How to cite:
Kadoena,N, A., Rumi,A., Hardani, R., (2022) Hubungan Tingkat Kepatuhan Pasien Prolanis
Diabetes Melitus Terhadap Kualitas Hidup Selama Masa Pandemi Covid-19 DI Fasilitas Kesehatan
Primer Kota Palu, Syntax Idea, 4(3), https://doi.org/ 10.36418/syntax-idea.v4i3.1816
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
Syntax Idea: pISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X
Vol.4, No.3, Maret 2022
HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PROLANIS DIABETES
MELITUS TERHADAP KUALITAS HIDUP SELAMA MASA PANDEMI
COVID-19 Di FASILITAS KESEHATAN PRIMER KOTA PALU
Niluh Agnes Kadoena, Amelia Rumi, Ririen Hardani
Universitas Tadulako, Palu, Indonesia
Email: [email protected], amelia.rumi@gmail.com
Abstrak
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang bersifat kronis.
Menurut data hasil riset Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah. Prevalensi penderita
DM di kota Palu merupakan terbanyak ke 2 se-Sulawesi Tengah dengan jumlah
penderita 27.005 jiwa. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan
antara kepatuhan dan kualitas hidup pasien DM selama mengikuti kegiatan
PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) yang diselenggarakan oleh
BPJS kesehatan. Penelitian ini menggunakan metode non eksperimental
(observasional) dan bersifat cross sectional dengan jumlah responden yang di
gunakan sebanyak 33 responden dengan teknik pengambilan sampel random
sampling serta pengambilan data menggunakan instrumen berupa kuesioner
kepatuhan dan kuesioner kualitas hidup. Hasil penelitian yang didapatkan
kepatuhan dari pasien DM dengan jumlah responden dalam kategori patuh (45,5%),
sedang (24,2%) dan tidak patuh (30,3%) sedangkan hasil penelitian kualitas hidup
pasien DM masuk dalam kategori baik (63,6%) dan kategori buruk (36,4%). Hasil
uji Sperman Rank Correlation nilai p = 0,813 atau p > α (0,05), maka Ho diterima
yang artinya antara kepatuhan dan kualitas hidup pasien DM tidak terdapat
hubungan. Kesimpulan dari penelitian ini kualitas hidup seseorang tidak bergantung
dari kepatuhan minum obat namun juga bisa berdasarkan faktor lain seperti gaya
hidup, pola makan, diet dan olahraga yang bisa dilakukan secara mandiri di rumah
yang bisa membantu meningkatnya kualitas hidup seseorang.
Kata Kunci: diabetes melitus; kepatuhan; kualitas hidup; PROLANIS
Abstract
Diabetes Melitus (DM) is a chronic health problem. According to research data
from the Health Office of Central Sulawesi. The prevalence of DM sufferers in Palu
is the second highest in Central Sulawesi with 27,005 people. The purpose of this
study was to determine the relationship between adherence to medication and the
quality of life of DM patients who participated in the PROLANIS (Chronic Disease
Management Program) activity carried out by BPJS Kesehatan. This study uses a
non-experimental method (observational) and is cross sectional with the number of
respondents used as many as 33 respondents with random sampling techniques and
data collection using instruments in the form of compliance questionnaires and
quality of life questionnaires. The results of the study obtained compliance from
DM patients with the number of respondents in the obedient category (45.5%),
moderate (24.2%) and non-adherent (30.3%) while the results of the study of the
quality of life of DM patients were in the good category (63 ,6%) and poor category
(36.4%). The results of the Sperman Rank Correlation test, p = 0.813 or p > (0.05),
then Ho is accepted, which means that there is no relationship between adherence
and quality of life in DM patients. The conclusion from this study is that a person's
quality of life does not depend on medication adherence but can also be based on
Niluh Agnes Kadoena, Amelia Rumi, Ririen Hardani
662 Syntax Idea, Vol. 4, No. 3, Maret 2022
other factors such as lifestyle, diet, diet and exercise that can be done
independently at home that can help improve a person's quality of life.
Keywords: diabetes mellitus; compliance; quality of life; PROLANIS
Pendahuluan
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang bersifat kronis
yang dimana terjadi kelainan pada pankreas sehingga mempengaruhi sekresi insulin.
pengetahuan dan dukungan dalam mengontrol penyakit diabetes melitus pada penderita
sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya komplikasi (Cefalu & Riddle, 2019).
