Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�����
Vol. 2, No. 11, November 2020
IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS MANAJEMEN KEUANGAN
PADA PENGELOLAAN KEUANGAN GEREJA KATOLIK
Yuliana Sri Purbiyati dan Vincentia Devina Setyawati
Universitas Katolik Darma Cendika Surabaya Jawa Timur, Indonesia
Email: [email protected] dan
[email protected]
Abstract
This
research is a case study and focuses on the implementation of the spirituality
of financial management in the Redemptor Mundi
Catholic Church Surabaya. This research is an evaluation research with
qualitative methods using an ethnographic approach. The results showed that 1) has
been implemented properly in accordance with the new one that has supporting
evidence; 2) every financial steward at Redemptor
Mundi Catholic Church is very aware that working for the Church is a service.
As servants, stewards realize that they work without imbalances, such as
salary. The challenge in spirituality of financial management is to train
patience in communication between organs so that it is expected to be more
synergistic. Communication can hinder the spirituality of financial management process,
but the stewardship coordinator finds solutions quickly so that obstructed
communication can run smoothly again. Therefore, it is very necessary for
financial stewards to really live spirituality of financial management deeply
so that they are smooth in serving, responsible, and full of integrity from the
beginning - the process - the end of the service process.
Keywords: Spirituality; Management; Finance; Stewardship; Service
Abstrak
Penelitian ini merupakan studi kasus dan
berfokus yang mendeskripsikan implementasi spiritualitas manajemen keuangan �di Gereja Katolik Redemptor Mundi Surabaya. Penelitian ini merupakan
penelitian evaluasi dengan metode kualitatif
yang menggunakan pendekatan
etnografi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 1) spiritualitas manajemen keuangan� sudah diimplementasikan dengan baik sesuai dengan
pedoman yang ada disertai dengan bukti-bukti yang mendukung; 2) setiap� penatalayan keuangan di Gereja Katolik Redemptor Mundi sangat menyadari bekerja untuk Gereja
merupakan pelayanan. Sebagai pelayan, para penatalayan menyadari dengan sungguh bahwa dirinya bekerja tanpa mengharapkan imbalan apapun, seperti gaji. Melatih kesabaran
dalam berkomunikasi antarorgan sehingga diharapkan semakin sinergis adalah tantangan dalam spiritualitas manajemen keuangan. Komunikasi bisa menghambat proses spiritualitas manajemen keuangan, namun koordinator penatalayan mencarikan solusi dengan cepat
sehingga komunikasi yang tadinya terhambat dapat berjalan lancar kembali. Maka dari itu,
sangat diperlukan penatalayan keuangan yang sungguh menghidupi spiritualitas manajemen keuangan �secara mendalam sehingga lancar dalam melayani,
bertanggung jawab, dan penuh integritas dari awal proses akhir dari proses pelayanan.
Kata kunci: Spiritualitas;
Manajemen; Keuangan; Penatalayan; Pelayanan
Pendahuluan
Uang merupakan salah jenis harta dan sebagai alat
transaksi yang sah yang memberikan daya beli untuk memenuhi kehidupan sang
empunya. Dalam aktivitas ekonomi uang merupakan pengganti materi dalam segala
aktivitasnyai. Untuk itu di belahan dunia manapun, banyak orang berlomba-lomba
untuk mendapatkan uang. Orang mencari pekerjaan memiliki tujuan akhir
mendapatkan uang. Ketika siapa saja menjadi keanggotaan suatu organisasi maka
tak jarang anggota dimintai� iuran
keanggotaan dengan istilah mengisi kas organisasi.
Suatu organisasi, apapun organisasinya sudah tentu
memiliki uang sebagai salah satu hartanya. Demikian pula dengan Gereja Katolik
Redemptor Mundi (GKRM) juga memiliki harta untuk menjalankan pelayanan kepada
umatnya. Kepemilikan harta benda GKRM sebagai sebuah lembaga keagamaan yang
disahkan oleh Departemen Dalam Negeri dengan No. 1/Dd.AT/Agr/67 yang ditetapkan
pada tanggal 13 Februari 1967 dan terdaftar pada Tambahan Berita Negara RI
tanggal 22 Mei 2001 No. 14. Harta benda GKRM sesuai dengan Perubahan Anggaran
Dasar �Badan Gereja katolik Paroki Redemptor Mundi di Surabaya� No. 10� Pasal 5 harta benda GKRM diurus dengan cara
memperoleh, memiliki, menjual, mengurus, sesuai peraturan Gereja dan terutama
diperuntukkan bagi keperluan ibadat, karya pastoral, dan biaya hidup bagi para petugas
Gereja. Juga digunakan untuk membiayai, membantu orang tidak mampu apapun latar
belakangnya.
Ada banyak hal yang terlibat dalam pengelolaan keuangan,
seperti uang, orang yang menjalankan pengelolaan,� sistem yang digunakan, manajemen keuangan,
fungsi manajemen, peraturan-peraturan, semangat atau spiritualitas yang
mendasari, nilai-nilai spiritual, kecerdasan spiritual. Oleh karena
itu, hal-hal itu membuka peluang
untuk diadakan penelitian. (Firman Menne, Muhammad Ali,
Abd. Hamid Habbe, 2016) meneliti tentang pengaruh nilai spiritual terhadap
motivasi kerja, pengendalian manajemen, dan kualitas informasi keuangan pada
lembaga keuangan Islam (LKI) di Indonesia. Hasil dari penelitian itu adalah
pengejawantahan nilai-nilai spiritual pada LKI mempengaruhi kualitas informasi
keuangan melalui media sebagai
motivasi dan pengendalian manajemen, tetapi secara langsung nilai-nilai
spiritual tidak dapat mempengaruhi kualitas keuangan informasi
Penelitian berkaitan dengan kemampuan
nilai-nilai spiritual apakah mempengaruhi akuntabilitas peningkatan keuangan
desa menjadi lebih baik dilakukan oleh (Herli, 2019). Dari penelitian itu diketahui bahwa
manajemen spiritual mempengaruhi
akuntabilitas dan tercipta pengelolaan keuangan desa yang lebih baik. Semakin tinggi
nilai-nilai spiritual maka semakin tinggi akuntabilitas yang dimiliki oleh desa aparatur sehingga
mampu meningkatkan pengelolaan keuangan desa ke arah
yang lebih baik. Nilai-nilai spiritual membuat aparat desa sadar
akan pentingnya pengelolaan keuangan yang baik dan menghindari korupsi dalam keuangan
desa.
Peran kecerdasan
spiritual dan keuangan dalam
mengelola keuangan pribadi diteliti oleh (Purwaningrat,
Oktarini, & Saraswathi, 2019) yang menunjukkan hasil bahwa kecerdasan spiritual memiliki implikasi positif untuk manajemen
keuangan pribadi. Penelitian tentang pengaruh kecerdasan spiritual terhadap keuangan juga diteliti oleh (Humairo &
Yuliana, 2020). Penelitian itu berfokus pada kemampuan kecerdasan spiritual memoderasi hubungan demografi dan mengelola keuangan pribadi mahasiswa. Hasilnya adalah kecerdasan spiritual mampu memoderasi hubungan antara faktor demografi terhadap pengelolaan keuangan pribadi.
Penelitian tentang spiritualitas dan kegagalan kewirausahaan dilakukan oleh (Singh, Smita;
Corner, Patricia Doyle; & Pavlovich, 2015). Penelitian itu mengkaji bagaimana
spiritualitas, khususnya kesadaran batiniah tentang adanya kekuatan yang lebih besar di luar dirinya
sendiri, mempengaruhi pengalaman dari wirausahanya. Hasilnya adalah para wirausahawan terlibat secara mendalam pada kegagalan yang ditemui. Spiritualitas para wirausahawan diperdalam melalui pengalaman kegagalan sehingga memberikan semangat untuk kembali memulai
usaha setelah kegagalan yang dialami.�
Dari penelitian-penelitian
di atas ditemukan tiga topik penelitian
yang berkaitan dengan
spiritual, pengelolaan, dan keuangan,
yaitu spiritualitas, nilai-nilai spiritual dan kecerdasan
spiritual. Pada umumnya ketiganya
dipertanyakan apakah ada kemampuan nilai
spiritual dan pengaruh kecerdasan
dalam pengelolaan keuangan baik pribadi
maupun lembaga serta bagimana pengaruh spiiritualitas. Berdasarkan hal tersebut maka masih
sangat terbuka dilaksanakan penelitian yang berkaitan dengan implementasi spiritualitas manajemen keuangan (SPIMAKE) pada
Gereja Katolik. Topik itu menjadi
fokus peneliti pada penelitian ini.
Kembali ke
subjek penelitian ini, yaitu GKRM, dalam survei dokumen ditemukan bahwa GKRM sebagai anggota dari Keuskupan
Surabaya, GKRM harus mematuhi Pedoman Tatakelola Harta Benda Gereja Keuskupan
Surabaya Edisi Revisi yang ditetapkan dan diberlakukan mulai Januari 2020. Dalam wawancara
dengan responden, ditemukan bahwa manajemen keuangan GKRM sudah mengikuti
pedoman namun� tetap ada tantangan,
seperti bekerja untuk Gereja bukan sebagai fokus utama karena hanya sebagai
tugas pelayanan; pengelolaan keuangan menjadi terhambat karena kadang terjadi
kesulitan dalam komunikasi antarorgan sehingga terjadinya keterlambatan
laporan. Kadang juga terjadi konflik pemahaman antara pemahaman pelayanan yang
profesional dan pelayanan yang penuh cinta kasih. Kendala selalu ada sehingga
fungsi manajemen kurang bisa dilaksanakan dengan baik. Terhambatnya komunikasi
mengakibatkan hambatan yang lain, seperti terhambatnya implementasi SPIMAKE,
secara khusus dalam pelaporan keuangan. Selain itu, para pengelola juga dilatih
tentang cara praktis mengelola keuangan�
dan juga diberikan pembekalan tentang spiritualitas keuangan. Untuk itu,
penulis tertarik meneliti implementasi SPIMAKE dan kinerja penatalayan sebagai
pelayan yang berintegritas dan mengandalkan Tuhan.
Pada dunia saat ini, banyak orang kembali ke jalan
spiritual untuk menghadapi kenyataan yang ada, secara khusus dalam hal
keuangan. Ketika orang mengkhawatirkan uang maka orang akan sulit percaya
pada kelimpahan spiritual (Chopra, Auli, &
Rush, 2016). Dalam perusahaan juga ditekankan unsur spiritualitas yang menekankan pada prinsip spiritual
dan praktik. Hal itu menjadi gerakan siritualitas untuk menjawab ketidakbahagiaan karyawan. Spiritualitas di tempat kerja membantu
karyawan menemukan makna dan tujuan hidup mereka (Eginli, Shah,
Watkins, & Krishnaswamy, 2017).
Ada banyak
ahli di luar bidang spiritualitas mulai berpandangan
pentingnya spiritualitas untuk bidang ilmunya. Salah satunya adalah (Hertz, Sarah dan Friedman, 2015), menurut mereka spiritualitas menjadi hal penting untuk meningkatkan
dunia dan membuat pekerjaan menjadi bermakna. Dengan spiritualitas, hidup
dengan tujuan yang lebih tinggi yang berdampak pada harapan terhadap dunia
usaha untuk bisa membangun dunia. Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk
menghasilkan laba, tetapi juga berkewajiban memenuhi kebutuhan masyarakat.
Spiritualitas sangat penting di dunia bisnis karena akan mendorong para
eksekutif muda� mencapai tujuan yang
lebih tinggi. Hal itu dapat mempengaruhi pendapatan laba.
Ketika uang dimiliki, maka pemiliknya mempunyai
sumber daya untuk menjangkau dan membantu banyak hal. Pada tingkat fundamental,
itulah arti spiritualitas (Bullard, 2015). Lebih lanjut (Bullard, 2015) menjelaskan sifat positif uang, yaitu jika uang digunakan untuk
meningkatkan kehidupannya sendiri ataupun sesama. Uang itu menjadi alat
spiritual yang ampuh. Spiritualitas adalah pencarian seseorang terhadap makna
dan keterhubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri (Hamm, 2018). Menurut (Hertz dan Friedman, 2015) sangat mungkin seseorang memiliki spiritual yang tinggi sekalipun ia
tidak berafiliasi dengan kelompok agama tertentu. Dalam (Hertz dan Friedman, 2015) yang dikutip dari McClung, Grossoehme, dan Jacobson (2006) dijelaskan
bahwa orang-orang spiritual merasakan ada "keterhubungan dengan sesuatu
yang lebih besar dari dirinya". Bagian penting dari keberadaan
spiritualitas adalah pemahaman bahwa hidup memiliki tujuan yang lebih tinggi (Hertz dan Friedman, 2015). Juga dijelaskan oleh (Spencer, 2012), spiritualitas berarti hidup memiliki arti penting sehingga dirinya
memiliki tujuan yang lebih tinggi dalam hidupnya.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan
bahwa spiritualitas sangat penting di tempat kerja. Spiritualitas
memberikan jawaban atas ketidakbahagiaan manusia yang bekerja. Spiritualitas adalah keterhubungan dengan sesuatu yang lebih besar atau tinggi dari dirinya
sendiri yang mendorong orang memiliki tujuan yang lebih tinggi dalam hidupnya.
Spiritualitas sangat penting untuk mendasari dunia usaha, salah satunya adalah
dalam hal akuntansi, keuangan,
dan tempat kerja.
Salah satu fungsi manajemen
adalah perencanaan. Perencanaan keuangan yang ideal didasarkan pada sesuatu
yang mendalam dan bermakna yang merupakan "proses yang mencari
perkembangan dari keseluruhan pribadi," sebagai suatu hal yang tidak hanya
berfokus pada masalah pemasukan dan strategi membayar pajak. Untuk itu, maka
perencanaan keuangan diharapkan lebih bermakna dan menimbulkan suatu
"penemuan dan kesadaran yang mengarah pada pemahaman tentang makna, tujuan,
dan kerangka moral hidup" (Brody, 2016). Perencanaan keuangan membantu pemilik uang untuk menilai uang cengan
cara yang tepat sebab uang bukan hal permanen maka sangatlah penting mengetahui
dengan tepat bagaimana uang akan digunakan (Li et al., 2017).
Gereja merupakan suatu lembaga nonprofit yang
memiliki hak untuk memiliki dan mengelola harta benda mencapai tujuannya,
seperti mengatur ibadat Ilahi, memberikan sustentasi atau sumbangan ke
biara-biara, melaksanakan karya amal kasih terutama untuk yang berkekurangan
(KKH 1254 artikel 1 dan 2). Dengan demikian Gereja tak luput dari masalah
keuangan. Manajemen atau pengelolaan keuangan Gereja mengadopsi dari manajemen
keuangan bisnis namun dalam praktiknya selalu mengandalkan kuasa Tuhan (Train
Chruch Leader, 2018). Dalam era digital ini, sekalipun semuanya bisa dilakukan
secara digital namun dalam mengelola harta benda dalam hal ini keuangan tetap
diperlukan tenaga manusia. Mereka yang bertanggung jawab atas manajemen
keuangan pada organisasi berbasis Gereja, harus memahami bahwa mereka hanya
penatalayan dan bukan pemilik. Itulah adalah dasar SPIMAKE (Peenikaparambil, 2019)
Agama semakin diakui sebagai dimensi budaya yang
mempengaruhi ekonomi. Dimensi keagamanaan dipertimbangkan dalam bidang ekonomi
dengan mengacu pada derajat religiositas secara keseluruhan. Perannya sangat
penting dalam perekonomian (Schneider et al., 2015). Menurut (DRAGOTĂ, 2018), latar belakang agama mempengaruhi sikap dalam mengambil keputusan
bagaimana keuangan dikelola. Sebagai contoh, pandangan tentang pinjaman dilihat
dari pihak yang berlatar belakang agama Katolik, mereka akan mempertimbangkan
pada pinjaman jangka panjang. Dengan demikian latar belakang religousitas
mempengaruhi sikap penatalayan. Religiositas juga mempengaruhi tempat
kerja,� semakin tinggi dasar religiositas
tempat kerja menunjukkan perilaku manajerial yang ringan resiko dan lebih etis.
Dengan demikian diharapkan pribadi yang berada di wilayah dengan norma agama
yang kuat memiliki filter yang kuat dan beretika dalam mengelola keuangan
(Hess, 2012). Pribadi tersebut memiliki pengaturan keuangan yang lebih baik. Pribadi-pribadi
yang seperti itulah yang sebaiknya menjadi penatalayan keuangan.
Para penatalayan harus bersikap jujur, dapat dipercaya,
bertanggung jawab, akuntabel, transparan dan berintegritas. Mereka harus
melaksanakan pertanggungjawaban sesuai pedoman yang berlaku (Peenikaparambil, 2019). Santo Paulus mengajarkan untuk melakukan apa yang benar dan baik, dan
melayani Tuhan tanpa gangguan (1Kor 7:35). Penatalayan adalah pelayan bukan
pemilik dan itulah dasar SPIMAKE. Pemilik semuanya adalah Tuhan, semua yang
mencari Tuhan dan segala bangsa yang tidak mengenal Tuhan disebut sebagai milik
Tuhan (Kis 15:17). Dalam Train Chruch Leader (2018) dijelaskan cara merekrut
penatalayan, yaitu harus memenuhi kriteria sebagai orang yang memiliki karunia
rohani, seperti 1) karunia spiritual administrasi, yaitu jujur dalam merencanakan,
mengatur, dan mengawasi proses yang terlibat dalam pengelolaan pengumpulan,
pencatatan dan penyetoran pendapatan, penyerahan formulir pajak yang
diperlukan, pembayaran tagihan dan gaji, bantuan dalam persiapan anggaran
tahunan, dll; 2) karunia bantuan spiritual, yaitu responsif terhadap apa yang
perlu dilakukan administrator, sambil mempertahankan sikap sebagai pelayan,
menghormati para pemimpin yang dilayani; 3) karunia pelayanan rohani adalah
bekerja di belakang layar, seperti menghitung dan/atau mencatat kolekte,
memilah-milah pemasukan di bank sesuai dengan posnya.
Cara mengimplementasikan SPIMAKE, Gereja 1) harus
memiliki kebijakan keuangan, yang menggambarkan berbagai aspek SPIMAKE dan
harus diikuti dengan ketat, mensosialisasikan kebijakan; 2) menerapkan sistem
dan proses manajemen keuangan dengan transparan dan partisipatif dengan
pengajuan anggaran dengan proposal, menyusun laporan, laporan keuangan yang
diaudit, pengeluaran keuangan dengan bukti resmi dan pejabat berwenang bisa
memberi klarifikasi, 3) memiliki penatayalan bekerja jujur, puas dengan yang
minimum, dan percaya pada penyelenggaraan Tuhan (Peenikaparambil, 2019).
Pengelolaan harta benda Gereja menjadi tanggung
jawab langsung pemimpin yang memiliki hak melaksanakan fungsi manajemen
keuangan. Untuk membantu tugasnya, pemimpin bisa mengangkat orang yang cakap
untuk masa jabatan tiga (3) tahun (KHK 1279 artikel 1 dan 2). Para pengelola
keuangan memulai tugasnya dengan 1) bersumpah di hadapan Uskup untuk mengelola
dengan baik, 2) menyusun daftar inventaris, teliti, merawat, mengusahakan
kepemilikan harta benda aman sesuai dengan regulasi pemerintah, 3) mematuhi
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Gereja/lembaga terkait, 4) mencatat,
menyelesaikan transaksi tepat waktu sehingga tidak merugikan lembaga; 5)
menginvestasikan uang dengan persetujuan pemimpin, memelihara buku-buku
pemasukan dan pengeluaran; 6) membuat laporan tiap bulan; 7) mengatur dan
memelihara arsip� (KHK 1284).
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
implementasi SPIMAKE pada Gereja Katolik memiliki tiga langkah, yaitu Gereja 1)
memiliki kebijakan keuangan; 2) memiliki proses manajemen keuangan, terdiri
atas perencanaan, pengorganisasian, penstafan, pemantauan, dan pengendalian;
dan 3) memiliki penatalayan yang penuh integritas: menyatakan tidak untuk
penyimpangan dan percaya kepada penyelenggaraan Tuhan.
Untuk menjalankan tugasnya di bidang keuangan,
pemimpin dibantu oleh yang dengan kriteria memiliki karunia rohani, yaitu
tertib administrasi, responsif, dan mau bekerja di belakang layar. Tertib
administrasi berarti rajin dan teliti mengdministrasikan keuangan dari
perencanaan sampai dengan pelaporan dan tindak lanjut. Responsif berarti peka
terhadap apa yang harus dilakukan oleh organisasi: kebutuhan organ-organ,
pengelolaan keuangan dalam hal investasi dan mengatur keluar masuk kas. Bekerja
di belakang layar adalah bekerja tanpa harus terlihat, seperti menghitung
kolekte, memilah-milah pos-pos keuangan berdasarkan rekening koran.
Metode Penelitian
Penelitian
ini menggunakan metode pengumpulan data observasi, wawancara, dan studi
dokumen. Metode observasi dilakukan dengan cara berkunjung ke lokasi penelitian
untuk melihat lingkungan, keadaan, kegiatannya, dan mengidentifikasikannya.
Metode wawancacara dilaksanakan dengan mewawancarai informan secara langsung.
Metode studi dukomen dilaksanakan dengan melihat dan menganalisis dokumen yang
berkaitan dengan topik penelitian. Tahapan penelitian etnografi adalah 1)
Tahapan pra-lapangan, merupakan tahapan pra penelitian untuk menyiapkan hal-hal
yang diperlukan dalam penelitian; 2) Tahapan pekerjaan lapangan, dilaksanakan
setelah proposal disetujui dan mulia menyiapkan analisis domain; 3) Tahapan
membuat analisis, pertama-tama melakukan analisis domain, kemudian melaksanakan
observasi terfokus, analisis taksonomi, observasi terseleksi, analisis
komponensial, dan analisis tema; 4) Tahapan laporan penelitian dengan menemukan
implementasi SPIMAKE yang menjadi dasar menyusun laporan penelitian kualitatif
etnografi (Windiani & Rahmawati, 2016).
Teknik
analisis data yang digunakan adalah model dan proses penelitian menurut
Spradley (1994) dengan tahap-tahap analisis, seperti 1) Analisis domain, yaitu
analisis terhadap data yang didapatkan dari observasi, wawancara, serta
pengamatan deskriptif dpada catatan lapangan; 2) Analisis taksonomi merupakan
analisis dari pengamatan dan wawancara yang difokuskan pada fokus yang sudah
dipilih sebelumnya. Pengamatan digunakan untuk memperdalam data yang sudah
ditemukan. analisis taksonomi adalah analisis keseluruhan data yang diperoleh berdasarkan
domain yang ditetapkan; 3) Aalisis komponensial adalah analisis keseluruhan
proses untuk mengorganisasikan domain sebagai hal yang kontras dengan data yang
didapatkan dari observasi, wawancara, dan dokumentasi; 4) Analisis tema
merupakan analisis untuk menemukan keterhubungan atau �benang merah� yang
mengintegrasikan domain yang ditentukan.
Hasil dan Pembahasan
1.
Analisis Pra Penelitian
Pada
tahap ini, peneliti mengurus surat izin penelitian
dan pemilihan tempat penelitian. Pra penelitian dilaksanakan dengan mencari data melalui internet tentang GKRM dan
mengunjungi langsung. Dari hasil itu, kemudian
disusun rancangan observasi pra penelitian
untuk memetakan gambaran GKRM. Setelah itu, peneliti menentukan informan, menuliskan yang diperlukan untuk membuat panduan observasi, wawancara, dan hal-hal yang berkenaan dengan sopan-santun ketika penelitian.
2.
Pekerjaan Lapangan
Berdasarkan observasi
pra penelitian, dimulailah menghubungi informan dan menjalin komunikasi dengan penuh sopan dengan
para informan sebagai persiapan mengumpulkan data.
Teknik yang digunakan untuk
pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi dalam bentuk informasi
tertulis dan foto-foto.
3.
Analisis Data
Terdapat empat analisis data, meliputi analisis domain, taksonomi, komponensial, dan tema seperti berikut ini.
a.
Analisis Domain
Tabel 1
Analisis Domain Spiritualitas Manajemen
Keuangan di GKRM
Rincian Domain (X) |
Hubungan Semantik |
Domain (Y) |
Memiliki kebijakan
keuangan |
Jenis |
Perilaku taat
pada aturan baik aturan pemerintah maupun Gereja yang dibuktikan dengan dokumen-dokumen |
Memiliki proses manajemen
keuangan |
Fungsi |
Fungsi manajemen:
perencanaan, pengorganisasian,
penstafan, pemantauan, pengendalian |
Penatayan penuh integritas |
Karakter |
Perilaku penatalayanan
|
b.
Analisis Taksonomi
Dalam analisis ini ditentukan domain yang dipilih, yaitu langkah SPIMAKE. Kemudian dijabarkan pengimplementasian di lapangan.
Tabel 2
Analisis Taksonomi Implementasi Sp�������ritualitas Keuangan di GKRM
No |
Langkah
SPIMAKE |
Implementasi SPIMAKE di GKRM |
|
Memiliki kebijakan keuangan |
Data Legalitas paroki sebagai Badan Hukum: Kitab Hukum Kanonik Gereja Katolik (HKH). Surat Keputusan Pembentukan Paroki Redemptor Mundi Surabaya
No. 774/G113/XI/96 Perubahan Anggaran Dasar �Badan Gereja Katolik Paroki Redemptor Mundi di Surabaya� No 10 Tahun
2000. Pedoman Tatakelola Harta Benda Gereja Keuskupan Surabaya: Paroki dan Pastoran Alur keuangan Paroki
dan Pastoran Formulir izin pengeluaran dana Foto-foto sosialisasi dokumen |
|
Memiliki proses manajemen keuangan |
Perencanaan Penyusunan rencana anggaran biaya oleh semua organ GKRM Pengorganisasin Pengelompokan rekening bank berdasarkankeperluan Kelompok Semua Pemasukan GKRM Kelompok Sosial Kelompok Pembangunan dan Pengembangan Aset Kelompok Pastoran Kelompok Perawatan Aset dan Pembayaran Keperluan Rutin Kelompok Beasiswa Kelompok Kas Harian Pastoran |
Lanjutan Tabel 2
Analisis Taksonomi Implementasi
Spritualitas Keuangan di
GKRM
|
|
Penstafan Pembentukan staf:
Pemantauan Rapat koordinasi sebulan sekali atau insidental.
Pada
masa cocid-19 rapat melalui zoom. Setiap pengeluaran harus mendapatkan persetujuan bendahara 1 dan Pastor
Kepala, kecuali pengeluaran rutin selama satu tahun hanya diberikan
persetujuan sekali pada awal tahun. Pengendalian Pengeluaran di bahwa Rp10.000.000,00 disetujui oleh Pastor Kepala GKRM
dan pengeluaran di atas 10.000.000,00 harus seizin dan disetuji Bendahara
Keuskupan Surabaya Ketika covid-19 mulai membatasi pertemuan maka dibuka rekening baru yang
memudahkan umat menyalurkan dananya kemudian dipilah-pilah oleh Bendahara 2
dan disetorkan ke rekening-rekening terkait. Laporan setiap sebulan sekali. |
|||||||||||||||||||||
|
Penatalayan penuh integritas |
Ada SK Pengangkatan Ada pelantikan Sikap menyatakan tidak pada penyimpangan: menjaga rahasia keuangan, tanggung jawab bekerja sesuai pedoman dan asa cinta kasih, laporan tepat waktu, berkomitmen tinggi dalam melayani sekalipun tidak menerima bayaran karena hidup menjadi bahagia, terbuka karena semua penanggung jawab memiliki ases untuk melihat keadaan keuangan Percaya pada penyelenggaraan Tuhan: memenuhi setiap kebutuhan untuk kesejahteraan yang dilayani; mempertimbangkan cara yang mudah bagi organ-oragn terkait dalam pelaporan penggunaan dana sehingga orang semakin mampu bersyukur boleh melayani |
Lanjutan Tabel 2
Analisis Taksonomi Implementasi
Spritualitas Manajemen Keuangan di GKRM
|
|
Penstafan Pembentukan staf:
Pemantauan Rapat koordinasi sebulan sekali atau insidental. Pada masa
cocid-19 rapat melalui zoom. Setiap
pengeluaran harus mendapatkan persetujuan bendahara 1 dan Pastor Kepala,
kecuali pengeluaran rutin selama satu tahun hanya diberikan persetujuan
sekali pada awal tahun. Pengendalian Pengeluaran di
bahwa Rp10.000.000,00 disetujui oleh Pastor Kepala GKRM dan pengeluaran di
atas 10.000.000,00 harus seizin dan disetuji Bendahara Keuskupan Surabaya Ketika
covid-19 mulai membatasi pertemuan maka dibuka rekening baru yang memudahkan
umat menyalurkan dananya kemudian dipilah-pilah oleh Bendahara 2 dan
disetorkan ke rekening-rekening terkait. Laporan setiap sebulan sekali. |
|||||||||||||||||||||
|
Penatalayan penuh integritas |
Ada SK Pengangkatan Ada pelantikan Sikap menyatakan tidak pada penyimpangan: menjaga rahasia keuangan, tanggung jawab bekerja sesuai pedoman dan asa cinta kasih,
laporan tepat waktu, berkomitmen tinggi dalam melayani sekalipun tidak menerima bayaran karena hidup menjadi bahagia, terbuka karena semua penanggung jawab memiliki ases untuk melihat keadaan keuangan Percaya pada penyelenggaraan Tuhan: memenuhi setiap kebutuhan untuk kesejahteraan yang dilayani; mempertimbangkan cara yang mudah bagi organ-oragn terkait dalam pelaporan penggunaan dana sehingga orang semakin mampu bersyukur boleh melayani |
c. Analisis Komponensial
Dalam� analisis kompenensial dilakukan untuk setiap
domain dengan mencari apakah pelaksanaannya sesuai jawaban yang ditemukan pada
implementasi atau tidak. Dengan demikian ada pendalaman pada
jawaban yang dituliskan pada implementasi SPIMAKE di GKRM.
1.
Memiliki Kebijakan Keuangan
GKRM
dibentuk sejak tanggal 23 Oktober 1996 dengan Surat Keputusan Uskup, yaitu Mgr.
J. Sudiarna Hadiwikarto, Pr, yaitu Surat Keputusan Pembentukan Paroki yang
ditetapkan oleh Redemptor Mundi Surabaya No. 774/G113/XI/96. Agar pembentukan
itu resmi di hadapan pemerintah maka diuruslah perubahan anggaran dasar dari
Yayasan Pengurus Gereja dan Amal Gereja Katolik-Roma �Redemtor Mundi� menjadi
�Badan Gereja Karolik Paroki Redemtor Mundi di Surabaya, yang tertuang pada
dokumen Perubahan Anggaran Dasar �Badan Gereja Katolik Paroki Redemptor Mundi
di Surabaya� No 10 Tahun 2000. Berdasarkan Anggaran Dasar itu untuk mencapai
maksud dan tujuannya, GKRM berusaha mengurus harta benda dengan cara
memperoleh, memiliki, menjual sesuai peraturan untuk membiayai ibadat, karya
pastoral, biaya hidup para petugas Gereja, membantu semua orang tidak mampu
(Pasal 5). Dengan demikian GKRM bisa memiliki uang dan mau tidak mau harus
mengelola keuangan sesuai dengan maksud dan tujuannya.
Dalam pengelolaan keuangan,
GKRM sudah seharusnya mengikuti Pedoman Tatakelola Harta Benda Gereja Keuskupan
Surabaya: Paroki dan Pastoran sebab GKRM merupakan paroki atau wilayah gerejawi
dari Keuskupan Surabaya. Salah satu
dasar untuk menyusun pedoman tersebut adalah KHK kanon 1254-1310 yang merupakan pasal-pasal yang mengatur tentang harta benda.
Pedoman dari keuskupan sudah mengatur secara detail tentang pengelolaan keuangan.
GKRM sebagai sebuah Badan
Hukum Gerejawi memiliki dokumen keuangan baik dari pemerintah sebanyak satu
dokumen dan dari Gereja sendiri sebanyak tiga dokumen. Segala pengelolaan
keuangan di GKRM berdasarkan pada pedoman dari Keuskupan tanpa melupakan
regulasi pemerintah.
2.
Memiliki Proses Manajemen Keuangan
Proses
manajemen keuangan mengikuti fungsi manajemen, meliputi perencanaan, pengorganisasian, penstafan, pemantauan, pengendalian. Dalam praktiknya disusun sebuah alur keuangan.
Pada akhir bulan November dalam tahun bendahara
mengirimkan pesan ke semua organ untuk menyusun usulan rencana anggaran belanja (URAB) tahun berikutnya. URAB disusun berdasarkan evaluasi dan refleksi pelaksanaan program kerja dan sasaran utama yang akan disusun sebagai
program kerja pada tahun berikutnya. Dengan demikian setiap organ sudah langsung mengorganisasi dengan memilah-milah berdasarkan urutan prioritasnya. Bendahara sendiri mengadakan pengorganisasian buku rekening bank sesuai peruntukannya dan berdasarkan pedoman serta persetujuan Pastor Kepala GKRM. Pastor Kepala menunjuk para staf
berdasarkan rapat pleno Dewan Paroki GKRM dan konsultasi dengan Badan GKRM.
Sebagai pemantauan dan pengendalian, GKRM memeliki alur keuangan sebagaimana
dapat diperhatikan pada Gambar 1 di bawah ini.
Pengendalian dilaksanakan
sesuai dengan pedoman dengan memberikan maksimal pengeluaran yang bisa
dikeluarkan dengan persetujuan Pastor Kepala GKRM dan pengeluaran di atasnya
dengan persetujuan Keuskupan Surabaya. Jika ada hal yang dikeluarkan terlebih
dahulu karena situasi mendesak, misalnya bantuan penanganan pandemi covid-19
maka bendahara membuatkan berita acara pemakaian dana tersebut yang
ditandatangani semua penatalayan yang berwenang.
�
Gambar 1: Alur Keuangan Paroki
di GKRM
3.
Penatalayan Penuh Integritas
Mengatakan tidak untuk penyimpangan pengelolaan keuangan merupakan salah satu indikator integritas penatalayanan GKRM. Dari wawancara
dan pengamatan, para penatalayan
melaksanakan tugas sesuai dengan uraian
tugas dan wewenang. Untuk mendukung integritas maka mereka memutuskan semua transaksi keuangan melalui virtual atau online. Jika panitia tertentu mengajukan proposal maka pencairan dana kegiatan dilaksanakan dengan transfer ke rekening panitia dari bendahara GKRM.
Sesuai dengan semangat percaya kepada penyelenggaraan Tuhan maka GKRM sangat mudah memfasilitasi
semua organ terlebih untuk acara peribadatan, bantuan sosial intern dan ekstern. Setiap bulan GKRM mengeluarkan bantuan sosial ke sesama Gereja
atas rekomendasi dari Keuskupan, yaitu Gereja yang memerlukan dana ataupun hal lain. GKRM juga memiliki
organ pengembangan sosial ekonomi yang bergerak untuk melayani masyarakat umum, misalnya voucher sembako murah, voucher makanan sehat, bantuan sembako rutin ke
keluarga-keluarga yang memerlukan,
dan lain-lain.� Penyerahan
kepada kuasa Tuhan, juga ditunjukkan dengan GKRM melengkapi semua kebutuhan para petugas Gereja. Untuk memudahkan hal itu maka
ditunjuk seorang kasir yang bertugas mengeluarkan uang sesuai persetujuan yang diterima. Kasir diberi kas Rp10.000.000,00/bulan. Akan tetapi jika ternyata baru
sampai satu atau minggu sudah
hampir habis maka kasir bisa
mengajukan permohonan lagi agar kasnya diisi.
d.
Analisis Tema
Analisis tema dimaksudkan untuk mendari hubungan di antara domain secara menyeluruh. Semua hal yang berhubungan dengan tema akan
terkait dengan implementasi SPIMAKE dan kinerja penatalayan sebagai pelayan yang berintegritas dan percaya pada penyelenggaraan Tuhan.
1.
Penatalayan GKRM yang Berintegritas dan Percaya pada Penyelenggaraan Tuhan dalam Implementasi
SPIMAKE
Dengan semangat bahwa
penatalayan adalah pelayan dan bukan pemilik menjadi spiritualitasnya maka
penatalayan melaksanakan tugasnya dengan bahagia karena semua dilakukan dengan
benar dan baik untuk melayani Tuhan.
Penatalayan memiliki peran
yang sangat sentral dalam mewujudkan pelaksanaan SPIMAKE dan dengan kesadaran
terus-menerus bahwa menyadari bahwa dirinya adalah pelayan maka penatalayan
melaksanakan tugas-tugasnya dengan penuh pelayanan dan tanggung jawab. Semakin
penatalayan berintegritas dan percaya pada penyelenggaraan Tuhan bisa berdampak
dua hal, 1) pelayanan semakin baik dengan mengacu pada pedoman dan fungsi
manajemen; 2) pelayanan bisa saja meninggalkan pedoman dan proses pada fungsi
manajemen dengan alasan sebagai suatu kasus tertentu sehingga perlu diambil
kebijaksanaan.
Pelayanan yang mengikuti
pedoman belum tentu menjadi kaku.
Hal itu akan bergantung bagaimana cara staf/penatalayan
berkomunikasi dan membawakan
dirinya ketika berinteraksi dengan sesama atau organ lain di GKRM. Pedoman dan fungsi manajemen akan menjadi fleksibel jika dilakukan dengan rileks dan mengamalkan kasih, yang atinya dilakukan dalam kesadaran bahwa semua pengelolaan
keuangan dalam Nama Tuhan atau demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa-jiwa. Kebijaksanaan bisa diambil untuk kasus
tertentu yang membahayakan keselamatan jiwa-jiwa, seperti melayani orang sakit parah, masa pandemi yang kritis dan mendesak harus diambil keputusan.
2.
Terbentuknya Kinerja Penatalayan GKRM yang Berintegritas dan
Percaya pada Penyelenggaraan Tuhan
Kebiasaan dapat membentuk kinerja penatalayan yang berintegritas
dan percaya pada penyelenggaraan
Tuhan. Untuk membentuk kinerja penatalayan yang berintegritas
dan percaya pada penyelenggaraan
Tuhan maka penatalayan sudah semestinya memohon tiga karunia, yaitu
1) karunia spiritual administrasi,
yaitu jujur dalam merencanakan, mengatur, dan mengawasi proses
yang terlibat dalam pengelolaan pengumpulan, pencatatan dan penyetoran pendapatan, penyerahan formulir pajak yang diperlukan, pembayaran tagihan dan gaji, bantuan dalam persiapan
anggaran tahunan, dll; 2) karunia bantuan spiritual, yaitu responsif terhadap apa yang perlu dilakukan administrator, sambil mempertahankan sikap sebagai pelayan, menghormati para pemimpin yang dilayani; 3) karunia pelayanan rohani adalah bekerja di belakang layar, seperti menghitung dan/atau mencatat kolekte,
memilah-milah pemasukan di
bank sesuai dengan posnya. Kemudian penatalayan mempraktikkan ketiga karunia itu dalam pelayanannya.
Penatalayan keuangan di GKRM
telah memupuk semangat doa dan menyadari bahwa seluruh pelayanannya adalah
pelayanan untuk Tuhan maka para penatalayan menyadari harus mengerjakan seluruh
tugasnya dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan ketiga karunia itu. Memang
masih ditemukan sikap sangat praktis, seperti laporan pertanggungjawaban
kegiatan yang perlu dilaporkan keuangannya saja karena penatalayan keuangan
hanya memerlukan laporan keuangan sehingga laporan tak lebih dari satu lembar.
Sikap itu belum mencerminkan proses SPIMAKE sehingga dalam melihat penggunaan
keuangan masih sebatas transaksi keluar masuk. Penggunaan keuangan seharusnya
dilihat bagaimana uang menunjukkan keampuhannya dalam transaksi sehingga
memberikan dampak spiritual, yaitu memberikan makna dari apa yang dilakukan
serta keterhubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri
dan yang dilayaninya.
GKRM sudah
mengimplementasikan SPIMAKE, yaitu praktik yang dilakukan sudah menunjukkan
kesamaan dengan konsep. Pertama, GKRM memiliki kebijakan keuangan yang sah baik
dari segi regulasi pemerintah maupun Gereja. Kedua, GKRM memiliki
manajemen keuangan yang baik dari proses perencanaan, pengorganisasian, penstafan, pemantauan, sampai dnegan pengendalian.
Ketiga, kinerja penatalayan keuangan di GKRM memiliki integritas denagn ciri melayani
berdasarkan pedoman dan menunjukkan penolakan terhadap penyimpangan. Dalam situasi tertentu,
oleh karena suatu kasus sehingga diambil kebijakan maka semua itu
dilakukan dengan didokumentasikan dan ditandatangani
oleh semua penatalayan terkait. Sikap percaya pada penyelenggaraan Tuhan nampak pada cara penatalayan memenuhi seluruh kebutuhan GKRM, pertimbangan memang dilakukan namun dengan melihat
pelayanan yang dilakukan
oleh organ-organ terkait maka
kebutuhan keuangan senantiasa dipenuhi.
Kinerja penatalayan
selalu diusahakan penuh integritas dan percaya pada penyelenggaraan Tuhan. Seluruh fungsi manajemen keuangan dilaksanakan dengan baik kecuali
dalam kasus tertentu yang sangat mendasar yang berdampak pada keselamatan jiwa-jiwa, misalnya yang sangat situasi yang sangat up to date adalah
bantuan untuk umat pada awal terjadinya pandemi covid-19. Itupun setelah proses terjadi tetap dibuatkan
berita acara yang ditandatangani
oleh semua penatalayan terkait.
Satu hal yang menjadi temuan
terpenting adalah penatalayan keuangan bukan kasir yang hanya bertugas mencatat
pemasukan dan pengeluaran serta memberikan uang kepada yang meminta setelah
mendapatkan persetujuan atau jika sudah sesuai alur keuangan. Penatalayan
keuangan juga bukan robot yang melaksanakan tugas sesuai pedoman keuangan saja.
Penatalayan keuangan adalah pribadi yang berspiritualitas, pribadi yang selalu
belajar melihat pengelolaan dan penggunaan uang sebagai suatu praktik
spiritualitas. Uang memberikan dampak yang besar, yang bisa memberikan dampak
pada keselamatan jiwa-jiwa, mendorong semua orang untuk menggunakan uang dengan
tujuan yang lebih besar dengan ikhlas guna mencapai kemaslahatan umat.
Penatalayan keuangan juga merupakan pribadi yang dekat dengan Tuhan, mereka
percaya pada penyelenggaraan Tuhan dengan menyadari bahwa uang yang dikelolanya
bukanlah miliknya. Uang itu milik Gereja, milik Tuhan. Ketika kesadarannya
sampai pada dasar spiritualitas tersebut maka penatalayan menjadi pribadi yang
bebas dan mampu melaksanakan tugasnya dengan semestinya sebagai seorang pelayan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pertama, GKRM sudah mengimplementasikan SPIMAKE dengan ketiga langkah yang terdapat di dalamnya. Kendala yang ada adalah komunikasi dalam proses manajemen yang menyebabkan laporan pertanggungjawaban kegiatan menjadi terlambat. Hal itu diatasi dengan pembuatan laporan yang sederhana dengan harapan laporan menjadi tepat waktu.
Kedua, kinerja penatalayan keuangan di GKRM yang
berintegritas dan percaya pada penyelenggaraan Tuhan. Pelayanan dilaksanakan
sesuai pedoman dan transparan yang membuktikan bahwa para penatalayan menolak segala penyimpangan. Dalam hal percaya pada penyelenggaraan Tuhan, para penatalayan memenuhi setiap kebutuhan yang diperlukan oleh organ-organ terkait.
Yang masih harus dikembangkan adalah sikap penatalayan agar secara reflek/spontan
sadar bahwa pengelolaan keuangan yang dilakukan untuk pelayanan dan kemaslahatan umat demi kemuliaan Tuhan bukan hanya
sekedar menjadi petugas pemegang keuangan.
BIBLIOGRAFI
Brody, Stephen C. (2016). Assessing
Spirituality in Financial Life Planning. Creighton University.
Bullard, Shelly.
(2015). . �Why You Don�t Have To Choose Between Money & Spirituality.� Marriage
and Family Therapist. Retrieved from
www.mindbodygreen.com/0-18428/why-you-dont-have-to-choose-between-money-spirituality.html
Chopra, Sumit, Auli,
Michael, & Rush, Alexander M. (2016). Abstractive sentence summarization
with attentive recurrent neural networks. Proceedings of the 2016 Conference
of the North American Chapter of the Association for Computational Linguistics:
Human Language Technologies, 93�98.
DRAGOTĂ, Aurel.
(2018). Suita militară din necropola de la Alba Iulia-Izvorul
�mpăratului (sec. X). Revista Transilvania, (8).
Eginli, Ariana,
Shah, Kena, Watkins, Casey, & Krishnaswamy, Guha. (2017). Stevens-Johnson
syndrome and toxic epidermal necrolysis. Annals of Allergy, Asthma &
Immunology, 118(2), 143�147.
Firman Menne,
Muhammad Ali, Abd. Hamid Habbe, Yohanes Rura. (2016). "The Influence of
Spiritual Values on Work Motivation, Management Control, and Quality of
Financial Information on IFIs in Indonesia. Journal of Modern Accounting and
Auditing, November 2016, Vol 12, No. 11 Pp. 537-555, David Publishing.
Hamm, Trend. (2018).
�Finding Spiritual Meaning in Good Personal Finance Practices�. Majalah Two
Cent. Retrieved from
//www.thesimpledollar.com/financial-wellness/finding-spiritual-meaning-in-good-personal-finance-practices/
Herli, Mohammad.
(2019). Are Spiritual Management and Accountability Able to Improve Village
Financial Management for the Better? Case in Sumenep Regency, Indonesia. KnE
Social Sciences, 399�416.
Hertz, Sarah dan
Friedman, Hershey H. (2015). �Why Spirituality Belongs in the Finance and
Accounting Curricula�. Journal of Accounting and Finance, 15(5).
Humairo, Nurul,
& Yuliana, Indah. (2020). Mampukah Kecerdasan Spiritual Memoderasi Hubungan
Faktor Demografi terhadap Manajemen Keuangan Pribadi Mahasiswa? Jurnal
Pendidikan Ekonomi, 13(1), 8�17.
Li, Jing, Yakushi,
Tanya, Parlati, Francesco, Mackinnon, Andrew L., Perez, Christian, Ma, Yuyong,
Carter, Kyle P., Colayco, Sharon, Magnuson, Gavin, & Brown, Brock. (2017).
Capzimin is a potent and specific inhibitor of proteasome isopeptidase Rpn11. Nature
Chemical Biology, 13(5), 486�493.
Peenikaparambil,
Jacob. (2019). . �Spirituality of Finance Management.� Matters India:
India�s Complete Socioeconomic & Religious News.
Purwaningrat, Putu
Atim, Oktarini, Luh Nik, & Saraswathi, Ida Ayu Anggawulan. (2019). Managing
Personal Finance: The Role of Spiritual and Financial Knowledge. Warmadewa
Management and Business Journal (WMBJ), 1(2), 93�101.
Schneider, Dominik,
Engelhaupt, Martin, Allen, Kara, Kurniawan, Syahrul, Krashevska, Valentyna,
Heinemann, Melanie, Nacke, Heiko, Wijayanti, Marini, Meryandini, Anja, &
Corre, Marife D. (2015). Impact of lowland rainforest transformation on
diversity and composition of soil prokaryotic communities in Sumatra
(Indonesia). Frontiers in Microbiology, 6, 1339.
Singh, Smita;
Corner, Patricia Doyle; & Pavlovich, Kathryn. (2015). �Spirituality and
Entrepreuneurial Failure�. Journal of Management, Spiritality &
Religion. Routledge Taylor & Francis Group.
Spencer, Maya.
(2012). What is spirituality? A personal exploration. Royal College of
Psychiatrists.
Windiani, Windiani,
& Rahmawati, Farida Nurul. (2016). Menggunakan Metode Etnografi Dalam
Penelitian Sosial. DIMENSI-Journal of Sociology, 9(2).