Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�����
Vol. 2, No. 11, November 2020
MEMBUMIKAN
LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENGAJAR BERBASIS STEM BAGI GURU MATEMATIKA SMK NEGERI 1 SINGKEP KABUPATEN
LINGGA
Samsul Hadi
SMK Negeri 1 Singkep, Kepulauan Riau, Indonesia
Email:
[email protected]
Abstract
This study aims to apply
lesson studies to improve STEM-based teaching skills for teachers of SMK Negeri
1 Singkep. The application of lesson studies is
expected to be useful in improving teaching skills after the implementation and
culture of lesson studies among mathematics teachers. In this study, the
researcher as the principal with a mathematics teacher background implemented
learning through workshops as a practice of implementing and understanding
teaching teachers. With STEM-based learning, it is hoped that teachers can
carry out discussions in planning lessons, implement teacher learning models in
teaching and be able to reflect on learning. The research used school action based
on Kemmis & Taggart which consisted of 2 cycles
starting with planning, acting, observing and reflecting. As research subjects
are teachers of SMK Negeri 1 Singkep which consists
of 28 teachers. From the results of this study, it was found that through the
application of this method, (1) teachers can improve STEM-based teaching
skills, (2) teachers can improve skills in making observations, and (3)
teachers can increase knowledge in terms of adding insight into learning
methods in class. Based on the results of data analysis, it shows that this
method is effective for improving the teaching ability of STEM-based teachers,
in the first cycle the teacher's average ability was 70.82 and increased to
78.88 in the second cycle, an increase of 8.06 was quite significant.
Keywords: lesson study; STEM; Mathematics
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan lesson study dalam meningkatkan kemampuan mengajar berbasis STEM bagi guru SMK Negeri 1 Singkep. Penerapan lesson study diharapkan bermanfaat� dalam meningkatkan kemampuan mengajar setelah diterapkan dan dibudayakan lesson study di kalangan guru matematika. Dalam penelitian ini, peneliti selaku kepala sekolah berlatar belakang guru matematika mengimplementasikan lesson study melalui kegiatan workshop sebagai latihan penerapan dan penilaian langsung kemampuan guru mengajar. Dengan lesson study berbasis STEM diharapkan guru dapat melakukan diskusi dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pengamatan guru model dalam mengajar dan dapat melakukan refleksi pembelajaran. Penelitian menggunakan penelitian tindakan sekolah berdasarkan Kemmis & taggart yang terdiri dari 2 siklus yang diawali dengan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Sebagai subyek penelitian adalah guru SMK Negeri 1 Singkep� yang terdiri dari 28 guru. Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa melalui penerapan metode ini, (1) guru dapat meningkatkan kemampuan mengajar berbasis STEM, (2) guru dapat meningkatkan keterampilan dalam melakukan observasi, dan (3) guru� dapat meningkatkan pengetahuan dalam hal menambah wawasan metode pembelajaran di kelas . Berdasarkan hasil analisis data , menunjukkan bahwa metode ini efektif untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru berbasis STEM , pada siklus I rata-rata kemampuan guru 70.82 dan meningkat menjadi 78.88 pada siklus II, sehinga terjadi kenaikan 8.06 yang cukup berarti.
Kata kunci : studi
pelajaran; Batang; Matematika;
Pendahuluan
Menurut Ki Hajar Dewantoro, pendidikan yaitu tuntutan didalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian setingi-tingginya (Megawati & Sari, 2012).
Pendidikan sebagai sebuah kegiatan dan proses aktivitas yang disengaja merupakan gejala masyarakat ketika sudah mulai disadari pentingnya untuk membentuk, mengarahkan dan mengatur manusia sebagaimana dicita-citakan masyarakat (Gunawan, 2012).
Salah
satu prinsip pendidikan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru
yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan
kreativitas peserta didik (Sary, 2018).
Istilah Industri 4.0 lahir dari ide revolusi industri
ke empat. European
Parliamentary Research Service dalam Davies (2015) menyampaikan bahwa
revolusi� industri terjadi empat kali.
Revolusi industri pertama� terjadi di
Inggris pada tahun 1784 di mana penemuan�
mesin uap dan mekanisasi mulai menggantikan pekerjaan manusia. Revolusi
yang kedua terjadi pada akhir abad ke - 19 dimana mesin-mesin produksi yang
ditenagai oleh listrik digunakan untuk kegiatan produksi secara� masal. Penggunaan teknologi komputer untuk
otomasi manufaktur mulai tahun 1970 menjadi tanda revolusi industri ketiga (Prasetyo & Sutopo, 2018).
Industri 4.0 merupakan fenomena yang unik jika
dibandingkan dengan tiga revolusi industri yang mendahuluinya. Industri 4.0
diumumkan secara apriori karena peristiwa nyatanya belum terjadi dan masih
dalam bentuk gagasan (Drath & Horch, 2014).
Ekonomi
global saat ini sedang pada titik puncak perubahan besar yang sebanding
besarnya dengan munculnya revolusi industri pertama atau perkembangan perakitan
produksi, atau bahkan penemuan mikrocip. Kemajuan teknologi memungkinkan
terjadinya otomatisasi hampir disemua bidang. Sementara itu, kepemilikan
perangkat pintar di berbagaibagian dunia mengarah padatingkat keterkaitan satu
sama yang lain yang tak terbayangkan sebelumnya. Diantara berbagai
tantanganyang sedang dihadapidunia saat ini, mungkin yang palingbesaradalah
bagaimanamembentukRevolusi Industrikeempat(disebut juga sebagai Industri 4.0) (Tjandrawinata, 2016).
Implikasi
dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari
paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan
diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Terlebih dengan tantangan
zaman menuju era revolusi industry 4.0. diperlukan bekal pengetahuan dan
keterampilan yang cukup pada peserta didik (Jayawardana, 2017).
Industri
4.0 adalah sebuah istilah yang diciptakan pertama kali di Jerman pada tahun
2011 yang ditandai dengan revolusi digital. Industri ini merupakan suatu proses
industri yang terhubung secara digital yang mencakup berbagai jenis teknologi,
mulai dari 3D printing hingga robotik yang diyakini mampu meningkatkan produktivitas
(Satya, 2018).
Komponen
yang paling penting dalam dunia pendidikan adalah kurikulum. Menurut (Hamalik, 2012) kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Kurikulum dijadikan
sebagai sebuah wadah yang akan menentukan arah pendidikan sehingga berhasil
atau tidaknya sebuah pendidikan sangat bergantung pada kurikulum yang
digunakan. Pada Tahun Ajaran 2013/2014, Indonesia menerapkan kurikulum baru
yang dikenal dengan sebutan kurikulum 2013 (Dewi, Adnyani, & Mardani, 2019).
Mengingat kebhinekaan budaya, keragaman
latar belakang dan karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan
lulusan yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus
fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap
satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.
Dari hasil pengamatan dan supervisi peneliti
selaku kepala SMK Negeri 1 Singkep ditemukan sekitar 82,35% guru dari 28 orang
guru yang ada melaksanakan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang kurang
bervariatif.�� Kebiasaan yang terjadi
pada guru yaitu tidak menghubungkan pengetahuan yang sebelumnya dengan materi
yang akan disampaikan. Guru tidak melakukan apersepsi secara tepat. Dalam hal
pembelajaran guru jarang mengkaitkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga
motivasi siswa dalam belajar masih kurang. Terlebih guru kurang menumbuhkan berfikir
kritis, komunikasi, kerjasama dan kreativitas siswa sebagai tuntutan era
revolusi industry 4,0 (Perwitasari, 2015).
Dari hasil pengamatan peneliti kurang
bervariasinya guru dalam pembelajaran disebabkan oleh beberapa hal, antara lain
: (1) minimnya pengetahuan guru dalam�
metode atau model pembelajaran khususnya berbasis STEM, (2) motivasi
guru yang rendah untuk meningkatkan profesionalnya sebagai guru, (3) kurangnya
pelatihan bagi guru dalam kemampuan mengelola proses pembelajaran, (4)
kurangnya minat , prakarsa dan kreativitas guru dalam pembelajaran (Mandasari, 2018).
Dari identifikasi permasalahan yang
berkaitan dengan kondisi guru-guru SMK Negeri 1 Singkep, maka peneliti selaku
Kepala Sekolah merencanakan tindakan yang strategis pembudayaan Lesson Study di
kalangan guru. Pembudayaan lesson study ini disejalankan dengan pelaksanaan
penelitian tindakan sekolah (PTS) yang berjudul: � Membumikan Lesson Study
dalam Meningkatkan Kemampuan Mengajar Berbasis STEM Bagi Guru SMK� Negeri 1 Singkep� Kabupaten Lingga. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk
menemukan prosedur yang efektif dalam menerapkan lesson study dalam
meningkatkan kemampuan mengajar berbasis STEM bagi guru SMK Negeri 1 Singkep.
Dan manfaatnya untuk mengembangkan konsep kualitas pembelajaran dan lesson
study di dunia pendidikan dan sebagai landasan untuk penelitian tindakan
selanjutnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode penelitian tindakan yang difokuskan pada situasi sekolah, yang disebut action
research (S. Kemmis & McTaggart, 1988). Subjek penelitian
ini adalah secara umum seluruh
guru pada SMK Negeri 1 Singkep yang terdiri atas 28 guru diantaranya 3 guru matematika sebagai fokus bimbingan
peneliti. Penelitian ini bertujuan untuk
menerapkan lesson study sebagai
upaya untuk meningkatkan kemampuan mengajar berbasis STEM bagi guru SMK Negeri 1 Singkep
pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019. Desain penelitian
ini mengacu kepada model (Kemmis,
McTaggart, & Nixon, 2013) yang terdiri dari
4 (empat) komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : dokumentasi dan observasi. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama dan setelah pengumpulan data. Indikator keberhasilan yang menjadi kriteria pengambilan keputusan adalah penilitian tindakan sekolah dititikberatkan pada aspek hasil penilaian kemampuan guru dalam mengajar dimana 75 % guru mendapat nilai minimal 75 dan
rata-rata penilain 75.
Hasil dan Pembahasan
1. Kondisi Awal�
Melalui komunikasi kolaborasi pada awal pertemuan
guru-guru, permasalahan mulai terdengar dari keluhan guru dalam melaksanakan
pembelajaran melalui lesson study dan pembelajaran berbasis STEM. Tentu saja
hal tersebut bukan masalah yang mudah, sehingga perlu mencarikan solusi terbaik
untuk mengatasinya, supaya dapat meningkatkan minat dan kemampuan guru untuk
melakukan pembelajaran melalui lesson study dan pembelajaran berbsis STEM.
Melalui Lesson Study akhirnya beberapa permasalahan pembelajaran berbasis STEM
dapat diperbaiki , yaitu: (1) Rendahnya� kemampuan
guru dalam pembelajaran, (2) rendahnya kualitas guru dalam merencanakan
pembelajaran, (3) Kurangnya kualitas guru dalam menggunakan media pembelajaran,
dan (4) Rendahnya minat guru untuk memperbaiki pembelajaran.
Permasalahan di atas, kemudian dianalisis
secara kolaboratif berdasarkan observasi dan pengamatan dan hasil pembinaan di
lapangan. Hal tersebut, dilakukan untuk mencari dan menentukan penyebab yang
paling mungkin dilakukan, kemudian bagaimana peran kepala sekolah bisa
menemukan permasalahan yang berkaitan dengan rendahnya kemampuan� guru dalam pembelajaran berbasis STEM .
Melalui tindakan pola pembinaan Lesson Study kepala sekolah sebagai peneliti
bisa memberikan treatment lain seperti dengan bentuk pertanyaan, penjelasan,
pemberian contoh, dan praktek. Dengan terus mendorong, memberi semangat kepada
guru-guru di sekolah untuk melakukan perbaikan pembelajaran melalui lesson
study� agar bisa dianggap bermanfaat,
mudah, dan menarik.
2. Pelaksanaan
Siklus I
Pertemuan pada siklus ini sebanyak 2 kali
tindakan berupa pertemuan untuk kegiatan workshop lesson study berbasis STEM
pada tanggal 5 Januari dan 12 Januari 2019 sedangkan� kegiatan penilaian kemampuan mengajar�� dilaksanakan pada tanggal� 21 Januari�
sampai dengan 8 Februari 2019
a) Perencanaan Kegiatan
Pada tahap perencanaan ini, dilakukan kegiatan
(1) menyusun rencana� tindakan, (2) menyusun
Lembar observasi khusus pelaksanan lesson study, (3) menyusun lembar penilaian
kemampuan mengajar
b) Tindakan
Dalam penelitian ini menggunakan 2 bentuk
tindakan yaitu workshop lesson study berbasis STEM� dan penilaian kemampuan mengajar.
Tindakan 1 dilaksanakan berupa pelaksanaan workshop lesson study berbasis STEM. Tindakan dalam
pelaksanaan workshop� lesson study
adalah: (a) Peneliti melaksanakan bimbingan teknis lesson study untuk
menyamakan presepsi tentang : (1) tujuan lesson study, (2) manfaat lesson
Study, (3) prosedur pelaksanaan lesson study�
melalui workshop, (b)� praktik
lesson study, (c) tanya-jawab hasil praktik lesson study; (d) merefleksikan
hasil praktik melalui presentasi yang ditanggapi oleh teman sejawat secara
individu, (e) merencanakan tindak lanjut.
Teknik Praktik lesson study berbasis STEM : (a)
Dikelompokkan menjadi� kelompok kecil
berdasarkan kelompok mata pelajaran atau rumpun. (b) Setiap kelompok berdiskusi
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis STEM� yang akan ditampilakan, (c) Dari
masing-masing kelompok diputuskan ada yang menjadi pengajar dan ada yang
menjadi observer. observer tidak diperbolehkan mengganggu tetapi harus mencatat
apa yang terjadi saat pembelajaran berlangsung. Observer diperbolehkan bergerak
membantu pembelajaran bila diperlukan oleh pengajar, (e) Setelah melaksanakan
pembelajaran di kelas setiap kelompok berdiskusi kembali untuk melakukan
refleksi guna perbaikan pembelajaran, (f) Menyimpulkan dan membuat solusi
bersama dari kejadian saat simulasi sebagai gambaran untuk mengatasi masalah
pembelajaran
Tindakan 2 yaitu melaksanakan penilaian
kemampuan mengajar guru, Aspek yang dinilai meliputi : 1. Kesiapan Alat dan
Bahan� 2. Motivasi dan� Apersepsi 3. Menuliskan/ Menyampaikan KD/
Indikator 4. Menyampaikan materi dengan metoda yang bervariasi 5. Peran guru
sebagai fasilitator 6. Mengembangkan keterampilan siswa 7. Berkomunikasi lisan/
tulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar 8. Menghubungkan maateri
pembelaran dengan kehidupan sehari-hari/ teknologi/�� lingkungan/ budi pekerti dsb 9. Menggunakan
alat 10. Mengambil keputusan / menarik kesimpulan 11. Menggunakan teknik
bertanya 12. Sikap dan minat siswa dalam pembelajaran 13. Memudahkan siswa
berinteraksi dengan sarana pembelajaran 14. Memudahkan siswa bergerak
(mobilitas) 15. Interaksi siswa dengan guru 16 Interaksi siswa dengan siswa
lain (antar siswa) 17. Penilaian Proses. 18 Menyampaikan kompetensi yang
dicapai 19. Memeberikan penilaian kognitif, afektif, dan psikomotor.20
Memberikan tugas mandiri untuk pertemuan berikutnya
c.� Pengamatan siklus� I
Hasil Penganatan sebagai berikut: (1) Pada
pelaksanaan Workshop lesson study berbasis STEM guru nampak antusias dalam
mengikuti lesson study. Dari 28� guru
yang ada hanya ada 2 guru yang tidak hadir karena ijin keluarga. Dalam praktik
pelaksanaan lesson study dari tingkat perencanaan sebagian besar guru
termotivasi untuk menyampaikan pendapatnya dalam menyusun RPP berbasis STEM
bersama, namun masih saling tunjuk untuk menjadi guru model. Dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas guru model telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
RPP. Guru lain sebagai tim pengamat menulis hasil pengamatannya pada lembar observasi
namun ada 8 guru yang belum mengisi lembar observasi secara sempurna. Dari
kegiatan refleksi sebagian besar guru aktif memberi masukan, namun dari 3
guru� matematika 1 orang guru matematika
masih kurang aktif dalam memberikan masukan. (2) Pada kegiatan penilaian
pembelajaran dengan pola lesson study, sebelum melaksanakan kegiatan
pembelajaran semua guru menyusun RPP. (3) Masih terdapat 1 guru matematika yang
belum dapat menyusun RPP berbasis STEM, (4) Pada umumnya guru dapat menyusun
RPP sesuai dengan baik namun 1 guru matematika masih kurang.�
Berikut nilai per indikator �kemampuan
guru dalam mengajar
Grafik 1� Rata-rata Per Indikator Kemampuan Guru Dalam
Mengajar siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan kolabolator
terhadap kemampuan guru mengajar pada kegiatan pembelajaran�� yang memperoleh skor C terdapat 17.64% atau
3 orang guru yang masih perlu ditingkatkan kemampuan mengajarnya dan yang
mendapatkan minimal kategori B (baik) adalah 82.36%, sedangkan nilai rata-rata
kemampuan guru dalam mengajar 70.82. Dari 3 orang gru matematika 2 orang guru
matematika sudah bernilai baik dan 1 guru bernilai cukup.Hal ini belum mencapai
indikator keberhasilan dalam penelitian ini,�
dengan demikian kemampuan guru mengajar pada pembelajaran pada� Siklus 1 dinyatakan masih kurang dan masih
perlu ditingkatkan. Hal ini� karena
kepala sekolah belum maksimal dalam melakukan pembinaan� individu secara khusus dalam membuat RPP� secara efektif dan pelasanaan pembelajaran di
kelas pada saat lesson study berlangsung. ��������������������������������������
d.� Refleksi
Siklus 1
Dari hasil pengamatan diperleh data bahwa
72.28 % guru yang mendapat nilai lebih dari 70, hal ini menunjukkan masih belum
mencapai kriteria keberhasilan, sehingga perlu: (1) Diupayakan bimbingan dan
perhatian yang sungguh-sungguh terhadap guru yang belum dapat membuat RPP
berbasis STEM dengan baik, (2) Membimbing guru yang masih RPP belum sistematis,
(3) Untuk peningkatkan kemampuan guru dalam membuat RPP, dilakukan pembinaan
secara intensif dan berkelanjutan serta diskusi reflektif melalui lesson study,
(4) Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP berbsis STEM dan
melaksanakan pembelajaran di kelas�
melalui bimbingan, arahan, kordinasi dan penguatan reflesi melalui
lesson study.
3. Pelaksanaan Siklus
II
Pertemuan pada siklus ini sebanyak 2 kali
tindakan berupa pertemuan untuk kegiatan workshop lesson study berbasis STEM
lanjutan pada tanggal 9 Februari� dan 16 Februari
2019 dan kegiatan penilaian kemampuan mengajar yang dilaksanakan pada tanggal
18 februari sampai� 1 Maret 2019
a.� Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus II ini dengan
memperhatikan refleksi siklus I, dilakukan kegiatan (1)� menyusun rencana� tindakan, (2) menyusun Lembar observasi
khusus pelaksanan lesson study berbasis STEM , (3) menyusun lembar penilaian
kemampuan mengajar
b. �Tindakan
Siklus II
Tindakan pada siklus II memusatkan pada
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa dengan melakukan
perbaikan kegiatan lesson study berbasis STEM ,mengamati merumuskan TPK,
menyusun KBM, mengalokasikan waktu, menentukan bahan pengajaran, menentukan
media belajar, membuka pelajaran, menjelasakan, menerapkan metode, mengajukan
pertanyaan, menggunakan media belajar, mengadakan variasi, memberi penguatan,
membimbing diskusi, memberi layanan individual, mengelola kelas, melaksanakan
penilaian proses, melaksanakan penilaian akhir. Peneliti bersama kolaborator
memberikan pertanyaan kepada guru�
berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Dan memberikan pembinaan
individu kepada guru yang masih memiliki kemampuan kurang.
c. �Pengamatan siklus II
Hasil pengamatan: (1) Pada pelaksanaan
Workshop lesson study II guru nampak antusias dalam mengikuti lesson study.
Dari 28 guru yang ada semua hadir dalam mengikuti workshop lesson study berbasis
STEM. Dalam praktik pelaksanaan lesson study dari tingkat perencanaan sebagian
besar guru termotivasi untuk menyampaikan pendapatnya dalam menyusun RPP
berbasis STEM bersama, dan guru antusias untuk menjadi guru model termasuk� 3 guru matematika. Dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas guru model telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
RPP. Guru lain sebagai tim pengamat menulis hasil pengamatannya pada lembar
observasi dan semua guru telah mengisi lembar observasi secara sempurna. Dari
kegiatan refleksi sebagian besar guru aktif memberi masukan namun 3 guru masih
kurang aktif dalam memberikan masukan. Dari pengamatan penelti 3 orang guru
matematika telah aktif dalam memberikan masukan (2) Semua guru yang berjumlah
28 orang membuat RPP, untuk persiapan penilaian kemampuan mengajar termasuk 3
orang guru matematika, (3) Semua guru hadir dapat melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. (4) Pada umumnya guru dapat
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan lancer. Berikut� rata-rata perindikator kemampuan guru alam
mengajar.
Grafik 2 Rata-rata Per Indikator Kemampuan Guru
Dalam Mengajar Siklus� II
d. Refleksi Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan kolabolator terhadap Aktivitas Guru� Dalam PBM, diperoleh rata-rata nilai
kemampuan guru dalam mengajar 78.88 , dan yang memperoleh nilai C sebesar 5.88%
selebihnya B dan A sebesar 94.12%, hal ini telah mencapai indikator
keberhasilan dalam penelitian ini. Dari 3 guru matematematika kemampuan
mengajar berbasis STEM 2 orang kategori A dan 1 orang kategori B.
4.
Pembahasan
Hasil� Temuan Penelitian
� Berdasarkan hasil penelitian
tindakan rata-rata� penilaian� kemampuan guru mengajar pada peroses belajar
mengajar pada siklus I sebesar 70.82 dan meningkat 78.88 pada siklus II, Skor
maksimum yang harus dicapai guru adalah 100�
sehingga terdapat kenaikan 8.06. Dari�
hasil temuan penelitian tersebut, dalam upaya untuk meningkatkan
kemampuan guru mengajar perlu dilakukan pembinaan yang intensif dan
terkordinasi oleh kepala sekolah terhadap guru�
melalui penerapan lesson study berbasis STEM dan bimbingan individu
secara berkelanjutan sehingga terbukti terjadi peningkatan kualitas
pembelajaran pada guru SMK Negeri 1 Singkep. Hal ini sesuai dengan pendapat
Caterine Lewis mengemukakan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena
telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat: (1)
memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan
dibelajarkan kepada siswa, (2) memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan
pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting
sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta
kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan, (3) mengkaji tentang hal-hal terbaik
yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain
(peserta atau partisipan Lesson Study), (4) belajar tentang isi atau materi
pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang
harus diberikan kepada siswa, (5) mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik
pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan
pembelajaran, (6) membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam arti
para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik
tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan siswa, dan (7)
mengembangkan �The Eyes to See Students� (kodomo wo miru me), dalam arti dengan
dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan tentang perilaku belajar
siswa bisa semakin detail dan jelas. Dengan demikian penerapan lesson study di
kalangan guru efektif untuk diterapkan dalam rangka meningkatkan kemampuan guru
dalam mengajar.
Kesimpulan
Dari
hasil temuan penelitian� setelah
dilakukan tindakan pembinaan lesson stutdy oleh kepala sekolah terhadap guru
pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 70.82 sedangkan� pada siklus II terjadi peningkatan kemampuan
guru� dalam mengajar diperoleh nilai
rata-rata 78.88 dengan demikian terjadi kenaikan sebesar 8.06. Dari bimbingan
khusus peneliti terhadap 3 orang guru matematika yang berkolaborasi dalam
lesson study berbasis STEm terjadi peningkatan kualitas kemampuan mengajar
berbasis STEM. Oleh karena itu lesson study efektif dilakukan� untuk meningkatkan kemampuan guru mengajar
secara� intensif, bimbingan individu� dan terkordinasi oleh kepala sekolah terhadap
guru� dalam praktek pembelajaran di kelas.
Dewi, Komang Ayu
Kharisma, Adnyani, Kadek Eva Krishna, & Mardani, Desak Made Sri. (2019).
Implementasi Penilaian Autentik oleh Guru Bahasa Jepang di Kelas X SMA
Laboratorium Undiksha Singaraja. Jurnal Pendidikan Bahasa Jepang Undiksha,
5(2), 286�294.
Drath, Rainer, & Horch, Alexander. (2014). Industrie 4.0:
Hit or hype?[industry forum]. IEEE Industrial Electronics Magazine, 8(2),
56�58.
Gunawan, Heri. (2012). Pendidikan karakter. Bandung:
Alfabeta.
Hamalik, Oemar. (2012). Proses belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Bumi Aksara.
Jayawardana, H. B. A. (2017). Paradigma pembelajaran biologi
di era digital. Jurnal Bioedukatika, 5(1), 12�17.
Kemmis, Stephen, McTaggart, Robin, & Nixon, Rhonda.
(2013). The action research planner: Doing critical participatory action
research. Springer Science & Business Media.
Mandasari, Winda Jayanti. (2018). Pengaruh Model
Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Terhadap Hasil
Belajar Siswa Padapembelajaran Terpadu Kelas IV SD Al-Azhar 1way Halim Bandar
Lampung.
Megawati, Yolanda Dian Nur, & Sari, Annisa Ratna. (2012).
Model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individualization (TAI) dalam
meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI IPS 1
SMA Negeri 1 Banjarnegara Tahun Ajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan
Akuntansi Indonesia, 10(1).
Perwitasari, Wahyu Renni. (2015). SMA Negeri 3 Bantul
Alamat: Gaten, Trirenggo, Bantul, Yogyakarta Telepon (0274)-6993432.
Prasetyo, Hoedi, & Sutopo, Wahyudi. (2018). Industri 4.0:
Telaah Klasifikasi aspek dan arah perkembangan riset. J@ Ti Undip: Jurnal
Teknik Industri, 13(1), 17�26.
S. Kemmis & McTaggart, R. (1988). The action research
planner. Victoria. Australia: Deakin University.
Sary, Yessy Nur Endah. (2018). Buku Mata Ajar Evaluasi
Pendidikan. Deepublish.
Satya, Venti Eka. (2018). Strategi Indonesia Menghadapi
Industri 4.0. Info Singkat, 10(9), 19�24.
Tjandrawinata, Raymond R. (2016). Industri 4.0: Revolusi
industri abad ini dan pengaruhnya pada bidang kesehatan dan bioteknologi. Jurnal
Medicinus, 29(1), 31�39.