Berdasarkan hasil Riset Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah (Dinkes, 2019)
prevalensi penderita diabetes melitus tertinggi yaitu di kabupaten Parigi Mautong
dengan jumlah penderita 33.873 orang dan yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sebesar 6.747 (19,9%) dan tertinggi kedua yaitu di kota Palu dengan jumlah penderita
DM 27.005 orang. Tingginya penderita diabetes melitus di Sulawesi Tengah disebabkan
karena beberapa faktor baik yang tidak dapat dimodifikasi maupun yang dapat
dimodifikasi.
Kepatuhan pasien terhadap pengobatan dapat mendukung keberhasilan outcome
terapi yang diinginkan. Kepatuhan juga dapat membantu pencegahan terjadinya
komplikasi pada pendrita DM sehingga bisa memaksimalkan outcome terapi (N
Rasdianah, Martodiharjo, Andayani, & Hakim, 2016) kegagalan terapi bisa terjadi
akibat ketidakpatuhan pasien dalam menjalankan pengobatan DM (Degroot, Jameson,
& De Kretser, 2016).
Meningkatkan kualitas hidup merupakan salah satu sasaran terapi pada pasien DM
sehingga kualitas hidup seharusnya menjadi perhatian penting bagi penyelenggara
jaminan kesehatan dan pusat pelayanan kesehatan karena dapat menjadi acuan
keberhasilan dari suatu kegiatan bahkan terapi yang diberikan kepada pasien DM.
beberapa faktor seperti psikologi, funsi fisik, social dan spiritual dapat berpengaruh
terhadap kualitas hidup. Kesadaran dari diri pasien DM akan perilaku yang baik adalah
tanda pasien akan patuh terhadap pengobatan yang diterima daan hal ini juga tentu saja
akan berpengaruh pada kualitas hidup. Hasil penelitian (Hastuti, Januarista, &
Suriawanto, 2019) terhadap kualitas hidup pasien pasien diabetes melitus di RSU
Anutapura Palu, didapatkan hasil masih 43,3% pasien DM memiliki kualitas hidup yang
rendah.
Program pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) adalah program yang
diselenggarakan oleh BPJS kesehatan untuk pasien yang memiliki penyakit kronis
khusus hipertensi dan diabetes melitus dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup
pasien secara optimal dan membantu mengurangi resko terjadinya komplikasi, kegiatan
yang dilakukan PROLANIS berupa pemantauan status kesehatan pasien, konsultasi
medis, memberikan edukasi Kesehatan, aktivitas senam, reminder sms gateaway, dan
juga homevisit (Idris, 2014).
Corona virus Disease 19 (COVID-19) adalah virus baru yang disebabkan oleh
Novel Coronavirus (2019-nCoV) atau yang kini dinamakan SARS-CoV-2. WHO risk
assessment resmi menjadikan kasus Covid-19 kategori Very High pada tanggal 28
Hubungan tingkat kepatuhan pasien Prolanis Diabetes Melitus terhadap kualitas hidup
selama masa pandemi Covid-19
Syntax Idea, Vol.4, No.3, Maret 2022 663
Maret 2020. Di Indonesia sendiri COVID-19 terkonfirmasi pada 2 maret 2020 pertama
kali, dan orang terpapar terus bertambah setiap harinya dan menyebabkan banyak orang
meninggal akibat virus ini (Kemekes, 2020). Karena adanya Covid-19 yang
terkonfirmasi di Indonesia menyebabkan terjadinya pembatasan aktivitas fisik diluar
rumah, Sehingga berdampak juga pada kegiatan yang diselenggarakan oleh BPJS
kesehatan bagi pasien yang memiliki penyakit kronis hipertensi dan diabetes melitus
yang mana kegiatan yang biasa dilakukan harus diberhentikan sementara waktu sampai
keadaan dimasa pandemi Covid-19 membaik.
Kegiatan PROLANIS yang rutin dilakukan setiap minggu sebelum adanya Covid-
19 seperti kegiatan senam yang dilakukan Bersama di fasilitas kesehatan dan juga
edukasi pada pasien PROLANIS harus dihentikan. Tetapitenaga kesehatan tetap
melakukan pemantauan kesehatan peserta PROLANIS untuk mencegah timbulnya
komplikasi terhadap pasien hipertensi maupun diabetes melitus dan untuk tetap
memperhatikan penggunaan obat pasien PROLANIS, serta terpaparnya pasien terhadap
Covid-19.
Berdasarkan latarbelakang maka perlu adanya penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui tingkat kepatuhan minum obat terhadap kualitas hidup pasien PROLANIS
diabetes melitus saat pandemi Covid-19, pasien DM rentan terhadap penularan Covid-
19 hal ini membuat sebagian pasien PROLANIS takut untuk pergi langsung ke fasilitas
kesehatan untuk mengontrol penyakit mereka. Sehingga mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian untuk melihat outcome yang ditimbulkan seperti kepatuhan dan
kualitas hidup pasien DM selama masa pandemi Covid-19.
Metode Penelitian
Sebelum penelitian dimulai, peneliti melakukan pembuatan surat ethical clearance
yang disetujui oleh komisi etik dengan nomor etik 2375/UN 28.1.30/KL/2021.
Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Februari 2021 berlokasi di 3 tempat fasilitas
kesehatan primer yaitu puskesmas Singgani, dokter praktek dr.Sitti Atikah, M.Kes dan
dokter praktek meike Ruslan, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian non eksperimental
(observasional), dengan pendekatan menggunakan metode cross sectional. Teknik
sampling yang digunakan yaitu random sampling atau pengambilan sampel secara acak
dan sampel yang akan digunakan telah memenuhi pesyaratan sampel kriteria eksklusi
dan inklusi. Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu seluruh pasien diabetes
melitus yang mengikuti kegiatan PROLANIS di fasilitas kesehatan primer tempat
penelitian dengan total sebanyak 33 responden. Instrumen penelitian yang digunakan
yaitu kuesioner kepatuhan MMAS-8 dan kuesioner kualitas hidup (DQOL). Wawancara
dilakukan melalui via telephone dan dipandu oleh peneliti untuk mengajukan
pertanyaan. Setelah data terkumpul akan dilakukan uji analisis Spearman rank
correlation untuk menguji ada tidaknya hubungan antara kepatuhan dan kualitas hidup
pada pasien DM.
Niluh Agnes Kadoena, Amelia Rumi, Ririen Hardani
664 Syntax Idea, Vol. 4, No. 3, Maret 2022
Hasil dan Pembahasan
a. Karakteristik Responden Tabel 1
Deskripsi karakteristik Responden
Keterangan:
n = Jumlah responden
SD = Sekolah Dasar
SMP = Sekolah Menengah Pertama
SMA = Sekolah Menengah Atas
PNS = Pegawai Negeri Sipil
TNI = Tentara Negara Indonesia
Polri = Polisi Republik Indonesia
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat perempuan merupakan jenis kelamin terbanyak
yang menderita DM dibandingkan laki laki. Hasil penelitian (Muliyani & Isnani, 2019)
yang menunjukkan presentasi hasil penderita DM terbanyak yaitu perempuan 57,1%
dan laki-laki 42,9%.
Variabel
Kategori
Jumlah Responden
(n = 33)
Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
48,5
51,5
Total
100%
Usia
35-45 tahun
46-55 tahun
56-65 tahun
66-75 tahun
0
45,5
24,2
30,3
Total
100%
Tingkat
Pendidikan
Tidak sekolah
SD
SLTP/SMP
SLTA/SMA
Sarjana/Diploma
0
3,0
9,1
42,4
45,5
Pekerjaan
Total
100%
Pensiunan
21,2%
PNS/TNI/
POLRI
36,4%
Wiraswasta
21,2%
Ibu Rumah
Tangga
21,2%
Lainnya
0
Total
100%
Hubungan tingkat kepatuhan pasien Prolanis Diabetes Melitus terhadap kualitas hidup
selama masa pandemi Covid-19
Syntax Idea, Vol.4, No.3, Maret 2022 665
Berdasarkan kategori usia lebih banyak menderita DM pada usia 46-55 tahun. Jika
dibandingkan dengan penelitian (Nanda, Wiryanto, & Triyono, 2018) didapatkan hasil
jumlah pasien yang berumur 45 tahun ke atas paling banyak menderita diabetes karena
pada usia ini seseorang sangat rentan terjadinya kelainan pada pankreas sehingga tidak
dapat mensekresi insulin dan meningkatkan kadar glukosa.
Jika berdasarkan kategori tingkat pendidikan yaitu responden dengan pendidikan
terbanyak yaitu SLTA/SMA sebanyak 14 orang (45,5%), dan responden dengan
pendidikan terakhir
Diploma/Sarjana sebanyak 15 orang (45,5%). Pendidikan memiliki peranan yang
penting dalam meningkatkan pengetahuan seseorang dalam memperhatikan
kesehatannya sendiri (Ayu & Damayanti, 2018).
