Maulina Amalia Sari dan Ameria Monalisa
164 Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021
Metode Penelitian
Kajian ini menggunakan metode studi pustaka (library research). Studi
pustaka adalah kegiatan membaca dan menulis untuk mengumpulkan data,
kemudian data tersebut diolah sebagai bahan dalam penelitian (Zed, 2003). Lebih lanjut
zed menjelaskan bahwa ada empat karakteristik dalam metode studi pustaka, yaitu:
pertama, peneliti mengambil data bukan dari lapangan, tapi dari teks atau tulisan.
Kedua, data kepustakaan bersifat “siap pakai” karena peneliti mengambil data dari teks,
bukan dari lapangan. Ketiga, data pustaka bersifat sekunder, dengan artian data
diperoleh dari tangan kedua, bukan data dari lapangan yang bersifat orisinil. Keempat,
data pustaka dapat diperoleh kapan saja, karena tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
Adapun metode mengumpulkan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan membaca beberapa karya ilmiah, seperti jurnal, text book, dan berbagai
dokumen yang dianggap relevan. Kemudian data tersebut ditelaah, dianalisis, bahkan
dikomparasikan, kemudian disimpulkan dan ditulis dalam bentuk karya tulis ilmiah.
Hasil dan Pembahasan
Kesejahteraan psikologis sering kali disebut dengan psychological well-being
yang merupakan kepemilikan akan penerimaan terhadap diri sendiri, penguasaan
lingkungan, otonomi, dan hubungan positif dengan orang lain, mempunyai tujuan dan
makna hidup serta mempunyai perasaan akan pertumbuhan dan perkembangan yang
berkelanjutan (Ryff, 1989). Psycholigical well-being merupakan suatu keadaan yang
berhubungan dengan kepuasan pribadi, engagement, harapan, rasa syukur, stabilitas
suasana hati, pemaknaan terhadap diri sendiri, harga diri, kegembiraan, kepuasan, dan
optimisme, termasuk juga mengenali kekuatan dan mengembangkan bakat dan minat
yang dimiliki (Bartram & Boniwell, 2010) Menurut (Ryff & Keyes, 1995). dalam
(Amawidyati & Utami, 2007) faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-
being antara lain: usia, jenis kelamin, kepribadian, kelas sosial, budaya, religiusitas,
tingkat pendidikan serta dukungan sosial. Pada penelitian ini yang menjadi fokus pada
dua faktor yang mempengaruhi psychological well-being adalah budaya dan religiusitas.
(Waterman, 1993) mengemukakan bahwa konsepsi well-being dalam pandangan
eudaimonic menekankan pada bagaimana cara manusia untuk hidup dalam daimon-nya,
atau dirinya yang sejati (true self). Diri yang sejati ini terjadi ketika manusia melakukan
aktivitas yang paling kongruen atau sesuai dengan nilai-nilai yang dianut dan dilakukan
secara menyeluruh serta benar-benar terlibat di dalamnya (fully engaded) (Ryan & Deci,
2001) Daimon juga mengacu pada potensi yang dimiliki tiap-tiap individu, yakni
realisasi yang mempresentasikan pemenuhan hidup yang niscaya setiap individu mampu
melakukannya. Oleh karena itu, pendekatan eudaimonic berfokus pada realisasi diri,
ekspresi pribadi, dan sejauh mana individu mampu untuk mengaktualisasikan potesi
dirinya (Ryan & Deci, 2001).
Menurut (Ryff, 1989), Psychological Well-Being adalah kondisi dimana seseorang
memiliki kemampuan menerima diri sendiri maupun kehidupannya di masa lalu,
pengembangan diri, keyakinan bahwa hidupnya bermakna, memiliki tujuan, memiliki