How to cite:
Djosari, A, N., (2022) TATA Ruang Kampung Jawa Tondano, Minahasa Spatial Pattern Of Javanese
Tondano Kampung, Minahasa, Syntax Idea, 4(3), https://doi.org/10.36418/syntax-idea.v4i3.1811
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
Syntax Idea: pISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X
Vol.4, No.3, Maret 2022
TATA RUANG KAMPUNG JAWA TONDANO, MINAHASA SPATIAL
PATTERN OF JAVANESE TONDANO KAMPUNG, MINAHASA
Ayu Ningsih Djosari, Sudaryono
Universitas Gajah Madha Jawa Tengah, Indonesia
Abstrak
Kampung Jaton (Jawa Tondano) merupakan bagian dari kota Tondano, Minahasa,
Sulawesi Utara. Kampung ini merupakan kampung hasil akulturasi budaya Jawa
dan Minahasa di tanah Sulawesi Utara. Kampung ini dibangun oleh Kyai Modjo
dan pengawalnya yang dibuang oleh pemerintah kolonial Belanda. Kampung Jaton
terbilang unik karena dalam pengembangan wilayahnya dilakukan dengan tradisi
Jawa namun dalam kesehariannya orang-orang Jaton menjalani kehidupan sebagai
bagian yang berkaitan erat dengan orang Minahasa. Tujuan penelitian ini adalah
mengidentifikasi karakteristik tata ruang di Kampung Jawa Tondano. Metode
penelitian adalah induktif kualitatif deskriptif. Fokus penelitian pada kaitan antara
manusia, ruang dan aktifitas. Pengumpulan data melalui observasi secara langsung
di lapangan, wawancara secara mendalam (depth interview) dan studi dokumentasi.
Analisis data dilakukan dengan pengorganisasian data yang dikelompokkan
berdasarkan kategori, penyusunan tema-tema dan konsep, serta, pembuatan
kesimpulan. Hasil penelitian menemukan adanya pola tata ruang kampung Jaton
yang ditunjukkan dalam pola penggunaan dan pemanfaatan ruang dalam skala
halaman, blok, dan makro.
Kata Kunci: karakteristik; tata ruang; penggunaan lahan; pemukiman; tradisi; jawa
tondano
Abstract
Kampung Jaton (Java Tondano) is part of the city of Tondano, Minahasa, North
Sulawesi. This village is the result of acculturation of Javanese and Minahasa
culture in North Sulawesi. This village was built by Kyai Modjo and his followers
who were exiled by the Dutch colonial government. Kampung Jaton is unique
because in the development of its settlements it is carried out with Javanese
traditions but in their daily life the Jaton people live is closely related to the
Minahasa people. The purpose of this study was to identify the spatial
characteristics of Kampung Jawa Tondano. The research method is inductive
qualitative using a phenomenological approach. The focus of the research is
humans, space and activities. Collection of data was done by direct observation in
the field, in-depth interviews and documentation studies. Data analysis was
carried out by organizing data grouped by category, compiling themes and
concepts, as well as making conclusions. The results of the study show that there
were spatial characteristics in Jaton Village which were shown in the pattern of
land use and utilization of space on a micro, meso, and macro scale.
Ayu Ningsih Djosari, Sudaryono
508 Syntax Idea, Vol. 4, No. 3, Maret 2022
Keywords: characteristics; spatial planning; land use; settlement; tradition; tondano
java
Pendahuluan
Kampung Jaton (Jawa Tondano) merupakan bagian dari kota Tondano, Minahasa,
Sulawesi Utara. Kampung ini merupakan kampung hasil akulturasi budaya Jawa dan
Minahasa di tanah Sulawesi Utara. Kampung ini dibangun oleh Kyai Modjo dan
pengawalnya yang dibuang oleh pemerintah kolonial Belanda. Kampung Jaton terbilang
unik karena dalam pengembangan wilayahnya dilakukan dengan tradisi Jawa namun
dalam kesehariannya orang-orang Jaton sebagai bagian yang berkaitan erat dengan
orang Minahasa. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada pola-pola penggunaan dan
pemanfaatan lahan untuk permukiman, pertanian dan pemakaman. Pola-pola ini
kemudian diikuti oleh wilayah-wilayah di sekitarnya. Aspek spasial kampung Jawa
Tondano ini merupakan fokus penelitian ini, dengan tujuan menemukan karakteristik
tata ruang yang dimiliki oleh kampung ini. Jawa tondano bisa dikatakan sebagai
kampung yang selalu menjadi tujuan dari para akademisi untuk melakukan penelitian,
maka dari itu perlu ketelitian yang lebih untuk seorang peneliti dalam memutuskan
judul dan tujuan ataupun maksud dari peneltian ini agar tidak didapati kesamaan dengan
penelitian terdahulu. Pada penelitian-penelitian sebelumnya lingkup pembicaraan ,
pengamatan dan pembahasan tentang kulturasi budaya di Kampung Jawa Tondano
sudah pernah dibahas. Baik dilihat dari adat istiadatnya, sejarah, keagamaan juga dari
bentuk rumah adat dari segi segi arsitektur. Namun penelitian-penelitian tersebut tidak
mengarah kepada Pemanfaatan Ruang juga Karakteristik Tata Ruangnya, juga belum
ada yang melakukan pendekatan secara fenomenologi sehingga tidak sama dengan
penelitian ini.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah induktif kualitatif. Unit amatan
penelitian adalah masyarakat asli kampung Jawa Tondano, lingkungan tempat hidup
atau beraktivitas masyarakat, dan kegiatan-kegiatan masyarakat dan perilaku
masyarakat dalam upaya menyesuaikan diri dengan segala tradisi budaya dan
keagamaan di kampung Jawa Tondano.
Jenis data penelitian yaitu data primer yang dilakukan dengan teknik wawancara
dan observasi. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber yang mencakup peta,
grafik, foto, dan tabel), serta beberapa informasi dan data yang bersumber dari pustaka.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan
studi dokumentasi. Cara analisis data dilakukan melalui penyusunan kategori secara
sistematis atas data hasil wawancara, dokumentasi, dan observasi, serta pembuatan
kesimpulan.
Skema bagan alur dalam tahapan penelitian mengenai Karakteristik Tata Ruang
Kampung Jawa Tondano dapat dilihat pada gambar skema di bawah ini.
Tata Ruang Kampung Jawa Tondano, Minahasa Spatial Pattern Of Javanese Tondano
Kampung, Minahasa
Syntax Idea, Vol.4, No.3, Maret 2022 509
Gambar 1
Alur Penelitian
(Sumber: Hasil Analisis, 2021)
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian yang menunjukkan adanya karakteristik tata ruang kampung Jawa
Tondano, Minahasa, tergambarkan dalam tema-tema sebagai berikut.
A. Bahasa Jawa ke Bahasa Tondano
Menurut (Kembuan, 2016), Kyai Modjo dan pengikutnya tiba di Kampung
Jawa Tondano pada tahun 1830. Mereka berasal dari wilayah yang sama yaitu Jawa
bagian tengah selatan dari dua Vostenlanden yaitu Yogyakarta dan Surakarta.
Keseluruhan orang buangan ini menggunakan bahasa yang sama yaitu Jawa.
Sebagian besar dari mereka adalah golongan santri dan hanya sedikit terdapat
golongan bangsawan sehingga bahasa Jawa yang digunakan ialah bahasa Jawa
rendah, bukan bahasa Jawa Kromo (bahasa Jawa halus).
Pada saat ini, Kampung Jawa Tondano semakin menyatu dengan
kebudayaan Minahasa, sehingga hampir tidak ada lagi bahasa dan logat Jawa yang
terdengar meskipun kampung ini bernama Kampung Jawa. Dalam keseharian, para
tokoh masyarakat, tokoh agama, tukang ojek, penjual klontongan, dan anak-anak
berbincang dengan menggunakan bahasa dan logat Minahasa yang kental.
B. Male (Rumah Minahasa)
Dalam catatan (Kembuan, 2016), dinyatakan bahwa ketika Kiai Modjo dan
pengikutnya tiba di Tondano 1830, mereka ditempatkan pada sebuah rumah yang
diberikan oleh Residen Pietermaat. Rumah tersebut berbentuk loji yang awalnya
digunakan sebagai rumah singgah ketika Residen mengadakan inspeksi ke Distrik
Tondano. Bangunan rumah Minahasa dapat dilihat pada gambar berikut.
Ayu Ningsih Djosari, Sudaryono
510 Syntax Idea, Vol. 4, No. 3, Maret 2022
Gambar 2
Rumah Minahasa Tahun 1918
(Sumber: Kembuan, 2016:187)
C. Pemanfaatan Halaman Rumah
Selain bentuk rumah yang besar dan luas, pekarangan rumah masyarakat
Jaton juga terbilang sangat luas dan dimanfaatkan sebagai taman, tempat parkir
kendaraan, tempat usaha bahkan difungsikan sebagai kandang hewan peliharaan
mereka.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu tokoh sejarah di Kampung
Jawa, diketahui bahwa setiap halaman rumah dibiarkan kosong agar bisa
difungsikan untuk aktivitas sehari-hari, seperti menjadikan halaman belakang
sebagai kandang hewan (kuda, ayam, bebek, dan sapi). Sementara untuk halaman
depan dan samping dijadikan lahan parkir atau lahan bercocok tanam seperti
tanaman obat-obatan tradisional, sayur-sayuran dan rempah. Ada juga lahan yang
sudah difungsikan sebagai tempat usaha seperti toko, bengkel dan bahkan rumah
kost-kostan. Selain itu juga mereka membiarkan halaman depan kosong agar jika
ada acara pernikahan atau acara apapun, bisa difungsikan untuk mendirikan sabuah
atau tenda (Koesasi, 2021). Hasil wawancara ini sejalan dengan hasil observasi
peneliti pada salah satu rumah masyarakat yang dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3
Salah satu rumah masyarakat kampung Jawa Tondano
(Sumber: Hasil observasi, 2021)
Gambar No. 3 di atas menjelaskan bahwa halaman rumah tersebut dapat
difungsikan sebagai taman bunga, kandang kuda, kandang ayam, tempat jemur
Tata Ruang Kampung Jawa Tondano, Minahasa Spatial Pattern Of Javanese Tondano
Kampung, Minahasa
Syntax Idea, Vol.4, No.3, Maret 2022 511
hasil perkebunan (cengkeh), kolong yang menjadi tempat penyimpanan hasil
perkebunan, serta penyimpanan andong. Hampir seluruh rumah di kampung Jaton
ini memiliki ciri dan karakteristik yang sama, rumah berbentuk panggung dan
memiliki pekarangan yang cukup luas, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
menunjang aktivitas mereka sehari-hari. Namun seiring waktu terdapat beberapa
rumah yang sudah mulai dibangun dalam bentuk modern, tapi tetap masih
mempertahankan ciri dan karakteristik dari rumah adat Minahasa.
D. Pola Permukiman Berbentuk Blok
Kampung Jawa-Tondano dapat digambarkan memiliki pola permukiman
yang berbentuk susunan blok yang terencana secara rapi dan teratur. Secara umum
terdapat 6 (Enam) blok yang terbagi oleh fungsi-fungsi dan fasilitas: ibadah, sosial
budaya, Pertokoan, kantor, dan sekolah. Pembagian blok dapat digambarkan pada
tabel berikut. Tabel 1
Temuan Fisik Pada Pola Pemukiman (Blok)
No
Blok
Temuan Fisik
1
Blok 1
a. Masjid Baitul Makmur
b. MTS TarbiahTondano
c. TPA Miftahul Jannah
2
Blok II
a. Sekretariat PDDMI Kab.
Minahasa (Pimpinan Daerah
Dewan Masjid Indonesia)
b. Sekolah Al-Khairaat Kampung
Jawa
c. Sanggar Seni Budaya Nhekita
Jaton
3
Blok III
a. Pertokoan di Kampung Jaton
4
Blok IV
a. Sekretariat Rifa’iyah Prov.
Sulawesi Utara
b. Kantor Kelurahan Kampung
Jawa
c. Kantor Urusan Agama Kec.
Tondano
d. Mushola Majlis Taklim As-
Sakinah Jawa Tondano
Sanggar Seni Budaya Al-fallah
Kampung Jawa Tondano
5
Blok V
SDN 3 TONDANO
6
Blok VI
a. Masjid Al-Falah Kiay Modjo
b. Masjid LDII Baitul Ula’
Sumber: Hasil observasi, 2021
Ayu Ningsih Djosari, Sudaryono
512 Syntax Idea, Vol. 4, No. 3, Maret 2022
E. Masjid Kyai Modjo
Lokasi Mesjid menempati posisi sangat strategis di Kampung Jawa
Tondano. Mesjid tersebut beberapa kali mengalami renovasi. Semula, masjid ini
merupakan sebuah Mushala kecil di Tegalredjo, yang kemudian hari berkembang
menjadi masjid yang baru di Kampung Jawa. Mesjid ini telah diperluas dengan
struktur utamanya menggunakan bahan kayu, mengikuti bentuk Masjid Agung
Demak yang ciri khasnya memiliki empat tiang soko guru Di bagian atas tiang soko
guru terdapat tanda berupa tulisan tahun pembuatan masjid.
Gambar 4
Kondisi Masjid Al-Falah Kiay Modjo Saat Ini
(Sumber: Hasil observasi, 2021)
F. Makam Kyai Modjo
Kyai Muslim Muhammad Halifah Modjo atau Kyai Modjo yang merupakan
pendiri kampung Jawa Tondano dimakamkan dikelurahan wulauan,kecamatan
Tondano Utara, Kabupaten Minahasa. Makam tersebut tidak berada ditengah-
tengah kampung Jawa Tondano namun masih sangat dekat untuk dijangkau oleh
masyarakat kampung Jawa Tondano.
Gambar 5
Makam Kyai Modjo
(Sumber: Hasil observasi, 2021)
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang pemuka agama di
Kampung Jawa Tondano, Diketahui bahwa sebelum beliau wafat, beliau berpesan
agar dapat dimakamkan di pegunungan sehingga makan beliau berada di perbukitan
yang sangat sejuk. Selain makam Kyai Modjo dan pengikutnya, di komplek makam
ini juga dimakamkan Ahmad Rifai, seorang Pahlawan Nasional, sehingga makam
tersebut sering menjadi tujuan kunjungan para wisatawan yang ingin berwisata
religi maupun sejarah dan kebudayaan. Makam Kyai Modjo sudah beberapa kali
Tata Ruang Kampung Jawa Tondano, Minahasa Spatial Pattern Of Javanese Tondano
Kampung, Minahasa
Syntax Idea, Vol.4, No.3, Maret 2022 513
mengalami perubahan sedangkan makam pengikutnya masih nampak asli dengan
nisan terbuat dari cetakan batu goa (Rifai, 2021).
G. Masjid Diponegoro
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu tokoh sejarah dikampung
Tegalrejo (Tonsea Lama) diketahui bahwa, Masjid ini merupakan masjid pertama
yang menjadi tempat beribadah Kyai Modjo dan para pengikutnya sejak diasingkan
ke tanah Minahasa. Semula, masjid ini hanyalah sebuah mushola kecil dan
dibangun pada tahun 1827. sebelum para pengikut Kyai Modjo menikah, mereka
pertama kali menempati desa Tegalrejo dan mendirikan sebuah mushola yang saat
ini menjadi masjid Diponegoro. Kemudian setelah menikah dengan gadis-gadis
Minahasa, para pengikut Kyai Modjo berpindah tempat dan sebagian besar
berkehidupan di tempat yang saat ini diberi nama kampung Jawa Tondano.
Sementara yang tersisa di Tegalrejo adalah pengikut diponegoro yang berjumlah 5
orang, yang merupakan pasukan inti ahli perang Pangeran Diponegoro (Iskandar,
2021).
Gambar 6
Masjid Dipenogoro
(Sumber: Google, 2021)
H. Andong Sebagai Transportasi Masyarakat
Transportasi andong atau biasa disebut dengan Bendi merupakan alat
transportasi yang sudah digunakan oleh masyarakat kampung Jawa Tondano sejak
dahulu. Pada umumnya, alat transportasi ini dipergunakan untuk mengangkut hasil
pertanian dari sawah. Hadirnya transportasi online atau transportasi umum seperti
angkot dan sejenisnya yang lebih modern, tidak membuat masyarakat Jaton
meninggalkan kendaraan tradisional ini. Saat ini, Bendi masih menjadi alat
transportasi masyarakat untuk kegiatan dari kampung Jawa ke pusat kota Tondano.
Ayu Ningsih Djosari, Sudaryono
514 Syntax Idea, Vol. 4, No. 3, Maret 2022
Gambar 7
Alat Transportasi Tradisional (Andong)
(Sumber: Hasil observasi, 2021)
Bendi atau Andong, juga sering dijadikan kendaraan tradisional untuk para
wisatawan untuk berkeliling di Kampung Jawa Tondano. Mereka kebanyakan
mangkal di Pusat Kota Tondano yaitu Kompleks-kompleks Pertokoan dan Pasar.
Ongkos Bendi ini relatif murah, hanya berkisar Rp.5.000,- untuk sekali jalan.
Namun Jika berkeliling menikmati Kota Tondano atau kampung Jaton, maka calon
penumpang biasanyasaling tawar-menawar dengan kusir untuk harga sewanya.
Pada umumnya, para wisatawan berkunjung ke Kampung Jawa Tondano untuk
melihat makam Kyai Modjo, Masjid Al-falah Kyai Modjo, kemudian dilanjutkan ke
Benteng Moraya sebagai salah satu situs sejarah perang Tondano. Para wisatawan
yang akan naik Bendi atau andong ini, biasanya berasal dari luar kota Tondano
yang pada umumnya adalah para turis mancanegara, para budayawan, sejarawan,
para akademisi atau peneliti, juga para Pelajar dan Mahasiswa.
Kesimpulan
Kampung Jawa Tondano (Jaton) merupakan kampung terencana rapi dan teratur
yang disiapkan oleh Pemerintah Belanda untuk menampung Kyai Modjo dan para
pengikutnya. Kampung ini memiliki pola blok yang repetitif dan tersusun dengan baik.
Blok-blok permukiman terbagi ke dalam fungsi-fungsi hunian, ibadah, sosial budaya,
kantor, dan sekolah.
Dalam keseharian saat ini, kehidupan masyarakat Kampung Jaton telah menyatu
dengan kehidupan masyarakat Minahasa. Perpaduan budaya tersebut, terlihat pada pola
penggunaan dan pemanfaatan lahan untuk permukiman, pertanian dan pemakaman.
Masyarakat Kampung Jawa Tondano masih mempertahankan tradisi peninggalan
leluhur mereka yang dapat kita temukan melalui ritual-ritual keagamaan dan budaya
seperti perayaan hari-hari besar Islam.
Penelitian ini merekomendasikan kepada Pemerintah Setempat dan Masyarakat
Kampung Jaton, agar segala peninggalan para leluhur baik berupa peninggalan dalam
bentuk fisik (makam, masjid, dan rumah) dan pola-pola spasial kampung, serta
peninggalan dalam bentuk tradisi dan budaya masyarakat Jaton, dapat dipelihara dan
dilestarikan dengan kesungguhan hati. Kampung Jaton, merupakan bagian dari sejarah
Tata Ruang Kampung Jawa Tondano, Minahasa Spatial Pattern Of Javanese Tondano
Kampung, Minahasa
Syntax Idea, Vol.4, No.3, Maret 2022 515
nasional, sehingga memiliki nilai penting dalam upaya pembentukan identitas dan
karakter bangsa. BIBLIOGRAFI
Babcock, Timothy George. 1981. Religion and Cultural Identity in Kampung Jawa
Tondano, Sulawesi Utara, Indonesia, Ph.D Thesis at Cornell University. Google
Scholar
Dwars Soukotta. 2010. Tanda Teritori Primer Rumah-Rumah di Kampung Jawa
Tondano,Manado : Program PascaSarjana Arsitektur Universitas Sam
Ratulangi.Fendy E.W.Parengkuan, "2002, A Contribution to the History of Mapalus
in the Minahasa, North Sulawesi", dalam Jurnal Masyarakat dan Budaya, Vol. 8,
No. 2, PMB-LIPI. Google Scholar
H.B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret Press. Google Scholar
Iskandar. (2021). Wawancara Desember 2021. Tondano Minahasa.
Judy Obet Waani. 2000. Sistem Seting Masyarakat kampung Jawa
Tondano.Tesis.Universitas Gadjah Mada. Google Scholar
Kembuan, Roger. (2016). Bahagia di Pengasingan Kehidupan Sosial Budaya
Masyarakat Buangan di Kampung Jawa Tondano (1830-1908). Universitas Gadjah
Mada. Google Scholar
Kinayati Djojosuroto, Dialeg Identitas Jawa Tondano di Minahasa,Jakarta : Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta
Koesasi, Wahid. (2021). Tondano Minahasa. Wawancara Maret 2021. Google Scholar
Marzuki, “Pengaruh Kebudayaan Islam di Minahasa Masa Kolonial: Berdasarkan
Tinggalan Arkeologi,” Forum Arkeol., vol. 33, no. 1, pp. 1730, 2020.
Poerwanto, Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi. Yogyakarta:
Pustaka Belajar, 2008. Google Scholar
Pradiptama, Ignatius Hernu. (2017). Sikap Abdi Dalem Keraton Yogyakarta Terhadap
Akulturasi (Skripsi Tidak Diterbitkan). Universitas Mercu Buana, Yogyakarta
Google Scholar
Rifai, Abdullah. (2021). Tondano Minahasa. Wawancara September 2021. Google
Scholar
Rosydan. 2016. “Dualisme Spasial Berbasis Budaya Pasca Konflik Ramadhan
Berdarah di Kota Ternate”. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Google Scholar
Watuseke, F.S., 1968, Sejarah Minahasa, Manado, Indonesia: Percetakan Negara.
Ayu Ningsih Djosari, Sudaryono
516 Syntax Idea, Vol. 4, No. 3, Maret 2022
Yusno Abdullah Otta. 2015. Dinamisasi Tradisi Islam Di Era GlobalisasI: Studi atas
Tradisi Keagamaan Kampung Jawa Tondano, Manado: Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri. Google Scholar
Copyright holder:
Ayu Ningsih Djosari, Sudaryono (2022)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: