Edi Supriadi
Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021 61
tapi kadang-kadang menjadi radang yang parah, yang mungkin jauh lebih buruk dari
penyakit ini dan dalam kasus ekstrim, juga dapat berakibat fatal. Gambaran dari proses
inflamasi ini pada umumnya mempunyai suatu ciri khas seperti kemerahan, suhu yang
meningkat, pembengkakan, nyeri dan hilangnya fungsi adalah tanda klasik dari
inflmasi. Inflamasi dapat diprovokasi oleh berbagai agen berbahaya, bahan asing,
toxins, infeksi, bahan kimia, pathogen, reaksi kekebalan tubuh dan luka fisik (Bansal &
Sen, 2008).
(Purwaningsih, Salamah, & Budiarti, 2014) mengemukakan inflamasi dipicu oleh
pelepasan mediator kimia dari jaringan yang terluka dan sel yang bermigrasi. Termasuk
diantaranya adalah amina (histamin, 5-hidroksitriptamin (5-HT)), lipid (prostaglandin,
leukotrien, PAF), peptida kecil (bradikinin) dan peptida lebih besar (sitokin). Inflamasi
ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah lokal mengakibatkan terjadinya aliran
darah setempat berlebihan, kenaikan permeabilitas kapiler disertai dengan kebocoran
cairan dalam jumlah besar ke dalam ruang interstisial yang disebabkan oleh fibrinogen
dan protein lainnya yang bocor dari kapiler dalam jumlah berlebihan, migrasi sejumlah
besar granulasit dan monosit ke dalam jaringan, dan pembengkakan sel jaringan.
Beberapa produk jaringan yang menimbulkan reaksi ini adalah histamin,
bradikinin, serotonin, prostaglandin, serta beberapa macam produk reaksi sistem
komplemen, produk reaksi sistem pembekuan darah, dan berbagai substansi disebut
limfokin dilepaskan oleh sel T tersensitisasi.
Phlebitis adalah peradangan akut lapisan internal vena mempunyai batasan
karakteristik terkait tanda dan gejalanya. (Potter, A., & Perry, 2012) menyatakan,
phlebitis merupakan peradangan yang terjadi pada pembuluh darah vena yang
disebabkan oleh kateter atau iritasi kimia zat aditif dan obat-obatan yang diberikan
secara intravena. (Nursalam, 2014) menyatakan, bahwa phlebitis pada umumnya
ditandai dengan adanya rasa sakit dan nyeri di sepanjang vena, kemerahan, bengkak,
dan hangat, serta dapat dirasakan di sekitar daerah penusukan. Hal ini didukung
penelitian yang dilakukan oleh (Webster et al., 2015), bahwa phlebitis umumnya
ditandai dengan nyeri di daerah penusukan, nyeri tekan, bengkak, eritema, kemerahan,
dan vena cord.
Phlebitis sering terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor pencetus. (Gorski,
2018) mengatakan, penyebab phlebitis disebabkan oleh beberapa hal diantaranya faktor
mekanik, kimia, maupun teknik aseptik yang kurang. Hal tersebut diperkuat dengan
penelitian yang dilakukan (Webster et al., 2015), yang menyatakan bahwa faktor-faktor
yang berhubungan dengan penyebab phlebitis antara lain (1) faktor kimia yang
disebabkan oleh iritasi obat-obatan; (2) faktor mekanik, lokasi dan bahan kateter, dan
keterampilan insersi; (3) faktor bakteri, migrasi organisme dari kulit, sepanjang kateter
ke ujung atau dari daerah yang terkontaminasi; dan (4) faktor pasien/internal, infeksi di
lokasi lain, status nutrisi, keadaan vena, usia, dan jenis kelamin.
Phlebitis sering disertai dengan adanya pembentukan trombus (bekuan darah)
pada pembuluh darah vena. (Pasalioglu & Kaya, 2014) menyampaikan, bahwa faktor