Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�����
Vol. 2, No. 11, November 2020
LITERATURE REVIEW
PENINGKATAN KUALITAS TIDUR LANSIA MELALUI RELAKSASI OTOT PROGRESIF
Rotua Nurmala Gurning dan Rina Puspita Sari
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Yatsi Tangerang Banten, Indonesia
Email: [email protected] dan [email protected]
Abstract
This study aims to
identify the benefits of progressive muscle relaxation on the quality of life
of the elderly. Methods Using literature reviews as a guide to finding research
articles obtained from the internet using the Science Direct, PubMed, Google
Scholar, Ebsco sites. Details of the search strategy for article eligibility
using the PRISMA format (Identification, Screening, Eligibility, Included). Results
From the analysis of 8 selected research articles, it shows that the method is
to help reduce tension so that the body muscles relax. Progressive muscle
relaxation aims to reduce anxiety, stress, muscle tension and difficulty
sleeping. Relaxation is given once per day for 30 minutes for 4 weeks. From all
the studies conducted, it shows the effectiveness in providing progressive
muscle relaxation at different times and with different cases.
Keywords: Progressive muscle
relaxation; sleep quality; elderly
Abstrak
Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi manfaat relaksasi otot progresif terhadap kualitas hidup lansia. Metode Menggunakan literature review sebagai
panduan pencarian artikel penelitian diperoleh dari internet menggunakan situs Science Direct, PubMed, Google Scholar, Ebsco.� Rincian strategi pencarian kelayakan artikel dengan mengunakan format PRISMA
(Identification, Screening, Eligibility, Included). Hasil Dari analisis 8 artikel penelitian yang terpilih menunjukan bahwa metode untuk membantu
menurunkan ketegangan sehingga otot tubuh
menjadi rilek. Relaksasi otot progresif bertujuan menurunkan kecemasan stres, otot tegang
dan kesulitan tidur. Relaksasi diberikan 1 kali perhari durasi 30 menit dalam waktu
4 minggu. Dari semua telaah yang dilakukan menunjukkan efektifitas dalam memberikan relaksasi otot progressive dengan waktu yang berbeda-beda dan dengan kasus yang berbeda pula.
Kata Kunci: Relaksasi otot progresif; kualitas tidur; lansia
Pendahuluan
Lanjut
usia (lansia) merupakan periode akhir pada kehidupan manusia ditandai dengan
perubahan psikologis-sosial dan perubahan fisik sehingga terjadi penurunan
kelemahan, meningkatnya rentan terhadap penyakit, serta perubahan fisiologi (Putri,
2011). Salah satu perubahan
yang mengganggu di lanjut usia adalah perubahan fisiologis, dengan adanya
gangguan terhadap kualitas tidur lanjut usia. Dengan bertambahnya usia sesorang
kemungkinan besar akan mengalami permasalahan fisik, jiwa, spiritual, ekonomi
dan sosial. Salah satu permasalahan pada lanjut usia adalah masalah kesehatan
diakibatkan proses degeneratif. Proses degenerasi pada lansia menyebabkan waktu
tidur yang efektifitas semakin berkurang, dan menyebabkan kualitas tidur yang
tidak adekuat dan menyebabkan berbagi macam keluhan tidur sehingga dapat
mengganggu kualitas hidup lansia (Chasanah
& Supratman, 2017).
Menurut
World Health Organitation (Louis
et al., 2016) menyatakan bahwa lanjut
usia dibagi menjadi usia pertengahan (middle age) yaitu usia 45-59 tahun,
lanjut usia (elderly) yaitu� usia 60-74
tahun, lanjut usia tua (old) yaitu usia 75-90 tahun, usia� sangat tua (very old) yaitu kelompok usia
diatas 90 tahun. Berdasarkan data United Nations Economic And Social Commission
For Asia And The Pacific (UNESCAP) tahun 2011 (Fatimah,
Rosadi, Hakim, & Alcantud, 2018) menyebutkan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (lansia)
di kawasan Asia mencapai 4,22 miliar jiwa atau 60% dari penduduk dunia.
Berdasarkan
data Kementrian Kesehatan RI, Jumlah lansia di Indonesia diatas 65 tahun pada
tahun 2018 adalah 22.659.326 jiwa (RI,
2018). Di daerah Provinsi
Banten jumlah penduduk usia lanjut mencapai 3.951.231 jiwa.
Menurut
(Mardius,
2017) kualitas tidur adalah
ukuran dimana seseorang mendapatkan kemudahan untuk memulai tidur, mampu
mempertahankan tidur, dan merasa rileks setelah bangun dari tidur. Cara yang
dapat digunakan untuk menanggulangi masalah tidur untuk meminimalisir adanya
efek samping adalah dengan pengobatan nonfarmakologi, salah satunya dengan
terapi relaksasi yaitu relaksasi otot progresif (Daud
& Warjiman, 2016).
Salah
satu teknik yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah gangguan tidur tanpa
menggunakan obat antara lain pemberian terapi benson, senan lansia, dan teknik
relaksasi otot progresif (Saeedi
et al., 2017). Pada penelitian ini
peneliti mengambil teknik relaksasi otot progresif. Menurut (Zhao
et al., 2018) teknik relaksasi otot
progresif merupakan teknik yang memfokuskan relaksasi dan peregangan pada
sekelompok otot dalam suatu keadaan rileks. Teknik yang digunakan berdasarkan
suatu rangsangan pemikiran untuk mengurangi kecemasan dengan menegangkan
sekelompok otot dan kemudian rileks.
Relaksasi
otot progresif merupakan salah satu teknik untuk mengurangi ketegangan otot.
Kemudian merilekskannya kembali yang dimulai dengan otot wajah dan berakhir
pada otot kaki. Tindakan ini biasanya memerlukan waktu 15 - 30 menit dan dapat
disertai dengan instruksi yang direkam yang mengarahkan individu untuk
memperhatikan urutan otot yang direlakskan. Kurangnya aktivitas otot tersebut
menyebabkan otot menjadi kaku. Otot yang kaku akan menyebabkan tubuh tidak
rileks sehingga memungkinkan lansia mengalami ganguuan tidur (Prasetya,
2016)
Efektifitas
relaksasi otot progresif dapat mengurangi rasa nyeri akibat ketegangan, kondisi
mental yang lebih baik, mengurangi kecemasan, meningkatkan aktifitas
parasimpatis, memperbaiki tidur, menurunkan tekanan darah, meningkatkan kerja
fisik sehingga relaksasi otot progresif memiliki efek jangka panjang dalam
meningkatkan kualitas hidup (Lestiawati
& Liliana, 2019). Kualitas tidur ini
dinilai dengan mengunakan lembar kuesioner skala Pittsburgh Sleep Quality Index
(PSQI).Kualitas tidur yang baik memiliki nilai PSQI ≤ 5 dan kualitas
tidur buruk jika nilai PSQI ≥ 5 (Ahmed,
2014).
Berdasarkan
uraian diatas peneliti tertarik untuk melihat lebih dalam beberapa literatur
terkait� terkait peningkatan kualitas
tidur lansia melalui relaksasi otot progresif.
Metode Penelitian
Sumber
literature review ini disusun dengan diawali pemilihan topik kemudian sumber
dari studi ini diambil dari pencarian dari buku, beberapa artikel dan jurnal
yang telah dipublikasi. Penelusuran pada studi ini diperoleh dari
internet menggunakan situs Pencarian
artikel yang publikasi pada
Proquest dan Pubmed, medline with full text, academic search complete, EBSCO dengan kata kunci relaksasi otot progresif.
Pencarian kelayakan artikel dan artikel yang terpilih untuk tinjauan dalam penelitian ini diringkas dalam bagan dibawah ini,
dilakukan secara sistematis dengan mengikuti tahapan yang benar dengan menggunakan
format PRISMA (Muhaimin et al., 2019).
1. Bagan Format PRISMA
Hasil dan Pembahasan
Dari 9 artikel yang terpilih terdiri dari 1 jurnal internasional dan 8
jurnal nasional. Artikel-artikel yang terpilih dari negara Indonesia dan Iran.
Dari beberapa artikel yang terpilih tema yang didapatkan dari kajian pustaka
ini yaitu manfaat yang dirasakan oleh lansia setelah dilakukannya relaksasi
otot progresif pada lansia yaitu tingakat kualitas tidur naik. Hasil penelitian
terpilih sebagai berikut:
1. �Pooya & Mehdi �The effect of progressive
muscle relaxation on the management of fatigue and quality of sleep in patients
with chronic obstructive pulmonary disease: A randomized controlled clinical
trial Khorramabad, Iran. Hasil Relasasi otot progresif menurunkan tingkat
kelelahan pasien dan meningkatkan kualitas tidur subskala termasuk kualitas
tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur dan efisiensi tidur kebiasaan,
tetapi tidak ada perbaikan yang ditemukan dalam kualitas tidur global dan
sub-skala tidur lainnya.
2. Rinco Siregar, �Pengaruh
Terapi Relaksasi Otot Progressive Terhadap Kualitas Tidur Lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai�. Hasil penelitian didapatkan terapi
relaksasi otot progressive dapat meningkatkan kualitas tidur, ditunjukkan denga
p-value <.05 menunjukkan signifikan pengaruh relaksasi otot progresif
terhadap kualitas tidur.
3. Kasron, Susilawati
�Pengaruh progressive muscle relaxation terhadap kualitas tidur penderita
hipertensi di cilacap selatan�. Hasil Menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang
kualitas tidur antara sebelum dan setelah pemberian PMR dengan p-value
<0,001.terdapat perbedaan kualitas tidur antara sebelum dan setelah
pemberian PMR pada penderita hipertensi di Cilacap Selatan. Perlu intervensi
untuk meningkatkan kualitas tidur penderita hipertensi dengan intervensi
mandiri seperti penggunaan PMR.
4. Riski Sandi, �Pengaruh
relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur lanjut usia dipanti jompo
aisiyah surakarta�. Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh pemberian
relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur lanjut usia peroleh p-value
0,0001.
5. Sulidah, Ahmad Yamin,
Raini Diah Susanti, �Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif terhadap
Kualitas Tidur Lansia�. Hasil penelitan ini menunjukkan ada pengaruh yang
bermakna dari kualitas tidur lansia sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot
progresif pada kelompok perlakuan diperoleh p < 0,05.
6. Andi Thahir, �Pengaruh
PMR (Progressive Muscle Relaxation) Terhadap Insomnia Pada Lansia Di Panti
Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Natar Provinsi Lampung�.� Hasil penelitian ini yaitu terdapat pengaruh
pengaruh PMR (Progressive Muscle Relaxation) terhadap insomnia pada lansia di
panti sosial lanjut usia Tresna Werdha Natar Provinsi Lampung.
7. Niken Setyaningrum, Iman
Permana, Falasifah Ani Yuniarti, �Efektifitas Progressive Muscle Relaxation Dan
Slow Deep Breathing Terhadap Penurunan Tekanan Darah, Peningkatan Kualitas
Tidur Dan Penurunan Tingkat Stres Pada Penderita Hipertensi�. Efektifitas
Progressive Muscle Relaxation Dan Slow Deep Breathing Terhadap Penurunan
Tekanan Darah, Peningkatan Kualitas Tidur Dan Penurunan Tingkat Stres Pada
Penderita Hipertensi.
8. Sukma Damayanti, Dika
Riki Imania, �Perbedaan Pengaruh Foot Massage Dan Progressive Muscle
Relaxation� Terhadap Kualitas Tidur
Pada� Lansia Di Posyandu Lansia Dusun
Mejing Kidul�. Hasil penelitian ini ada pengaruh antara Foot Massage dan Progressive
Muscle Relaxation terhadap peningkatan kualitas tidur dengan nilai p = 0,000.
9. Putu Agus Ariana,� Nur,�
Ni Komang, �Relaksasi Otot Progresif Meningkatkan Kualitas Tidur Pada
Lansia Wanita�. Hasil penelitian menunjukkan relaksasi otot progresif efektif
untuk meningkatkan kualitas tidur pada lansia wanita dengan nilai p = 0,000 atau
p<α (0,05).
Persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Walaupun memiliki
tema yang sama tentang relaksasi otot progresif, di dalam penelitian ini
medianya PSQI untuk menilai kualitas tidur lansia. Pittsburgh Sleep Quality
Index (PSQI) merupakan salah satu alat yang cukup efektif yang digunakan untuk
mengukur kualitas tidur pada orang dewasa. Melalui Pittsburgh Sleep Quality
Index (PSQI), kualitas tidur dibagi menjadi baik dan buruk melalui pengukuran
terhadap 7 domain: kualitas tidur secara subjektif, latensi tidur, durasi
tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, penggunaan obat-obat yang berhubungan
dengan tidur, dan disfungsi yang dialami pada siang hari selama satu bulan
terakhir.
Menurut penelitian diatas sebelum intervensi diberikan pada lansia.
Berdasasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil pengukuran kualitas
tidur sebelum diberikan intervensi relaksasi otot progresif� menunjukkan bahwa rata-rata kualitas tidur
responden sebelum diberikan intervensi relaksasi otot progresif adalah 37,85
dengan nilai minimum 22 dan nilai maksimum 48.
Melihat review penelitan diatas, kualitas tidur lansia disebabkan
aktivitas fisik dan kurangnya relaksasi. Hal ini dilihat dari aktivitas lansia
yang masih produktif, kurang beraktivitas dengan lingkungan sekitar, dan selalu
menyendiri jika berada di Panti Jompo. Berdasarkan teori, banyaknya aktivitas
yang dilakukan tentu menyebabkan masalah fisik dan psikologis. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian tentang penyakit fisik dan lingkungan yang
mempengaruhi kejadian insomnia pada lansia (Utari &
Hartono, 2019).
Melihat masalah psikologis juga terjadi pada lansia yang mengalami
insomnia. Gejala yang muncul adalah kecemasan pada lansia. Sejalan dengan
penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur
adalah kecemasan dan gaya hidup. Gaya hidup yang dimaksud adalah rutinitas yang sering
dilakukan oleh seseorang dapat mempengaruhi pola tidur. Kepuasan kualitas tidur
seseorang dipengaruhi oleh irama sirkadian yaitu dengan siklus tidur 24 jam
siang sampai malam.
Mereview penelitan diatas pengukuran kualitas tidur responden dilakukan
setelah diberikan intervensi relaksasi otot progresif selama 2 minggu, dan setiap
minggunya dilakukan 7 kali. Hasil penilaian kualitas tidur setelah dilakukan
intervensi relaksasi otot progresif didapatkan bahwa rata-rata kualitas tidur
responden setelah diberikan intervensi relaksasi otot progresif adalah 30,38
dengan nilai minimum 19 dan nilai maksimum 43.
Menurut peneliti bahwa penelitan diatas tentang pemberian terapi
relaksasi otot progresif dapat meningkatkan kualitas tidur lansia. Hal ini
dikarenakan relaksasi otot progresif merupakan teknik relaksasi otot yang tidak
memerlukan sugesti, imajinasi tetapi hanya memusatkan perhatian pada suatu
aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang dulu tegang menjadi rileks dan
relaksasi otot progresif juga mengkombinasikan latihan napas dalam. Semakin
fokus seseorang dalam melakukan gerakan relaksasi otot progresif maka akan
menyebabkan penurunan ketegangan otot menjadi rileks, sehingga peneliti berasumsi
bahwa pemberian latihan relaksasi otot progresif efektif untuk meningkatkan
kualitas tidur lansia.
Penelitian yang dilakuakan diatas, untuk peningkatan kualitas tidur ini
diukur dengan melihat skor posttest PSQI. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa
penurunan skor PSQI menunjukkan peningkatan pada kualitas tidur lansia dengan
baik. Dari berbagai pembahasan tersebut, dapat dikaitkan dengan teori dan
penelitian sebelumnya, bahwa kualitas tidur pada lansia dapat ditingkatkan
dengan melakukan pemberian terapi relaksasi otot progresif. Lansia yang
melakukan relaksasi otot progresif akan terbangun pada kondisi yang lebih segar
dan lebih rileks dari sebelumnya. Kondisi ini memperbaiki irama sirkadian pada
lansia. Hasil review penelitian yang dilakukan diatas yang sejalan juga
menunjukkan bila irama sirkadian pada lansia tidak diperbaiki, maka akan lebih
berisiko untuk mengalami kebiasaan tidur yang buruk. Hal ini ditunjukkan dengan
jam tidur yang tidak teratur pada lansia (Dahar, 2016).
Kesimpulan
Hasil
telaah peneliti menyimpulkan bahwa pemerian relaksasi otot progeresive
berbeda-beda antara 7 hari dan 4 minggu, durasi pemberiannya dan pengelompokan
dalam memberikan terapi. Dari semua telaah yang dilakukan menunjukkan
efektifitas dalam memberikan relaksasi otot progressive dengan waktu yang
berbeda-beda dan dengan kasus yang berbeda pula.
Ahmed, Sara. (2014).
Cultural politics of emotion. Edinburgh University Press.
Chasanah, Nur, &
Supratman, S. K. M. (2017). Hubungan Kualitas Tidur dengan Kualitas Hidup
pada Lansia di Kelurahan Karangasem Kecamatan Laweyan Surakarta.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dahar, Darmiati.
(2016). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan di Desa Pohuwato
Timur Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato. Agropolitan, 3(3),
9�21.
Daud, Izma, &
Warjiman, Warjiman. (2016). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Kualitas Tidur Pada Lansia Di Panti Tresna Werdha Budi Sejahtera Martapura
Tahun 2016. Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI), 1(2), 1�5.
Fatimah, Fatia,
Rosadi, Dedi, Hakim, R. B. Fajriya, & Alcantud, Jos� Carlos R. (2018).
N-soft sets and their decision making algorithms. Soft Computing, 22(12),
3829�3842.
Lestiawati, Endang,
& Liliana, Anita. (2019). Relaksasi Otot Progresif Dan Autogenik Untuk
Menurunkan Stres Remaja Di Smkn 1 Depok Sleman Yogyakarta. Prosiding Seminar
Nasional Multidisiplin Ilmu, 1(2), 1�10.
Louis, David N.,
Perry, Arie, Reifenberger, Guido, Von Deimling, Andreas, Figarella-Branger,
Dominique, Cavenee, Webster K., Ohgaki, Hiroko, Wiestler, Otmar D., Kleihues,
Paul, & Ellison, David W. (2016). The 2016 World Health Organization
classification of tumors of the central nervous system: a summary. Acta
Neuropathologica, 131(6), 803�820.
Mardius, Ali.
(2017). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Kebugaran Jasmani Warga Perumahan Pondok
Pinang Kelurahan Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Journal of
Education Research and Evaluation, 1(3), 147�152.
Muhaimin, Muhaimin,
Habibi, Akhmad, Mukminin, Amirul, Saudagar, Ferdiaz, Pratama, Robin, Wahyuni,
Sri, Sadikin, Ali, & Indrayana, Boy. (2019). A Sequential Explanatory
Investigation of TPACK: Indonesian Science Teachers� Survey and Perspective. Journal
of Technology and Science Education, 9(3), 269�281.
Prasetya, Adi
Ericho. (2016). Pengaruh Kreativitas Iklan, Unsur Humor, Dan Kualitas Pesan
Ikla Terhadap Efektivitas Iklan Televisi Aqua �Versi Ada Aqua.� 5(3),
144�153.
Putri, Febbri
Kurniawati. (2011). Dukungan Sosial Dari Keluarga Dalam Pencegahan Relapse
Pada Skizofrenia (Studi Pada Individu yang Pernah Menderita Skizofrenia).
University of Muhammadiyah Malang.
RI, Kemenkes.
(2018). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2018
Tentang Pelayanan Kegawatdaruratan.
Saeedi, Pardis,
Yazdanparast, Maryam, Behzadi, Elham, Salmanian, Ali Hatef, Mousavi, Seyed
Latif, Nazarian, Shahram, & Amani, Jafar. (2017). A review on strategies
for decreasing E. coli O157: H7 risk in animals. Microbial Pathogenesis,
103, 186�195.
Utari, Tria, &
Hartono, Hartono. (2019). Muatan penalaran dan pembuktian matematis pada buku
teks matematika SMA kelas X Kurikulum 2013. Jurnal Riset Pendidikan
Matematika, 6(1), 1�13.
Zhao, Jian, Cheng,
Yu, Xu, Yan, Xiong, Lin, Li, Jianshu, Zhao, Fang, Jayashree, Karlekar, Pranata,
Sugiri, Shen, Shengmei, & Xing, Junliang. (2018). Towards pose invariant
face recognition in the wild. Proceedings of the IEEE Conference on Computer
Vision and Pattern Recognition, 2207�2216.