Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�����
Vol. 2, No. 11, November 2020
POPULARITAS
GERAKAN KANG PISMAN DI KALANGAN MAHASISWA/I SEKOLAH BISNIS DAN MANAJEMEN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG (SBM ITB)
Abstrack
This study uses a deductive approach with a
quantitative descriptive data analysis process using primary data results
through online surveys as a data reference.The purpose of this study is to get
a perspective from the SBM ITB students regarding the Kang PisMan program in
order to form a better and more effective program. The benefit of writing this
journal is to the future of the Kang PisMan program. The Kang PisMan program
has proven to be still not popular among SBM ITB students with a proportion of
53.4% who do not know from the total respondents. From the research results,
suggestions were generated in the form of socialization through digital
campaigns, legal sanctions for those who do not comply with the regulations of
the West Java government in overcoming waste problems, and guidance to perform
the program by Ketua RT/RW.
Keywords:
mahasiswa/i SBM ITB; Pengolahan limbah; program Kang PisMan;
Abstrak
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan
deduktif dengan proses analisis data secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan hasil data
primer melalui survei secara daring sebagai acuan data. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendapat sudut pandang dari kalangan mahasiswa/i mengenai program Kang PisMan
agar terbentuk program yang lebih efektif. Manfaat dari penulisan jurnal ini
adalah untuk berkontribusi memberikan bahan kajian dalam keberjalanan program
Kang PisMan kedepannya.� Program Kang
PisMan terbukti masih belum populer dikalangan mahasiswa/i SBM ITB dengan proporsi
53.4% yang tidak mengetahui dari total responden. Dari hasil penelitian,
dihasilkan saran berupa sosialisasi melalui digital campaign, sanksi hukum
untuk yang tidak mematuhi regulasi pemerintah Jawa Barat dalam mengatasi
permasalahan limbah, dan ajakan untuk menjalankan program Kang PisMan dengan
bimbingan intensif dari Ketua RT/RW.
Kata kunci : Mahasiswa/i SBM ITB;
Pengolahan limbah; program Kang PisMan;
Pendahuluan
Pada tanggal 21 Februari 2005,
terdapat insiden yang menewaskan 143 jiwa dan meratakan dua desa. Hal
ini cukup mengejutkan banyak pihak baik dari dalam dan luar Bandung Raya
dikarenakan alasan kejadian yang tidak biasa. Layaknya gelombang tsunami,
ribuan ton kubik sampah melanda tempat tinggal penduduk. Gelombang tersebut berasal dari Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Bandung, yang meletus hingga kerap dikenal
dengan sebutan bom waktu (Ferdiana,
2019).
Berdasarkan hasil penelitian,
meledaknya TPA Leuwigajah disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya pengolahan limbah. Jawa Barat menyumbang 27.000 ton sampah setiap
harinya. Hal ini berpotensi terus memburuk seiring dengan jumlah penduduk yang
kerap bertambah sehingga produksi dan pengolahan sampah dinilai belum optimal (Nugraha, P. 2011). Pada kasus ini, tidak
ada manajemen yang baik dalam penempatan sampah yang nyatanya memberi dampak
yang sangat besar. Ledakan dipercaya merupakan akibat dari deposit metanogen.
Gas metana sendiri merupakan salah satu jenis gas yang mudah terbakar dan
menciptakan ledakan. Pada insiden ini, sampah dibiarkan menumpuk dan
menyebabkan metanogen yang dihasilkan tidak mendapat oksigen yang cukup. Dari
sinilah hitungan bom waktu dimulai. Kejadian ini seharusnya dapat dihindari
jika metode pengolahan limbah yang baik kerap diterapkan.
Munculnya insiden ini membuat
pemerintah Kota Bandung meluncurkan sebuah gerakan kolaborasi antara
pemerintah, warga, swasta, dan pihak lainnya dalam membangun peradaban baru
pengelolaan sampah yang lebih maju melalui upaya KANG (Kurangi) PIS (Pisahkan)
MAN (Manfaatkan) sampah yang dimulai pada tahun 2018. Program ini mengacu pada
tren pengelolaan sampah modern yaitu zerowastelifesyle,
reduce, reuse, dan recycle (Budihardjo,
Noveandra, & Samadikun, 2018). Tujuan Kang PisMan memiliki dampak
positif pada lingkungan dengan beberapa cara, salah satunya dengan mengubah
gaya hidup masyarakat agar mengurangi jumlah produksi sampah akhir. Hal ini
dapat terlihat dengan meningkatnya bank sampah di Kota Bandung, yaitu 978 pada
September 2018 menjadi 3.390 pada Juli 2019 (atau meningkat 1%).� �Dengan bank sampah, rata-rata ada 79 ton
sampah per hari yang bisa dimanfaatkan, dan mengurangi 852 ton sampah per bulan
yang dikirim ke tempat pembuangan akhir,� tutur Oded, Walikota Bandung (Assifa, 2019). Kejadian yang menimpa Kota Bandung 15
tahun silam menjadi suatu pelajaran bagi masyarakat agar tidak membiarkan hal
serupa terjadi untuk kedua kalinya. Maka dari itu, keberhasilan program
Kang PisMan menjadi salah satu target penting bagi pemerintah Kota Bandung.
Namun, untuk mencapai hal tersebut, perlu diadakan analisa menyeluruh dari
berbagai aspek agar keberjalanan program menjadi lebih efektif dan dapat terus
berkembang.
Ilmu bisnis menjadi salah satu aspek penting yang mendasari program Kang
PisMan. Bukan sebagai media pencari keuntungan, namun menjadi wadah yang dapat
menimbang resiko dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi di dalam setiap
kegiatannya. Menurut Direktur Bank Samici, Warso Wijaya, selain sampah organik
menjadi pupuk kompos, sampah non-organik pun juga bisa menjadi barang yang
bermanfaat dan bernilai jual. �Ini bisa menjadi bukti bahwa dalam sampah itu
sesungguhnya banyak peluang ekonomi untuk dikembangkan,� ujarnya(Cheerli, 2019). Maka dari itu, penting untuk diteliti, seberapa
besar popularitas gerakan tersebut di kalangan pemuda dengan latar belakang
bisnis. Menilai popularitas gerakan Kang PisMan di kalangan mahasiswa SBM ITB
diharapkan dapat memberi gambaran terhadap kondisi aktual serta kontribusi
melalui pemberian saran. Adapun
manfaat dari penelitian ini adalah menambah sudut pandang baru dari program Kang Pisman dan
gerakan waste management lainnya guna menciptakan pembaharuan lanjutan
yang lebih baik (Yuanita & Keban, 2020). Serta tujuannya adalah mensosialisasikan program Kang PisMan kepada
masyarakat luas untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
pengolahan limbah.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif dengan proses analisis data secara deskriptif kuantitatif. Pendekatan deduktif dilakukan dengan membandingkan beberapa teori dan menguji teori tersebut dengan hasil data primer melalui media survei secara daring. Dengan acuan, data primer direpresentasikan lebih dari lima puluh persen sebagai data terpilih dari target responden. Pada proses penelitian, pengumpulan data oleh peneliti diperuntukan untuk mengobservasi tren yang dijadikan sebagai kriteria variabel pengujian teori. Penggunaan data kuantitatif dalam penelitian ini dianggap sesuai untuk menilai popularitas karena dapat merepresentasikan hasil dari temuan penelitian yang dapat digunakan untuk memprediksi situasi serupa di kalangan mahasiswa/i SBM ITB secara keseluruhan.
Populasi dalam penelitian ini meliputi mahasiswa/i aktif Sekolah Bisnis Manajemen (SBM ITB). Penggunaan mahasiswa/i aktif Sekolah Bisnis Manajemen (SBM ITB) sebagai partisipan dalam survei dilakukan karena dirasa dapat menjadi inisiator atau inovator untuk membawa kehidupan bangsa ke arah yang lebih baik. Salah satunya adalah pengembangan dalam hal pengelolaan sampah di lingkungan sekitar mereka. Hal ini memberikan peluang yang sama bagi setiap responden untuk dapat menyalurkan aspirasi, serta menentukan efektivitas Program Kang PisMan.
Hasil dan Pembahasan
a. Kegiatan Kang PisMan (Kurangi, Pisahkan,
dan Manfaatkan)
Kang PisMan
diinisiasi pada tahun 2018 di Kota Bandung, yang terdiri dari gerakan dan
kolaborasi antara pemerintah, warga, swasta, dan lainnya dalam membangun
peradaban baru pengelolaan sampah. Gerakan Budaya Baru yang dilakukan dengan
mengubah dari gerakan kumpul, angkut, buang, menjadi kurangi (Kang), pisahkan
(Pis), dan manfaatkan (Man) yang menekankan pada pengurangan sejak dari sumber
(Zero waste lifestyle dan 3R Reduce, Reuse, Recycle).
Dalam
gerakan Kang (Kurangi) masyarakat Kota Bandung diedukasi untuk mengurangi
sampah dengan cara menggunakan kembali barang-barang yang masih bisa digunakan,
membawa kantong belanja sendiri ketika bepergian, dan makan minum secukupnya.
Sedangkan gerakan PIS (Pisahkan) bertujuan untuk mengedukasi masyarakat agar
memisahkan sampah menjadi 3 jenis berbeda, organik, anorganik, dan sampah jenis
lain seperti sampah elektronik (Kurniawan et.al, 2019). �Pada gerakan MAN (Manfaatkan) masyarakat
diedukasi untuk memanfaatkan sampah yang sudah dipisahkan, agar dimanfaatkan
sesuai dengan jenisnya dan dapat
memiliki nilai ekonomis bagi warga yang kerap ikut berpartisipasi (Affandy et al.,
2015).
Sampah di Bandung terdiri atas 3 kategori yaitu 30% anorganik, 40-45%
organik, dan 25-30% B3 dan lainnya. Contoh pelaksanaan program Kang PisMan
bernilai ekonomis adalah dengan menyetorkan sampah plastik atau botol ke bank
sampah. Di daerah Antapani, seorang ibu mendapatkan uang Rp 1.800.000 sebagai
hasil proses penyetoran sampah anorganik. Selain penyetoran sampah anorganik
menjadi uang, sampah organik pun juga bermanfaat (Latifatul,
Afriezal, Auliya, & Nur, 2018). Hal ini dapat dilakukan dengan
mengelola biodigester untuk menghasilkan gas bermanfaat untuk digunakan
kembali, salah satunya adalah
sebagai gas untuk memasak. Kemudian, Sampah
organik juga dimanfaatkan melalui bata terawang, sebuah tempat pengolahan
sampah organik yang akan menghasilkan pupuk cair atau pupuk kering. Alat ini
digunakan dengan mengumpulkan sampah organik, lalu disemprotkan cairan starter
untuk pengomposan atau MOL. Dari proses tersebut akan menghasilkan pupuk padat
juga menghasilkan pupuk cair atau yang disebut lindi (Sucipto,
2012). Selain berisi sisa air starter kompos yang berisi
mikroba, terdapat sisa cairan yang hasil pembusukan. Menurut Mang Oded,
Walikota Bandung, 2 alternatif pengolahan sampah organik tergolong efektif dan
mudah diimplementasikan adalah penggunaan maggot dan teknik biopori vertikal.
Maggot merupakan larva lalat tentara hitam atau yang lebih populer disebut
Black Soldier Fly (BSF). 10.000 maggot dapat menghabiskan 1 kg sampah organik
dalam waktu 24 jam. Selain itu, maggot juga mengandung protein tinggi dan
kandungan gizi yang baik untuk pakan ikan dan unggas. Sehingga tidak hanya
berpotensi mengurangi sampah organik, tapi juga bernilai ekonomis untuk
pembuatan pakan ikan dan ayam. Teknik biopori vertikal dibuat dengan memasukan
pipa 2 meter ke dalam tanah sedalam 0,5 meter. Lalu, pipa diisikan sampah
organik dan dibiarkan membusuk hingga terurai. Hal ini akan memberikan dampak
yang cukup signifikan dalam mengupayakan daerah resapan yang optimal. Dengan begitu, pengolahan sampah organik sangat
memungkinkan untuk menekan jumlah sampah yang akan diangkut ke pembuangan
akhir. Pegiat lingkungan pun ikut serta dalam
pelaksanaan Kang PisMan, yaitu dengan menampilkan ratusan karya seni dari bahan
yang tidak terpakai (Adminbandungresik., 2017).
Dalam
realisasinya, Kegiatan Kang PisMan yang dijalankan di seluruh level masyarakat Kota Bandung ini
berdampak baik dan positif, terwujudnya 143 kawasan
bebas sampah (KBS) tingkat RW pada 30 kecamatan di Kota Bandung merupakan salah
satu� pencapaian Gerakan Kang PisMan pada
tahun 2019. Keberhasilan program Kang
PisMan dimulai dengan mengurangi sampah rumah tangga (Sekarningrum et al.,
2018). Dengan begitu, peran aktif masyarakat untuk mendaur ulang dan
memanfaatkan sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat akan mengurangi volume
sampah akhir(Lanud, 2020). Sejak Kang Pisman
hadir, bank sampah menjamur di seluruh wilayah (Asteria & Heruman,
2016). Hal ini berawal dari strategi
pemasaran yang memanfaatkan beberapa media agar lebih mudah."Selain kita intensif
sosialisasi, ketemu secara fisik di kelurahan, kita juga lakukan pendekatan
kekinian lewat medsos. Kita campaign lewat
Instagram, Facebook dan Twitter. Selain itu kita juga sedang menyusun website.
Jadi jadi semua panduan Kang Pisman, ilmu ngolah sampah itu ada di web. Namun
sekarang untuk web-nya masih develop, belum selesai. Targetnya Desember
selesai," tutur Direktur Umum PD Kebersihan, Gun Gun Saptari Hidayat (Solehudin, 2019). Sampai bulan Oktober
tahun 2019, terdapat 467 bank sampah dengan nasabah 9.689 orang, dengan total
omset mencapai Rp 2,95 miliar. Bank sampah ini telah mengolah 1.692 ton sampah
anorganik. Selain itu, pengolahan sampah organik juga dilakukan di 14 lokasi. Secara
keseluruhan, sampah organik yang telah diolah sebanyak 3.169 ton.
b. Hasil Kegiatan
Untuk mengetahui popularitas
serta mengukur keefektifan program Kang Pisman di kalangan mahasiswa/i Sekolah
Bisnis Manajemen (SBM ITB), kami mengadakan survei yang terdiri dari 2
pertanyaan utama. Berdasarkan survei tersebut,
kami mendapatkan 73 responden dengan hasil sebagai berikut:
(Gambar 1. Domisili Mahasiswa/i SBM ITB)
Dari 73 responden, mayoritas
pengisi adalah Mahasiswa/i SBM ITB berdomisili di luar Bandung sejumlah 61.6% atau 45 responden.
(Gambar 2.
Popularitas Program Kang PisMan di Kalangan Mahasiswa/i SBM ITB)
Berdasarkan hasil survei kami, baik
populasi Mahasiswa/i SBM ITB yang tinggal di Bandung maupun luar Bandung,
jumlah responden yang tidak mengetahui adanya kegiatan Kang Pisman yang
diinisiasi oleh Pemerintah Kota Bandung adalah 39 orang atau 53.4% dari
total responden.
Pertanyaan lanjutan kami untuk mereka
yang belum pernah mendengar program Kang Pisman adalah apa yang terlintas
dipikiran mereka ketika mendengar nama program tersebut. Dari 43 responden yang
belum pernah mendengar program tersebut.
(Gambar 3. Pemikiran
Responden yang Sebelumnya Belum Pernah Mendengar Program Kang PisMan)
7 responden berasumsi bahwa Program
Kang PisMan memiliki hubungan yang erat dengan bisnis ataupun usaha yang
menggunakan buah pisang, 11 responden berpendapat bahwa program ini adalah
program yang dijalankan oleh pemerintah Kota Bandung dan berkaitan dengan
kegiatan pengolahan maupun penanggulangan sampah, dan lainnya menjawab
benar-benar tidak tahu ataupun jawaban menyimpang lainnya.
Sementara untuk responden yang sudah
mengetahui program Kang PisMan, kami melanjutkan pertanyaan survei untuk
mengetahui keefektifan program ini untuk menangani permasalah limbah di daerah
Bandung Raya berdasarkan persepsi atau pengetahuan responden.
(Gambar 4.
Keefektifan Program Kang PisMan Menurut Mahasiswa/i SBM ITB)
Dari 34
responden, 55.9% atau 19 pengisi berpendapat bahwa program ini sudah efektif
untuk menanggulangi permasalah limbah, 11.8% atau 4 orang beranggapan bahwa
program ini masih belum terlaksana sesuai dengan tujuan program, dan 32.4% atau
11 orang tidak tahu apakah program ini sudah efektif untuk menyelesaikan
permasalahan yang dituju.
Di akhir survei yang kami lakukan, kami memberikan
penjelasan singkat mengenai program Kang PisMan dan pengimplementasian program
yang sedang dijalankan. Selain itu, kami pun meminta saran dan pendapat
responden agar program Kang PisMan yang sedang dijalankan dapat dilaksanakan
lebih efektif dan memiliki dampak yang maksimal sesuai dengan tujuan, visi, dan
misi pencetus program tersebut.
Bila kami dapat simpulkan saran dari 73 responden, ada 3
poin saran yang bisa diupayakan pemerintah untuk membawa program Kang PisMan
lebih efektif dan berdampak lebih baik. Pertama, program Kang PisMan perlu
untuk lebih menggalakan sosialisasi agar warga Bandung Raya mengetahui program
yang sedang diupayakan pemerintah dan proses pengimplementasian kegiatan Kang
PisMan (Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan) bisa dilakukan masyarakat secara
individu maupun kelompok melalui pendekatan offline maupun online
(melalui media sosial seperti TikTok, konten Instagram, atau yang dikenal
dengan digital campaign). Namun, hal yang perlu ditekankan adalah digital
campaign, dikarenakan, terutama kalangan muda lebih sering terekspos pada
dunia maya atau media sosial, sehingga, pendekatan digital diharapkan akan
memberikan dampak yang masif dan tepat sasaran, yaitu kesadaran ada dan
pentingnya program Kang PisMan sebagai solusi untuk mengatasi limbah. Kedua,
perlu adanya regulasi hukum yang mengikat dan kuat dari pemerintah agar warga
Bandung Raya dapat secara tertib melaksanakan inisiasi pemerintah, seperti
memberikan sanksi bagi mereka yang tidak mengikuti ataupun mengabaikan aturan.
Ketiga, diperlukannya pemimpin-pemimpin yang dapat menjadi teladan dan
penggerak masyarakat untuk mengajak dan membimbing masyarakat dalam lingkup
kecil (RT dan RW) agar tergerak dan menyadari pentingnya untuk menjaga
lingkungan sekitar mereka melalui program Kang PisMan, seperti Ketua RT dan RW
yang tegas dan mengerti bagaimana pengimplementasian program inisiasi di daerah
yang mereka tinggali.
Kesimpulan
�������������������������������������������������������������
BIBLIOGRAFI
Adminbandungresik. (2017). Mang Oded: Bandung Lautan
Sampah Jangan Sampai Terulang. Diakses Pada 17 November 2020. Retrieved
from
www.bandungresik.com/2017/10/03/mang-oded-bandung-lautan-sampah-jangan-sampai-terulang/
Affandy, Nur Azizah, Isnaini, Enik, Yulianti, Cicik
Herlina, Sipil, J. T., Lamongan, U. I., Hukum, F., & Lamongan, U. I.
(2015). Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah komprehensif menuju
zero waste. Dalam: Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Terapan III.
Surabaya (ID): Institut Teknologi Adhi Tama Surabay. Page, 803�814.
Assifa, F. (2019). Wali Kota Bandung Kenalkan Program
Kang Pisman di Konferensi Internasional Halaman all. Assifa, F.
Retrieved from
//regional.kompas.com/read/2019/10/18/22270241/wali-kota-bandung-kenalkan-program-kang-pisman-di-konferensi-internasional?page=all
Asteria, Donna, & Heruman, Heru. (2016). Bank
sampah sebagai alternatif strategi pengelolaan sampah berbasis masyarakat di
Tasikmalaya (Bank Sampah (Waste Banks) as an alternative of community-based
waste management strategy in Tasikmalaya). Jurnal Manusia Dan Lingkungan,
23(1), 136�141.
Budihardjo, M. A., Noveandra, K., & Samadikun, B.
P. (2018). Characteristic of total suspended particulate (TSP) containing Pb
and Zn at solid waste landfill. Journal of Physics: Conference Series, 1022.
IOP Publishing.
Cheerli. (2019). Belajar Kelola Sampah dari Jawa
Barat. Diakses Pada 3 November 2020. Retrieved from
//nawasis.org/portal/berita/read/belajar-kelola-sampah-dari-jabar/51262
Ferdiana, S. (2019). �Kang Pisman� Sukses Tekan
Pencemaran Sampah. . . Diakses Pada 31 Oktober 2020. Retrieved from
//nasional.republika.co.id/berita/q23dyb371/kang-pisman-sukses-tekan-pencemaran-sampah
Lanud, Pen. (2020). Personel Lanud Husein Sastranegara
Sosialisasi Program Kang Pisman. Diakses Pada 17 November 2020.
Retrieved from
tni-au.mil.id/personel-lanud-husein-sastranegara-sosialisasi-program-kang-pisman/
Latifatul, Fikri Nur, Afriezal, A., Auliya, A., &
Nur, Kholid Rosyidi Muhammad. (2018). Pengaruh Sosialisasi Pemilahan Sampah
Organik Dan Non Organik Serta Manajemen Sampah Terhadap Penurunan Volume Sampah
Di Dusun Krajan Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti Kabupaten Jember. The
Indonesian Journal of Health Science, 10(1).
Nugroho, Anung Budi. (2011). Perancangan tongkat
tuna netra menggunakan teknologi sensor ultrasonik untuk membantu kewaspadaan
dan mobilitas tuna netra.
Solehudin, Mochamad. (2019). Pemkot Bandung Klaim
Program �Kang Pisman� Berhasil Kurangi Timbunan Sampah. Diakses Pada 3
November 2020. Retrieved from
news.detik.com/berita-jawa-barat/d-4590421/pemkot-bandung-klaim-program-kang-pisman-berhasil-kurangi-timbunan-sampah
Sucipto, Cecep Dani.
(2012). Teknologi pengolahan daur ulang sampah. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Yuanita, Poppy, & Keban, Yeremias Torontuan.
(2020). Evaluasi Efektivitas Program Kang Pisman di Kelurahan Sukaluyu dan
Faktor yang Mempengaruhinya. Rekayasa Hijau: Jurnal Teknologi Ramah
Lingkungan, 4(2), 93�108.