213
Syntax Idea: pISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X
Vol. 3, No. 1, Januari 2020
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI PADA IBU PASCA MELAHIRKAN
DENGAN POSTPARTUM BLUES
Nung Ati Nurhayati
Akademi keperawatan RS. Dustira Cimahi Jawa Barat,Indonesia
Abstract
This study aims to get an overview of "Husband Support Relationship in Postpartum
Mothers with Postpartum Blues in Polyclinic KIA/KB RS. DustiraCimahi" research
is a descriptive correlation of collecting data cross-sectionally. Samples were taken
by acsidental sampling as many as 40 mothers after giving birth to the early
postpartum phase (days 3-10). Questionnaires for husband support compiled by
researchers refer to the theory according to Murtiningsih, (2012) validity test results
from 24 questions there are 4 invalid questions, 2 questions discarded 2 questions
corrected, so that the question used as many as 22 items. Questionnaire for
postpartum blues using EPDS with assessment criteria 0-9 not postpartum blues 10-
30 postpartum blues. The results showed that of the 40 respondents almost half felt
they did not get support from their husbands and almost half had postpartum blues.
Statistical test results obtained p value = 0.000 then concluded there is a significant
relationship between husband support and postpartum blues events. The results of
the analysis showed OR = 77,000 means that if the husband is perceived not to
support his wife then his wife has a risk of 77 times will experience postpartum blues
compared to the husband who is perceived to support his wife. Advice, for nurses
should provide education and counseling about postpartum blues by involving the
family to the mother from pregnancy until the time of returning postpartum care. For
hospitals, it is expected to make SOP about early detection of postpartum blues and
nursing care and socialize to all nursing personnel who are in the room and
polyclinic midwifery.
Keywords: husband's support; postpartum; postpartum blues
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran “Hubungan Dukungan Suami
Pada Ibu pasca melahirkan dengan Postpartum Blues di Poliklinik KIA/KB RS.
Dustira Cimahi” penelitian ini merupakan deskriptif korelasi mengumpulkan data
secara cross sectional. Sampel diambil dengan cara acsidental sampling sebanyak 40
orang ibu pasca melahirkan fase early postpartum (hari ke 3-10). Kuesioner untuk
dukungan suami disusun oleh peneliti mengacu kepada teori menurut Murtiningsih,
(2012) hasil uji validitas dari 24 soal terdapat 4 soal yang tidak valid, 2 pertanyaan
dibuang 2 pertanyaan diperbaiki, sehingga pertanyaan yang digunakan sebanyak 22
item.Kuesioner untuk postpartum blues menggunakan EPDS dengan kriteria
penilaian 0-9 tidak postpartum blues 10-30 postpartum blues. Hasil penelitian
menunjukan, dari 40 responden hampir setengahnya merasakan tidak mendapatkan
dukungan dari suaminya dan hampir setengahnya mengalami postpartum blues.
Nung Ati Nurhayati
214 Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021
Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,000 maka disimpulkan ada hubungan
yang signifikan antara dukungan suami dengan kejadian postpartum blues. Hasil
analisis menunjukan OR= 77,000 artinya jika suami dirasakan tidak mendukung
istrinya maka istrinya mempunyai risiko 77 kali akan mengalami postpartum blues
dibandingkan dengan suami yang dirasakan mendukung istrinya. Saran, untuk para
perawat sebaiknya memberikan pendidikan dan konseling tentang postpartum blues
dengan melibatkan keluarga kepada ibu sejak kehamilan sampai saat pulang
perawatan pasca melahirkan. Untuk Rumah Sakit, diharapkan membuat SOP tentang
deteksi dini postpartum blues dan asuhan keperawatannya serta mensosialisasikan
kepada seluruh tenaga keperawatan yang dinas di ruangan dan poliklinik kebidanan.
Kata kunci: dukungan suami; pasca melahirkan; postpartum blues
Pendahuluan
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal
yang berkaitan dengan system reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Puspasari, 2020).
Periode masa muda merupakan masa terpenting bagi individu di mana dirinya
dituntut untuk menyesuaikan diri terhadap pola-pola hidup dan harapan yang baru
(Khairani & Putri, 2011).
Remaja adalah pribadi yang terus berkembang menuju kedewasaan, dan sebagai
proses perkembangan yang berjalan natural, remaja mencoba berbagai perilaku yang
terkadang merupakan perilaku yang berisiko (Lestary & Sugiharti, 2011).
Perkawinan merupakan salah satu kejadian penting yang akan dihadapi oleh setiap
manusia dalam perjalanan hidup. Hal tersebut terbukti dari hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa sembilan dari sepuluh individu usia dewasa awal pada akhirnya
akan melakukan perkawinan (Vembry, 2012)
Melahirkan merupakan sebuah kejadian yang sangat berharga bagi setiap
perempuan dalam seluruh rentang kehidupannya. Menjadi orang tua memerlukan
adaptasi pada peran seorang ibu untuk menjalankan tugasnya dalam merawat bayi dan
tugas sehari-hari, sehingga pada masa pasca melahirkan memerlukan adaptasi fisiologis
dan adaptasi psikologis (Bobak, Lowdermilk, Jensen, & Perry, 2005). Perempuan pasca
melahirkan tidak semuanya bisa dengan mudah beradaptasi terhadap perubahan-
perubahan tersebut, sehingga seringkali perempuan pasca melahirkan mengalami gejala-
gejala psikiatrik atau gejala-gejala depresi pasca melahirkan.
Post natal atau masa post partum adalah masa yang dimulai setelah partus selesai,
dan berakhir setelah kira-kira enam minggu yang diperlukan untuk pulihnya alat-alat
kandungan (Ceylan, Koc, & Anik, 2010).
Ibu pasca melahirkan sangat membutuhkan adanya dukungan dari suami sebagai
orang yang sangat diharapkan memberikan ketenangan yang memotivasi, membesarkan
hati dan orang yang selalu bersamanya serta membantu dalam menghadapi perubahan
akibat adanya persalinan, untuk semua ini yang penting berpengaruh bagi ibu nifas
adalah kehadiran seorang suami (Murtiningsih, 2012).
Hubungan dukungan suami pada ibu pasca melahirkan dengan Postpartum Blues
Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021 215
Pasca melahirkan adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi
kembali kepada keadaan tidak hamil yang membutuhkan waktu sekitar 6 minggu
(Farrer H, 2010).
(Gondo, 2012) menjelaskan ada 3 bentuk kelainan psikiatri pasca melahirkan
yaitu : postpartum blues, depresi pasca melahirkan dan psikosa pasca melahirkan.
Postpartum blues merupakan periode sementara terjadinya depresi yang seringkali
terjadi antara hari ke 2-3 dan mengalami puncaknya pada hari ke 5-10 kemudian
menghilang pada minggu kedua pasca melahirkan. kemungkinan akan berkembang
menjadi depresi pasca persalinan atau lebih berat lagi menjadi psikosa pasca persalinan.
Hal ini memerlukan penanganan yang serius untuk mencegah terjadinya dampak yang
lebih berat.
Fenomena tentang ibu yang tega membunuh anak balitanya menurut para ahli
kemungkinan itu adalah karena gangguan kejiwaan ibu yang dicurigai adanya psikosa
pasca melahirkan. Berita-berita pada media masa seperti Andrea membenamkan 5
anaknya dengan rentang usia 6 bulan hingga 7 tahun ke bak mandi hingga tewas pada
20 Juni 2001 di Texas, Amerika Serikat, alasannya tidak bisa merawat anaknya ia
merasa bahwa dirinya adalah iblis ahirnya perempuan tersebut dinyatakan menderita
depresi postpartum berat yang berulang-ulang sejak kelahiran anaknya yang keempat.
Di kota Bandung Jawa Barat pada 9 Juni 2006, seorang ibu bernama Aniek 31 tahun,
ia lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Planologi dengan IPK lebih dari 3,
membunuh 3 anaknya yang berusia 9 bulan sampai 6 tahun dengan cara dibekap
menggunakan bantal dan kasur, alasannya Aniek takut tidak bisa membahagiakan anak-
anaknya. Aniek bahkan kemudian heran, mengapa dirinya bisa membunuh anak-
anaknya, (Sinaga, 2006). Berita lain pada 24 Januari 2014, Kepolisian sektor
Banjarmasin Utara menangkap seorang perempuan berusia 27 tahun yang tega
membunuh anaknya yang baru berusia 2,5 tahun dengan alasan merasa sakit hati
terhadap suaminya, karena sering bertengkar (Hardi, 2014).Di kota Cimahi Jawa Barat
pada bulan Maret 2014 terjadi pembunuhan anak usia 2,5 tahun oleh seorang ibu
dengan alasan supaya anaknya tenang di Surga dan ibu tersebut berniat membunuh 3
orang anaknya agar mereka bisa menjadi penghuni surga (Hardi, 2014).
Fenomena-fenomena pembunuhan anak oleh seorang ibu seperti di atas masih
banyak sekali dan tidak mungkin semuanya ditulis di sini. Hal ini membuat kita merasa
prihatin, seorang ibu yang seharusnya melindungi dan merawat anaknya dengan penuh
kasih sayang, tega melakukan pembunuhan terhadap buah hatinya yang mungkin pada
mulanya ibu tersebut sangat mengharapkan kelahiran sang buah hatinya. Jika kita
cermati hampir semua ibu yang tega membunuh anaknya tersebut mempunyai anak
berusia balita. Kemungkinan besar ibu-ibu tersebut menderita gangguan mood pasca
melahirkan yang sering disebut postpartum blues yang tidak sembuh dan dibiarkan
berkembang menjadi depresi berat atau mungkin psikosa, hal ini membuat kita memberi
garis bawah tebal pada setiap peristiwa ibu melahirkan. Kondisi fisik serta mental-
emosional mereka yang rentan memang perlu perhatian secara simultan (Muhdi &
Daiber, 2008).
Nung Ati Nurhayati
216 Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021
(Gondo, 2012) menjelaskan postpartum blues pada pasca persalinan jika tidak
mendapatkan penanganan yang baik akan berkembang menjadi depresi pasca
melahirkan mayor, walaupun jarang terjadi depresi pasca melahirkan dapat berkembang
menjadi psikosa pasca persalinan yang terburuk dari komplikasi ini ialah bunuh diri
atau pembunuhan terhadap anaknya sendiri.
Angka kejadian postpartum blues cukup tinggi, di luar negeri sangat bervariasi
antara 26-85%, di Tanzania sebanyak 80%, di Asia bervariasi antara 3,5%-63,3%
dengan peringkat terendah di Malaysia dan tertinggi di pakistan. secara keseluruhan
rata-rata sebanyak 80% ibu mengalami postpartum blues. Di Indonesia angka kejadian
postpartum blues antara 50-70% dari wanita pasca persalinan (Hidayat, 2007), hasil
penelitian menunjukan angka kejadian postpartum blues antara 50-70 (Rosdiana, 2012).
Penelitian di Ruang Bugenvile RSUD Tugurejo Semarang, menunjukan 44% ibu
pasca melahirkan mengalami gejala postpartum blues, (Fatimah,2009). penelitian yang
dilakukan di DKI Jakarta oleh Irawati menunjukkan 25% dari 580 ibu. Di Jakarta,
Yogyakarta dan Surabaya, ditemukan bahwa angka kejadiannya 11-30 %, di RSUD
Koja Jakarta Utara pada tahun 2009 sebanyak 30% ibu pasca melahirkan mengalami
gangguan postpartum blues (Rosdiana, 2012).
Di Jawa Barat angka postpartum blues yang formal belum dapat ditemukan tetapi
angka kejadian psikosa pasca melahirkan yang dirawat di RS. Jiwa Provinsi Jawa Barat
periode 2013 sebanyak 5 orang (Andini, 2017), namun dengan banyaknya kejadian
pembunuhan anak balita oleh ibu sudah waktunya untuk mengantisifasi kemungkinan
adanya perempuan pasca melahirkan yang mengalami postpartum blues sedini mungkin
Faktor-faktor yang dapat menjadi pemicu terjadinya postpartum blues menurut
(Novita, 2011) adalah:Faktor hormonal, Ketidaknyamanan fisik yang dialami,
keadekuatan dukungan sosial dari suami, stress dalam keluarga misal faktor ekonomi
memburuk. Dukungan sosial suami dalam pasca melahirkan menurut (Murtiningsih,
2012) antara lain: dukungan Informatif berupa pemberian informasi tentang perubahan-
perubahan yang dialami, perhatian emosional berupa dukungan simpati dan empati,
cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Bantuan instrumental merupakan bantuan
langsung seperti merawat bayi, bantuan penilaian yaitu suatu bentuk penghargaan yang
diberikan suami kepada istrinya misalnya memberikan dukungan bahwa perubahan
yang dialami istrinya merupakan hal yang wajar dan fisiologis. Dukungan sosial suami
tersebut sangat berpengaruh pada kekuatan koping ibu pasca melahirkan karena suami
merupakan orang terdekat yang paling berarti sebab kelahiran seorang anak merupakan
tanggung jawab suami dan istri.
Kenyataannya seringkali orang yang paling diharapkan mendampingi dan
memberikan support pada moment penting ini tidak bisa hadir karena berbagai faktor,
misalnya sedang menjalankan tugas kedinasan yang berkaitan dengan pekerjaannya
seperti yang sering terjadi pada istri dari para Tentara Nasional Indinesia (TNI) atau
keluarga Sipil lainnya yang harus menjalankan tugas di luar kota, atau pada ibu single
parent, sehingga mengharuskan seorang perempuan berjuang menghadapi persalinan
tanpa kehadiran seorang suami. Hal ini harus menjadi perhatian para perawat dalam
Hubungan dukungan suami pada ibu pasca melahirkan dengan Postpartum Blues
Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021 217
menjalankan asuhannya agar kemungkinan terjadinya postpartum blues dapat
diantisifasi untuk mencegah terjadinya dampak yang paling berat.
Salah satu rumah sakit milik TNI adalah Rumah Sakit Dustira Cimahi di Jl
Dustira No 1 Kota Cimahi yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya memberikan
pelayanan kepada TNI, PNS dan keluarganya, serta masyarakat umum. Data yang
didapat dari seksi administrasi kesehatan pada bulan April 2019 jumlah pasien pasca
melahirkan 5-10 hari yang berkunjung ke Poliklinik KIA/KB Rumah Sakit Dustira
Cimahi periode Januari sampai dengan Maret 2019 sebanyak 205 orang dengan rata-rata
perbulan 68 orang.
Angka kejadian postpartum blues di Rumah Sakit Dustira Cimahi belum tercatat,
tetapi pasien pasca melahirkan yang berobat ke poliklinik jiwa Rumah Sakit Dustira
Cimahi dengan keluhan lelah dan sulit tidur serta gelisah yang berkepanjangan bahkan
merasa ada keinginan untuk bunuh diri periode tahun 2018 sebanyak 6 orang dan 2
orang harus menjalani perawatan, pada januari sampai Juni 2019 yang berobat jalan
sebanyak 5 orang, 1 orang menjalani perawatan.
Pengalaman penulis ketika bertugas di Ruang perawatan Nifas RS Dustira
Cimahi, banyak ibu pasca melahirkan yang merasa cemas dan sedih, tampak murung,
kontak mata tidak bertahan lama, dan dalam menjawab pertanyaan seperlunya. Peneliti
juga menemukan seorang ibu post partum 2 hari nampak sangat murung dan tidak mau
turun dari tempat tidur ia merasa sesak nafas dan sangat tidak bergairah malamnya tidak
bisa tidur karena merasa sangat sedih, setelah penulis mewawancarai ibunya yang
mendampingi, beliau menyatakan bahwa ibu pasca melahirkan tersebut sangat
ketakutan kalau anak yang dilahirkannya meninggal seperti anaknya yang pertama
apalagi suaminya tidak dapat mendampingi dikarenakan ada tugas luar. Gejala-gejala
tersebut sangat mendukung dengan tanda-tanda postpartum blues. Ibu pasca melahirkan
tersebut rata-rata pulang perawatan pada hari ke 3 sedangkan postpartum blues akan
memuncak antara hari ke 3 sampai ke 10, sehingga tidak menutup kemungkinan akan
mengalami postpartum blues setelah pulang ke rumah. Studi pendahuluan yang penulis
lakukan menunjukkan hasil dari 10 ibu pasca melahirkan hari ke 5-10 yang penulis
wawancarai di poliklinik KIA/KB Rumah Sakit Dustira Cimahi dari 10 orang 7 orang
menyatakan bahwa mereka merasa cemas takut tidak bisa merawat bayinya dan tidak
bisa menjadi ibu yang baik, badan merasa sangat lemah dan sulit tidur, 4 diantaranya
menyatakan enggan menceritakan perubahan perasaannya tersebut kepada keluarganya
karena menganggap hal itu akan menunjukkan ia bukan seorang ibu yang baik.
Berdasarkan fenomena dan hasil penelitian di atas serta pengalaman penulis dan
ditunjang dengan hasil studi pendahuluan, peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dengan mengambil judul : “Hubungan Dukungan Suami Pada Ibu pasca
melahirkan dengan Postpartum Blues di Poliklinik KIA/KB RS. Dustira Cimahi.
Metode Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi, dengan
pendekatan cross sectional yang bertujuan membuat gambaran atau deskripsi tentang
Nung Ati Nurhayati
218 Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021
hubungan dukungan suami pada ibu pasca melahirkan dengan kejadian postpartum
blues di Poliklinik KIA/KB Rumah Sakit Dustira Cimahi.
Hasil dan Pembahasan
1. Profil Responden
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi status responden pasca melahirkan fase early postpartum
di Poliklinik KIA/KB Rumah Sakit Dustira
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 40 responden 36 orang (90%) atau
pada umumnya status responden merupakan Persit yaitu istri TNI sedangkan istri
dari non TNI hanya sebagian kecil yaitu 4 orang (10%).
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi pendampingan suami saat persalinan pada ibu pasca
melahirkan fase early postpartum di Poliklinik KIA/KB Rumah Sakit Dustira
Tabel 3
Distribusi Frekuensi alasan suami tidak mendampingi saat persalinan
pada ibu pasca melahirkan fase early postpartum di Poliklinik KIA/KB
Rumah Sakit Dustira
2. Analisis Univarian dan Bivariat
Hasil penelitian disajikan dengan menggunakan uji Chi-Square Test.
a. Dukungan suami pada ibu pasca melahirkan
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Dukungan suami pada ibu pasca melahirkan
fase early postpartum di Poliklinik KIA/KB Rumah Sakit Dustira.
Status Responden
Frekuensi
Prosentase %
Persit
36
90
Umum
4
10
Total
40
100.0
Pendampingan
Saat Persalinan
Frekuensi
Prosentase %
Tidak Mendampingi
9
22.5
Mendampingi
31
77.5
Total
40
100.0
Frekuensi
Prosentase %
7
78
2
22
9
100.0
Dukungan
Suami
Frekuensi
Prosentase %
Mendukung
24 Orang
60
Tidak
Mendukung
16 Orang
40
Total
40 Orang
100
Hubungan dukungan suami pada ibu pasca melahirkan dengan Postpartum Blues
Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021 219
Data di atas menggambarkan bahwa dari 40 orang ibu pasca melahirkan
yang menjadi responden, 24 orang (60%) atau sebagian besar ibu merasa bahwa
suaminya memberikan dukungan selama pasca melahirkan, dan sebanyak 16
orang (40%) atau hampir setengahnya merasa bahwa suaminya tidak
memberikan dukungan yang cukup.
b. Kejadian Postpartum Blues
Tabel 5
Distribusi Frekuensi kejadian postpartum blues pada ibu pasca melahirkan
fase early postpartum di Poliklinik KIA/KB Rumah Sakit Dustira
Tabel di atas menggambarkan bahwa dari 40 orang ibu pasca melahirkan,
sebanyak 24 orang (60%) atau sebagian besar tidak mengalami postpartum blues,
dan sebanyak 16 orang (40%) atau sebagian kecil mengalami postpartum blues
c. Hubungan dukungan suami pada ibu pasca melahirkan dengan postpartum
blues
Tabel 6
Hubungan Dukungan Suami pada Ibu Pasca melahirkan dengan
Kejadian Postpartum Blues di Poliklinik KIA/KB Rumah Sakit Dustira
Dukungan
klg
Kejadian Post Partum Blues
Total
OR (95%
CI)
P
value
Post Partum
Blues
Tidak Post
Partum
Blues
n
%
n
%
n
%
Tidak
Mendukung
14
87,5
2
9,6
16
40
77.000
0,000
Mendukung
2
9,6
22
14,4
24
60
(95%CI:
9.703-
611.031)
Jumlah
16
40
24
60
40
100
Dari hasil analisis pada tabel 6 di atas antara dukungan suami dengan kejadian
post partum blues diperoleh, sebanyak 14 orang (87,5%) atau pada umumnya suami
yang dirasakan tidak mendukung istrinya, istrinya mengalami postpartum blues dan
sebanyak 22 orang (14,4%) suami yang dirasakan mendukung istrinya, sebagian
kecil, istrinya mengalami postpartum blues yaitu 2 orang (9,6%). Hasil uji statistik
didapatkan nilai p value = 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang
signifikan antara dukungan suami dengan kejadian postpartum blues. Hasil analisis
Postpartum Blues
Frekuensi
Prosentase %
Tidak Postpartun
Blues
24 Orang
60
Postpartun Blues
16 Orang
40
Total
40 Orang
100
Nung Ati Nurhayati
220 Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021
menunjukan OR= 77,000 artinya jika suami dirasakan tidak mendukung istrinya
maka istrinya mempunyai risiko 77 kali akan mengalami postpartum blues
dibandingkan dengan suami yang dirasakan mendukung istrinya.
Kesimpulan
Dari penelitian diatas dapat ditarik beberapa point: (1.) Dukungan yang diberikan
suami pada ibu pasca melahirkan fase early postpartum di poliklinik KIA/KB Rumah
Sakit Dustira Cimahi Sebagian besar responden merasa cukup mendapatkannya (2.)
Gejala postpartum blues yang dirasakan oleh ibu pasca melahirkan fase early
postpartum di poliklinik KIA/KB Rumah Sakit Dustira Cimahi, hampir setengahnya
dari responden mengalami gejala postpartum blues. (3.) Hasil uji statistik didapatkan
ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami pada ibu pasca melahirkan
dengan kejadian postpartum blues di poliklinik KIA/KB Rumah Sakit Dustira Cimahi.
BIBLIOGRAFI
Andini, Herlina Septi. (2017). Strategi Komunikasi Interpersonal Indonesia Medika
dalam Upaya Persuasi Program Garbage Clinical Insurance (GCI) pada
Masyarakat Kelurahan Bumiayu Kota Malang. Universitas Brawijaya.
Bobak, Irene M., Lowdermilk, Deltra Leonard, Jensen, Margaret D., & Perry, S. E.
(2005). Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC.
Ceylan, Savas, Koc, Kenan, & Anik, Ihsan. (2010). Endoscopic endonasal
transsphenoidal approach for pituitary adenomas invading the cavernous sinus.
Journal of Neurosurgery, 112(1), 99107.
Farrer H. (2010). Perawatan Maternitas. Edisi Ke 3. Jakarta: EGC.
Gondo, Harry Kurniawan. (2012). Skrining Edinburgh postnatal depression scale (epds)
pada post partum blues. Jurnal Ilmiah Kedokteran, 1(2), 1729.
Hardi. (2014). http://okezone Bandung.co.id.
Khairani, Rahma, & Putri, Dona Eka. (2011). Kematangan emosi pada pria dan wanita
yang menikah muda. Jurnal Psikologi, 1(2).
Lestary, Heny, & Sugiharti, Sugiharti. (2011). Perilaku berisiko remaja di Indonesia
menurut survey kesehatan reproduksi remaja indonesia (SKRRI) Tahun 2007.
Indonesian Journal of Reproductive Health, 1(3), 136144.
Muhdi, Louise, & Daiber, Michael. (2008). What makes a good case study. Doctoral
Seminar-Research Methodology.
Murtiningsih, Arif. (2012). Mengenal baby blues dan pencegahannya. Jakarta:
Niagaswadaya.
Hubungan dukungan suami pada ibu pasca melahirkan dengan Postpartum Blues
Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021 221
Novita, R. V. T. (2011). Keperawatan Maternitas. Bogor: Ghalia Indonesia.
Puspasari, Heny. (2020). Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Putri
Terhadap Kejadian Menghadapi Premenstrual Syndrome. Syntax Literate; Jurnal
Ilmiah Indonesia, 5(3), 7580.
Rosdiana, Yanti. (2012). Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kejadian
Depresi (Post Partum Blues) pada Ibu Post Partum Primipara. Malang:
Universitas Brawijaya.
Sinaga, Diana. (2006). Analisis Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada
Perusahaan Multifinance Dan Asuransi Yang Tercatat Di Bursa Efek Jakarta.
Vembry, Rezky. (2012). Kepuasan perkawinan pada istri dengan suami sebagai pelaku
kekerasan dalam rumah tangga. Skripsi Universitas Gunadarma.