Helena Iriana Malau
6150 Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024
(X4) terhadap Harga Saham (Y) mencapai 66,2%, sedangkan sisanya sebesar 33,8%
disebabkan oleh faktor lain.
Konsistensi Nilai Intrinsik Menggunakan Metode RIM dan DDM
Setelah dilakukan analisis nilai intrinsik saham dengan menggunakan metode
RIM dan DDM pada 10 perusahaan retail trade di Indonesia yang tercatat di BEI, maka
diperoleh total 40 sampel yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
menggunakan metode RIM, sebanyak 24 sampel tergolong Undervalued dan 16 sampel
tergolong Overvalued. Bersamaan dengan itu, pendekatan DDM digunakan untuk
melakukan analisis intrinsik saham, menghasilkan 34 sampel yang dikategorikan
sebagai Undervalued dan 6 sampel yang dikategorikan sebagai Overvalued. Perhitungan
ini diperoleh dengan membandingkan nilai intrinsik saham, yang ditentukan
menggunakan metodologi RIM (Residual Income Model) dan DDM (Dividend Discount
Model), dengan harga saham penutupan di pasar. Saham didefinisikan sebagai
undervalued jika harga saham penutupan perusahaan lebih rendah dari nilai
intrinsiknya. Demikian pula, jika harga saham akhir melebihi nilai intrinsiknya, saham
tersebut dikategorikan sebagai Overvalued.
Menurut uji konsistensi yang dilakukan pada kedua metodologi tersebut, temuan
menunjukkan bahwa 26 sampel digolongkan sebagai konsisten, sedangkan 14 sampel
diberi label tidak konsisten. Tingkat kesesuaian antara temuan yang diperoleh dari
pendekatan RIM dan DDM adalah 65,00% konsisten, sedangkan 35,00% sisanya tidak
konsisten. Temuan tersebut menunjukkan bahwa nilai intrinsik yang diperoleh dari
pendekatan RIM dan DDM menunjukkan tingkat konsistensi yang tinggi, yang
menunjukkan bahwa kedua metode ini dapat digunakan secara bersamaan dan juga
dapat berfungsi sebagai alternatif satu sama lain. Dalam konteks ini, "pengganti"
mengacu pada kemampuan kedua prosedur untuk saling menggantikan dalam menilai
nilai intrinsik saham. Hal ini karena kedua pendekatan memberikan temuan yang
serupa. Terdapat korelasi yang kuat antara temuan yang diperoleh dari penggunaan
pendekatan Residual Income Model (RIM) dan Dividend Discount Model (DDM) untuk
menentukan nilai sebenarnya dari saham. Temuan penelitian menunjukkan bahwa
65,00% dari hasil yang diperoleh dari kedua pendekatan tersebut sesuai, namun 35,00%
sisanya tidak sesuai.
Penemuan ini menunjukkan bahwa kedua pendekatan tersebut dapat digunakan
secara bergantian sebagai sarana untuk menentukan nilai inheren saham. Korelasi yang
kuat antara RIM dan DDM menunjukkan bahwa kedua prosedur ini dapat dipertukarkan
dan dapat digunakan secara bersamaan. Lebih jauh, beberapa penyelidikan terkait
menguatkan penemuan ini. Dwi Menurut penelitian (Yulianto, Mulyantini, & Arieftiara,
2021) 47,92% sampel menunjukkan konsistensi antara RIM dan DDM, sedangkan
52,08% menunjukkan inkonsistensi. Lebih lanjut, penelitian tersebut mengungkapkan
bahwa nilai intrinsik, sebagaimana ditentukan oleh model dividen diskonto (DDM),
memiliki dampak yang signifikan dan menguntungkan terhadap harga saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat & Yuliah, (2018) menggunakan metode
DDM untuk menilai nilai inheren saham perusahaan tekstil dan garmen yang
diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Temuan tersebut mengungkapkan bahwa 4
dari 5 perusahaan memiliki nilai intrinsik yang menyimpang dari harga pasar. Secara
spesifik, 2 perusahaan dianggap overvalued sementara 3 perusahaan dianggap
undervalued (Yuliah, Triana, & Lesmana, 2019). Selanjutnya, penelitian (Florensi,
2018) melakukan penelitian untuk mengevaluasi ketepatan teknik RIM dan FCFEM