Berdasarkan jenis pekerjaan hasil penelitian mayoritas responden yang menderita
DM bekerja sebagai PNS (36,4%). Hasil penelitian (Efriliana, Diani, & Setiawan, 2018)
menjelaskan bahwa penderita DM lebih banyak pada orang yang bekerja karena mereka
sulit untuk memperhatikan pola makan sehingga mengkonsumsi sembarang makanan.
b. Karakteristik data klinik
Tabel 2
Deskriptif diagnosa pasien DM di fasilitas kesehatan primer Kota Palu
Keterangan :
n = Jumlah pasien
DM = Diabetes Melitus
HT = Hipertensi
Diagnosa Utama
Jumlah
Pasien
(N=33)
Persentase
(%)
DMT II + Dispepsia
2
6,06
DMT II + HT
9
27,27
DMTII
15
45,45
DMTII + Dispepsia +
HT
1
3,03
DMTII + HT +
Hiperlipidemia
1
3,03
DMTII + Katarak
1
3,03
DMTII + HT + Infeksi
Saluran Pernafasan
Akut
1
3,03
DMTII + Jantung
Koroner
1
3,03
DMTII+ Arthalgia
1
3,03
DMTII+ Kolesterol
1
3,03
Niluh Agnes Kadoena, Amelia Rumi, Ririen Hardani
666 Syntax Idea, Vol. 4, No. 3, Maret 2022
Pada tabel 2 diagnosis utama yang terbesar di fasilitas pelayanan primer kota Palu
yaitu pasien dengan penderita DM tipe II (45,45%), di ikuti dengan penderita DM tipe II
disertai hipertensi (27,27%), dan DM tipe II disertai dispepsia (6,06%). Presentasi DM
pada penelitian ini merupakan yang paling tertinggi karena penelitian ini berfokus
terhadap pasien PROLANIS DM tipe II. Hal ini berdasarkan hasil riset (Dinkes, 2019)
di Sulawesi tengah yang menyatakan bahwa penderita DM di kota Palu merupakan
prevalensi tertinggi kedua sesudah kabupaten Parigi Mautong. Diagnosis tertinggi kedua
pada penelitian ini yaitu DM tipe II disertai hipertensi, hasil penelitian (Ayutthaya &
Adnan, 2020) menjelaskan terdapatnya hubungan signifikan DM terhadap kejadian
hipertensi. Tidak elastisnya atau terjadi pengerasan pada pembuluh darah menyebabkan
kenaikan tekanan darah (Nur Rasdianah, Thomas, & Gani, 2021). Pada hasil penelitian
juga terdapat kejadian DM dengan dispepsia dan hipertensi hal ini dapat terjadi karena
penggunaan obat yang memiliki efek samping terhadap lambung salah satunya yaitu
metformin (Dipiro J, Talbert Rl, Yee Gc, Matzke Gr, Wells Bg, 2015).
Tabel 3
Deskriptif manefestasi klinis pasien DM di fasilitas kesehatan primer Kota Palu
Manefestasi
Jumlah
(N=41)
Presentase
(%)
Demam
3
7,32
BAK tidak lancer
1
2,44
Pusing/Sakit kepala
3
7,32
Batuk
5
12,20
Lemas
3
7,32
Sakit Ulu Hati
3
7,32
Nyeri Dada
1
2,44
Sesak
3
7,32
Sakit Perut
2
4,88
Gatal Badan/Kram
3
7,32
Bengkak
kaki/Nyeri
2
4,88
Susah Tidur
1
2,44
Jantung Berdebar
1
2,44
Nyeri/kram pada
Tulang kaki,
lengan dan badan
9
21,95
Tenggorokan Gatal
1
2,44
Keterangan :
n = Jumlah
Berdasarkan tabel 3 manifestasi klinis yang sering dirasakan pada pasien DM di
fasilitas kesehatan primer kota Palu yaitu nyeri/kram pada kaki, lengan dan badan
(21,95%) hal ini dikarenakan nyeri diabetes neuropati yang sering terjadi pada pasien
diabetes melitus pada usia > 60 tahun hasil penelitian (Dirga, Nugroho, A. E., &
Hubungan tingkat kepatuhan pasien Prolanis Diabetes Melitus terhadap kualitas hidup
selama masa pandemi Covid-19
Syntax Idea, Vol.4, No.3, Maret 2022 667
Pramantara, 2019) yang didapatkan jumlah pasien DM dengan nyeri/kram lebih tinggi
yaitu 56 pasien. Selanjutnya diikuti dengan manefestasi klinis batuk (12,20%) hal ini
dikarenakan pada pasien DM ada yang memiliki riwayat penyakit ISPA dan hasil
penelitian yang dilakukan oleh (Tampa’i, Sumombo, Hariyadi, & Lengkey, 2021)
pasien DM dengan penyakit penyerta saluran pernafasan yaitu 20 orang (15,15%).
Tabel 4
Pengobatan bersamaan yang diterima oleh pasien DM
Kelas Terapi
Kelas
Obat
Jumlah
(N=144)
Persentase (%)
Antidiabetes
Biguanid
Metformin
21
14,58
Sulfonilurea
Glimepiride
6
4,17
Gliclazide
5
3,47
Insulin
Novorapid
10
6,94
Levemir
6
4,17
Lantus
5
3,47
Apidra
1
0,69
Antipiretik,
Antiinflamasi dan
Analgesik
AINS
Asam
Mefenamat
1
0,69
Natrium
Diklofenak
8
5,56
Ibu Profen
3
2,08
Analgesik Non-
Opioid
Paracetamol
1
0,69
Kortikosteroid
Hidrokortisan
2
1,39
Antirefluks &
Antiulserasi
Antasida
Antasida
4
2,78
Antagonis
Histamin-2
Ranitidin
1
0,69
Inhibitor Pompa
Proton
Omeprazol
2
1,39
Mukolitik
Ambroxol
2
1,39
Asetilsistein
1
0,69
Ekspetoran
GG
3
2,08
Bronkodilator
Agonis reseptor
B2
Salbutamol
1
0,69
Antihipertensi
CCB
Amlodipin
14
9,72
Diltiazem
1
0,69
ARB
Candesartan
6
4,17
B - Bloker
Bisoprolol
2
1,39
ACEI
Lisinopril
2
1,39
Diuretik
Spironolaktone
1
0,69
Niluh Agnes Kadoena, Amelia Rumi, Ririen Hardani
668 Syntax Idea, Vol. 4, No. 3, Maret 2022
Keterangan :
n = Jumlah
Berdasarkan tabel 4 penggunaan obat bersamaan pada pasien DM yang paling
banyak digunakan untuk terapi DM dari golongan biguanid yaitu metformin (14,58%),
hasil penelitian (Tampa’i et al., 2021) menjelaskan penggunaan metformin lebih banyak
digunakan pada pasien DM tipe II, hal ini karena obat yang paling banyak digunakan
sebagai obat pilihan utama (lini pertama) pengobatan DM adalah metformin (Dipiro J,
Talbert Rl, Yee Gc, Matzke Gr, Wells Bg, 2015) hal ini disebabkan karena metformin
bekerja dengan cara menambah sensitivitas terhadap insulin dan juga dapat menekan
produksi glukosa pada hati sehingga turunnya kadar Low Density Lipoprotein (LDL)
dan kadar trigliserida serta dapat menekan nafsu makan. Selanjutnya diikuti dengan
penggunaan insulin Novorapid (6,94%). Penggunaan obat terbanyak untuk DM yang
disertai dengan hipertensi digunakan amlodipin (9,72%) dan candesartan (4,17%). Hasil
penelitian (Pramadani et al., 2019) penggunaan obat golongan Angiotensin Reseptor
Blocker (ARB) dan Calcium Chanal Blocker (CCB) lebih banyak digunakan yaitu
(49%) dan (36%) kedua obat ini baik digunakan untuk pasien diabetes melitus yang
memiliki komplikasi hipertensi karena kedua golongan obat ini merupakan terapi lini
pertama yang bisa dianjurkan pada penderita DM dengan komplikasi hipertensi.
Kelas Terapi
Kelas
Obat
Jumlah
(N=144)
Persentase (%)
Antihiperlipidemia
Statin
Simvastatin
7
4,86
Cardiovaskuler
Antiplatelet
Clopidogrel
1
0,69
Nitrat
Nitrogliserin
1
0,69
Antiemetik
Antagonis
Reseptor Dopamin
Domperidone
1
0,69
Antigout
Allupurinol
1
0,69
Kolkisin
1
0,69
Antianxietas
Benzodiazepine
Diazepam
1
0,69
Antibiotik
Aminoglikosida
Gentamicin
1
0,69
Sefalosporin
Cefadroxil
1
0,69
Penisilin
Amoxicillin
2
1,39
Antihistamin
H1
CTM
3
2,08
H2
Cetirizin
1
0,69
Pilek
Alpara
1
0,69
Suplemen
Vitamin
Vit C
1
0,69
B Complex
8
5,56
Vit B1, B6, B12
& Vit E
2
1,39
Vit B1, B6 &
B12
1
0,69
Antiseptik
Zalf
1
0,69
Hubungan tingkat kepatuhan pasien Prolanis Diabetes Melitus terhadap kualitas hidup
selama masa pandemi Covid-19
Syntax Idea, Vol.4, No.3, Maret 2022 669
c. Gambaran kepatuhan dan kualitas hidup pasien DM
Tabel 5
Tabel silang gambaran kepatuhan dan kualitas hidup pasien DM
Keterangan :
n = Jumlah
Hasil dari penelitian berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa total responden yang
memiliki kepatuhan meminum obat dalam kategori patuh yaitu (45,5%) dan yang
memiliki kualitas hidup baik yaitu berjumlah Hal ini berdasarkan hasil wawancara yang
di lakukan Bersama responden, meskipun pasien tidak patuh dalam mengkonsumsi obat
antidiabetes yang dimilikinya karena terkadang pasien sering lupa karena sibuk dengan
pekerjaan, ataupun ada pasien yang sengaja menunda minum obat namun pasien
memiliki kualitas hidup yang baik hal ini disebabkan karena pasien memiliki
pengetahuan yang baik dan perilaku yang positif dalam memperhatikan kesehatan
seperti beberapa pasien melakukan diet dan rajin dalam berolahraga secara mandiri
yang dilakukan dirumah sehingga pasien bisa meningkatkan kualitas hidup.
Tabel 6
Hubungan tingkat kepatuhan dan kualitas hidup pasien DM
Keterangan:
n = Jumlah responden
Sig = Signifikan
Tingkat
Kepatuhan
Kualitas Hidup
Total
Responden
(n)
Baik
(n)
Buruk
(n)
Patuh
9 (27,3%)
6 (18,2%)
15 (45,5%)
Sedang
5 (17,3%)
2 (6,9%)
7 (24,2%)
Tidak Patuh
7 (19,3%)
4 (11,0%)
11 (30,3%)
Total
21
(63,6%)
12
(36,4%)
33 (100%)
Variabel
Uji
Kualitas
Hidup
Kepatuhan
Kepatuhan
Correlation
Coefficient
0,043
1
Sig. (2-
tailed)
0,813
N
33
33
Kualitas
Hidup
Correlation
Coefficient
1
0,043
Sif. (2-
tailed)
0,813
N
33
33
Niluh Agnes Kadoena, Amelia Rumi, Ririen Hardani
670 Syntax Idea, Vol. 4, No. 3, Maret 2022
Dari penelitian yang telah dilakukan, berdasarkan hasil analisis data menggunakan
uji korelasi spearman rank didapatkan nilai p = 0,813 atau p > α (0,05), maka Ho
diterima yang artinya antara kepatuhan dan kualitas hidup pasien DM tidak terdapat
hubungan, berdasarkan hasil wawancara bersama pasien bukan hanya kepatuhan yang
menjadi faktor meningkatnya kualitas hidup tetapi pasien memiliki pengetahuan dan
perilaku yang positif dalam memperhatikan kesehatannya, seperti pasien tetap rajin
berolahraga dan melakukan diet serta mempunyai gaya hidup yang baik dengan tetap
melakukan hal-hal positif tanpa terbebani dengan adanya DM yang diderita. Hasil
penelitian (Gusmai, Novato, & Nogueira, 2015) menjelaskan hasil penelitian tidak ada
hubungan secara langsung antara kualitas hidup dan kepatuhan pengobatan pasien DM
dan juga hasil penelitian (Ubaidillah, 2019) yaitu penelitian yang dilakukan di
puskesmas Ciptomulyo terhadap pasien DM terhadap kepatuhan dan kualitas hidup di
dapatkan hasil menggunakan uji spearman rank didapatkan hasil p = 0,988 > alpha
(0,05) atau tidak terdapat hubungan antara kepatuhan dan kualitas hidup pada pasien
DM. Dan hasil uji statistik yang dihasilkan dalam penelitian (Chloranita, 2018),
didapatkan hasil tidak adanya hubungan antara pengobatan pasien DM dengan kualitas
hidup secara signifikan.
Jika dilihat dari nilai koefisien korelasi yang dihasilkan yaitu 0,043, tingkat
keeratan hubungan antara kepatuhan dan kualitas hidup adalah sebesar 0,043 atau
tingkat keeratan sangat lemah, berdasarkan penelitian yang didapatkan meskipun tidak
nilai keeratan antar kepatuhan dan kualitas hidup sangat lemah namun pasien yang
memilki kualitas hidup baik lebih banyak dibandingkan pasien yang memiliki kualitas
hidup buruk dengan jumlah pasien pada kategori patuh lebih banyak dibandingkan yang
tidak patuh. Menurut (Ubaidillah, 2019) kepatuhan tidak hanya menjadi satu-satunya
faktor dalam meningkatkan kualitas hidup namun banyak faktor juga dapat berpengaruh
serta berperan penting untuk mecapai kualitas hidup yang lebih.
Selanjutnya nilai angka koefisien korelasi pada yang dihasilkan memiliki arah
positif, yaitu 0,043 yang artinya kedua variabel bersifat searah. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa jika kepatuhan pasien DM lebih tinggi maka kualitas hidup akan
semakin baik. Hasil penelitian (Alfian, Sukandar, Lestari, & Abdulah, 2016) yang
menyatakan jika pasien DM memilki kepatuhan terhadap penggunaan obat maka pasien
juga akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik daripada pasien yang tidak memiliki
kepatuhan terhadap penggunaan obat DM.
Meskipun kegiatan PROLANIS di fasilitas kesehatan dihentikan sementara
namun pengontrolan kesehatan pasien PROLANIS tetap dilakukan oleh petugas
kesehatan dengan menerapkan kegiatan reminder sms gateaway ataupun melalui
telephone yang dilakukan setiap bulannya agar dapat mengingatkan pasien untuk tetap
rutin mengambil obat setiap bulan serta mengingatkan untuk tetap meminum obat,
dimasa new normal pasien bisa diwakili oleh keluarga untuk ke fasilitas kesehatan
untuk mengambil resep setiap bulan yang kemudian obatnya bisa diambil di apotek
kimia farma yang sudah bekerja sama dengan BPJS kesehatan, pasien juga tetap
disarankan oleh petugas kesehatan untuk tetap rutin melakukan pemeriksaan setiap 6
bulan sekali dilaboratorium Prodia yang bekerja sama dengan BPJS kesehatan. Hal ini
Hubungan tingkat kepatuhan pasien Prolanis Diabetes Melitus terhadap kualitas hidup
selama masa pandemi Covid-19
Syntax Idea, Vol.4, No.3, Maret 2022 671
dilakukan agar pasien tetap patuh dan terkontrol dalam menggunakan obat serta
kegiatan PROLANIS tetap bisa dijalankan meskipun dimasa pandemi Covid-19 dan
tujuan dari PROLANIS untuk meningkatkan kualitas hidup pasien secara optimal bisa
dicapai.
Berdasarkan hasil wawancara pasien juga tetap rutin dalam pengambilan obat
setiap bulannya di apotek kimia farma, baik mengambil sendiri maupun diwakilkan oleh
anaknya. Pasien juga tidak merasa terbebani juka harus mengontrolkan kesehatannya
setiap bulan ke fasilitas kesehatan, serta merasakan manfaat adanya program
PROLANIS di mana pasien bisa diingatkan oleh petugas kesehatan untuk rutin kontrol
kesehatannya dan tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk ke dokter maupun saat
pengambilan obat sehingga kualitas hidup pasien dapat meningkat. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh (Purnamasari & Prameswari, 2020) adanya hubungan signifikan
antara dukungan tenaga kesehatan terhadap pemanfaatan PROLANIS yang sudah
disediakan oleh BPJS kesehatan, tenaga kesehatan berperan penting dalam membantu
meningkatkan kepatuhan pasien serta membantu meningkatkan kemampuan masyarakat
agar bisa mendapatkan derajat kesehatan yang lebih optimal serta mencegah adanya
komplikasi penyakit pada pasien dengan memanfaatkan program PROLANIS.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka kesimpulan sebagai berikut : (1.) Tingkat
kepatuhan pasien diabetes melitus pada kategori patuh dengan jumlah responden
sebanyak 15 orang (45,5%) dibandingkan dengan pasien pada kategori sedang 7 orang
(24,2%) dan kategori tidak patuh sebanyak 11 orang (30,3%). (2.) Kualitas hidup pasien
diabetes melitus selama masa pandemi Covid-19 lebih banyak terdapat pada kategori
baik atau pasien dengan kualitas hidup yang baik yaitu sebanyak 21 orang (63,6%)
dibandingkan pasien yang memiliki kualitas hidup buruk 12 orang (36,4%). (3.)
Hubungan antara kepatuhan minum obat terhadap kualitas hidup pasien DM didapatkan
hasil dari pengujian yang dilakukan melalui uji korelasi spearman rank didapatkan nilai
p = 0,813 atau p > α (0,05), maka Ho diterima yang artinya antara kepatuhan dan
kualitas hidup pasien DM tidak terdapat hubungan.
BIBLIOGRAFI
Alfian, Sofa D., Sukandar, Hadyana, Lestari, Keri, & Abdulah, Rizky. (2016).
Medication adherence contributes to an improved quality of life in type 2 diabetes
mellitus patients: a cross-sectional study. Diabetes Therapy, 7(4), 755764.Google
Scholar
Ayu, Ni Putu Mirah, & Damayanti, Santi. (2018). Pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2 dalam pencegahan
ulkus kaki diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul. Jurnal
Keperawatan Respati Yogyakarta, 2(1), 1319. Google Scholar
Ayutthaya, Sara Sonnya, & Adnan, Nurhayati. (2020). Faktor Risiko Hipertensi pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 9(02), 60
Niluh Agnes Kadoena, Amelia Rumi, Ririen Hardani
672 Syntax Idea, Vol. 4, No. 3, Maret 2022
71. Google Scholar
Cefalu, William T., & Riddle, Matthew C. (2019). More evidence for a prevention-
related indication for metformin: let the arguments resume! Diabetes Care, 42(4),
499501. Google Scholar
Chloranita, Shanty. (2018). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Pada Diabetes Tipe 2. Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, 6(1), 6775.
Google Scholar
Degroot, Leslie J., Jameson, J. Larry, & De Kretser, David M. (2016). Endocrinology:
adult and pediatric. Elsevier Saunders. Google Scholar
Dinkes, S. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2019. 1222.
Dipiro J, Talbert Rl, Yee Gc, Matzke Gr, Wells Bg, &. Posey Lm. (2015).
Pharmacoterapy A Phatophysiologic Approach. In Aiaa Guidance, Navigation,
And Control Conference.
Dirga, Nugroho, A. E., & Pramantara, I. D. P. (2019). The Factors Influencing Clinical
Outcome Of Pain In Patient With Diabetic Neuropathy Patient In Internal
Medicine Clinics Of Yogyakarta City General Hospital. Jurnal Kefarmasian
Indonesia, 9(2), 106113.
Efriliana, Efriliana, Diani, Noor, & Setiawan, Herry. (2018). Karakteristik pasien
diabetes melitus dengan pengetahuan tentang perawatan kaki diabetes melitus.
Dinamika Kesehatan: Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 9(1), 135144.
Google Scholar
Gusmai, Luana de Fátima, Novato, Tatiana de Sá, & Nogueira, Lilia de Souza. (2015).
The influence of quality of life in treatment adherence of diabetic patients: a
systematic review. Revista Da Escola de Enfermagem Da USP, 49, 839846.
Google Scholar
Hastuti, Hastuti, Januarista, Afrina, & Suriawanto, Nelky. (2019). Hubungan Self Care
Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Di Ruang Garuda Rsu Anutapura
Palu: Hubungan Self Care Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Di
Ruang Garuda Rsu Anutapura Palu. Journal of Midwifery and Nursing, 1(3), 24
31. Google Scholar
Idris, Fachmi. (2014). Panduan praktis Prolanis (Program pengelolaan penyakit kronis).
Jakarta: BPJS. Google Scholar
Kemekes, Ri. (2020). Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Masa Pandemi
Covid-19. Kemenkes RI. Google Scholar
Nanda, Oryza Dwi, Wiryanto, Bambang, & Triyono, Erwin Astha. (2018). Hubungan
kepatuhan minum obat anti diabetik dengan regulasi kadar gula darah pada pasien
perempuan diabetes mellitus. Amerta Nutrition, 2(4), 340348. Google Scholar
Hubungan tingkat kepatuhan pasien Prolanis Diabetes Melitus terhadap kualitas hidup
selama masa pandemi Covid-19
Syntax Idea, Vol.4, No.3, Maret 2022 673
Purnamasari, Shella Mediciani, & Prameswari, Galuh Nita. (2020). Pemanfaatan
Program Pengelolaan Penyakit Kronis di Puskesmas. HIGEIA (Journal of Public
Health Research and Development), 4(2), 256266. Google Scholar
Rasdianah, N, Martodiharjo, S., Andayani, T. M., & Hakim, L. (2016). The description
of medication adherence for patients of Diabetes Mellitus type 2 in public health
center Yogyakarta. Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 5(4), 249257.
Google Scholar
Rasdianah, Nur, Thomas, Nur Ain, & Gani, Athira Sri Wahyuni. (2021). Interaksi Obat
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Penyakit Penyerta Di Rumah Sakit
Otanaha Kota Gorontalo. Indonesian Journal of Pharmaceutical Education, 1(1),
4046. Google Scholar
Tampai, Randy, Sumombo, Jacklyne, Hariyadi, Hariyadi, & Lengkey, Yessie. (2021).
Gambaran Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Puskesmas Tuminting. Jurnal Kefarmasian Indonesia, 4955. Google Scholar
Ubaidillah, Zaqqi. (2019). Hubungan Tingkat Kepatuhan Terhadap Qualitas Hidup Pada
Pasien Diabetes. Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti, 7(1), 915. Google Scholar
Copyright holder:
Niluh Agnes Kadoena, Amelia Rumi, Ririen Hardani
(2022)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: