How to cite:
Amalia, A (2022) Gambaran keragaman konsumsi pangan pada masyarakat Pesisir Tanjung Pendam
Pada Masa Pandemi Covid-19, Syntax Idea, 4(1), https://doi.org/10.36418/syntax-idea.v4i1.1735
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
Syntax Idea: pISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X
Vol.4, No.3, Maret 2022
GAMBARAN KERAGAMAN KONSUMSI PANGAN PADA MASYARAKAT
PESISIR TANJUNG PENDAM PADA MASA PANDEMI COVID-19
Annisa Amalia
Universitas Negeri Jakarta, Indonesia
Abstrak
Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar mahluk hidup untuk bertahan hidup
selain udara dan air. Ketersediaan pasokan pangan yang kurang dibandingkan
permintaannya akan menimbulkan ketidakstabilan di masyarakat. Kebutuhan
pangan perlu dipenuhi baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Keragaman
konsumsi pangan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mencapai ketahanan pangan. Selain itu, keragaman konsumsi pangan yang baik
juga dapat memenuhi kebutuhan zat gizi tubuh. Studi ini dilakukan untuk melihat
bagaimana keragaman konsumsi pangan masyarakat pesisir Tanjung Pendam,
Belitung pada masa pandemi COVID-19. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah food frequency questionnaire (FFQ) yang divalidasi oleh
validator ahli dibidang gizi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis
dengan memberikan gambaran suatu objek penelitian dengan sebagaimana adanya.
Hasil penelitian ini menunjukkan keragaman konsumsi pangan masyarakat pesisir
Tanjung Pendam umumnya sudah cukup baik dengan mengonsumsi berbagai
kelompok pangan dimulai dari kelompok makanan pokok, lauk-pauk hewani dan
nabati, sayuran, hingga buah-buahan. Namun, konsumsi kelompok buah-buahan
perlu peningkatan lagi agar tercapai keragaman konsumsi yang baik dan seimbang.
Kata Kunci: keragaman konsumsi pangan; pandemi COVID-19; masyarakat pesisir
Abstract
Food is one of the basic needs of living things to survive in addition to air and
water. The availability of food supplies that are less than the demand will cause
instability in the community. Food needs need to be met both in terms of quantity
and quality. Diversity of food consumption is one of the efforts that can be done to
achieve food security. In addition, the diversity of good food consumption can also
meet the body's nutritional needs. This study was conducted to see how diversity of
food consumption of coastal communities of Tanjung Pendam, Belitung during the
COVID-19 pandemic. The instrument used in this study is a food frequency
questionnaire (FFQ) validated by an expert validator in the field of nutrition. The
method of this research uses descriptive analytical method by providing a
description of an object of research as it is. The results of this study show the
diversity of food consumption of coastal communities of Tanjung Pendam is
generally quite good by consuming various food groups ranging from staple food
groups, animal and vegetable side dishes, vegetables, to fruits. However, the
consumption of fruit groups needs to increase again in order to achieve a good and
balanced diversity of consumption.
Annisa Amalia
496 Syntax Idea, Vol. 4, No 3, Maret 2022
Keywords: dietary diversity; COVID-19 pandemic; coastal community
Pendahuluan
Pangan merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan makhluk hidup untuk hidup,
yang harus terpenuhi setiap waktu. Ketersediaan akan pangan yang lebih kecil
dibandingkan kebutuhannya akan berpotensi menimbulkan suatu ketidakstabilan.
Menurut UU tentang pangan No 18/2012, ketahanan pangan merupakan kondisi
terpenuhinya pangan bagi negara sampai pada tingkat perseorangan yang tergambar dari
tersedianya pangan yang cukup, baik dari segi jumlah maupun mutunya, aman,
beragam, bergizi, merata, dan terjangkau, serta tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara
berkelanjutan (Pemerintah Pusat, 2012).
Kebutuhan akan pangan tidak hanya perlu dipenuhi dari segi kuantitas, tetapi dari
segi kualitasnya pula. Tubuh manusia memerlukan setidaknya 45 jenis zat gizi, dan
tidak ada satu jenis makanan yang dapat memenuhi kebutuhan itu semua (Suryana,
2012). Studi mengenai keragaman konsumsi pangan pada hasil susenas tahun 2014 pada
masyarakat Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur, pola konsumsi pangan yang
beragam menunjukkan ketahanan pangan yang tinggi (Firdaus & Cahyono, 2017). Skor
keragaman konsumsi pangan (Dietary Diversity Score) mempunyai hubungan yang
signifikan tehadap nilai rata-rata kecukupan zat gizi (mean adequacy ratio) (Septiani,
2017).
Berdasarkan peta ketahanan dan kerentanan pangan 2019, kabupaten Belitung
berada pada tingkat 347 dengan skor indeks ketahanan pangan sebesar 59,22 (skor 0-
100), dimana wilayah ini ditandai dengan warna merah muda dengan kategori agak
rentan (Badan Ketahanan Pangan, 2020). Menurut prospek ekonomi global (Global
Economic Outlook) memperkirakan terjadinya pandemi COVID-19 pada tahun 2020
berpotensi membuat pertambahan 83-132 juta orang pada tingkat kurang gizi (FAO,
2020). Selain itu, kabupaten Belitung merupakan salah satu dari dua kabupaten yang
ada di pulau Belitung, provinsi kepulauan Bangka Belitung. Kondisi geografis pulau
Belitung yang merupakan pulau kecil sehingga sebagian besar kebutuhan termasuk
pangan dipenuhi dari daerah lain, serta sebagian besar wilayahnya juga merupakan
daerah pesisir pantai yang sebagian besar masyarakatnya sangat bergantung pada hasil
laut dan kondisi alam sekitar.
Penelitian ini dilakukan dan difokuskan pada masyarakat wilayah pesisir Tanjung
Pendam Kabupaten Belitung, yang merupakan salah satu wilayah padat penduduk di
kabupaten Belitung dengan melihat bagaimana keragaman konsumsi pangan dalam
tingkat rumah tangga (household). Ketergantantungan terhadap kondisi geografis yang
sebagian besar kebutuhannya didapatkan dari luar wilayah Belitung dan hasil laut, serta
pembatasan berskala besar dalam rangka mengurangi penyebaran virus COVID-19
dikhawatirkan akan memberikan dampak terhadap ketahanan pangan dan pola konsumsi
pangan masyarakat pesisir Tanjung Pendam.
Gambaran keragaman konsumsi pangan pada masyarakat pesisir Tanjung Pendam pada
masa Pandemi Covid-19
Syntax Idea, Vol.4, No.3, Maret 2022 497
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitis dan data yang diperoleh
bersifat cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah pesisir Kelurahan
Tanjung Pendam Kabupaten Belitung pada Desember 2021-Januari 2022 terhadap 30
keluarga yang diwakili oleh Ibu Rumah Tangga, selaku orang yang bertanggung jawab
dalam menyiapkan dan menyajikan makanan di rumah tangganya, dengan pemilihan
sampel penelitian dilakukan dengan cara purposive sampling.
Pengumpulan data penelitian dilakukan secara observasi dan wawancara langsung
serta terstruktur (structured interview). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan jenis data primer yang didapatkan langsung dari sumbernya dan diperoleh
dengan penarikan dalam satu waktu yang sama (cross section data). Instrumen dalam
penelitian ini menggunakan Food Frequency Questionnaire (FFQ) dengan penyesuaian
bahan makanan lokal yang selanjutnya di validasi oleh validator ahli (expert
judgement). Data yang didapatkan dari penelitian ini diolah menggunakan program
Microsoft Excel yang diolah dengan tabulasi dalam tabel dan dianalisis secara deskriptif
dengan memberikan gambaran secara umum dan apa adanya.
Hasil dan Pembahasan
1. Deskripsi Daerah Penelitian
Tanjung Pendam merupakan salah satu desa atau kelurahan yang terletak di
Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung. Kelurahan Tanjung Pendam
memiliki luas wilayah sebesar 1,02 km2 dengan kepadatan penduduk 5497 jiwa/km2
dengan 4 kawasan lingkungan yaitu lingkungan Tanjung Pendam (RT 1 s.d. RT 8),
lingkungan Pagar Alam (RT 9 s.d. RT 14), lingkungan Perai (RT 15 s.d. RT 21), dan
lingkungan Baru (RT 22 s.d. RT 26). Penelitian ini khususnya dilakukan di
lingkungan Tanjung Pendam karena merupakan daerah yang terletak paling dekat
dengan bibir pantai (pesisir) (Badan Pusat Statistik Kabupaten Belitung, 2020).
2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia, pekerjaan,
penghasilan keluarga, dan pendidikan responden.
Karakteristik
n
%
Usia
31-40 tahun
5
16,67
41-50 tahun
11
36,67
50-60 tahun
7
23,33
>60 tahun
7
23,33
Pekerjaan
IRT
25
83,33
Wiraswasta
3
10
Honorer
1
3,33
Lainnya
1
3,33
Annisa Amalia
498 Syntax Idea, Vol. 4, No 3, Maret 2022
Penghasilan Keluarga
≤ Rp 1.000.000,-
1
3,33
Rp 1.000.001-2.000.000
9
30
Rp 2.000.001-3.000.000
14
46,67
≥ Rp 3.000.001
6
20
Tingkat Pendidikan
SD
13
43,33
SLTP/Sederajat
6
20
SLTA/Sederajat
10
33,33
Lainnya
1
3,33
Total
30
100
Sumber: hasil pengolahan data primer
Berdasarkan data diatas, kelompok usia terbesar dari keseluruhan responden
berada pada rentang usia 41-50 tahun dengan persentase sebesar 36,67%. Pada
karakteristik pekerjaan didominasi oleh ibu rumah tangga (IRT) yaitu sebesar 83,33
%. Pada kelompok pekerjaan wiraswasta disini merupakan pedagang dan kelompok
lainnya merupakan pegawai. Pada kategori penghasilan keluarga, dimana sebagian
besar rata-rata penghasilan keluarga berada pada tingkat Rp 2.000.001-3.000.000
dengan 46,67% sampel responden. Pada karakteristik tingkat pendidikan responden
sebesar 43,33% sampel dengan tingkat pendidikan hanya sampai tahap SD,
sedangkan pada tahap lainnya merupakan responden yang tidak menempuh jalur
pendidikan formal manapun.
3. Konsumsi Makanan Pokok
Makanan pokok merupakan makanan yang dikonsumsi paling besar
dibandingkan kelompok pangan lainnya, hal ini dikarenakan makanan pokok
biasanya merupakan sumber karbohidrat yang tinggi sebagai bahan bakar utama
tubuh untuk menjalankan fungsinya. Pada kelompok makanan pokok, terdapat dua
sumber utama yang diteliti dalam penelitian ini yaitu serealia dan olahannya, serta
umbi-umbian dan olahannya. Tabel 1
Persebaran Konsumsi Makanan Pokok
Bahan
Makanan
Setiap
hari
3-4 kali
/minggu
1-2 kali
/minggu
Tidak
Pernah
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Beras
30
100
0
0
0
0
0
0
0
0
30
100
Beras ketan
0
0
0
0
0
0
2
6,67
28
93,33
30
100
Jagung
0
0
0
0
0
0
0
0
30
100
30
100
Roti
0
0
0
0
8
26,67
13
43,33
9
30
30
100
Mie basah
0
0
0
0
0
0
9
30
21
70
30
100
Mie instan
1
3,3
3
6
20
13
43,33
9
30
1
3,33
30
100
Kwetiaw
0
0
0
0
0
0
1
3,33
29
96,67
30
100
Bihun
0
0
0
0
1
3,33
3
10
26
86,67
30
100
Gambaran keragaman konsumsi pangan pada masyarakat pesisir Tanjung Pendam pada
masa Pandemi Covid-19
Syntax Idea, Vol.4, No.3, Maret 2022 499
Bahan
Makanan
Setiap
hari
3-4 kali
/minggu
1-2 kali
/minggu
Tidak
Pernah
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Ubi
0
0
0
0
1
3,33
6
20
23
76,67
30
100
Singkong
0
0
0
0
0
0
12
40
18
60
30
100
Tp. tapioka
0
0
0
0
9
30
14
46,67
7
23,33
30
100
Sumber: hasil pengolahan data primer
Berdasarkan data diatas, konsumsi masyarakat pesisir Tanjung Pendam masih
bertumpu pada beras. Konsumsi beras dengan frekuensi setiap hari oleh seluruh
sampel responden penelitian. Konsumsi produk serealia lainnya adalah roti dengan
frekuensi 3-4 kali seminggu sebesar 26,67% dan 1-2 kali seminggu 43,33%. Pola
konsumsi masyarakat Indonesia yang sangat bertumpu pada beras berdasarkan hasil
analisis Susenas 2017 dengan 81,60 kg/kapita/tahun dan roti putih pada 19,12
kg/kapita/tahun (Wijayati, Harianto, & Suryana, 2019). Konsumsi sumber
karbohidrat lainnya berasal dari ubi kayu(singkong) dengan 1-2 kali konsumsi
seminggu sebesar 40% sampel. Konsumsi olahan ubi kayu yaitu tepung tapioka,
sebesar 30% pada frekuensi 3-4 kali seminggu dan 46,67% pada frekuensi 1-2 kali
seminggu. Sebagian besar sampel tidak mengkonsumsi komoditas beras ketan dan
jagung sebagai sumber makanan pokok sehari-hari. Konsumsi mie instan pada
sebagian besar sampel juga menunjukkan angka konsumsi dan frekuensi yang tinggi,
dimana sebesar 20% sampel mengkonsumsi mie instan dengan frekuensi 5-6 kali
seminggu dan 43,33% sampel dengan frekuensi 3-4 kali seminggu. Harga mie instan
yang cenderung lebih murah, tingkat kelaparan (hunger), kepraktisan atau cara dan
waktu persiapan yang tidak memakan waktu lama, cita rasa, aroma, dan menjadi
faktor paling utama mengapa seorang individu mengkonsumsi mie instan (Utami &
Triratnawati, 2016).
Secara keseluruhan konsumsi makanan pokok pada sampel responden
masyarakat pesisir Tanjung Pendam pada masa pandemi COVID-19, 100%
mengkonsumsi nasi dalam seminggu. Sebanyak 96,67% responden mengkonsumsi
mie instan dalam satu minggu, tepung tapioka dikonsumsi 76,67% responden dalam
seminggu, roti putih dikonsumsi oleh 70% responden dalam seminggu, serta
singkong sebesar 40% dengan frekuensi 1-2 kali seminggu. Keragaman konsumsi
makanan pokok pada masyarakat pesisir Tanjung Pendam sudah cukup baik, namun
perlu ditingkatkan kembali pada jenis komoditas lainnya agar terbentuk kebiasaan
makan dengan keragaman yang tinggi, sehingga ketahanan pangan tinggi.
4. Konsumsi Lauk Pauk
Kelompok lauk pauk merupakan makanan pendamping bagi makanan pokok
yang biasanya merupakan sumber protein dan lemak. Kelompok lauk pauk terdiri
dari daging, olahan daging, unggas, olahan unggas, ikan, olahan ikan, seafood, telur,
dan kacang-kacangan(nabati).
Annisa Amalia
500 Syntax Idea, Vol. 4, No 3, Maret 2022
Tabel 2
Persebaran Konsumsi Lauk Pauk
Bahan
Makanan
Setiap
hari
5-6 kali
/minggu
3-4 kali
/minggu
1-2 kali
/minggu
Tidak
Pernah
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Daging sapi
0
0
0
0
0
0
5
16,6
7
2
5
83,3
3
3
0
100
Daging
kambing
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
100
3
0
100
Bakso
0
0
0
0
1
3,33
1
1
36,6
7
1
8
60
3
0
100
Ayam
0
0
2
6,67
16
53,3
3
1
1
36,6
7
1
3,33
3
0
100
Sosis
0
0
2
6,67
12
40
2
6,67
1
4
46,6
7
3
0
100
Nugget
0
0
2
6,67
10
33,3
3
2
6,67
1
6
53,3
3
3
0
100
Ikan kurisi
0
0
0
0
0
0
1
9
63,3
3
1
1
36,6
7
3
0
100
Ikan kembung
0
0
0
0
0
0
1
6
53,3
3
1
4
46,6
7
3
0
100
Ikan selar
0
0
0
0
0
0
2
1
70
9
30
3
0
100
Ikan tongkol
0
0
0
0
2
6,67
1
7
56,6
7
1
1
36,6
7
3
0
100
Ikan tenggiri
0
0
0
0
0
0
2
6,67
2
8
93,3
3
3
0
100
Ikan lele
0
0
0
0
0
0
1
3,33
2
9
96,6
7
3
0
100
Ikan kaleng
0
0
0
0
2
6,67
1
2
40
1
6
53,3
3
3
0
100
Ikan asin
0
0
0
0
6
20
1
5
50
9
30
3
0
100
Udang
0
0
0
0
0
0
8
26,6
7
2
2
73,3
3
3
0
100
Cumi
0
0
0
0
1
3,33
3
10
2
6
86,6
7
3
0
100
Kerang
0
0
0
0
0
0
2
6,67
2
8
93,3
3
3
0
100
Telur ayam
4
13,3
3
1
6
53,3
3
10
33,3
3
0
0
0
0
3
0
100
Kacang tanah
0
0
0
0
1
3,33
1
3
43,3
3
1
6
53,3
3
3
0
100
Tahu
0
0
1
3,33
14
46,6
7
1
4
46,6
7
1
3,33
3
0
100
Tempe
0
0
3
10
14
46,6
7
1
1
36,6
7
2
6,67
3
0
100
Sumber: hasil pengolahan data primer
Gambaran keragaman konsumsi pangan pada masyarakat pesisir Tanjung Pendam pada
masa Pandemi Covid-19
Syntax Idea, Vol.4, No.3, Maret 2022 501
Pada hasil analisis data konsumsi tabel diatas, konsumsi lauk pauk daging sapi
masyarakat pesisir Tanjung Pendam pada masa pandemi COVID-19 rendah. Hanya
sekitar 16,67% sampel mengkonsumsi daging sapi dengan frekuensi 1-2 kali
seminggu. Dimana hal ini selaras dengan konsumsi daging sapi sebesar 1,55
gr/kap/hari pada hasil penelitian yang dilakukan di pesisir Jabung Timur (F &
Farhan, 2014). Daging kambing tidak dikonsumsi secara sehari-hari oleh sampel
responden. Produk olahan daging sapi yaitu bakso dikonsumsi oleh sekitar 40%
responden dalam waktu satu minggu. Konsumsi lauk pauk lainnya yang cukup tinggi
adalah ayam. Sebesar 53,33% sampel mengkonsumsi ayam dengan frekuensi 3-4 kali
seminggu. Konsumsi produk olahan ayam seperti sosis dan nugget juga memberikan
hasil yang cukup baik. Dimana sosis dikonsumsi oleh 40% sampel dengan frekuensi
3-4 kali seminggu, dan 33,33% sampel mengonsumsi nugget 3-4 kali seminggu.
Konsumsi sosis dan nugget didominasi oleh keluarga yang memiliki anggota
keluarga usia anak-anak dan remaja awal.
Konsumsi lauk pauk ikan pada sampel responden cukup beragam dari ikan
kurisi dengan 63,33% sampel 1-2 kali seminggu, ikan selar oleh 70% sampel 1-2 kali
seminggu, ikan tongkol 56,67% sampel 1-2 kali seminggu, serta ikan kembung
53,33% sampel 1-2 kali seminggu. Konsumsi ikan tenggiri rendah, yang dapat
disebabkan harga ikan jenis ini cukup mahal sehingga jarang dikonsumsi oleh
masyarakat. Konsumsi ikan lele juga rendah, dikarenakan masyarakat pesisir
Tanjung Pendam lebih umum mengonsumsi jenis ikan laut (saltwater fish)
dibandingkan ikan air tawar (freshwater fish). Konsumsi produk olahan ikan asin
sebesar 50% sampel mengonsumsi 1-2 kali seminggu dan 20% sampel mengonsumsi
3-4 kali seminggu. Produk olahan ikan lainnya yaitu ikan kaleng dikonsumsi oleh
40% sampel responden dengan frekuensi 1-2 kali seminggu. Konsumsi produk
seafood juga cukup rendah dibandingkan dengan produk ikan dan olahan ikan.
Konsumsi komoditas seafood yaitu kerang-kerangan pada umumnya cukup tinggi
bila air laut surut cukup jauh, karen biasanya masyarakat mencari kerang dilaut
secara langsung. Namun, pada waktu pengumpulan data merupakan musim angin
barat (Desember 2021-Januari 2022) sehingga air laut tidak surut jauh sehingga
konsumsi kerang yang tercatat sangat rendah (hasil observasi dan wawancara).
Konsumsi lauk pauk telur ayam juga cukup tinggi pada masyarakat pesisir
Tanjung Pendam. Sebesar 53,33% sampel mengonsumsi telur dengan frekuensi 5-6
kali seminggu. Hal ini dapat disebabkan karena harga telur yang lebih murah
dibandingkan harga lauk pauk lainnya. konsumsi lauk pauk dari kelompok kacang-
kacangan didominasi oleh olahan kacang kedelai yaitu tahu dan tempe. Sebesar
46,67% responden mengonsumsi tahu dan tempe sebanyak 3-4 kali dalam seminggu.
Konsumsi kacang tanah biasanya dimasak dengan bahan pangan lain seperti produk
teri kacang, gado-gado, dan pecel.
Secara keseluruhan konsumsi kelompok lauk pauk sampel responden
masyarakat pesisir Tanjung Pendam pada masa pandemi COVID-19 beragam, seperti
Annisa Amalia
502 Syntax Idea, Vol. 4, No 3, Maret 2022
contohnya ayam, beragam jenis ikan laut, olahan ikan asin dan ikan kaleng, telur
ayam, serta tahu dan tempe. Pada hasil studi sebelumnya mengenai perbandingan
konsumsi masyarakat dataran tinggi, dataran rendah, dan pantai, konsumsi
masyarakat umumnya adalah daging ayam, ikan, dan telur ayam. Sedangkan
konsumsi daging merah seperti daging sapi dan daging kambing sangat rendah (Siti
Hamidah, Sartono, & Kusuma, 2017).
5. Konsumsi Sayuran
Sayuran merupakan komoditas pangan yang tinggi akan kandungan air,
vitamin, dan mineral serta senyawa non-gizi yang sangat penting bagi pencernaan
yaitu serat. Terdapat berbagai macam sayuran yang umumnya dikonsumsi
masyarakat, dalam penelitian ini dikhususkan pada contoh-contoh sayuran daun,
sayuran buah, sayuran batang, dan sayuran akar.
Tabel 3
Konsumsi Sayuran
Bahan
Makanan
Setiap
hari
5-6 kali
/mingg
u
3-4 kali
/minggu
1-2 kali
/minggu
Tidak
Pernah
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
N
%
Bayam
0
0
0
0
5
16,6
7
1
5
50
1
0
33,3
3
30
100
Kangkung
0
0
0
0
1
3,33
1
9
63,3
3
1
0
33,3
3
30
100
Sawi
0
0
0
0
0
0
8
26,6
7
2
2
73,3
3
30
100
Kol
0
0
0
0
0
0
5
16,6
7
2
5
83,3
3
30
100
Daun
singkong
0
0
0
0
1
3,33
1
3
43,3
3
1
6
53,3
3
30
100
Tomat
0
0
3
10
1
3
43,3
3
2
6,67
1
2
40
30
100
Terung
0
0
0
0
0
0
1
4
46,6
7
1
6
53,3
3
30
100
Mentimun
0
0
1
3
1
3
43,3
3
8
26,6
7
8
26,6
7
30
100
Labu
0
0
0
0
0
0
9
30
2
1
70
30
100
Jantung
pisang
0
0
0
0
0
0
1
3,33
2
9
96,6
7
30
100
Rebung
0
0
0
0
0
0
4
13,3
3
2
6
86,6
7
30
100
Tauge
0
0
0
0
3
10
1
9
63,3
3
8
26,6
7
30
100
Wortel
0
0
0
0
2
6,67
1
3
43,3
3
1
5
50
30
100
Gambaran keragaman konsumsi pangan pada masyarakat pesisir Tanjung Pendam pada
masa Pandemi Covid-19
Syntax Idea, Vol.4, No.3, Maret 2022 503
Sumber: hasil pengolahan data primer
Konsumsi sayuran pada sampel responden masyarakat pesisir Tanjung Pendam
adalah kangkung, tauge, bayam, terung, tomat, mentimun, daun singkong, dan
wortel. Konsumsi sayur kangkung oleh 63,33% responden 1-2 kali seminggu.
Konsumsi sayur bayam oleh 50% sampel 1-2 kali dalam seminggu dan 16,67% di 3-
4 kali konsumsi dalam satu minggu. Konsumsi terung 46,67% 1-2 kali dalam satu
minggu. Konsumsi tomat dan mentimun di angka 43,33% dengan 3-4 kali seminggu.
Konsumsi tomat umumnya merupakan konsumsi pada pembuatan sambal atau
dicampurkan pada masakan lain. Konsumsi daun singkong dan wortel sama-sama di
angka 43,33% 1-2 kali dalam waktu satu minggu. Pada masa pandemi COVID-19,
konsumsi kelompok pangan sayuran pada masyarakat pesisir Tanjung Pendam
umumnya sudah cukup baik dan beragam. Namun, konsumsi sayuran yang tinggi dan
beragam sebenarnya berasal dari beberapa keluarga, ada sejumlah keluaga yang
konsumsi sayurnya agak kurang. Secara keseluruhan konsumsi sayuran pada sampel
responden masyarakat Tanjung Pendam sudah cukup baik. Hal ini selaras dengan
studi yang dilakukan pada masyarakat pesisir Indramayu dengan konsumsi sayur
yang cukup baik dengan 43% responden pada frekuensi 3 kali makan dalam sehari
(Ida Hamidah, 2017).
6. Konsumsi Buah
Hampir sama dengan komoditas sayuran, buah merupakan komoditas pangan
yang kaya akan vitamin dan mineral. Buah juga tinggi akan gula, sehingga
memberikan rasa manis pada buah. Tabel 4
Konsumsi Buah
Bahan
Makanan
Setiap
hari
5-6 kali
/mingg
u
3-4 kali
/minggu
1-2 kali
/minggu
Tidak
Pernah
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Pisang
0
0
0
0
9
30
16
53,3
3
5
16,6
7
30
100
Buah naga
0
0
1
3,3
3
2
6,67
3
10
2
4
80
30
100
Jeruk
0
0
0
0
0
0
9
30
2
1
70
30
100
Mangga
0
0
0
0
0
0
5
16,6
7
2
5
83,3
3
30
100
Melon
0
0
0
0
2
6,67
0
0
2
8
93,3
3
30
100
Semangka
0
0
0
0
0
0
2
6,67
2
8
93,3
3
30
100
Pepaya
0
0
0
0
5
16,6
7
8
26,6
7
1
7
56,6
7
30
100
Annisa Amalia
504 Syntax Idea, Vol. 4, No 3, Maret 2022
Bahan
Makanan
Setiap
hari
5-6 kali
/mingg
u
3-4 kali
/minggu
1-2 kali
/minggu
Tidak
Pernah
Jumlah
Anggur
0
0
0
0
0
0
4
13,3
3
2
6
86,6
7
30
100
Sumber: hasil pengolahan data primer
Konsumsi buah umumnya masih kurang, hal ini ditandai dengan rendahnya
tingkat konsumsi buah dari data hasil penelitian diatas. Pisang merupakan buah yang
umumnya dikonsumsi oleh sebagian besar sampel responden, dengan 53,33% pada
frekuensi 1-2 kali seminggu. Selanjutnya buah jeruk dikonsumsi oleh 30% sampel
dengan 1-2 kali konsumsi seminggu, serta buah pepaya dengan 16,67% di 3-4 kali
seminggu dan 26,67% pada frekuensi 1-2 kali/minggu. Konsumsi buah yang kurang
pada masyarakat pesisir Tanjung Pendam dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti
harga buah yang relatif lebih mahal dibandingkan bahan makanan lain, kurangnya
perhatian masyarakat tentang pentingnya makan buah, serta pasokan komoditas buah
di wilayah Belitung sebagian besar dipasok dari luar daerahnyaa sehingga sering
mengakibatkan tidak stabilnya ketersediaan maupun harga buah di wilayah ini. Jenis
buah yang umumnya berasal dari wilayah belitung sendiri adalah buah pisang dan
pepaya. Oleh sebab itu konsumsi pisang cukup baik serta karakteristik masyarakat
yang senang mengonsumsi buah pisang ini sendiri. Umumnya konsumsi masyarakat
pesisir masih rendah dibandingkan kelompok pangan lainnya (Ida Hamidah, 2017).
Kesimpulan
Secara umum konsumsi pangan pada sampel masyarakat pesisir Tanjung Pendam
di masa pandemi COVID-19 secara umum masih bergantung pada beras. Konsumsi
kelompok makanan pokok lain yang dijadikan alternatif adalah roti, singkong, dan
tepung tapioka yang diolah menjadi makanan lain. Konsumsi lauk pauk didominasi oleh
ikan, daging ayam, telur, serta tahu dan tempe sebagai sumber protein nabati. Konsumsi
sayur sudah cukup baik dan beragam, namun konsumsi buah masih rendah sehingga
perlu ditingkatkan kembali.
Gambaran keragaman konsumsi pangan pada masyarakat pesisir Tanjung Pendam pada
masa Pandemi Covid-19
Syntax Idea, Vol.4, No.3, Maret 2022 505
BIBLIOGRAFI
Badan Ketahanan Pangan. (2020). Indeks Ketahanan Pangan Indonesia 2019 (Food
Security Index of Indonesia 2019). Food Security Bureau, Republic of Indonesia.
Retrieved from http://bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/Bahan 2020/IKP 2019
FINAL.pdf.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Belitung. (2020). Kecamatan Tanjungpandan Dalam
Angka. Tanjungpandan.
F, F., & Farhan, M. (2014). Analisis Pola Konsumsi Daging Sapi Pada Masyarakat
Pesisir Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan
Universitas Jambi, XVII(2), 6269. Google Scholar
FAO. (2020). The State of Food Security and Nutrition in the World 2020. In The State
Of The World.
Firdaus, Nur, & Cahyono, Bintang Dwitya. (2017). How Food Consumption Pattern
And Dietary Diversity Influence Food Security: Evidence From Di Yogyakarta
And East Nusa Tenggara. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 25(1), 27. Google
Scholar
Hamidah, Ida. (2017). Studi tentang pola konsumsi masyarakat pesisir Indramayu.
Mangifera Edu: Jurnal Biologi Dan Pendidikan BiologiJurnal Biologi Dan
Pendidikan Biologi, 1(2), 4651. Google Scholar
Hamidah, Siti, Sartono, Agus, & Kusuma, Hapsari Sulistya. (2017). Perbedaan Pola
Konsumsi Bahan Makanan Sumber Protein di Daerah Pantai, Dataran Rendah dan
Dataran Tinggi. J. Gizi, 6(1), 2128. Retrieved from
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jgizi/article/view/2700.
Pemerintah Pusat. Undang Undang (UU) Tentang Pangan. , Pub. L. No. 18 (2012).
Septiani, Andini. (2017). Sensitivitas dan Spesifisitas Dietary Diversity Score (DDS)
dalam Mengestimasi Kecukupan Zat Gizi Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di
Indonesia (Analisis Data Studi Diet Total 2014). Retrieved from
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/Andini Septian
i-Fkik.Pdf. Google Scholar
Suryana, Ahmad. (2012). Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Gizi : Faktor
Pendukung Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia. Antimicrobial Agents
and Chemotherapy, 53(95), 4552. Google Scholar
Utami, Vera, & Triratnawati, Atik. (2016). Perilaku Konsumsi Mie Instan dan
Hubungannya dengan Faktor Individu, Lingkungan Sosial, Fisik, dan Makro :
Studi Kualitatif pada Mahasiswa di Universitas Sriwijaya. Google Scholar
Annisa Amalia
506 Syntax Idea, Vol. 4, No 3, Maret 2022
Wijayati, Prasmita Dian, Harianto, NFN, & Suryana, Achmad. (2019). Permintaan
Pangan Sumber Karbohidrat di Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian, 17(1), 13.
Google Scholar
Copyright holder:
Annisa Amalia (2022)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: