How to cite:
Sulistyowati, P., Aminda, R, S., (2022) Determinasi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Syntax Idea, 4(4), https://doi.org/ 10.36418/syntax-idea.v4i4.1822
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
Syntax Idea: pISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X
Vol.4, No.4, April 2022
DETERMINASI PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI NUSA
TENGGARA TIMUR
Pratiwi Sulistyowati, Renea Shinta Aminda
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Indonesia
Email: pratiwisulis01@gmail.com, [email protected]
Abstrak
Satu diantara indikator terpenting ketika mengukur kemampuan ekonomi dalam hal
menganalisis hasil pembangunan ekonomi suatu Negara terhadap suatu Daerah
biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini bermaksud untuk melihat
pengaruh penduduk miskin, tingkat pengangguran terbuka, upah minimum, serta
pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi di 22 Kabupaten/Kota Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Metode penelitian yang dipakai yakni mengkaji beberapa literatur
serta menggunakan data kuantitatif yaitu data sekunder yang diambil dari Badan
Pusat Statistik periode 2015-2019. Metode analisis data yang dipakai ialah analisis
regresi data panel. Hasil penelitian memperlihatkan bahwasanya penduduk miskin
punya pengaruh negatif signfikan terhadap pertumbuhan ekonomi, tingkat
pengangguran terbuka punya pengaruh positif namun signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi, upah minimum punya hasil positif juga signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi, serta pendidikan tidak memiliki hasil yang signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kata Kunci: pertumbuhan ekonomi; tingkat pengangguran terbuka; upah minimum;
pendidikan
Abstract
One of the most important indicators when measuring economic capacity in terms
of analyzing the results of a acountry’s economic development in an area is called
economic growth. This study aims to examine the effect of the poor, open
unemployment rates, minimum wages, and education on economic growth in 22
regencies/cities of East Nusa Tenggara Province. The research method used is to
examining some literature and use quantitative data, namely secondary data taken
from the Central Statistics Agency (BPS) for the 2015- 2019 period. The data
analysis method used is panel data regression analysis. The results showed that the
poor had a significant negative effect on economic growth, open unemployment
rate had a positive and significant effect on economic growth, minimum wage had a
positive significant effect on economic growth and education did not have a
significant effect on economic growth in east nusa tenggara province.
Keywords: economic growth; open unemployment rate; minimum wages; and education
Received: 2021-12-22; Accepted: 2022-01-05; Published: 2022-04-20
Determinasi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Syntax Idea, Vol.4, No.3, Maret 2022 757
Pendahuluan
Pertumbuhan ekonomi nasional tidak akan terlepas dari pertumbuhan ekonomi
regional/daerah. Dalam mengukur pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau provinsi
dikenal sebagai ukuran produksi barang dan jasa disemua sektor ekonomi di suatu
wilayah yang dikenal sebagai produk domestik bruto regional (PDRB) (Ariani, 2018).
Menurut Robert Solow pertumbuhan ekonomi akan terjadi atas 2 faktor yaitu
akumulasi modal dan tenaga kerja. Robert Solow mengemukakan pendapatnya
bahwasanya sejumlah kegiatan yang dihasilkan dari penyerapan tenaga kerja, akumulasi
modal dalam bentuk investasi jangka panjang dan pendek, serta pemakaian teknologi
modern merupakan penunjang dalam pertumbuhan ekonomi (Ariani, 2018).
Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi dari 34 provinsi di
Indonesia dengan sektor penunjang utama tertinggi yaitu sektor pertanian. Pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih tergolong rendah jika disandingkan
pada pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali, dan Maluku. Menurut (BPS Provinsi Nusa
Tenggara Timur, 2021), tahun 2019 pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara
Timur mendiami antrean ke-16 terendah dari 34 Provinsi di Indonesia, perkembangan
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur ini terus mengalami perubahan
dalam waktu 5 tahun terakhir (2015-2019).
Tabel 1
Pertumbuhan Ekonomi, Penduduk Miskin, Tingkat Pengangguran
Terbuka, Upah Minimum, dan Pendidikan di Provinsi Nusa Tenggara
Timur Tahun 2015-2019
Sumber: BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2021
Keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi dengan penduduk miskin yaitu ketika
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur menemui fluktuasi dan
terkadang tidak bergerak maka kesejahteraan penduduk harus diperhatikan,
karena jika penduduk yang tidak sejahtera banyak harus menjadi perhatian khusus
pemerintah daerah agar tidak menimbulkan masalah-masalah lain yang lebih kompleks
(Novriansyah, 2018).
Berdasarkan publikasi BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur 2021 pada Tabel 1.
Jumlah penduduk miskin dan pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT di tahun 2015
hingga 2019 sama-sama menunjukan fluktuasi disetiap tahunnya. Tahun 2018
2015
2016
2017
2018
Pertumbuhan
Ekonomi
4,92 %
5,12 %
5,11 %
5,11 %
Penduduk
Miskin
1.159.840 Jiwa
1.149.920 Jiwa
1.150.790 Jiwa
1.142.170 Jiwa
TPT
3,83 %
3,25 %
3,27 %
3,01 %
Upah
Minimum
Rp 1.250.000
Rp 1.425.000
Rp 1.525.000
Rp1.660.000
Pendidikan
6,93 %
7,02 %
7,15 %
7,30 %
Pratiwi Sulistyowati, Renea Shinta Aminda
758 Syntax Idea, Vol. 4, No 4, April 2022
pertumbuhan ekonomi tidak bergerak tetap di angka 5.11% tetapi jumlah penduduk
miskin mengalami penurunan menjadi 1.142.170 jiwa, kemudian ditahun 2019
pertumbuhan ekonomi meningkat di angka 5.25% namun penduduk miskin ikut
meningkat menjadi 1.146.320 jiwa. Jumlah penduduk miskin di Provinsi NTT ini
kurang berdampak pada pertumbuhan ekonomi disana, hal ini dikarenakan masih
tingginya jumlah penduduk miskin yang mana jika dipersentasikan penduduk miskindi
Provinsi NTT melebihi persentase penduduk miskin secara nasional.
Berdasarkan tingkat pengangguran menunjukkan apakah ekonominya
berkembang atau lamban. Pengangguran dapat diakibatkan dari tingkat perubahan
angkatan kerja yang tinggi, namun tidak diimbangi dengan adanya lapangan pekerjaan
yang cukup luas serta kecenderungan tingkat penyerapan tenaga kerja yang rendah. Hal
ini karena tingkat pertumbuhan penciptaan lapangan kerja untuk menampung tenaga
kerja yang siap bekerja rendah (Novriansyah, 2018).
Tingkat pengangguran terbuka di Provinsi NTT ini berfluktuasi disetiap tahunnya,
hal ini bisa dilihat dari Tabel 1. Menunjukan bahwa ditahun 2018 tingkat pengangguran
terbuka menurun dari tahun sebelumnya, namun pertumbuhan ekonominya ditahun
2018 tetap berada 5,11% yang mana sama dengan tahun sebelumnya serta ditahun 2019
tingkat pengangguran terbuka naik menjadi 3.35% dan pertumbuhan ekonomi juga ikut
meningkat menjadi 5.25%.
Upah minimum adalah sebagai standar terendah yang digunakan oleh otoritas atau
pelaku industri untuk membayar pekerja di suatu lingkungan bisnis, hal ini disebut
sebagai upah minimum lokal karena kepuasan permintaan bervariasi dari satu wilayah
ke wilayah lain. Pembayaran upah ini merupakan imbalan jasa pekerja untuk jasa yang
telah dilakukannya yang dibayarkan menurut kontrak kerja antara pekerja dan pemberi
kerja (Julianto, F. T., 2016).
Pada Tabel 1. Data UMP tahun 2015-2019 menunjukan adanya peningkatan
setiap tahunnya, namun upah minimum yang telah ditentukan pemerintah Provinsi
sesuai dengan perumusan perhitungan masih dibawah angka Rp2.000.000. Hal ini
berdasarkan data bahwa Provinsi Nusa Tenggara Timur masuk kedalam kategori
provinsi dengan upah minimum terendah di Indonesia.
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan pendidikan
Provinsi Nusa Tenggara Timur bertujuan untuk memperluas dan meningkatkan kualitas
pendidikan secara merata. Rata- rata lama sekolah merupakan indikator yang dapat
memberikan gambaran umum tentang tingkat pendidikan penduduk secara keseluruhan.
Dimulai dari 6 tahun SD, 3 tahun SMP, dan 3 tahun SMA merupakan tahun-tahun
latihan yang harus dijalani untuk menyelsaikan semua jenjang pendidikan (Kennedy,
Tobing, Toruan, Tampubolon, & Nomleni, 2019).
Rata-rata lama sekolah di Provinsi Nusa Tenggara Timur ditahun 2015 sebesar
6,93 yang artinya bahwa rata-rata penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur yang
berusia 25 tahun keatas telah menempuh pendidikan selama 6,93 tahun atau hampir
menamatkan kelas 7 atau satu SMP. Kemudian, ditahun 2016-2019 penduduk di
Provinsi Nusa Tenggara Timur hampir menamatkan kelas 8 atau 2 SMP. Hal ini masih
Determinasi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Syntax Idea, Vol.4, No.3, Maret 2022 759
jauh dari jangkauan program pemerintah pusat dalam menuntaskan kewajiban belajar
selama 12 tahun.
Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki visi Bangkit mewujudkan masyarakat
sejahtera dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia” dengan salah satu
misinya adalah “meningkatkan kualitas sumber daya manusia”. Misi ini dibentuk untuk
mempersiapkan tenaga kerja yang berintelektual, berkualitas dan berdaya saing tinggi
untuk terlibat dalam proses percepatan pembangunan diberbagai bidang (Kennedy et al.,
2019).
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif, data sekunder bentuk data panel yaitu
gabungan data time series selama 5 tahun (2015-2019) dan cross section 21 Kabupaten
dan 1 kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur sehingga jumlah observasi sebanyak 110
observasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi dan
studi kepustakaan. Dokumentasi adalah data yang dilakukan dengan mengumpulkan,
merekam, menelaah data sekunder secara tidak langsung melalui media perantara
berupa data dari Badan Pusat Provinsi Nusa Tenggara Timur periode 2015-2019
sedangkan studi pustaka dengan mengkaji buku, jurnal nasional dan internasional serta
jenis sumber tertulis yang berkaitan dengan objek/topik yang akan diteliti. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel yang didukung
dengan data kuantitatif yang ada. Data diolah menggunakan software statistik Eviews
10 untuk membantu mengolah data.
Hasil dan Pembahasan
1. Uji Normalitas
Sumber: Olah data Eviews 10
Terlihat pada Gambar 1. Bahwa nilai Probability Jarque-Bera sebesar 0.014441
< 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa residual tidak terdistribusi normal.
Menurut (Gujarati & Porter, 2015), jika normalitas menunjukan hasil yang tidak
terdistribusi normal maka asumsi Central Limit Theorem (CLT) dapat digunakan, isi
Pratiwi Sulistyowati, Renea Shinta Aminda
760 Syntax Idea, Vol. 4, No 4, April 2022
teori tersebut adalah jika jumlah observasi lebih dari 30 maka asumsi normalitas
dapat di abaikan. Penelitian ini total observasinya ada 110 sehingga pada uji asumsi
normalitas data dinyatakan telah terdistribusi normal.
2. Uji Multikolinieritas
Gambar 1
Uji Multikolinieritas
Sumber: Olah data Eviews 10
Berdasarkan Gambar 1 Variabel upah minimum dan pendidikan hasil korelasi
antar variabel menunjukan bahwa tidak ada masalah multikolinieritas karna seluruh
variabel nilai korelasinya dibawah 0,90.
3. Uji Heteroskedastisitas
Gambar 2
Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Olah data Eviews 10
Berdasarkan gambar 2. Probabilitas seluruh variabel bebas diatas tingkat alpha
5%, hal ini menunjukan bahwa tidak ada masalah pada uji heterokedestisitas.
4. Uji Autokorelasi
Gambar 3
Uji Autokorelasi
Sumber: Olah data Eviews 10
Determinasi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Syntax Idea, Vol.4, No.3, Maret 2022 761
Pendeteksian ada tidaknya masalah autokorelasi dengan melihat angka
Durbin- Watson, angka DW pada penelitian ini sebesar 1.895638 dengan nilai
sampel sebesar 110 dan k nya 5 maka nilai dL sebesar 1.5955 dan dU sebesar
1.7851 (nilai dL dan dU didapatkan dari tabel durbin watson). Hasil dari 4- dL=
2.4045 dan hasil 4- dU= 2.2149. Maka kesimpulannya adalah dU < d < 4-dU
artinya tidak ada masalah autokorelasi.
Hasil regresi linier berganda yang menggunakan data panel menunjukkan
hasil pengujian model panel terbaik diperoleh dari uji hausmant dengan
memperhatikan model regresi data panel menggunakan estimasi model fixed
effect, maka diperoleh persamaan faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang disajikan pada
Gambar 3 sebagai berikut:
Gambar 5
Fixed Effect Model
Sumber: Olah data Eviews 10
Berdasarkan Tabel 5. Persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut:
PE = 9.917795 - 1.285709 Ln Penduduk Miskin + 0.016114 Tingkat Pengangguran
Terbuka + 0.612584 Ln Upah Minimum + 0.025273 Pendidikan+
1. Hasil regresi data panel dari model terpilih yaitu FEM menghasilkan nilai konstanta
sebesar 9.917795 yang menunjukan bahwa jika variabel penduduk miskin, tingkat
pengangguran terbuka, upah minimum, dan pendidikan mengalami perubahan atau
bernilai konstan, maka nilai dari variabel pertumbuhan ekonomi memiliki nilai
sebesar 9.917795.
2. Koefisien regresi dari variabel penduduk miskin (x1) sebesar 1.285709 artinya
bahwa setiap kenaikan penduduk miskin senilai 1 satuan dapat memicu penurunan
pertumbuhan ekonomi sebesar - 1.285709 satuan dengan asumsi variabel independen
yang lainnya bernilai tetap. Keadaan tersebut mengartikan bahwasanya memiliki
korelasi negatif antara penduduk miskin dengan pertumbuhan ekonomi. Nilai
probabilitas kurang dari 5% (0.0007 < 0.05) artinya variabel penduduk miskin
signifikan dan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
3. Koefisien regresi dari tingkat pengangguran terbuka (x2) sebesar 0.016114 artinya
bahwa tiap peningkatan variabel tingkat pengangguran terbuka senilai 1
satuan, maka akan memicu peningkatan pertumbuhan ekonomi sebanyak 0.016114
dengan asumsi variabel independen yang lainnya bernilai tetap. Keadaan tersebut
mengartikan bahwasanya memiliki korelasi positif antara tingkat pengangguran
terbuka dengan pertumbuhan ekonomi. Nilai probabilitas kurang dari 5% (0.0052 <
Pratiwi Sulistyowati, Renea Shinta Aminda
762 Syntax Idea, Vol. 4, No 4, April 2022
0.05) akhirnya variabel tingkat pengangguran terbuka signifikan dan berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi.
4. Koefisien regresi dari upah minimum (x3) sebesar 0.612584 artinya bahwa tiap
peningkatan variabel upah minimum senilai 1 satuan, maka akan memicu
peningkatan pertumbuhan ekonomi sebanyak 0.612584 dengan asumsi variabel
independen lainnya bernilai tetap. Keadaan tersebut mengartikan bahwasanya
memiliki korelasi positif antara upah minimum dengan pertumbuhan ekonomi. Nilai
probabilitas kurang dari 5% (0.0000 < 0.05) akhirnya variabel upah minimum
5. Uji t Mencari nilai menggunakan rumus = tinv (α;n-k) pada microsoft excel 2010,
dimana n adalah jumlah observasi penelitian dan k adalah jumlah variabel dependen
dan independen. Maka = tinv(0.05;110-5) = 1.982815.
Gambar 6
Uji t
Sumber: Olah data Eviews 10
1. Berdasarkan hasil output pada tabel 6. Variabel penduduk miskin
memperoleh nilai t-statistik sebesar - 3.531133, sehingga diperoleh hasil jika (-
3.531133) > (1.982815) dengan nilai probabilitas yang didapat dalam variabel
penduduk miskin adalah sebesar 0.0007 < 0,05. Oleh sebab itu, keputusannya
ialah H1 diterima dan H0 ditolak, akhinya secara statistik variabel penduduk
miskin berpengaruh terhadap variabel pertumbuhan ekonomi.
2. Berdasarkan hasil output pada tabel 6. Variabel tingkat pengangguran terbuka
memperoleh nilai t-statistik sebesar 2.871701, sehingga diperoleh hasil jika
(2.871701) > (1.982815) dengan nilai probabilitas yang didapat dalam variabel
tingkat pengangguran terbuka adalah sebesar 0.0052 < 0,05. Oleh sebab itu,
keputusannya ialah H2 diterima serta H0 ditolak, akhirnya secara statistik variabel
tingkat pengangguran terbuka berpengaruh terhadap variabel pertumbuhan
ekonomi.
3. Berdasarkan hasil output pada tabel 6. Variabel upah minimum memperoleh nilai
t-statistik sebesar 6.638418, sehingga diperoleh hasil jika (6.638418) > (1.982815)
dengan nilai probabilitas yang didapat dalam variabel penduduk miskin adalah
sebesar 0.0000 < 0,05. Oleh sebab itu, keputusannya ialah H3 diterima serta H0
ditolak, akhinya secara statistik variabel upah minimum berpengaruh terhadap
variabel pertumbuhan ekonomi.
Determinasi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Syntax Idea, Vol.4, No.3, Maret 2022 763
4. Berdasarkan hasil output pada tabel 6. Variabel pendidikan memperoleh nilai t-
statistik sebesar 0.531514, sehingga diperoleh hasil jika (0.531514) < (1.982815)
dengan nilai probabilitas yang didapat dalam variabel penduduk miskin adalah
sebesar 0.5965 > 0,05. Maka dari itu, keputusannya ialah H0 diterima dan H4
ditolak, akhinya secara statistik variabel pendidikan tak berpengaruh terhadap
variabel pertumbuhan ekonomi.
6. Koefisien Determinasi
Gambar 7
Adjusted R-Squared
Sumber: Olah data Eviews 10
Adjusted R-squared pada Tabel 7. Sebesar 0.843524, hal ini menampilkan
bahwasanya semakin besar pengaruh variabel bebas penduduk miskin, tingkat
pengangguran terbuka, upah minimum, serta pendidikan secara bersama-sama
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan respon sebesar 84,35% serta sisanya
15,65% dapat dijelaskan oleh variabel lain.
1. Pengaruh Penduduk Miskin Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
Nusa Tenggara Timur.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwasanya penduduk miskin
mempunyai hasil yang signifikan serta negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hal ini sejalan dengan teori tricle down effect,
teori ini menyiratkan bahwasanya pertumbuhan ekonomi bisa disertai dengan
aliran vertikal otomatis dari sisi penduduk kaya menuju penduduk miskin.
Manfaat pertumbuhan ekonomi pertama-tama bisa dinikmati oleh penduduk kaya
kemudian menuju penduduk miskin secara tidak langsung, sehingga dampak
pertumbuhan ekonomi terhadap pengentasan kemiskinan merupakan efek dari
aliran vertikal dari penduduk kaya menuju penduduk miskin. Dikarenakan
pertumbuhan ekonomi berpihak pada yang kaya daripada yang miskin, situasi ini
dapat menciptakan peluang untuk meningkatkan kemiskinan karena meningkatnya
ketimpangan pendapatan (Soleh, 2014).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Padang & Murtala, 2020),
(Novriansyah, 2018) dan (Imanto, Panorama, & Sumantri, 2020). Penelitian
tersebut mengungkapkan bahwasanya jumlah penduduk miskin mempunyai
dampak negatif yang signifikan pada pertumbuhan ekonomi yang berarti ketika
penduduk miskin meningkat sebesar 1% maka pertumbuhan ekonomi bisa turun
sebesar 1%, artinya mengingat di sektor pertanian banyak penduduk miskin yang
bekerja maka sektor ini paling banyak menembus tenaga kerja sedangkan
angkatan kerja disektor ini terbatas dan rata-rata merupakan pekerja musiman.
Pratiwi Sulistyowati, Renea Shinta Aminda
764 Syntax Idea, Vol. 4, No 4, April 2022
Angka kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara Timur telah mencapai lebih
dari 20% dari jumlah keseluruhan penduduk NTT. Menurut (Laga & Lobwaer,
2020), pertumbuhan ekonomi tidak menjamin pengurangan jumlah penduduk
miskin karena ada beberapa kondisi, satu diantaranya model distribusi hasil
pertanian. Dibandingkan dengan pelaku ekonomi lain dalam kegiatan ekonomi
tersebut, model distribusi hasil pertanian memandang petani penghasil sebagai
pihak yang paling sedikit memperoleh manfaat ekonomi sehingga perubahan
pertumbuhan ekonomi belum bisa mencerminkan penurunan jumlah penduduk
miskin di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2. Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwasanya tingkat pengangguran terbuka
memiliki hasil yang positif namun signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Menurut teoritis, ketika pertumbuhan ekonomi
mengalami peningkatan maka dinantikan bisa menyerap tenaga kerja akhirnya
bisa mengurangi tingkat pengangguran, karena pertumbuhan ekonomi berdampak
negatif terhadap tingkat pengangguran. Disisi lain pada hasil penelitian ini
menunjukan bahwa tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Nusa Tenggara
Timur ini menunjukan hasil positif serta signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Ini mungkin dikarenakan pertumbuhan ekonomi hanya berdasarkan data
makro seperti tingkat inflasi, nilai PDRB, dll. Pada saat yang sama, sektor rill
masyarakat terutama usaha kecil dan menengah kurang berkembang dan berdaya
sehingga tidak dapat menyerap pengangguran. Selain itu, pertumbuhan ekonomi
yang tidak disandingi dengan volume produksi yang akan melahirkan tingkat
pengangguran meningkat berbarengan dengan pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi yang meningkat ini berkiblat pada modal, dimana kegiatan
produksi lebih memprioritaskan pemakaian teknologi daripada tenaga kerja,
sehingga dapat merangsang pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi berorientasi padat karya yang lebih banyak memakai
tenaga kerja daripada tenaga mesin (Romhadhoni, Faizah, & Afifah, 2018).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari (Romhadhoni et al.,
2018), yang mengatakan bahwasanya pertumbuhan ekonomi ada pengaruh
positif serta signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka. Kondisi itu
menunjukan bahwasanya semakin naik pertumbuhan ekonomi bisa meningkatkan
pengangguran terbuka, dan sebaliknya jika semakin turun pertumbuhan ekonomi
maka bisa menurunkan pengangguran terbuka.
Tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Nusa Tenggara Timur ini
berfluktuasi disetiap tahunnya dengan tingkat pengangguran terbuka tertinggi
berada di Kota Kupang yakni ibu kota dari Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Tingkat pengangguran terbuka di desa lebih rendah daripada di kota karena di
kota banyak para pendatang dari desa hanya untuk sekedar mendapatkan
Determinasi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Syntax Idea, Vol.4, No.3, Maret 2022 765
pekerjaan dengan gaji yang layak, namun dikarenakan banyaknya para pencari
kerja di kota membuat persaingan dalam mendapatkan pekerjaan semakin ketat
dengan lapangan pekejaan yang sedikit. Pemberi kerja juga dalam perekrutan
tenaga kerja memiliki kriteria tersendiri seperti melihat dari pendidikan terakhir
yang ditempuh hingga pengalaman bekerja di bidang yang di tawarkan.
3. Pengaruh Upah Minimum Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
Nusa Tenggara Timur.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwasanya upah minimum hasilnya
signifikan serta positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Kondisi ini sejalan dengan teori neoklasik yang berpandangan bahwasanya
upah bergantung pada penawaran dan permintaan tenaga kerja, dan kemudian
Robert Solow mengemukakan pendapatnya bahwa dengan adanya tingkat
kenaikan upah yang dibayarkan kepada pekera saat upaya untuk meningkatkan
hasil produksi melalui cara perbaikan metode kerja dan peningkatan produktivitas.
Produktivitas faktor produksi sedemikian rupa sehingga masyarakat memiliki
daya beli yang tinggi, kondisi ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi (Solow,
1956).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari (Julianto, F. T., 2016) dan
(Zahari, 2017) mengatakan bahwasanya upah minimum berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi, kondisi itu menunjukan bahwa meningkatnya
taraf upah dalam peningkatan jumlah tenaga kerja maka akan memicu taraf
konsumsi warga dimana hal tadi akan mendesak laju pertumbuhan ekonomi
lantaran adanya permintaan akan barang yang dihasilkan.
Upah minimum yang ditentukan oleh pemerintah Provinsi Nusa Tenggara
Timur tahun 2015-2019 berturut dibawah 2 juta rupiah namun meningkat disetiap
tahunnya, pertumbuhan ekonomi bertautan sangat erat menggunakan penetapan
upah minimum regional untuk para pekerja lantaran saat suatu daerah mengalami
pertumbuhan ekonomi yang tinggi maka bisa berdampak dalam penetapan upah
minimum yang akan ikut naik juga. Meningginya upah minimum yang ditentukan
maka akan meningkatkan penghasilan pekerja dan menaikan kemakmuran
penduduk di Provinsi Nusa Tengara Timur. Permintaan tenaga kerja ditentukan
oleh tingkat upah, hal ini menggambarkan bahwa meningkatnya taraf upah dalam
tenaga kerja maka akan memicu taraf konsumsi warga dimana hal tadi akan
menrangsang pertumbuhan ekonomi daerah.
4. Pengaruh Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Nusa
Tenggara Timur.
Pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hal ini tidak sesuai
dengan teori dan penelitian terdahulu.
Pratiwi Sulistyowati, Renea Shinta Aminda
766 Syntax Idea, Vol. 4, No 4, April 2022
Hasil penelitian ini serupa dengan teori alokasi atau persaingan status yang
dikemukakan pada tahun 1970-an dan didukung oleh (Lester, 1980), (Meyer &
Rowan, 1977), dan (Collins, 1979). Tingkat pendidikan itu tidak selalu tergantung
pada kualitas pekerjaan, sehingga orang yang berpendidikan rendah atau tinggi
tidak berbeda kualitas produktivitasnya dalam menangani pekerjaan. Teori
tersebut juga menekankan bahwa dalam perekonomian modern saat ini, tenaga
kerja yang sangat terampil tidak lagi diperlukan karena adanya kemajuan
teknologi yang pesat dan proses produksi yang semakin bisa disederhanakan.
Dengan demikian, orang dengan pendidikan rendah tetapi menerima pelatihan
kerja maka tingkat kualiats produktifnya akan sama dengan orang yang memiliki
pendidikan tinggi dan formal (Widayati, Laut, & Destiningsih, 2019).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian dari (Widayati et al., 2019) tingkat
pendidikan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Magelang tahun 1996-2017 secara parsial karena di Kabupaten Magelang
didominasi sekotor pertanian tradisional yang tidak memerlukan pendidikan tinggi
untuk dapat mengolah lahan pertanian.
Permasalahan pada pencapaian misi Provinsi Nusa Tenggara Timur
menaikkan mutu sumber daya manusia lewat pendidikan masih tinggi. Pendidikan
merupakan satu diantara input yang sangat krusial dalam menjalankan misi
tersebut. pembangunan di bidang pendidikan selain untuk dapat menggerakkan
roda pembangunan juga merupakah satu invetasi jangka panjang. Berbagai
permasalahan dalam mewujudkannya antara lain kualitas dan akses
pendidikannya rendah seperti kualitas tenaga pendidik, rendahnya kualitas
pengelolaan sistem pendidikan, serta terbatasnya biaya pendidikan. persoalan
tersebut yang dihadapi dalam bidang pendidikan di Provinsi Nusa Tenggara
Timur perlu ditangani dengan baik diantaranya yaitu pembenahan sarana juga
prasarana, manajemen sekolah, tenaga pendidik, serta adanya peran masyarakat
dalam mendukung program pendidikan yang di rencanakan pemerintah. Upaya
arah kebijakan untuk mengatasi persoalan tersebut dengan cara meningkatkan
kualitas pendidikan, menaikkan budaya baca masyarakat, meningkatnya jumlah
tenaga kerja berketerampilan pada aneka macam bidang pekerjaan terutama di
bidang pertanian, memberikan perhatian spesifik kepada pengajar supaya
kesejahteraannya bisa dinikmati (Kennedy et al., 2019).
Kesimpulan
Variabel penduduk miskin memiliki hasil yang signifikan dan negatif terhadap
peryumbuhan ekonomi. berdasarkan jumlah penduduk miskin disetiap tahunnya
mengalami fluktuasi dan jika dilihat dari persentase penduduk miskin tahun 2015- 2019
diatas angka 20% yang mana masih dikatakan cukup tinggi dibandingkan dengan
persentase penduduk miskin secara nasional. Tingkat pengangguran terbuka memiliki
hasil yang signifikan namun positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data
TPT di Provinsi Nusa Tenggara Timur ini relatif berfluktuasi disetiap tahunnya dan
Determinasi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Syntax Idea, Vol.4, No.3, Maret 2022 767
berada dibawah taraf pengangguran terbuka secara nasional sebagai akibatnya bisa
dikatakan masih terkendali. Pertumbuhan ekonomi cenderung menerangkan
peningkatan dari tahun ketahun mengakibatkan terbukanya kesempatan kerja khususnya
sektor pertanian. Variabel upah minimum berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi. Hal ini didasari dari peningkatan upah minimum disetiap tahunnya dimulai
tahun 2015-2019, walaupun upah yang ditentukan masih dibawah angka Rp 2.000.000
dan masuk kedalam kategori Provinsi dengan UMP terkecil di Indonesia. Variabel
pendidikan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sebab di
Provinsi Nusa Tenggara Timur masih di dominasi oleh sektor pertanian tradisonal yang
tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi untuk dapat mengolah lahan pertanian.
Maka dari itu diperlukan pendidikan wajib belajar 12 tahun perlu di evaluasi dan di
adakan pemantauan agar masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Timur tidak putus
sekolah, selain itu pemerintah bisa menambahkan alokasi dana pada bidang pendidikan
buat menambah fasilitas sekolah gratis bagi anak didik yang kurang mampu.
Memberikan beasiswa ke pengajar untuk sekolah ke jenjang yang lebih tinggi supaya
bisa memperluas pengetahuan buat diajarkan ke anak murid di sekolah.
BIBLIOGRAFI
Ariani, Nani. (2018). Pertumbuhan Ekonomi Dan Inflasi Daerah: Studi Kasus Data
Panel Di Indonesia. Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia, 1(1).Google Scholar
BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur. (2021). Jumlah Penduduk Miskin Menurut
Kabupaten/Kota (Jiwa), 2015-2019. Diakses 20 Maret 2021. Retrieved from
https://ntt.bps.go.id/indicator/23/35/3.
Collins, Randall. (1979). Inequality and Heterogeneity: A Primitive Theory of Social
Structure. JSTOR. Google Scholar
Gujarati, Damodar N., & Porter, Dawn C. (2015). Dasar-Dasar Ekonmetrika (Kelima).
Jakarta: Salemba Empat. Google Scholar
Imanto, Rahmat, Panorama, Maya, & Sumantri, Rinol. (2020). Pengaruh Pengangguran
dan Kemiskinan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Selatan. Al-
Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, 11(2), 118139. Google Scholar
Julianto, F. T., &. Suparno. (2016). Analisis Pengaruh Jumlah Industri Besar Dan Upah
Minimum Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Surabaya. Ekonomi Dan
Bisnia. 1(2), 229256.
Kennedy, Posma Sariguna Johnson, Tobing, Suzanna Josephine L., Toruan, Rutman L.,
Tampubolon, Emma, & Nomleni, Anton. (2019). Isu Strategis Kesenjangan
Pendidikan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan FKIP, 2(1), 619629. Google Scholar
Laga, Yulius, & Lobwaer, Anthonia Karolina Rejo. (2020). Alokasi Dana Desa (ADD),
Pratiwi Sulistyowati, Renea Shinta Aminda
768 Syntax Idea, Vol. 4, No 4, April 2022
Jumlah Penduduk Miskin, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dan Pertumbuhan
Ekonomi. Jurnal Ilmu Ekonomi & Sosial, 11(1), 1021. Google Scholar
Lester, Marilyn. (1980). Generating newsworthiness: The interpretive construction of
public events. American Sociological Review, 984994. Google Scholar
Meyer, John W., & Rowan, Brian. (1977). Institutionalized organizations: Formal
structure as myth and ceremony. American Journal of Sociology, 83(2), 340363.
Google Scholar
Novriansyah, Mohamad Arif. (2018). Pengaruh pengangguran dan kemiskinan
Terhadap pertumbuhan ekonomi Di provinsi gorontalo. Gorontalo Development
Review, 1(1), 5973. Google Scholar
Padang, Lidyawati, & Murtala, Murtala. (2020). Pengaruh Jumlah Penduduk Miskin
Dan Tingkat Pengangguran Terbuka Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Indonesia. Jurnal Ekonomika Indonesia, 9(1), 916. Google Scholar
Romhadhoni, Putri, Faizah, Dita Zamrotul, & Afifah, Nada. (2018). Pengaruh Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan
Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi DKI Jakarta. Jurnal Matematika
Integratif, 14(2), 113120. Google Scholar
Soleh, Ahmad. (2014). Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan di Indonesia. EKOMBIS
REVIEW: Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Bisnis, 2(2). Google Scholar
Solow, Robert M. (1956). A contribution to the theory of economic growth. The
Quarterly Journal of Economics, 70(1), 6594. Google Scholar
Widayati, Heni Wahyu, Laut, Lorentino Togar, & Destiningsih, Rian. (2019). Pengaruh
Jumlah Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan Dan Jumlah Pengangguran Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Magelang Tahun 1996-2017. DINAMIC:
Directory Journal of Economic, 1(2), 182194. Google Scholar
Zahari, M. (2017). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi terhadap Upah
Minimum Provinsi Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 14(3), 31
37. Google Scholar
Copyright holder:
Pratiwi Sulistyowati, Renea Shinta Aminda (2022)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: