How to cite:
Musniati, Tatiana Siska Wardani, Danang Raharjo(2024) Formulasi dan Uji Fisik Sediaan Face
Toner Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper crocotum) Terhadap Propionibacterium acnes ATCC
6919, (06) 10,
E-ISSN:
2684-883X
FORMULASI DAN UJI FISIK SEDIAAN FACE TONER EKSTRAK ETANOL DAUN
SIRIH MERAH (PIPER CROCOTUM) TERHADAP PROPIONIBACTERIUM
ACNES ATCC 6919
Musniati, Tatiana Siska Wardani, Danang Raharjo
Universitas Duta Bangsa Surakarta, Indonesia
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan dan menguji fisik sediaan face toner yang
mengandung ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum), serta mengevaluasi
efektivitasnya terhadap bakteri Propionibacterium acnes ATCC 6919, yang merupakan salah
satu penyebab utama jerawat. Ekstrak etanol daun sirih merah diperoleh melalui proses
maserasi, dan berbagai konsentrasi ekstrak pada konsentrasi 10% 15% dan 20% tersebut
diformulasikan ke dalam sediaan face toner. Pengujian fisik sediaan meliputi pemeriksaan
viskositas, pH, dan stabilitas selama penyimpanan. Selain itu, uji aktivitas antibakteri
dilakukan menggunakan metode difusi cakram untuk menilai potensi penghambatan terhadap
Propionibacterium acnes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua formulasi face toner
memiliki karakteristik fisik yang sesuai dengan standar sediaan kosmetik, dengan pH yang
berada pada rentang aman untuk kulit. Aktivitas antibakteri tertinggi dicapai pada sediaan
dengan konsentrasi ekstrak tertinggi, yang menunjukkan zona hambat yang signifikan
terhadap pertumbuhan Propionibacterium acnes. konsentrasi 10% dengan daya hambat 8,7
mm katagori sedang konsentrasi 15% dengan daya hambat 10,1 mm katagori kuat, dan
konsentrasi 20% dengan daya hambat 14,3 mm katagori kuat. Kesimpulannya, ekstrak etanol
daun sirih merah dapat diformulasikan dengan baik ke dalam sediaan face toner, dan
menunjukkan potensi sebagai agen antibakteri yang efektif terhadap Propionibacterium acnes,
sehingga berpotensi digunakan sebagai bahan aktif dalam produk perawatan kulit untuk
pencegahan dan pengobatan jerawat.
Kata Kunci : Face Toner, Daun Sirih Merah (Piper Crocatum), Propiobakterium Acnes
ATCC 6919, Estrak Etanol 96%
Abstract
This study aims to formulate and physically test a facial toner preparation containing ethanol
extract of red betel leaves (Piper crocatum), as well as evaluate its effectiveness against the
Propionibacterium acnes ATCC 6919 bacteria, which is one of the main causes of acne. The
ethanol extract of red betel leaves is obtained through a maceration process, and various
concentrations of the extract at concentrations of 10%, 15% and 20% are formulated into
facial toner preparations. Physical testing of preparations includes checking viscosity, pH
and stability during storage. In addition, antibacterial activity tests were carried out using the
disc diffusion method to assess the inhibitory potential against Propionibacterium acnes. The
research results show that all facial toner formulations have physical characteristics that
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
Musniati, Tatiana Siska Wardani, Danang Raharjo
6314 Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
comply with cosmetic preparation standards, with a pH that is in the safe range for the skin.
The highest antibacterial activity was achieved in the preparation with the highest extract
concentration, which showed a significant zone of inhibition against the growth of
Propionibacterium acnes. 10% concentration with an inhibitory power of 8.7 mm in the
medium category, 15% concentration with an inhibitory power of 10.1 mm in the strong
category, and 20% concentration with an inhibitory power of 14.3 mm in the strong category.
In conclusion, red betel leaf ethanol extract can be formulated well into facial toner
preparations, and shows potential as an effective antibacterial agent against
Propionibacterium acnes, so it has the potential to be used as an active ingredient in skin
care products for the prevention and treatment of acne.
Keywords: Face Toner, Red Betel Leaf (Piper Crocatum), Propionibacterium Acnes ATCC
6919, 96% Ethanol Extract.
PENDAHULUAN
Pada era modern ini, peningkatan kesadaran akan pentingnya perawatan kulit semakin
meningkat di kalangan masyarakat. Kelenjar minyak di kulit wajah, leher, dada, dan
punggung memproduksi sejumlah besar minyak untuk menjaga agar pori-pori kulit tidak
tersumbat oleh akumulasi lemak berlebih. Akibatnya, jerawat dapat muncul secara cepat.
Ketika tumpukan lemak tersebut bercampur dengan keringat, debu dan zat kontaminan
lainnya, komedo terbentuk dengan bintik-bintik hitam di atasnya. Jika komedo mengalami
infeksi bakteri, akan terjadi peradangan yang dikenal sebagai jerawat (Riska Permata et al.,
2023). Lebih dari 80% populasi masyarakat yang berusia 12-44 tahun umumnya mengalami
masalah jerawat. Jerawat biasanya muncul pada masa pubertas, yaitu pada usia 8-9 tahun,
ketika produksi hormon androgen meningkat secara drastis dan berdampak pada peningkatan
sekresi keratin sebum (Sifatullah, 2021). Salah satu bahan alam yang yang sering digunakan
sebagai anti jerawat adalah daun sirih.
Daun sirih merah (Piper crocotum ) dikenal memiliki sifat antioksidan, anti-inflamasi,
dan antimikroba yang potensial untuk meningkatkan kesehatan kulit. Sementara itu, ekstraksi
dengan menggunakan pelarut etanol telah terbukti efektif dalam mengisolasi senyawa bioaktif
dari tanaman. Analisis komposisi kimia daun sirih merah menunjukkan adanya beragam
senyawa aktif, seperti minyak atsiri, saponin, tanin, flavonoid, dan alkaloid, yang memiliki
potensi sebagai agen antibakteri. Penemuan ini mendorong penggunaan ekstrak daun sirih
merah dalam pembuatan facetoner. Ekstrak tersebut terbukti efektif dalam mengurangi
peradangan kulit serta merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru, memberikan implikasi
positif terhadap perawatan kulit. Penggunaan ekstrak etanol dari daun sirih merah dalam
formulasi Face Toner menjadi pilihan yang menarik untuk mengeksplorasi manfaat kesehatan
kulit yang mungkin dimilikinya (Nur, 2021)Terdapat banyak cara untuk mengobati jerawat,
tetapi obat sintetik sering digunakan secara topikal. Obat topikal yang biasa digunakan
biasanya adalah antibiotic dan retinoid seperti benzoyl peroxide salah satunya. Namun
penggunaan obat tersebut dapat menimbulkan efek samping lain, seperti iritasi kulit. Efek lain
dari penggunaan antibiotik adalah resistensi obat, yang artinya obat tidak lagi dapat
membunuh bakteri dan kemampuan antibiotik untuk membunuh bakteri penyebab jerawat
berkurang. Berdasarkan efek samping yang terjadi saat menggunakan obat-obatan sintetik
membuat masyarakat banyak memilih penggunaan obat dengan bahan utama herbal (Noor et
al., 2023)
Face Toner merupakan salah satu produk perawatan kulit yang populer, yang memiliki
peran penting dalam menjaga keseimbangan pH kulit, memberikan kelembaban, dan
Formulasi dan Uji Fisik Sediaan Face Toner Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper
crocotum) Terhadap Propionibacterium acnes ATCC 6919
Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024 6315
memberikan efek penyegaran. Toner merupakan sediaan kosmetika yang digunakan setelah
membersihkan wajah menggunakan cleanser atau sabun cuci muka. fungsi utama toner adalah
untuk menyegarkan kulit wajah, mengangkat sisa minyak dikulit jika masih ada, serta
disinfektan ringan dan sekaligus dapat membantu (Noor et al., 2023) menutup pori-pori wajah
(Fatma Ely et al., 2022). Toner tidak hanya dapat digunakan sebagai penyempurna pembersih
wajah, tetapi dapat digunakan dengan zat aktif penting seperti anti jerawat. Sediaan toner
wajah biasanya menggunakan basis air, tetapi juga memiliki bahan tambahan seperti zat aktif,
emolien, surfaktan, pewangi, pengawet, dan humektan. Surfaktan, salah satu senyawa yang
digunakan secara luas dalam produk pembersih, dapat berfungsi sebagai solubilizer dan
stabilizer, yang membuat sediaan menjadi jernih dan stabil. Polisorbat 20, salah satu surfaktan
non-ionik yang digunakan dalam produk pembersih, adalah salah satu yang mempengaruhi
kualitas stabilitas, dan kejernihan sediaan toner wajah serta dapat meningkatkan kelarutan
sediaan toner (Amelia & Malahayati, 2023)
Pada penelitian ekstrak daun sirih merah (Piper crocotum ) pada konsetraksi
Propionibacterium acnes pada konsentrasi 1-9% media yang ditanami bakteri masih terdapat
pertumbuhan bakteri, sedangkan pada konsentrasi 10% tidak terdapat pertumbuhan bakteri,
Sedangkan pada metode difusi cakram didapatkan hasil konsentrasi 10%: 9,53 mm, 15%:
10,36 mm, 20%: 10,50 mm, 25%: 10,90. (Studi et al., n.d.) pada bakteri Propionibacterium
acnes karna adanya senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, tannin, flafonoid, saponin
(Nur, 2021) tujuan penelitian ini untuk membuat formula dan uji sediaan face toner ekstrak
daun sirih merah (Piper crocotum ) terhadap bakteri Propionibacterium acnes dengan
kandungan ekstrak etanol dan memiliki aktifitas antibakteri.
Dari latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti pada ekstrak daun sirih merah
(Piper crocotum ) sebagai bahan alami dalam produk perawatan kulit. Dengan adanya sifat
antioksidan dan antiinflamasi pada ekstrak etanol daun sirih merah, penelitian ini bertujuan
untuk mengembangkan formulasi sediaan Face Toner yang tidak hanya efektif dalam
merawat kulit, tetapi juga aman bagi pengguna. Melalui uji mutu fisik penelitian ini berusaha
memberikan kontribusi pada pengembangan produk kecantikan yang ramah lingkungan dan
berbasis pada kekayaan alam lokal.
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui ekstrak etanol daun sirih merah (Piper
crocotum) memiliki aktivitas anti bakteri Propionibacterium acnes ATCC 6919. Untuk
mengetahui ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocotum) dapat di formulasikan dalam
sediaan face toner dengan mutu fisik yang baik. Untuk mengetahui sediaan face toner ekstrak
etanol daun sirih merah (Piper crocotum) efektif terhadap bakteri Propionibacterium acnes
ATCC 6919. Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan serta
memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Bagi masyarakat diharapkan
dapat memberikan informasi mengenai khasiat dan meningkatkan penggunaan dari daun sirih
merah (Piper crocotum ) sebagai kecantikan dan Kesehatan kulit. Bagi instutusi diharapkan
dapat menjadi referensi dalam pengembangkan ilmu pengetahuan pada bidang farmasi
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental
dengan beberapa tahap yaitu determinasi, pemgumpulan bahan pembuatan face toner ekstrak
daun sirih merah, pengujian anti bakteri face toner ekstrak daun sirih merah, formulasi
sediaan, pembuatan sediaan, penguiaan aktivitas anti acne terhadap bakteri Propionibacterium
acnes ATCC 6919.
Musniati, Tatiana Siska Wardani, Danang Raharjo
6316 Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
Berdasarkan hasil yang didapatkan setelah dilakukan uji mutu fisik dan uji aktivitas
antibakteri sediaan toner dengan dua formula berbeda maka akan didapatkan hasil sediaan
toner yang memiliki aktivitas antibakteri yang baik dan dapat digunakan. Data hasil yang
didapat dihitung secara manual, kemudian data yang sudah diolah disajikan dalam bentuk
tabel. Perlu dilakukan uji lanjutan dalam penelitian ini yaitu dilakukanya uji antiiritasi untuk
lebih mendapatkan sediaan toner yang memiliki aktivitas antibakteri yang baik dan dapat
digunakan. Data hasil yang didapat dihitung secara manual, kemudian data yang sudah diolah
disajikan dalam bentuk tabel. Perlu dilakukan uji lanjutan dalam penelitian ini untuk lebih
mendapatkan sediaan toner yang aman dan ber efek baik. menggunakan perangkat lunak
SPPS (Stastistical Product for Service Solution) merupakan program computer statistik yang
mampu memproses data statistic secara cepat dan akurat. Data hasil penelitian uji aktivitas
penghambat pertumbuhan Propionibacterium acnes ATCC 6991 daun sirih merah (Piper
crocotum.). Data hasil penelitian ini dianalisis menggunakan SPSS , menggunakan Uji One
Way ANOVA (Analysis of Variance) dan perlu dilakukan uji lanjutan yaitu Post Hoc Test.
Uji Post Hoc yang dilakukan dengan metode Tukey. Uji tersebut bertujuan untuk mengetahui
perbedaan anatara ekstrak daun sirih merah (Piper crocotum ) dengan kontrol positif Benzoil
Peroxida. Adanya perbedaan signifikan pada uji ditandai dengan nilai p > 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dertiminasi Daun Sirih Merah (Piper crocotum )
Penentuan tumbuhan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran dan
kesesuaian identitas daun sirih merah (Piper crocatum) akan digunakan sebagai bahan
penelitian, untuk menghindari kesalahan dalam mengambil bahan dan menghindari
pencampuran bahan dengan Tanaman saat mengambil bahan. Penentuan tanaman daun sirih
merah pada melakukannya di Pusat Penelitian dan Unit Pelaksaan Fungsional Pelayanan
Kesehatan Tradisional RSUP Dr. Sardjito dengan mengirimkan seluruh tanaman dari akar ke
akar daun. Hasil determinasi yang diperoleh adalah daun sirih merah dengan nama spesies
Piper crocotum atau sama dengan Piper crocatum, keluarga piperaceae. Hasil ini sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Karami et al., 2023) Hasil identifikasi tumbuhan
menunjukkan bahwa sirih Cacing, sirih hijau dan sirih gading mempunyai nama botani Piper
betle L. sedangkan sirih merah mempunyai nama botani Piper crocatum L. atau Piper
crocotum L. Hasil penetapan dapat dilihat pada Lampiran
Pengambilan Bahan
Sampel daun sirih merah (Piper crocatum) diambil dari Desa Mlilir, Kecamatan
Bandungan, Kabupaten Semarang. Daun sirih di petik dipilih daun yang tua, daun dipetik
langsung dari pohonnya pada pagi hari untuk menghindari sinar matahari agar tidak terjadi
penguapan kandungan senyawa. Setelah dilakukan pemanenan daun disortasi dan dibersihkan
dari kotoran yang tidak diinginkan. (Hamsa et al., 2020) melaporkan waktu panen erat
kaitanya dengan pembentukan senyawa aktif pada bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu
panen dan waktu penyimpanan harus diperhatikan. Sejumlah Tanaman hasil panen
terfermentasi dan metabolitnya hancur saat terkena panas berlebih sehingga kualitas kimianya
Formulasi dan Uji Fisik Sediaan Face Toner Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper
crocotum) Terhadap Propionibacterium acnes ATCC 6919
Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024 6317
tidak baik. Waktu panen dilakukan pada pagi hari untuk menghindari penguapan tanaman
pada siang hari dengan cara memilih daun yang sudah tua, kemudian dilakukan pencucian dan
dilakukan pemilihan dengan membuang daun yang rusak dan busuk. (Pratiwi, 2012)
mengatakan daun yang subur berukuran sekitar 10cm dan 5cm, semakin gelap warna
daun semakin tebal, semakin tebal daun semakin kaku aroma daunnya tajam dan rasanya
pahit. Pemetikan sebaiknya dilakukan pada pagi hari hingga pukul 10.00. Daun sirih merah
dapat dilihat pada lampir.
Pembuatan Simplisia Dan Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper Crocatum)
Sampel daun sirih merah (Piper crocatum) sebanyak 4 kg yang telah dipilih dan
dibersihkan, kemudian dilakukan perajangan untuk mempermudah proses di bawah matahari
mengunakan kain hitam sebagai penutup daun sirih merah (Piper crocatum) selama berapa
hari hingga daun sirh merah (Piper crocatum) mencapai kadar air yang sangat rendah, setelah
diproses daun sirih merah (Piper crocatum) yang kering di peroleh simplisia seberat 700gram.
Data rendemen daun sirih merah kering terhahap daun sirih merah basah dapat di lihat pada
tabel data perhitungan rendemen daun kering terhadap daun basah dapat dilihat pada
lampiran.
Tabel 5. Rendemen Berat Daun Kering Terhadap Daun Basah
Berat Basah (g)
Berat Kering (g)
Rendemen (%)
4000
700
17,5%
Daun yang telah kering kemudiaan di giling untuk mendapatkan serbuk dengan ukuran yang
serangam. Penyerbukan dilakukan untuk memperluas bidang kontak antara serbuk dengan
pelarut sehingga ekstraksi akan lebih optimal (B.,Iwani, N, Ar.,et al., 2024).
Kadar air simplisia
Penetapan kadar air bertuju mengetahui kandungan air pada simplisia daun sirih merah
Tabel 6. kadar air simplisia
Bobot simplisia (gram)
2
Kadar air simplisia daun sirih merah sebesar 5,7%. Hal ini menunjukan kadar air
ekstrak daun sirih merah memenuhi persyaratan umum kadar air yang baik yaitu tidak lebih
dari 10%. Kadar air yang terlalu tinggi menyebabkan penurunan mutu dan rusaknya ekstrak,
karena air merupakan pertumbuhan yang baik bagi mikroorganisme (B.,Iwani, N, Ar.,et al.,
2024).
Susut pengeringan simplisia
Tabel 7. susust pengeringan
Bobot simplisia (gram)
Pengeringan
2
5,1%
Penepatan susut pengeringan ekstrak bertujuan untuk memberikan Batasan senyaawa
yang hilang pada proses pengeringan. Hasil susut pengeringan menggunakan moisture
balance ekstrak daun sirih merah sebesar 5,1% kurang dari 10% (Rusmawati et al., 2021)
Musniati, Tatiana Siska Wardani, Danang Raharjo
6318 Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
Kadar abu simplisia
Penetapan kadar abu bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kandungan total
mineral internal maupun eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuk sebuk
simplisia.
Tabel 8. Kadar Abu simplisia
Krus kosong (gram)
Simplisia + krus (gram)
Abu (gram)
Kadar abu %
38,5152
38,8334
0,0022
0,0567%
Nilai kadar abu total daun sirih merah menunjukan banyaknya mineral yang terkandung
dalam simplisia . Dari hasil penetapan kadar abu total pada table nilai kadar abu total yang di
peroleh adalah 0,0567% yang menunjukan mineral yang terkandung adalah rendah.(Verawaty
et al., 2020).
Ektraksi daun sirih merah
Metode maserasi dipilih karena mudah dan sederhana dalam proses pengerjaan, selain
itu juga menghindari kerusakan zat aktif oleh pemanasan. Pelarut etanol 96% di pilih karena
perdasarkan penelitiaan yang dilakukan oleh (Rasydy et al., 2019) merupakan pelarut bersifat
semipolar sehingga diharapkan dapat menarik senyawa yang terkandung dalam daun sirih
merah. Pelarut tersebut juga netral, tidak beracun, tidak mudah ditumbui jamur dan kapang,
sehingga diharapkan diperoleh ektrak yang tidak mudah rusak.
Dari 700 gram serbuk daun sirih merah diperoleh ekstrak kental seberat 80 gram. Hasil
penetapan rendemen ektraksi dapat di lihat tabel
Tabel 9. Hasil rendemen ekstrak daun sirih merah
Bobot berat
(gram)
Bobot kering simplisia
(gram)
Rendemen (%)
80gram
700gram
17,5%
Rendemen ektraksi kental daun sirih merah yaitu 17,5%. Rendemen yang didapat cukup
banyak, hal ini disebabkan karena perendaman sesekalidi aduk maksimal, sehingga senyawan
yang di Tarik maksimal. Mengunakan metode maserasi atau perendaman dengan etanol 96%
dengan 1:10 selama 5 hari yang di gunakan untuk perendaman daun sirih merah di ambil
senyawa yang terkandung di dalam daun sirih merah. (Syafriana & Rusyita, 2017) diketahui
bahwa aktivitas senyawa yang terkandung dapat mengurangi proponibacteri acnes ATCC
6919.
Standarisasi Ekstrak
Ekstaksi daun sirih merah yang di peroleh dari proses maserasi dengan etanol 96%
selanjutnya dilakukan identifikasi secara organoleptis, dan amati beberapa parameter standar
ekstraksi meliputi kadar air, susut pengeringan, kadar abu, dan bobot ekstrak. Berikut adalah
identifikasi ekstraksi daun sirih merah meliputi 6 parameter
Kadar air
Formulasi dan Uji Fisik Sediaan Face Toner Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper
crocotum) Terhadap Propionibacterium acnes ATCC 6919
Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024 6319
Penetapan kadar air bertuju mengetahui kandungan air pada ekstrak daun sirih merah.
Hasil penetapan kadar air dapat dilihat pada tabel.
Tabel 10. Hasil penetapan kadar air ekstrak
Bobot ekstrak (gram)
Kadar air (%)
2
2,45%
Kadar air ekstrak daun sirih merah sebesar 2,45%. Hal ini menunjukan kadar air
simplisia daun sirih merah memenuhi persyaratan umum kadar air yang baik yaitu tidak lebih
dari 10%. Kadar air yang terlalu tinggi menyebabkan penurunan mutu dan rusaknya ekstrak,
karena air merupakan pertumbuhan yang baik bagi mikroorganisme (P.,Yuniarti,R., et al.,
2024).
Susut pengeringan
Penepatan susut pengeringan ekstrak bertujuan untuk memberikan Batasan senyaawa
yang hilang pada proses pengeringan. Hasil susut pengeringan menggunakan moisture
balance ekstrak daun sirih merah sebesar 2,5%.
Tabel 11. Susut pengeringan
Bobot Ekstrak
Gram
Susut
Pengeringan
2
2,5%
Hal ini menunjukan kadar air simplisia daun sirih merah memenuhi persyaratan umum
susut pengeringan yang baik yaitu tidak lebih dari 10%. yang terlalu tinggi menyebabkan
penurunan mutu dan rusaknya ekstrak, karena merupakan pertumbuhan yang baik bagi
mikroorganisme (P.,Yuniarti,R., et al., 2024).
Bebas etanol
Melakukan uji bebas alkohol dengan cara masukan 1 ml ekstrak kental kedalam tabung
reaksi, ditambahkan 2 tetes H
2
SO
4
dan tetes asam asetat kemudian dipanakan. Ekstrak
dikatakan bebas etanol bila tidak ada bau ester (tivani et al., 2021). Hasil yang di dapat adalah
bebas tidak berbau etanol (Syafriana & Rusyita, 2017).
Kadar abu
Penetapan kadar abu bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kandungan total
mineral internal maupun eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuk ekstrak.
Penetapan kadar abu total dapat di lihart di table 11
Tabel 12. Penetapan Kadar Abu Total ekstrak
Krus gram
Simplisia (gram)
Abu (gram)
Kadar abu %
32,8400
0,2215
0,0022
0,9932%
Nilai kadar abu total daun sirih merah menunjukan banyaknya mineral yang terkandung
dalam simplisia yang diperoleh dari proses eksraksi. Dari hasil penetapan kadar abu total
pada table nilai kadar abu total yang di peroleh adalah 0,9932% yang menunjukan mineral
yang terkadung fraksi adalah rendah (Fauzi et al., 2023).
Skrining Fitokimia
Musniati, Tatiana Siska Wardani, Danang Raharjo
6320 Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
Pengujian kandungan senyawan kimia ekstrak daun sirih merah bertujuan mengalisis
kandungan kimia yang terkandung dalam ekstrak daun sirih meah , dilakykan dengan dengan
peeaksi kimia trtentu. Hasil identifikasi kstraksi daun sirih merah dapat di lihat paa tabel .
Gambar hasil tabung reaksi di lampiran..
Tabel 13. indentifikasi kandungan senyawa ekstrak etanol daun sirih merah
Senyawa
Hasil identifikasi
Pustaka ( Herma, 2019 )
Kesimpulan
Ekstrak
Flavonoid
Berbentuk warna
kuning
Berbentuk warna merah,kuning, jingga
+
Alkaloid
Kuning kecoklatan
Jingga (dragedorf) endapan putih
kekuningan (mayer)
+
+
Tanin
Biru hitam
Biru hitam,hijau, hitam
+
Saponin
hijau
Hijau, biru, merah
+
Berdasarkan hasil uji kandungan senyawan ekstrak daun sirih merah dengan metode uji
tabung, menunjukan hasil ekstrak etanol daun sirih merah mengandung senyawa flovoid,
alkaloid,dan tanin.
Indentifikasi flavonoid.
Pengujian flavonoid mengunakan serbuk magnesium dan HCI pekat 2 tetes. Pengunaan
HCI pekat dalam uji flavonoid untuk menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya. Redukasi
dengan magnesium dan HCI pekat dapat menghasilkan senyawa kompleks berwarna.
Flavonoid merupakan senyawa yang mengadung 2 cincin aromatic dengan gugus hidroksil
lebih dari satu. Reduksi dengan magnesium dan HCI pekat dan menghasilkan warna merah,
kuning, atau jingga. Pada pengujian flavonoid terdapat ekstrak etanol daun sirih erah
didapakan positif yaitu berbentuk warna kuning pada lapisan amil alkohol (Januarti et al.,
2019).
Identifikasi alkaloid
Pengujian alkaloid pada ekstrak daun sirih merah menggunakan reagen Dragendorff
dan Mayer. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna jingga pada pereaksi
Dragendorff dan endapan putih kekuningan pada pereaksi Mayer. Pengujian ekstrak daun
sirih menujukkan hasil positif mengandung alkaloid dengan terbentuknya warna coklat muda
dengan Dragendorff dan endapan putih kekuningan dengan Mayer. Namun pengujian pada
fraksi menunjukkan hasil negatif. Pada pengujian alkaloid menggunakan pereaksi Mayer
terjadi reaksi antara nitrogen pada alkaloid dengan ion kalium sehingga membentuk kompleks
kalium-alkaloid yang mengendap. Sedangkan Dragendorff hasil positif ditunjukkan dengan
terbentuk endapan coklat muda hingga kuning dimana endapan tersebut adalah kalium-
alkaloid. Senyawa alkaloid pada umumnya larut dalam senyawa yang kurang polar misalnya
eter atau kloroform. Pada proses fraksinasi menggunakan etil asetat, alkaloid pada ekstrak
daun sirih merah tidak ikut terlarut karena perbedaan polaritas (Januarti et al., 2019).
Formulasi dan Uji Fisik Sediaan Face Toner Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper
crocotum) Terhadap Propionibacterium acnes ATCC 6919
Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024 6321
Identifikasi fenolik dan tanin.
Pengujian senyawa fenolik dan tannin terbentuk warna biru kehitaman pada ekstrak.
Terbetuknya warna biru kehitaman setelah penambahan FeC
l3
disebabkan karena senyawa
tanin membentuk kompleks dengan FeC
l3
. Pengujian tanin pada ekstrak daun sirih merah
menunjukkan hasil positif, terdektesi senyawa fenolik dan tannin (Januarti et al., 2019).
Hasil Face toner daun sirih merah
Face toner daun sirih merah dibuat tiga formulasi dengan konsenterasi 10% 15% dan
20% semua fomulasi di lakukan pengujian mutu fisik meliputih Organoleptis, Homongenitas,
pH, Viskositas. Face toner dibuat dengan mencampurkan bahan nipagin, nipasol, gliserin,
propilenglikol, tween 80 aquades dan ekstrak daun sirih merah. Pembuatan face toner dengan
di campurkan nipagin dan nipagol kedalam motri dan alu kemudian di tambahkan aquadest
secukupnya pengadukan hingga homongen, tambahkn tween 80 dan aqudest diaduk hingga
larut setelah itu di campurkan propilen glikol dimasukakan kedalam motir dan alu hingga
tercampur dengan baik dan ditambahkan glistering diaduk hingga homongen kemudiaan
dipanaskan aquades sebanyak 50ml di panaskan Bersama ekstrak daun sirih merah hingga
homogen, dan di campurkan sama bahan yang sudah siap kemudiaan di saring hingga volume
100ml campurkan semua bahan kedalam mortar dan alu dan di masukan ke dalam botol
100ml dan mendapatkan hasil face toner yang homongen (Permata et al., 2023).
Hasil Uji Mutu Fisik Face Toner Daun Sirih Merah
Pengamatan terhadap mutu fisik sediaan yang dilakuakan terhadap organoleptis,
homongenitas, viskositas, dan pH. Untuk melihat stabilitas sediaan selama penyimpanan,
pengamatan di lakukan untuk mengetahui stabilitas sediaan face toner. Berikut adalah hasil
pengujian mutu fisik sediaan.
Tabel 14. Hasil pengamatan organoleptik
Formulasi
Tekstur
Warna
Bau
F1
Cair
Merah kekuningan
Khas ekstrak
F2
Cair
Merah kekuningan coklat
Khas ekstrak
F3
Cair
gelap kehitaman
Khas ekstrak
Keterangan :
F1 : face toner daun sirih merah konsentrasi 10%
F2 : face toner daun sirih merah konsentrasi 15%
F3 : face toner daun sirih merah konsentrasi 20%
Hasil pada tabel menunjukan pengamatan pada sediaan tidak terjadi perubahan tekstur,
warna, atau bau pada pengamatan dari masing-masing formulasi. Konsistensi dari keempat
formula adalah cair. Perbedaan warna dari ketiga formula disebabkan oleh konsentrasi maka
warna yang di hasilkan dari sediaan F1 Merah kekuningan dengan konsentrasi 10%, hasil dari
sedian F2 konsentrasi 15% kekuningan coklat dan hasil dari sediaan F3 konsentrasi 20%
gelap kehitaman.
Musniati, Tatiana Siska Wardani, Danang Raharjo
6322 Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
Tabel 15. Hasil Uji Homongenitas
Formul
a
Homongenita
s
F1
Homogen
F2
Homongen
F3
Homongen
Keterangan :
F1 : face toner daun sirih merah konsentrasi 10%
F2 : face toner daun sirih merah konsentrasi 15%
F3 : face toner daun sirih merah konsentrasi 20%
Hasil uji homongenitas menujukkan semua formulasi homongen.
Tabel 16. Hasil Uji Viskositas
Formulasi
Viskositas(m.Pa
.
s)
Rata-rata(m.pa
.
s)
Replikasi
1
Replikasi
2
Replikasi
3
F1
1.72
1.72
1.86
2.32
F2
1.64
1.65
1.78
1.69
F3
1.45
1.50
1.48
1.47
K+
1.57
1.54
1.55
1.55
Basis
1.45
1.50
1.55
1.50
Keterangan :
F1 : face toner daun sirih merah konsentrasi 10%
F2 : face toner daun sirih merah konsentrasi 15%
F3 : face toner daun sirih merah konsentrasi 20%
Keterangan :
Analisis hasil dari uji sediaan toner ekstrak daun sirih merah di dapat F1 memiliki
perbedaan yang signifikan dengan F3 dan K(+).
F2 memiliki perbedaan yang signifikan dengan F3 dan K(+).
F3 memiliki perbedaan yang signifikan dengan F1 dan F2.
K(-) memiliki perbedaan yang signifikan dengan F1.
K(+) memiliki perbedaan yang signifikan denga F1 dan F2
Hasil Uji pH
Uji pH bertujuan untuk mengetahui keasaman atau kebasaan suatu sediaan. Sediaan
topikal yang penggunaannya dioleskan pada permukaan kulit juga perlu diuji nilai pH. Untuk
sediaan topikal, idealnya mempunyai nilai pH yang sama dengan pH kulit. Hal ini karena,
sediaan yang terlalu asam akan menimbulkan rasa perih, sedangkan sediaan yang terlalu basa
dapat membuat kulit kering dan gatal. (Noor et al., 2023) oleh karenanya pada pengujian
stabilitas sediaan pada penyimpanan selain pengujian terhadap organoleptis dan viskositas,
juga dilakukan pengujian terhadap pH pada penyimpananPengujian pH pada sediaan
Formulasi dan Uji Fisik Sediaan Face Toner Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper
crocotum) Terhadap Propionibacterium acnes ATCC 6919
Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024 6323
dilakukan menggunaka pH meter yang telah di kalibrasi. Syarat pH sediaan topikal yang baik
yaitu yang masuk dalam pH kulit yaitu 4.5-7 (Permata et al., 2023).
Tabel 17. Data Hasil Uji pH
Formulasi
pH
Rata-rata
Replikasi
1
Replikasi
2
Replikasi
3
F1
5.95
5.94
5.93
5.94
F2
6.63
6.49
6.44
6.52
F3
6.53
6.49
6.48
6.5
Basis
4.02
4.03
4.04
4.03
K +
6.46
6.44
6.53
6.47
Keterangan :
F1 : face toner daun sirih merah konsentrasi 10%
F2 : face toner daun sirih merah konsentrasi 15%
F3 : face toner daun sirih merah konsentrasi 20%
Keterangan :
F1 memiliki perbedaan yang signifikan dengan F2, F3, K(-) dan K(+).
F2 memiliki perbedaan yang signifikan dengan F1 dan K(-).
F3 memiliki perbedaan yang signifikan dengan F1 dan K(-).
K(-) memiliki perbedaan yang signifikan dengan F1, F2, F3 dan K(+).
K(+) memiliki perbedaan yang signifikan dengan F1 dan K(-).
Hasil Uji Aktivitas Antibkteri Propionibacterim Acnes Terhadap Sediaan Toner
Uji aktivitas propionibacteri acne pada sediaan face toner anti jerawat daun sirih merah
dengan mengunakan metode difusi cakram yang bertujuan untuk mengetahui konsentrasi
Hambat Minimum (KHM) dengan mengunakan media Mueller Hintom Agar (MHA).
pengujian dilakukan dengan cara suspense bakteri diolehkan pada media yang sudah memadat
memudian didiamkan selama 15 menit sehingga bekteri terdifusi dalam media. Kertas cakram
disk direndam pada sampel masing-masing 10% 15% dan 20%, serta kontrol positif sediaan
toner yang berkhasiat sebagai anti jerawat yang memiliki kandungan asam salisilat dan
DMSO 1%. Kertas cakram disk diletakkan pada media yang sudah di berikan tanda,
kemudian dilakukan inkubasi selama 24jam dan akan di dapatkan hasil pengujian.
Hasil dari pegujian yaitu derah yang tidak terdapat pertumbuhan bakteri pada sekitar
cakram disk menandakan adanya aktivitas antibakteri atau terdapat daya hambat terhadap
bakteri propionibacteri acnes. Pengujian antibakteri dilakukan pengukuran diameter zona
terang pada sampel sediaan toner wajah ekstrak daun sirih merah DMSO 1%sebagai kontrol
negatif dan toner dan toner anti jerawat sebagai kontrol positif. Pengujian aktivitas antibakteri
didapatkan hasil sediaan toner anti jerawat ekstrak daun sirih merah bisa menhambat
pertumbuhan bakteri propionibacteri acnes dari konsentrasi terendah 10% hingga konsentrasi
tertinggi 20%. Konsentrasi 10% yang di dapat rata-rata sedang . (Syafriana & Rusyita, 2017)
Pada replikasi ke tiga didapatkan hasil yang kurang baik hal ini dikarenkan pada saat
Musniati, Tatiana Siska Wardani, Danang Raharjo
6324 Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
pengaplikasian bakteri pada media bakteri terlalu tebal, sehingga hasil zona bening yang di
dapatkan terlihat samar-samar, hasil zona bening yang didapatkan dilakukan pengukuran
dengan jangka sorong (Murdianto, Aguas Ria Fachriyah, Enny Kusrini, n.d.). melaporkan
aktivitas bakteri dengan penghambatan konsentrasi yang digunakan maka semakin besar zona
hambat yang dibentuk, semakin tinggi konsentrasi zat aktif yang terkadung sehingga
kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri semakin tinggi dan zona bening atau
hambat yang di bentuk lebih luas.
Adanya daya hambat terhadap bakteri Propionibacterium acnes di pengaruhi oleh
adanya senyawa yang dapat berkhasiat sebagai antibakteri pada sediaan toner ekstrak daun
sirih merah (Piper crocatum) hasil yang didapat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Ariyani et al., 2018). Zona hambat 5 mm memiliki katgori sedang, zona hambat 10-20mm
memiliki kategori kuat dan zona hambat mm atau lebih di katakana sangat kuat. Foto hasil uji
aktivitas sediaan antibakteri sediaan toner terhadap bakteri Propionibacterium acnes dapat
dilihat pada lampiran.
Tabel 18 Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Sediaan Toner Secara Difusi Terdapat
Bakteri Propionibacterium Ances
Bahan Uji
Formulasi
(Konsentrasi)
Daya Hambat
(Mm)
Rata-
Rata
(mm)
Kategori
I
II
III
Sediaan
Toner
1 (10%)
8,0
8,1
10,1
17,8
Sangat kuat
2 (15%)
9,8
9,0
11,3
26,1
Sangat kuat
3 (20%)
11,3
13,0
18,8
40,1
Sangat
Kuat
Kontrol +
5%
14,4
12,2
10,0
46,2
Sangat Kuat
DMSO
1%
0
0
0
-
-
Berdasarkan hasil yang didapatkan setelah dilakukan replikasi tiga kali didapatkan hasil
sediaan toner dengan konsetrasi ekstrak daun sirih merah 10% sudah dapat menghambat
pertumbuhan bakteri propionibacterium acnes.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian formulasi uji aktivitas sediaan toner anti acnes daun sirih
merah (Piper crocotum ) terhadap bakteri Propionibacterium acnes 6919 dapat di simpulkan
Sediaan face toner ekstrak daun sirih merah (Piper crocotum ) dapat menghambat bakteri
Propionibacterium acnes 6919 dengan nilai rata-rata paling kuat konsentrasi 20% 14,3mm.
Sediaan toner anti acne daun sirih merah ,menghambat aktivitas bakteri propionibkterium
ances 6919 dengan nilai hambat rata-rata paling tinggi 14,3mm dengan konsentrasi 20% pada
formula ke 3 respon hambat masih termasuk kuat. Sediaan toner ekstrak daun sirih merah
(Piper crocotum ) memenuhi mutu fisik yang baik meliputi uji organoleptis, pH, homogenitas,
viskositas, sesuai standar mutu fisik sediaan toner yang baik.
Formulasi dan Uji Fisik Sediaan Face Toner Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper
crocotum) Terhadap Propionibacterium acnes ATCC 6919
Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024 6325
BIBLIOGRAFI
Ariyani, S. B., Pertiwi, Y. K., & Asmawit, A. (2018). Pengaruh Penambahan Pengawet Dan
Uji Aktivitas Antibakteri Escherichia coli Pada Sediaan Gel Lidah Buaya. Jurnal
Teknologi Proses Dan Inovasi Industri, 3(1). https://doi.org/10.36048/jtpii.v3i1.3801
Fauzi, L. A., Khotimah, S., & Rahmawati. (2023). Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol
Oncom merah Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus (ATCC 25922) Dan
Escherichia coli (ATCC 25923) Secara In Vitro. Prosiding Semnas Biologi XI Tahun
2023 FMIPA Universitas Negeri Semarang, Atcc 25922, 3543.
Hamsa, A., Aulawi, T., & Solfan, B. (2020). Perbedaan Waktu Pemanenan Terhadap Mutu
Kimia Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & PAV). Jurnal Pertanian Indonesia,
1(2), 3342.
Januarti, I. B., Wijayanti, R., Wahyuningsih, S., & Nisa, Z. (2019). Potensi Ekstrak
Terpurifikasi Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz &Pav) Sebagai Antioksidan Dan
Antibakteri. JPSCR : Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 4(2),
60. https://doi.org/10.20961/jpscr.v4i2.27206
Karami, M. R. A. N., Malahayati, S., Hidayah, N., & Budi, S. (2023). Formulasi dan Uji
Stabilitas Sediaan Toner Anti Jerawat Ekstrak Bunga Melati (Jasminum sambac L.).
Jurnal Farmasi SYIFA, 1(2), 6876.
Murdianto, Aguas Ria Fachriyah, Enny Kusrini, D. (n.d.). Isolasi, Identifikasi Serta Uji
Aktivitas Antibakteri Senyawa Golongan Triterpenoid Dari Ekstrak Daun Binahong
(Anredera cordifolia (Ten.) Steen) Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli. 343, 428428.
Noor, M., Malahayati, S., & Nastiti, K. (2023). FORMULASI DAN UJI STABILITAS
SEDIAAN TONER WAJAH EKSTRAK BUAH PARE (Momordica charantia L)
SEBAGAI ANTI JERAWAT DENGAN VARIASI SURFAKTAN. Jurnal Riset
Kefarmasian Indonesia, 5(1), 133145. https://doi.org/10.33759/jrki.v5i1.330
Permata, B. R., Pratama, K. J., Khotimah, M. I. N., & Karim, S. (2023). Characteristic and
Antibacterial Activity Test of Red Betel Leaf Essential Oil Against Propionibacterium
Acne Bacteria. Proceedings of the International Conference on Nursing and Health
Sciences, 4(1), 95100. https://doi.org/10.37287/picnhs.v4i1.1688
Pratiwi, F. B. (2012). Budidaya Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum) dan Khasiat Sebagai
Obat Tradisional di PT Indmira Citra Tani Nusantara Yogyakarta. Tugas Akhir, 150.
Rasydy, L. O. A., Supriyanta, J., & Novita, D. (2019). Formulasi Ekstrak Etanol 96% Daun
Sirih Hijau (Piper Betle L.) Dalam Bedak Tabur Anti Jerawat Dan Uji Aktivitas
Antiacne Terhadap Staphylococcus Aureus. Jurnal Farmagazine, 6(2), 18.
https://doi.org/10.47653/farm.v6i2.142
Rusmawati, L., Rahmawan Sjahid, L., & Fatmawati, S. (2021). PENGARUH CARA
PENGERINGAN SIMPLISIA TERHADAP KADAR FENOLIK DAN AKTIVITAS
TABIR SURYA EKSTRAK ETANOL 70% DAUN CINCAU HIJAU (Cyclea barbata
Miers.). Media Farmasi Indonesia, 16(1), 16431651.
https://doi.org/10.53359/mfi.v16i1.171
Studi, P., Farmasi, I., Kesehatan, F. I., & Kadiri, U. (n.d.). Program Studi Ilmu Farmasi,
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri. 5361.
Syafriana, V., & Rusyita, R. (2017). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sirih
Merah (Piper crocatum) Terhadap Pertumbuhan Propionibacterium acnes. Sainstech
Farma, 10(2), 911.
Terhadap, N. E. B., Propionibacterium, B., Iwani, N., Ar, P., Yuniarti, R., Lubis, M. S., &
Musniati, Tatiana Siska Wardani, Danang Raharjo
6326 Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
Nasution, M. A. (2024). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (
Piper ornatum Staphylococcus epidermidis . Antibacterial Activity Test of Ethanolic
Extract from Red Betel Leaves ( Pepper ornatum N . E . Br ) against Propionibacterium
acne , Staphylococcus aur. 10(1). https://doi.org/10.33772/pharmauho.V10i1.92
Verawaty, Sulimar, N., & Dewi, I. P. (2020). Formulasi dan Evaluasi Sifat Fisik Sediaan
Masker Sheet Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz. and Pav.). Jurnal Ilmiah
Manuntung, 6(2), 223230.
Copyright holder:
Musniati, Tatiana Siska Wardani, Danang Raharjo (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: