Konsentrasi
(ppm)
%RSD
3
17,5%
7
7,67%
10
1,85%
15
2,5%
20
2,9%
Tingkat ketelitian analisis dinyatakan dengan Nilai %RSD. Semakin kecil
nilai %RSD maka semakin teliti tingkat ketelitiannya. Tetapi disesuaikan dengan
Analisis Senyawa Acetaminophen pada Spesimen Rambut Manusia Menggunakan
Metode Kromatografi Gas-Spektrometri Massa (Gc-Ms)
Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022 867
konsentrasi komponen terukur pada sampel. Semakin kecil konsentrasi komponen
maka semakin besar nilai %RSD yang didapatkan.
Tabel 3
Presisi berdasarkan konsentrasi analit dianalisis oleh American pre
veterinarymedical association (2004)
Jumlah komponen
terukur dalam
sampel
Tingkat presisi
10.00%
2%
1,00% x≤ 10,00%
2%
0,10% x≤ 1,00%
10%
0,10%
20%
Tabel 4
Tingkat presisi disamakan dengan konsentrasi komponen dalam sempel
menurut AOAC
Konsentrasi
Presisi
100%
1%
10%
1,5%
1%
2%
0,1%
3%
0,01% (100 ppm)
4%
10 ppm
6%
10 ppb
15%
Tabel 5
Syarat yang dapat diterima % recovery disamakan sesuai konsentrasi menurut
AOAC
Konsentrasi
Batas Recovery
100%
98-101%
10%
95-102%
1%
92-105%
0,1%
90-108%
0,01% (100 ppm)
85-110%
10 ppm
80-115%
10 ppb
70-125%
3. Nilai LOD dan LOQ
Menurut APVMA, metode uji yang dilakukan dalam penelitian ini memenuhi
syarat %RSD yang diterima karena konsentrasi komponen terukur r ≤ 0.10 % atau ≤
100 ppm syaratnya dapat diterima r ≤ 20%.
Bila digunakan acuan AOAC, hanya konsentrasi 10, 15 dan 20 ppm yang
memenuhi syarat yang diterima yaitu ≤ 4 % untuk konsentrasi 15 dan 20 ppm dan
6 % untuk konsentrasi 10 ppm.
Cantika Dewi Berliana Aprida, Erlangga Muhamad Prayuda, Febry Nola Odhia, Nadia
Andriani Putri Setya Tyasna, Regita Nailuvar, Syifa Dwi Andini
868 Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022
Hasil presisi nilainya beragam karena
kesalahan acak. Kesalahan acak adalah kesalahan dalam penggukuran karena
adanya gangguan serta perbedaan kondisi setiap pengukuran sehingga menghasilkan
angka yang berbeda.
Jika ditelaah sesuai hasil perhitungan LOQ maka hal ini sesuai dengan
perhitungan presisi yang menunjukkan konsentrasi 3 dan 7 ppm menghasilkan nilai
presisi yang kurang memenuhi kriteria jika memakai acuan keberterimaan presisi
menurut AOAC.
4. Akurasi
Hasil perhitungan pada larutan standar 10 dan 15 ppm diperoleh % recovery
senilai 84,3% dan 87%.
Menurut AOAC, syarat keberterimaan % recovery harus sesuai dengan
konsentrasi yang dipakai. Jika ditelaah menurut tabel itu, hasil % recovery pada
konsentrasi 10 dan 15 ppm telah memenuhi syarat keberterimaan.
Kesimpulan
Parasetamol adalah obat yang mengandung analgesik-antipiretik non opiod dan
anti-inflamasi non steroid (AINS). Dalam menganalisis dan mengetahui kandungan
paracetamol bisa terdeteksi pada sampel biologis rambut dengan menggunakan metode
Kromatografi gas-Spektrometri massa (GC-MS) serta mengetahui seberapa besar
pengaruh panjang rambut pada konsentrasi paracetamol (acetaminophen). Kandungan
senyawa paracetamol bisa terdeteksi pada spesimen rambut pada individu yang
menjalani pengobatan parasetamol dengan memakai metode GC-MS. Faktor yang
menyebabkan sampel paracetamol menunjukkan hasil yang tidak dapat diketahui pada
sampel rambut adalah karena faktor dosis obat yang diberikan sebelumnya, faktor rute
perjalanan paracetamol setelah pemberian, konsentrasi acetaminophen dalam sampel
rambut di bawah batas limit deteksi, sampel rambut sedikit, pengaruh Panjang rambut
pada sampel rambut manusia terhadap konsentrasi paracetamol.
Analisis Senyawa Acetaminophen pada Spesimen Rambut Manusia Menggunakan
Metode Kromatografi Gas-Spektrometri Massa (Gc-Ms)
Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022 869
BIBLIOGRAFI
Al Baihaqi, Alvin, & Mustarichie, Resmi. (2019). Tanaman Herbal Berkhasiat Sebagai
Obat Antialopecia. Farmaka, 17(1), 111126.Google Scholar
Ari Gunapria Darmapatni, K., Bawa Putra, A., Ariati, N., & Suaniti, N. (2014). Analisis
Kualitatif Senyawa Parasetamol (Acetaminophen) Pada Urin Dan Rambut
Menggunakan Kromatografi Gas  Spektrometri Massa (Gc-Ms). Jurnal Kimia,
8(2), 257262. Google Scholar
Arifin, Bustanul, & Ibrahim, Sanusi. (2018). Struktur, bioaktivitas dan antioksidan
flavonoid. Jurnal Zarah, 6(1), 2129. Google Scholar
Darmapatni, K. A. G. (2016). Pengembangan Metode GC-MS untuk Penetapan Kadar
Acetaminophen pada Spesimen Rambut Manusia. Jurnal Biosains Pascasarjana,
18(3), 255. Google Scholar
Han, E., Chung, H., & Song, J. M. (2012). Segmental hair analysis for 11-nor-Δ9-
tetrahydrocannabinol-9-carboxylic acid and the patterns of cannabis use. Journal of
Analytical Toxicology, 36(3), 195200. Google Scholar
Hansen, Matthew C., & Loveland, Thomas R. (2012). A review of large area
monitoring of land cover change using Landsat data. Remote Sensing of
Environment, 122, 6674. Google Scholar
Herndon, Christopher M., & Dankenbring, Dawn M. (2014). Patient perception and
knowledge of acetaminophen in a large family medicine service. Journal of Pain &
Palliative Care Pharmacotherapy, 28(2), 109116. Google Scholar
Kintz, Pascal, Cirimele, Vincent, & Ludes, Bertrand. (2000). Detection of cannabis in
oral fluid (saliva) and forehead wipes (sweat) from impaired drivers. Journal of
Analytical Toxicology, 24(7), 557561. Google Scholar
Li, Mingyu, Dean, E. Danielle, Zhao, Liyuan, Nicholson, Wendell E., Powers, Alvin C.,
& Chen, Wenbiao. (2015). Glucagon receptor inactivation leads to α-cell
hyperplasia in zebrafish. The Journal of Endocrinology, 227(2), 93. Google
Scholar
Mazer, Maryann, & Perrone, Jeanmarie. (2008). Acetaminophen-induced
nephrotoxicity: pathophysiology, clinical manifestations, and management.
Journal of Medical Toxicology, 4(1), 26. Google Scholar
Murlistyarini, Sinta, Prawitasari, Suci, & Setyowatie, Lita. (2018). Intisari Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin. Universitas Brawijaya Press. Google Scholar
Oktaviana, E., Hidayati, I. R., & Pristianty, L. (2019). Pengaruh Pengetahuan terhadap
Penggunaan Obat Parasetamol yang Rasional dalam Swamedikasi (Studi pada Ibu
Rumah Tangga di Desa Sumberpoh Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo).
Cantika Dewi Berliana Aprida, Erlangga Muhamad Prayuda, Febry Nola Odhia, Nadia
Andriani Putri Setya Tyasna, Regita Nailuvar, Syifa Dwi Andini
870 Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022
Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, 4(2), 44. Google Scholar
Olson, Robert J., & Sosik, Heidi M. (2007). A submersible imaginginflow instrument
to analyze nanoand microplankton: Imaging FlowCytobot. Limnology and
Oceanography: Methods, 5(6), 195203. Google Scholar
Saito, Takeshi, Morita, Seiji, Inoue, Shigeaki, Yamamoto, Isotoshi, & Inokuchi, Sadaki.
(2008). GC-MS assay for acetaminophen in human hair segments. Forensic
Toxicology, 26(1), 2730. Google Scholar
Sari, D. K., & Wibowo, A. (2016). Perawatan Herbal pada Rambut Rontok Herbal
Treatment for Hair Loss. Majority, 5, 129134. Google Scholar
Sheen, C. L., Dillon, J. F., Bateman, D. N., Simpson, K. J., Macdonald, T. M., Poisons,
S., Bureau, I., Transplant, S. L., & Infirmary, R. (2002). QJM to the health-care
system. Oxford University Press, 95(9), 609619.
http://qjmed.oxfordjournals.org/content/95/9/609. Google Scholar
Sudarma, N., & Subhaktiyasa, I. P. G. (2021). Analisis Kadar Paracetamol Pada Darah.
Bali Medika Jurnal, 8(3), 285293. Google Scholar
Wirasuta, I. Made Agus Gelgel, & Suardamana, K. (2007). Analisis Toksikologi Klinik:
Tantangan Baru Bagi Farmasis Indonesia. Acta Pharmaceutica Indonesia, 32(2),
20072059. Google Scholar
Copyright holder:
Cantika Dewi Berliana Aprida, Erlangga Muhamad Prayuda, Febry Nola Odhia, Nadia
Andriani Putri Setya Tyasna, Regita Nailuvar, Syifa Dwi Andini
(2022)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: