How to cite:
Rinaldo, A., (2022) Peran Mise-En-Scene terhadap Proses Efikasi Diri Tokoh Chiron dalam Film
Moonlight, Syntax Idea, 4(5), https://doi.org/ 10.36418/syntax-idea.v4i5.1832
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
Syntax Idea: pISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X
Vol.4, No.5, Mei 2022
PERAN MISE-EN-SCENE TERHADAP PROSES EFIKASI DIRI TOKOH
CHIRON DALAM FILM MOONLIGHT
Afrizal Rinaldo
Universitas Jember Jawa Timur, Indonesia
Abstrak
Penelitian ini membahas tentang peran mise-en-scene terhadap proses efikasi diri
tokoh Chiron dalam film Moonlight. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan peran mise-en-scene terhadap proses efikasi diri tokoh Chiron dari
segi visual. Data penelitian ini dikaji menggunakan teori mise-en-scene milik
Bordwell dan Thompson, serta observational learning milik Albert Bandura yang
fokus pada aspek mise-en-scene (setting, kostum dan tata rias, pencahayaan, serta
pemain dan pergerakannya) dan aspek pembentuk efikasi diri (penguasaan
pengalaman, pemodelan sosial, persuasi sosial, serta kondisi fisik dan emosi). Hasil
analisis data memberikan kesimpulan bahwa terdapat sebelas adegan dengan aspek
mise-en-scene yang mendukung terbentuknya proses efikasi diri tokoh chiron pada
tiga babak cerita. Pemodelan sosial, persuasi sosial, serta kondisi fisik dan emosi
terjadi pada babak pertama hingga ketiga, sedangkan penguasaan pengalaman
hanya terjadi pada babak ketiga.
Kata kunci: Film Moonlight; Mise-en-scene; efikasi diri
Abstract
This research discusses the role of mise-en-scene in the process of self-efficacy of
Chiron's character in Moonlight. The purpose of this research is to describe the
role of the mise-en-scene in the visual aspect of Chiron's self-efficacy process. The
data of this study were studied using Bordwell and Thompson's mise-en-scene
theory, as well as Albert Bandura's observational learning which focuses on
aspects of mise-en-scene (settings, costumes and make-up, lighting, as well as
characthers and their movements) and the four forming factors of selff efficacy
(mastery of experience, social modeling, social persuasion, and physical and
emotional conditions). The results of the data analysis conclude that there are
eleven scenes with mise-en-scene aspects that support the formation of the chiron
character's self-efficacy process in the three story stages. Social modeling, social
persuasion, and physical and emotional conditions occur in the first to third stages,
while mastery of experience only occurs in the third stage.
Keywords: Moonlight Film; Mise-en-scene; self efficacy
Received: 2022-04-22; Accepted: 2022-05-05; Published: 2022-05-11
Afrizal Rinaldo
872 Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022
Pendahuluan
Moonlight merupakan film asal Amerika Serikat dengan genre drama yang di
release pada tahun 2016, dan di sutradarai oleh Berry Jenkins. Film Moonlight
memenangkan penghargaan sebagai film terbaik kategori drama pada Golden Globe
Award tahun 2017, dan film terbaik, adaptasi naskah terbaik, serta aktor pendukung
terbaik pada Academy Award tahun 2017 (Scott, 2015). Moonlight menceritakan
perjalanan hidup Chiron, seorang homoseksual keturunan Afrika-Amerika, yang
mengalami diskriminasi di lingkungan dan keluarganya sendiri. Moonlight
menggambarkan tiga babak krusial yang selalu dilalui manusia yakni anak-anak,
remaja, dan dewasa. Film Moonlight membagi tiga babak tersebut dengan sebutan
Little, Chiron, dan Black. Setiap babak dalam kehidupan tokoh Chiron memiliki
kepribadian yang tidak sama, penonton akan seolah melihat tiga penggalan film dengan
karakter yang berbeda. Film Moonlight menarik untuk dikaji selain karena berbagai
penghargaan yang diterima, juga karena dapat menyajikan tiga karakter dengan sifat
berbeda dalam diri Chiron selama hidupnya, yang penggambarannya didukung oleh
unsur sinematik, khususnya pada aspek mise-en-scene.
Mise-en-scene secara sederhana merupakan semua hal yang terletak di depan
kamera. Mise-en-scene dalam film memiliki empat elemen pembentuk yakni setting,
kostum dan tata rias karakter, pencahayaan, serta pemain dan pergerakannya. Mise-en-
scene dalam sebuah film berfungsi untuk mendukung unsur naratif serta membangun
suasana atau mood, sehingga penonton seakan memiliki hubungan psikologis dengan
tokoh (Syadian & Oktiana, 2021).
Film dan psikologi dapat dikatakan saling berkaitan. Film dapat mempengaruhi
alam bawah sadar dan dapat menggambarkan sebuah realita psikologi. Psikologi dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia (Minderop, 2010).
Psikologi berguna dalam mempelajari bagaimana film dapat berinteraksi dengan pikiran
bawah sadar manusia (Zoebazary, 2016). Para tokoh dalam film menampilkan berbagai
tindakan manusiawi atau perilaku terkait dengan kejiwaan dan pengalaman psikologis
ataupun konflik yang dialami di kehidupan sehari-hari. Elemen-elemen mise-en-scene
dapat berguna dalam menjabarkan proses efikasi diri seorang tokoh.
Efikasi diri merupakan keyakinan individu pada kemampuannya untuk melatih
pengendalian terhadap fungsi diri pada peristiwa dilingkungannya (Bandura, Freeman,
& Lightsey, 1999). Efikasi diri dapat disebut sebagai penilaian diri atas keputusan yang
diambil, sehingga Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi mudah menghadapi
masalah. Efikasi diri seseorang dapat dipelajari melalui teori observational learning.
Teori observational learning menjelaskan bahwa perilaku manusia dalam konteks
interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan pengaruh
lingkungan (Bandura et al., 1999). Terdapat empat unsur pembentuk efikasi diri yakni
penguasaan pengalaman, pemodelan sosial, persuasi sosial, serta kondisi fisik dan
emosi. Jurnal ini menggunakan teori utama mise-en-scene sebagai subjek dalam
menganalisa proses efikasi diri Chiron dalam tiga babak kehidupannya dari segi visual
dan teori observational learning sebagai teori pendukung. Berdasarkan latar belakang
Peran Mise-En-Scene terhadap Proses Efikasi Diri Tokoh Chiron dalam Film Moonlight
Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022 873
tersebut maka judul penelitian ini adalah Peran Mise-En-Scene Terhadap Proses Efikasi
Diri Tokoh Chiron dalam Film Moonlight.
Kajian mengenai penelitian terdahulu selain digunakan untuk terhindar dari
plagiarisme, juga berguna sebagai referensi serta perbandingan untuk menghindari hasil
tulisan yang sama (Ilham, 2018). Penelitian terdahulu yang menjadi referensi dalam
penelitian ini adalah skripsi berjudul Representasi Perilaku Homoseksual pada Film
Moonlight (Analisis Semiotika dalam Film Moonlight Arahan Sutradara Berry Jenkins)
milik Sendi Purwanto tahun 2017, mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta,
skripsi berjudul Kontruksi Estetis Manusia dengan Simbol-Simbol Negara dari Aspek
Mise-En-Scene pada Film Tanah Surga Katanya, milik Arif Jainuri tahun 2016
Mahasiswa Universitas Jember, dan yang terakhir skripsi berjudul Peran Mise-En-Scene
Terhadap Perubahan Perilaku Tokoh Pendukung dalam Film Mama, milik Levi
Pradini tahun 2018 Mahasiswa Universitas Jember. Tujuan dari penelitian Purwanto
adalah untuk mengetahui representasi perilaku homoseksual yang ditunjukkan melalui
tanda-tanda. Menurut (Purwanto & Sulistyasturi, 2017), Chiron merupakan tokoh
homoseksual yang bingung dengan jati dirinya ketika dalam masa pertumbuhan, dan
mengalami emosi yang tidak stabil akibat lingkungan. Peneliti menggunakan penelitian
ini sebagai referensi dalam melakukan analisis tiga babak kehidupan tokoh utama.
Perbedaan dari penelitian yang peneliti kaji adalah dari subjek penelitian, yakni
menggunakan teori utama mise-en-scene dari Bordwell dan Thompson, serta teori
penunjang observational learning, dengan kajian efikasi diri dari Albert Bandura.
Peneliti menggunakan penelitian milik Jainuri dan Pradini sebagai referensi dalam
analisis peran mise-en-scene dalam sebuah film. Perbedaan Penelitian ini dari keduanya
adalah dari teori penunjang dan objek penelitian, yakni teori observational learning dan
film Moonlight. Berdasarkan ketiga penelitian terdahulu tersebut, dapat disimpulkan
bahwa penelitian yang dikaji dengan judul Peran Mise-En-Scene Terhadap Proses
Efikasi Diri Tokoh Chiron dalam Film Moonlight belum pernah dilakukan penelitian
yang sama sampai saat ini.
Berdasarkan paparan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan
pertanyaan sebagai berikut, bagaimana peran Mise-en-scene menggambarkan proses
efikasi diri dalam tokoh Chiron dalam film Moonlight ?. Terkait dengan rumusan
masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan peran mise-
en-scene terhadap proses efikasi diri tokoh Chiron dalam film Moonlight. Manfaat dari
penelitian ini yaitu dapat berguna untuk menjadi bahan kajian atau referensi dalam
pembuatan film maupun penelitian selanjutnya, yang memuat kajian film dan ilmu
psikologi.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif yang bersifat deskriptif untuk
membedah secara detail penyelesaian masalah yang ada dalam penelitian. Data
diperoleh dari hasil pengamatan terhadap film Moonlight. Data dan informasi yang telah
dikumpulkan lalu disaring dan dipahami secara mendalam, sehingga data tersebut dapat
Afrizal Rinaldo
874 Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022
digunakan membantu menjawab serta memecahkan masalah yang sedang diteliti. Hasil
analisis data memberikan kesimpulan bahwa terdapat sebelas adegan dengan aspek
mise-en-scene yang mendukung proses efikasi diri tokoh Chiron dari segi visual.
Objek penelitian ini adalah mise-en-scene film Moonlight. Pada penelitian ini
subjek penelitian adalah film Moonlight yang berdurasi 1 jam 50 menit yang
disutradarai oleh Berry Jenkins dan dirilis pada tahun 2016. Pembahasan tentang objek
terfokus pada mise-en-scene yang berperan dalam proses efikasi diri tokoh utama.
Sumber data primer yang digunakan berupa dokumen elektronik yaitu film
berjudul Moonlight berdurasi 1 jam 50 menit. Data sekunder diperoleh dari berbagai
literatur, seperti buku, jurnal, skripsi terdahulu, website dan lain-lain. Beberapa data
sekunder yang digunakan oleh penulis adalah buku Film Art An Introduction Ninth
Edition karya Brodwell dan Thompson, Understanding Cinema karya Per Persson, Self-
Efficacy the Exercise of Control karya Albert Bandura, dan skripsi berjudul
Representasi Perilaku Homoseksual pada Film Moonlight (Analisis Semiotika dalam
Film Moonlight Arahan Sutradara Berry Jenkins) karya Sendi Purwanto, mahasiswa
Universitas Sebelas Maret Surakarta, skripsi berjudul Kontruksi Estetis Manusia dengan
Simbol-Simbol Negara dari Aspek Mise-En-Scene pada Film Tanah Surga Katanya,
milik Arif Jainuri tahun 2016 Mahasiswa Universitas Jember, dan yang terakhir skripsi
berjudul Peran Mise-En-Scene Terhadap Perubahan Perilaku Tokoh Pendukung dalam
Film Mama, milik Levi Pradini tahun 2018 Mahasiswa Universitas Jember.
Teknik pengumpulan data yang diperlukan peneliti untuk mengumpulkan data
adalah observasi, dan studi pustaka. Observasi dilakukan terhadap subjek penelitian,
yaitu film Moonlight dengan menonton film tersebut berulang-ulang untuk memperoleh
pemahaman tentang mise-en-scene pada adegan yang mempengaruhi efikasi diri tokoh
Chiron. Adegan tersebut dianalisis berdasarkan unsur mise-en-scene, dan unsur
pembentuk efikasi diri, sehingga dapat diketahui bagaimana peran mise-en-scene dalam
mendukung proses efikasi diri tokoh Chiron dari segi visual. Data dalam penelitian
berupa file film Moonlight. Peneliti menggunakan teknik screen capture dengan cara
mengambil beberapa potongan gambar dalam adegan film Moonlight dengan aspek
mise-en-scene yang mempengaruhi proses efikasi diri tokoh Chiron. Peneliti
mengurutkan dan memberikan keterangan pada potongan gambar tersebut. Studi
kepustakaan merupakan cara untuk mempelajari dan mencari data yang berhubungan
dengan permasalahan dalam penelitian. Beberapa referensi yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini adalah buku, jurnal, artikel ilmiah, dan skripsi-skripsi terdahulu, serta
sumber lain yang sesuai dengan permasalahan yang dibahas.
Proses analisis data bertujuan untuk mengolah data menjadi informasi yang
mudah dipahami. Menurut (Sugiyono, 2012) teknik analisis kualitatif terdiri atas tiga
komponen, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan. Proses analisisnya
dilakukan secara berkelanjutan yang polanya berbentuk siklus. Penelitian ini bertujuan
untuk menggerakkan tiga komponen analisis selama pengumpulan data berlangsung.
Setelah data terkumpul, peneliti bergerak di antara tiga komponen analisisnya dengan
menggunakan waktu yang tersisa.
Peran Mise-En-Scene terhadap Proses Efikasi Diri Tokoh Chiron dalam Film Moonlight
Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022 875
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan proses pengamatan yang telah dilakukan. Peneliti menemukan
sebelas adegan dengan aspek mise-en-scene yang mempengaruhi proses efikasi diri
tokoh Chiron dalam tiga babak cerita. Berikut peneliti lampirkan sebelas adegan dalam
tiga babak tersebut beserta hasil analisisnya :
1. Babak Pertama
Babak pertama dimulai dengan menceritakan masa kecil Chiron, yang
dirundung oleh anak-anak di lingkungannya serta pertemuannya dengan Juan,
seorang bandar narkoba yang mencoba membuat Chiron keluar dari keterpurukan.
Babak pertama merupakan pengenalan latar belakang kehidupan Chiron, serta proses
Chiron menjalin hubungan dengan Juan. Naratif dapat didefinisikan sebagai rantai
dari sebuah kejadian terhubung dari sebab dan akibat, yang terjadi pada ruang dan
waktu (Bordwell, Thompson, & Smith, 2017). Pada babak pertama, peneliti memilih
tiga adegan yang mampu menggambarkan proses efikasi diri tokoh Chiron. Ketiga
adegan tersebut menjadi penyebab kondisi mental yang dialaminya pada babak
kedua hingga ketiga.
Gambar 1
Adegan Pertama, Makan Malam (Sumber: Film Moonlight)
Gambar 2
Adegan Kedua, Chiron Berenang (Sumber: Film Moonlight)
Gambar 3
Adegan ketiga, Chiron dan Ibunya (Sumber: Film Moonlight)
Afrizal Rinaldo
876 Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022
Setting atau latar merupakan informasi tentang setting tempat dan setting waktu
sebuah kejadian berlangsung, beserta suasana yang ada di dalamnya (Zoebazary,
2016). Setting pada babak pertama telah membangun suasana dan menjadi motif
pada cerita yang mendukung terjadinya proses efikasi diri Chiron. Cerahnya langit,
dan birunya ombak pada adegan kedua dapat disimbolkan sebagai ketenangan yang
dirasakan Chiron. Properti minuman keras pada adegan ketiga menjadi penyebab
Paula menjadi lebih agresif. Selain setting, kostum dan tata rias juga berperan dalam
proses efikasi diri tokoh Chiron.
Kostum dan tata rias pada babak pertama telah memperlihatkan kondisi fisik
dan emosi yang dilalui tokoh. Pakaian berwarna putih yang dikenakan Chiron pada
adegan pertama dapat disimbolkan sebagai kepolosannya sebagai seorang anak,
sedangkan pakaian berwarna merah yang dikenakan Paula dapat dimaknai sebagai
amarah yang dirasakannya dan perubahan sifatnya menjadi lebih agresif. Tata rias
yang pucat pada paula menunjukkan kondisi fisik dan mentalnya yang tidak stabil.
Kondisi tersebut diakibatkan dari minuman keras dan narkoba yang dikonsumsinya,
sehingga Paula menjadi agresif dan tempramental. Selain kostum dan tata rias,
pencahayaan juga berperan dalam proses efikasi diri tokoh Chiron dari segi visual.
Pencahayaan pada babak ini mendukung suasana yang dirasakan oleh Chiron
dalam ketiga adegan. Penggunaan high-key lighting dan warna putih pada adegan
makan malam dan adegan berenang membangun suasana hangat yang dijalin Juan
dan Chiron. Penggunaan low-key lighting dengan warna merah muda
menggambarkan emosi yang dirasakan oleh Paula saat mengkonsumsi narkoba dan
bekerja sebagai prostitusi. Selain pencahayaan, pemain dan pergerakannya juga
berperan dalam proses efikasi diri tokoh Chiron dari segi visual.
Pemain dan pergerakannya pada ketiga adegan tersebut telah membantu
memperlihatkan proses efikasi diri tokoh Chiron. Pergerakan Chiron berenang
melawan ombak dapat disimbolkan sebagai usahanya dalam menghadapi masalah.
Persuasi sosial terjadi sejak adegan pertama yang dilakukan oleh Juan dengan canda
dan tawa untuk membuat Chiron berbicara dan merasa nyaman. Persuasi secara
verbal dan non-verbal juga dilakukan Juan pada adegan berenang dengan nasehat
yang diberikannya untuk Chiron untuk menjadi dirinya sendiri, dan caranya
memandu Chiron untuk berenang. Pemodelan sosial terjadi ketika Paula menjadi
pecandu narkoba dan melampiaskan amarahnya kepada Chiron yang membuatnya
mengalami trauma dan mempengaruhi kondisi mentalnya pada babak kedua. Pada
ketiga adegan tersebut mise-en-scene telah mendukung proses efikasi diri tokoh
Chiron dari segi visual.
2. Babak Kedua
Babak kedua merupakan puncak konflik dalam film Moonlight. Menceritakan
masa remaja Chiron yang mendapatkan kekerasan secara mental dan fisik baik dari
ibunya maupun teman sekelasnya. Menurut (Persson, 2003), naratif dalam film dapat
menyebabkan permasalahan psikologis pada tokoh. Emosi mempengaruhi perubahan
gestur dan ekspresi seorang tokoh, sedangkan motifasi atau tujuan mempengaruhi
Peran Mise-En-Scene terhadap Proses Efikasi Diri Tokoh Chiron dalam Film Moonlight
Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022 877
aksi (Pratista, 2017). Pada babak kedua peneliti memilih adegan yang
menggambarkan efikasi diri dengan mempertimbangkan perubahan emosi yang
dialami Chiron. Peneliti memilih empat adegan yang mampu menggambarkan proses
efikasi diri Chiron. Keempat adegan tersebut adalah akibat dari kejadian pada babak
pertama dan menjadi penyebab kondisi mental yang dialaminya pada babak ketiga.
Gambar 4
Adegan Keempat, Perundungan di Jalan (Sumber: Film Moonlight)
Gambar 5
Adegan Kelima, Chiron dan Kevin Bercumbu (Sumber: Film Moonlight)
Gambar 6
Adegan Keenam, Chiron Mengobati Luka (Sumber: Film Moonlight)
Gambar 7
Adegan Ketujuh, Chiron Balas Dendam (Sumber: Film Moonlight)
Setting pada babak kedua telah mendukung terbentuknya suasana pada adegan.
Setting pantai pada adegan kelima menciptakan suasana intim yang dirasakan Chiron
dan Kevin. Hal tersebut terlihat dari dialog diantara mereka, yang menyebut udara
pantai membuat mereka merasa nyaman dan damai. Selain setting, kostum dan tata
rias juga berperan dalam proses efikasi diri tokoh Chiron dari segi visual.
Kostum dan tata rias pada babak kedua telah menampilkan citra yang dimiliki
tokoh, dan kondisi fisik serta emosi yang dialaminya. Pada adegan keempat, cara
berpakaian Chiron dengan celana jeans ketat yang tidak sama dengan Terell dan
Pizzo membuatnya dinilai terlihat lemah oleh mereka berdua. Tata rias luka yang
digunakan Chiron pada adegan keenam dan ketujuh menunjukkan kondisi fisiknya
yang buruk. Kondisi fisik dapat mempengaruhi mental seseorang (Bandura et al,
Afrizal Rinaldo
878 Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022
1999). Chiron yang terluka secara fisik dan mental membuatnya melakukan tindakan
yang agresif dan mengakibatkannya mendekam dalam penjara. Selain kostum dan
tata rias, pencahayaan juga berperan dalam proses efikasi diri tokoh Chiron dari segi
visual.
Pencahayaan pada babak kedua mendukung terciptanya suasana intim.
Penggunaan low key lighting pada adegan kelima menciptakan suasana intim yang
terjadi pada Chiron dan Kevin. Selain pencahayaan, pemain dan pergerakannya juga
memperlihatkan proses efikasi diri tokoh Chiron pada babak kedua. Selain
pencahayaan, pemain dan pergerakannya juga berperan dalam proses efikasi diri
tokoh Chiron dari segi visual.
Pemain dan pergerakannya pada keempat adegan tersebut telah mendukung
proses efikasi diri Chiron dari segi visual. Sikap defensif Chiron pada adegan
keempat merupakan akibat dari perundungan yang dilakukan oleh Terell. Hal
tersebut mengakibatkan terjadinya pemodelan sosial yang memengaruhi tindakannya
pada adegan ketujuh. Gestur dan ekspresi mempengaruhi psikologi tokoh (Persson,
2003). Perubahan efikasi diri ditunjukkan Chiron dari caranya bergerak yang tidak
lagi menunduk dan lambat. Chiron berjalan lebih percaya diri dan memandang
dengan sorot mata yang tajam. Mise-en-scene pada keempat adegan pada babak
kedua telah mendukung proses efikasi diri tokoh Chiron dari segi visual.
3. Babak Ketiga
Setelah mengalami masa tahanan di Kota Atlanta karna tindakan pemukulan di
babak kedua, beberapa tahun kemudian Chiron dikenal sebagai Black dan bekerja
sebagai pengedar narkoba. Chiron yang sejak kecil sampai remaja mengalami
perundungan, pada babak ini berubah menjadi pria yang disegani dan ditakuti.
Menurut (Persson, 2003), emosi yang dialami oleh seorang tokoh dapat diakibatkan
dari pengaruh orang lain dan lingkungan. Perasaan takut, gembira, terkejut, marah,
serta frustasi adalah akibat dari kejadian yang terjadi di lingkungan. Pada babak
ketiga, peneliti memilih empat adegan yang mampu menggambarkan proses efikasi
diri Chiron. Keempat adegan tersebut terjadi akibat dari kejadian yang dialaminya
pada babak pertama hingga babak kedua.
Gambar 8
Adegan Kedelapan, Black Bekerja (Sumber: Film Moonlight)
Peran Mise-En-Scene terhadap Proses Efikasi Diri Tokoh Chiron dalam Film Moonlight
Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022 879
Gambar 9
Adegan Kesembilan, Black Mengintimidasi Travis (Sumber: Film Moonlight)
Gambar 10
Adegan Kesepuluh, Black Bertemu Kevin (Sumber: Film Moonlight)
Gambar 11
Adegan Kesebelas, Black dan Kevin Berpelukan (Sumber: Film Moonlight)
Setting berupa properti pada babak ketiga menunjukkan terjadinya penguasaan
pengalaman pada diri Chiron. Hiasan dashboard berbentuk mahkota pada adegan
kedelapan identik dengan miliki Juan pada babak pertama, hal tersebut menunjukkan
pengaruh Juan pada masa depan Chiron dan persona baru Black yang dibuatnya.
Bentuk mahkota juga dapat disimbolkan sebagai kekuasaan yang dimilikinya. Selain
setting, kostum dan tata rias juga berperan dalam proses efikasi diri tokoh Chiron.
Kostum dan tata rias pada babak ketiga telah mendukung perubahan citra yang
dimiliki Chiron sebagai Black. Pakaian berwarna putih yang dipakai Chiron saat
masih anak-anak di babak pertama berubah dengan warna hitam yang dipakainya
pada babak ketiga. Hal tersebut menunjukkan terjadinya perubahan sifat. Warna
hitam sering disimbolkan sebagai keberanian (Tjin et al., 2011). Warna hitam juga
dapat disimbolkan sebagai kejahatan dan keburukan yang dilakukkannya sebagai
seorang bandar narkoba. Aksesoris yang terbuat dari emas berupa cincin, gelang, dan
gigi palsu yang dipakainya sepanjang babak ketiga dapat disimbolkan sebagai
kekuasaan yang dimilikinya. Selain kostum dan tata rias, pencahayaan juga berperan
dalam menunjukkan perubahan suasana yang dirasakan Chiron.
Pencahayaan pada babak ini mendukung suasana intim yang dibagun dalam
adegan terakhir. Penggunaan low key ligthing mendukung terciptanya suasana intim
yang dijalin Chiron dan Kevin. Selain pencahayaan, pemain dan pergerakannya juga
berperan dalam proses efikasi diri tokoh Chiron dari segi visual.
Pemain dan pergerakannya pada babak ini menunjukkan perubahan sifat dan
efikasi diri yang dialami Chiron. Perubahan ini merupakan akibat dari babak pertama
hingga babak kedua. Chiron dengan persona Black menunjukkan sikap percaya diri
dan intimidatif terlihat dari interaksinya dengan Travis pada adegan kedelapan
hingga kesembilan. Pada adegan kesebelas diketahui persona baru tersebut
merupakan persona palsu yang dibuat Chiron untuk bertahan hidup. Chiron kembali
Afrizal Rinaldo
880 Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022
menjadi dirinya sendiri setelah mendapat persuasi sosial dari Kevin pada adegan
kesepuluh hingga kesebelas. Chiron menjadi dirinya sendiri ditunjukkan saat dia dan
Kevin saling berpelukan. Mise-en-scene pada babak ini telah mendukung proses
efikasi diri tokoh Chiron dari segi Visual.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan mengenai peran mise-en-
scene terhadap proses efikasi diri tokoh Chiron dalam film Moonlight, maka
disimpulkan bahwa terdapat sebelas adegan dengan aspek mise-en-scene yang
mendukung proses efikasi diri tokoh Chiron dari segi visual. Berikut kesimpulan dari
peran mise-en-scene terhadap proses efikasi diri tokoh Chiron dalam tiga babak cerita.
Setting pada ketiga babak dalam film Moonlight mendukung perubahan suasana dan
sifat Chiron dari segi visual. Penguasaan pengalaman ditunjukkan lewat hiasan
dashboard yang dimilikinya di babak ketiga identik dengan yang dimiliki Juan. Hal
tersebut menunjukkan pengaruh Juan kepada Chiron. Setting pada ketiga babak juga
mendukung suasana yang dirasakan Chiron. Selain setting, kostum dan tata rias juga
mendukung proses efikasi diri tokoh Chiron dari segi visual. Kostum dan tata rias pada
ketiga babak film Moonlight, berperan dalam menunjukkan citra, serta kondisi fisik dan
emosi yang dialami Chiron. Warna pada kostum dapat memberikan simbol atau makna
yang mendukung cerita dalam adegan. Tata rias mampu menunjukkan kondisi fisik dan
emosi yang dialami Chiron. Selain kostum dan tata rias, pencahayaan juga mendukung
proses efikasi diri tokoh Chiron dari segi visual. Pencahayaan pada ketiga babak
kehidupan Chiron telah mendukung suasana yang dirasakan Chiron. Penggunaan high
key lighting dengan warna putih pada babak pertama membuat suasana hangat dan
tenang. Sedangkan penggunaan low key lighting pada babak kedua hingga ketiga
mendukung suasana intim yang dijalin antara Chiron dan Kevin. Selain pencahayaan,
pemain dan pergerakannya juga mendukung proses efikasi diri tokoh Chiron dari segi
visual. Pemain dan pergerakannya pada ketiga babak dalam hidup Chiron telah
mendukung proses efikasi diri dari segi visual. Persuasi sosial dan pemodelan sosial
ditunjukkan lewat pengaruh dari Juan, Kevin, Terell dan Paula kepada Chiron. Juan dan
Kevin pada ketiga babak tersebut berperan dalam memberikan persuasi sosial lewat
nasehat dan motifasi untuk Chiron. Sedangkan pemodelan sosial terjadi akibat trauma
yang dialami Chiron karena perundungan dan kekerasan secara fisik serta mental dari
Terell dan Paula. Keempat unsur mise-en-scene pada film Moonlight yakni setting,
kostum dan tata rias, pencahayaan, serta pemain dan pergerakannya telah
menggambarkan efikasi diri tokoh Chiron terlihat dari adanya keempat faktor
pembentuk efikasi diri. Keempat faktor tersebut adalah penguasaan pengalaman,
pemodelan sosial, persuasi sosial, dan kondisi fisik dan emosi. Pemodelan sosial,
persuasi sosial, serta kondisi fisik dan emosi terjadi pada babak pertama hingga ketiga,
sedangkan penguasaan pengalaman hanya terjadi pada babak ketiga. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah peneliti jabarkan mengenai peran mise-en-scene terhadap proses
Peran Mise-En-Scene terhadap Proses Efikasi Diri Tokoh Chiron dalam Film Moonlight
Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022 881
efikasi diri tokoh Chiron dalam film Moonlight, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
unsur-unsur mise-en-scene telah mendukung proses efikasi diri Chiron dari segi visual.
Penelitian ini fokus pada pembahasan aspek mise-en-scene pada film Moonlight,
meliputi setting, kostum dan tata rias, pencahayaan, serta pemain dan pergerakannya
yang memengaruhi proses efikasi diri tokoh Chiron dari segi visual. Berdasarkan teori
observational learning, terdapat empat faktor pembentuk efikasi diri yakni penguasaan
pengalaman, pemodelan sosial, persuasi sosial, serta kondisi fisik dan emosi dalam tiga
babak hidup Chiron.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan aspek tersebut baik dengan
objek film yang sama maupun film yang berbeda. Film Moonlight juga menarik untuk
diteliti lebih jauh sebagai objek penelitian dengan kajian teori yang berbeda, seperti
pencahayaan atau teori psikologi lain. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan
manfaat dan inspirasi pada penelitian selanjutnya.
BIBLIOGRAFI
Bandura, Albert. (1986). Social Foundations of Thought and Action: A Social Cognitive
Theory Englewood Cliffs. In NJ. Prentice Hall Englewood-Cliffs.
Bandura, Albert, Freeman, William H., & Lightsey, Richard. (1999). Self-efficacy: The
exercise of control. Springer. Google Scholar
Bordwell, David. (2010). The part-time cognitivist: A view from film studies.
Projections, 4(2), 118. Google Scholar
Ilham, Arrijal Muhammad. (2018). Aspek Mise En Scene Dalam Membangun Karakter
Tokoh Marlina Dalam Film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak. Google
Scholar
Jaenudin, Ujam. 2015. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: CV Pustaka Setia.
Jaenuri, Arif. 2016. Kontruksi Estetis Manusia dengan Simbol-Simbol Negara dari
Aspek Mise-En-Scene pada Film Tanah Surga Katanya. Skripsi. Jember:
Universitas Jember.
Manohla, Dargis & Scott, A.O.2017. The Best Films Of The 21st Century: The New
York Times. Google Scholar
Minderop, Albertine. (2010). Psikologi sastra: karya, metode, teori, dan contoh kasus.
Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Google Scholar
Person, Per. (2003). Understanding Cinema. A psychological Theory of Moving
Imagery. New Your. Cambridge University Press. Google Scholar
Pradini, Levi. 2018. Peran Mise-En-Scene Terhadap Perubahan Perilaku Tokoh
Pendukung dalam Film Mama. Skripsi. Jember: Universitas Jember. Google
Afrizal Rinaldo
882 Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022
Scholar
Pratista, M. Posya. (2017). Analisis Kondisi Infrastruktur Ruas Jalan Magelang Dan
Jalan Laksda Adisucipto Yogyakarta Berdasarkan Persyaratan Teknis Standar
Laik Fungsi Jalan. Universitas Gadjah Mada. Google Scholar
Purwanto, Erwan Agus, & Sulistyasturi, Dyah Ratih. (2017). Metode penelitian
kuantitatif. Google Scholar
Saddhono, Kundharu. (2012). Kajian sosiolingustik pemakaian bahasa mahasiswa asing
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) di Universitas
Google Scholar.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Google Scholar
Susilo, Nurman, Hasbullah, Rokhani, & Sugiyono, Sugiyono. (2013). Proses
Pengolahan Beras Pratanak Memperbaiki Kualitas dan Menurunkan Indeks
Glikemik Gabah Varietas Ciherang (Parboiled Rice Processing Improve Quality
and Reduce Glycemic Index of Paddy cv. Ciherang). Jurnal Pangan, 22(3), 209
220.Sebelas Maret. Kajian Linguistik Dan Sastra, 24(2), 176186. Google Scholar
Scott, W. R. (2015). Financial Accounting Theory . Toronto, Ohio. Pearson Education
Canada, Inc. Google Scholar
Syadian, Triadi, & Oktiana, Evi. (2021). Analisis Mise En Scene Pada Film Parasite.
Proporsi: Jurnal Desain, Multimedia Dan Industri Kreatif, 6(2), 155166. Google
Scholar
Tjin, Esther P. M., Konijnenberg, Debby, Krebbers, Gabrielle, Mallo, Henk, Drijfhout,
Jan W., Franken, Kees L. M. C., van der Horst, Chantal M. A. M., Bos, Jan D.,
Nieweg, Omgo E., & Kroon, Bin B. R. (2011). T-cell immune function in tumor,
skin, and peripheral blood of advanced stage melanoma patients: implications for
immunotherapy. Clinical Cancer Research, 17(17), 57365747. Google Scholar
Zelvia, Girda Dede. 2018. Mise-En-Scene dalam Membangun Visualisasi Tokoh Valak
pada Film The Conjuring 2. Skripsi. Jember: Universitas Jember. Google Scholar
Zoebazary, M. Ilham. (2013). Kamus Istilah Televisi & Film. Gramedia Pustaka Utama.
Google Scholar
Peran Mise-En-Scene terhadap Proses Efikasi Diri Tokoh Chiron dalam Film Moonlight
Syntax Idea, Vol.4, No.5, Mei 2022 883
Copyright holder:
Afrizal Rinaldo (2022)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: