Dampak penyebaran Covid-19 terhadap dunia pendidikan dan sanitasi di Indonesia
Syntax Idea, Vol. 3, No 1, Januari 2021 103
bisa mengurangi pengeluaran yang berlebihan dikarenakan kuota internet yang
terlalu cepat habis karena pemberian materi dengan metode yang berat.
3. Pengaruh Covid-19 terhadap pembangunan akses air bersih dan sanitasi
kepada masyarakat indonesia.
Pada tahun 2007, tercatat dalam rekor bank dunia, bahwa Indonesia mengalami
kerugian sejumlah 58 triliun dalam kegagalan ekspor karena keburukan sanitasi.
Berdasarkan data dan riset yang telah dikumpulkan oleh badan pusat statistik,
94% dari masyarakat kota, dan 80% dari masyarakat desa telah memiliki akses air
minum yang layak. Sebagai salah satu contoh, Kepulauan Riau mengalami
peningkatan jumlah rumah tangga yang mendapat akses sumber air layak pakai,
dimana pada tahun 2015, hanya berjumlah pada 84,12%, dan pada tahun 2019 naik
menjadi 88,51% ((BPS), 2020). Namun masih terdapat 33 juta penduduk yang masih
belum mendapat akses air layak pakai.
Begitu pula dengan sanitasi, masih terdapat penduduk yang tidak memiliki
akses sanitasi yang layak, seperti 25 juta penduduk yang masih membuang air besar
sembarangan di tempat terbuka, dan/atau pembuangan air besar yang tidak
tersambung dengan unit penampungan tinja.
Target kita masih jauh dari tercapai, namun Indonesia sudah bisa berada di
posisi ini sekarang karena adanya rencana pembangunan jangka menengah nasional
2020-2024. RPJMN ikut serta dalam bekerja untuk mencapai target 100% akses air
minum layak bagi seluruh masyarakat indonesia, serta dengan target 15% akses air
minum aman di tahun 2024, dan 45% akses air minum aman di tahun 2030. Target
yang dipasang untuk sanitasi adalah 90% akses sanitasi layak, serta dengan 20%
akses sanitasi aman di tahun 2024, dan 54% akses sanitasi aman di tahun 2030.
Agar dapat mencapai target dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat,
beberapa misi yang akan dilakukan oleh Tirta Sutedjo, Kepala Sub Direktorat Air
minum dari Direktorat Perkotaan, Perumahan Dan Permukiman Kementerian
PPN/BAPPENAS, adalah tidak hanya untuk memperhatikan ketersediaan air minum,
tapi harus memperhatikan kelayakan dari akses air minum tersebut, seperti dengan
pengecekan kualitas air tersebut secara fisik dan biologis, dan apakah air tersebut
layak untuk dikonsumsi.
Untuk sanitasi, L. Wahanudin, Kepala Sub Direktorat Sanitasi Dari Direktorat
Perkotaan, Perumahan Dan Permukiman Kementerian PPN/BAPPENAS,
menyatakan bahwa masih banyak yang perlu ditingkatkan untuk sanitasi di
Indonesia. Tercatat bahwa sanitasi layak di Indonesia pada tahun 2018 hanya
mencapai 74,58%, dan sanitasi aman hanya mencapai 7,42%. Agar angka tersebut
meningkat, major project yang akan dilakukan untuk sanitasi berupa memenuhi
syarat kesehatan, diantara lainnya adalah memiliki saluran pembuangan tinja dengan
penggunaan septic tank, dan/atau terhubung pada IPAL yang disedot secara rutin.
Dengan kendala seperti tidak tersedianya infrastruktur sanitasi, masih adanya
open-dumping, dan kendala lainnya, dibutuhkan upaya untuk menangkal isu tersebut