Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�����

Vol. 2, No. 11, November 2020

 


IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS MANAJEMEN KEUANGAN PADA PENGELOLAAN KEUANGAN GEREJA KATOLIK

 

Yuliana Sri Purbiyati dan Vincentia Devina Setyawati

Universitas Katolik Darma Cendika Surabaya Jawa Timur, Indonesia

Email: [email protected] dan [email protected]

 

Abstract

This research is a case study and focuses on the implementation of the spirituality of financial management in the Redemptor Mundi Catholic Church Surabaya. This research is an evaluation research with qualitative methods using an ethnographic approach. The results showed that 1) has been implemented properly in accordance with the new one that has supporting evidence; 2) every financial steward at Redemptor Mundi Catholic Church is very aware that working for the Church is a service. As servants, stewards realize that they work without imbalances, such as salary. The challenge in spirituality of financial management is to train patience in communication between organs so that it is expected to be more synergistic. Communication can hinder the spirituality of financial management process, but the stewardship coordinator finds solutions quickly so that obstructed communication can run smoothly again. Therefore, it is very necessary for financial stewards to really live spirituality of financial management deeply so that they are smooth in serving, responsible, and full of integrity from the beginning - the process - the end of the service process.

 

Keywords: Spirituality; Management; Finance; Stewardship; Service

 

Abstrak

Penelitian ini merupakan studi kasus dan berfokus yang mendeskripsikan implementasi spiritualitas manajemen keuangan �di Gereja Katolik Redemptor Mundi Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi dengan metode kualitatif yang menggunakan pendekatan etnografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) spiritualitas manajemen keuangan� sudah diimplementasikan dengan baik sesuai dengan pedoman yang ada disertai dengan bukti-bukti yang mendukung; 2) setiap� penatalayan keuangan di Gereja Katolik Redemptor Mundi sangat menyadari bekerja untuk Gereja merupakan pelayanan. Sebagai pelayan, para penatalayan menyadari dengan sungguh bahwa dirinya bekerja tanpa mengharapkan imbalan apapun, seperti gaji. Melatih kesabaran dalam berkomunikasi antarorgan sehingga diharapkan semakin sinergis adalah tantangan dalam spiritualitas manajemen keuangan. Komunikasi bisa menghambat proses spiritualitas manajemen keuangan, namun koordinator penatalayan mencarikan solusi dengan cepat sehingga komunikasi yang tadinya terhambat dapat berjalan lancar kembali. Maka dari itu, sangat diperlukan penatalayan keuangan yang sungguh menghidupi spiritualitas manajemen keuangan �secara mendalam sehingga lancar dalam melayani, bertanggung jawab, dan penuh integritas dari awal proses akhir dari proses pelayanan.

 

Kata kunci: Spiritualitas; Manajemen; Keuangan; Penatalayan; Pelayanan

 

Pendahuluan

Uang merupakan salah jenis harta dan sebagai alat transaksi yang sah yang memberikan daya beli untuk memenuhi kehidupan sang empunya. Dalam aktivitas ekonomi uang merupakan pengganti materi dalam segala aktivitasnyai. Untuk itu di belahan dunia manapun, banyak orang berlomba-lomba untuk mendapatkan uang. Orang mencari pekerjaan memiliki tujuan akhir mendapatkan uang. Ketika siapa saja menjadi keanggotaan suatu organisasi maka tak jarang anggota dimintai� iuran keanggotaan dengan istilah mengisi kas organisasi.

Suatu organisasi, apapun organisasinya sudah tentu memiliki uang sebagai salah satu hartanya. Demikian pula dengan Gereja Katolik Redemptor Mundi (GKRM) juga memiliki harta untuk menjalankan pelayanan kepada umatnya. Kepemilikan harta benda GKRM sebagai sebuah lembaga keagamaan yang disahkan oleh Departemen Dalam Negeri dengan No. 1/Dd.AT/Agr/67 yang ditetapkan pada tanggal 13 Februari 1967 dan terdaftar pada Tambahan Berita Negara RI tanggal 22 Mei 2001 No. 14. Harta benda GKRM sesuai dengan Perubahan Anggaran Dasar �Badan Gereja katolik Paroki Redemptor Mundi di Surabaya� No. 10� Pasal 5 harta benda GKRM diurus dengan cara memperoleh, memiliki, menjual, mengurus, sesuai peraturan Gereja dan terutama diperuntukkan bagi keperluan ibadat, karya pastoral, dan biaya hidup bagi para petugas Gereja. Juga digunakan untuk membiayai, membantu orang tidak mampu apapun latar belakangnya.

Ada banyak hal yang terlibat dalam pengelolaan keuangan, seperti uang, orang yang menjalankan pengelolaan,� sistem yang digunakan, manajemen keuangan, fungsi manajemen, peraturan-peraturan, semangat atau spiritualitas yang mendasari, nilai-nilai spiritual, kecerdasan spiritual. Oleh karena itu, hal-hal itu membuka peluang untuk diadakan penelitian. (Firman Menne, Muhammad Ali, Abd. Hamid Habbe, 2016) meneliti tentang pengaruh nilai spiritual terhadap motivasi kerja, pengendalian manajemen, dan kualitas informasi keuangan pada lembaga keuangan Islam (LKI) di Indonesia. Hasil dari penelitian itu adalah pengejawantahan nilai-nilai spiritual pada LKI mempengaruhi kualitas informasi keuangan melalui media sebagai motivasi dan pengendalian manajemen, tetapi secara langsung nilai-nilai spiritual tidak dapat mempengaruhi kualitas keuangan informasi

Penelitian berkaitan dengan kemampuan nilai-nilai spiritual apakah mempengaruhi akuntabilitas peningkatan keuangan desa menjadi lebih baik dilakukan oleh (Herli, 2019). Dari penelitian itu diketahui bahwa manajemen spiritual mempengaruhi akuntabilitas dan tercipta pengelolaan keuangan desa yang lebih baik. Semakin tinggi nilai-nilai spiritual maka semakin tinggi akuntabilitas yang dimiliki oleh desa aparatur sehingga mampu meningkatkan pengelolaan keuangan desa ke arah yang lebih baik. Nilai-nilai spiritual membuat aparat desa sadar akan pentingnya pengelolaan keuangan yang baik dan menghindari korupsi dalam keuangan desa.

Peran kecerdasan spiritual dan keuangan dalam mengelola keuangan pribadi diteliti oleh (Purwaningrat, Oktarini, & Saraswathi, 2019) yang menunjukkan hasil bahwa kecerdasan spiritual memiliki implikasi positif untuk manajemen keuangan pribadi. Penelitian tentang pengaruh kecerdasan spiritual terhadap keuangan juga diteliti oleh (Humairo & Yuliana, 2020). Penelitian itu berfokus pada kemampuan kecerdasan spiritual memoderasi hubungan demografi dan mengelola keuangan pribadi mahasiswa. Hasilnya adalah kecerdasan spiritual mampu memoderasi hubungan antara faktor demografi terhadap pengelolaan keuangan pribadi.

Penelitian tentang spiritualitas dan kegagalan kewirausahaan dilakukan oleh (Singh, Smita; Corner, Patricia Doyle; & Pavlovich, 2015). Penelitian itu mengkaji bagaimana spiritualitas, khususnya kesadaran batiniah tentang adanya kekuatan yang lebih besar di luar dirinya sendiri, mempengaruhi pengalaman dari wirausahanya. Hasilnya adalah para wirausahawan terlibat secara mendalam pada kegagalan yang ditemui. Spiritualitas para wirausahawan diperdalam melalui pengalaman kegagalan sehingga memberikan semangat untuk kembali memulai usaha setelah kegagalan yang dialami.�

Dari penelitian-penelitian di atas ditemukan tiga topik penelitian yang berkaitan dengan spiritual, pengelolaan, dan keuangan, yaitu spiritualitas, nilai-nilai spiritual dan kecerdasan spiritual. Pada umumnya ketiganya dipertanyakan apakah ada kemampuan nilai spiritual dan pengaruh kecerdasan dalam pengelolaan keuangan baik pribadi maupun lembaga serta bagimana pengaruh spiiritualitas. Berdasarkan hal tersebut maka masih sangat terbuka dilaksanakan penelitian yang berkaitan dengan implementasi spiritualitas manajemen keuangan (SPIMAKE) pada Gereja Katolik. Topik itu menjadi fokus peneliti pada penelitian ini.

Kembali ke subjek penelitian ini, yaitu GKRM, dalam survei dokumen ditemukan bahwa GKRM sebagai anggota dari Keuskupan Surabaya, GKRM harus mematuhi Pedoman Tatakelola Harta Benda Gereja Keuskupan Surabaya Edisi Revisi yang ditetapkan dan diberlakukan mulai Januari 2020. Dalam wawancara dengan responden, ditemukan bahwa manajemen keuangan GKRM sudah mengikuti pedoman namun� tetap ada tantangan, seperti bekerja untuk Gereja bukan sebagai fokus utama karena hanya sebagai tugas pelayanan; pengelolaan keuangan menjadi terhambat karena kadang terjadi kesulitan dalam komunikasi antarorgan sehingga terjadinya keterlambatan laporan. Kadang juga terjadi konflik pemahaman antara pemahaman pelayanan yang profesional dan pelayanan yang penuh cinta kasih. Kendala selalu ada sehingga fungsi manajemen kurang bisa dilaksanakan dengan baik. Terhambatnya komunikasi mengakibatkan hambatan yang lain, seperti terhambatnya implementasi SPIMAKE, secara khusus dalam pelaporan keuangan. Selain itu, para pengelola juga dilatih tentang cara praktis mengelola keuangan� dan juga diberikan pembekalan tentang spiritualitas keuangan. Untuk itu, penulis tertarik meneliti implementasi SPIMAKE dan kinerja penatalayan sebagai pelayan yang berintegritas dan mengandalkan Tuhan.

Pada dunia saat ini, banyak orang kembali ke jalan spiritual untuk menghadapi kenyataan yang ada, secara khusus dalam hal keuangan. Ketika orang mengkhawatirkan uang maka orang akan sulit percaya pada kelimpahan spiritual (Chopra, Auli, & Rush, 2016). Dalam perusahaan juga ditekankan unsur spiritualitas yang menekankan pada prinsip spiritual dan praktik. Hal itu menjadi gerakan siritualitas untuk menjawab ketidakbahagiaan karyawan. Spiritualitas di tempat kerja membantu karyawan menemukan makna dan tujuan hidup mereka (Eginli, Shah, Watkins, & Krishnaswamy, 2017).

Ada banyak ahli di luar bidang spiritualitas mulai berpandangan pentingnya spiritualitas untuk bidang ilmunya. Salah satunya adalah (Hertz, Sarah dan Friedman, 2015), menurut mereka spiritualitas menjadi hal penting untuk meningkatkan dunia dan membuat pekerjaan menjadi bermakna. Dengan spiritualitas, hidup dengan tujuan yang lebih tinggi yang berdampak pada harapan terhadap dunia usaha untuk bisa membangun dunia. Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan laba, tetapi juga berkewajiban memenuhi kebutuhan masyarakat. Spiritualitas sangat penting di dunia bisnis karena akan mendorong para eksekutif muda� mencapai tujuan yang lebih tinggi. Hal itu dapat mempengaruhi pendapatan laba.

Ketika uang dimiliki, maka pemiliknya mempunyai sumber daya untuk menjangkau dan membantu banyak hal. Pada tingkat fundamental, itulah arti spiritualitas (Bullard, 2015). Lebih lanjut (Bullard, 2015) menjelaskan sifat positif uang, yaitu jika uang digunakan untuk meningkatkan kehidupannya sendiri ataupun sesama. Uang itu menjadi alat spiritual yang ampuh. Spiritualitas adalah pencarian seseorang terhadap makna dan keterhubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri (Hamm, 2018). Menurut (Hertz dan Friedman, 2015) sangat mungkin seseorang memiliki spiritual yang tinggi sekalipun ia tidak berafiliasi dengan kelompok agama tertentu. Dalam (Hertz dan Friedman, 2015) yang dikutip dari McClung, Grossoehme, dan Jacobson (2006) dijelaskan bahwa orang-orang spiritual merasakan ada "keterhubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari dirinya". Bagian penting dari keberadaan spiritualitas adalah pemahaman bahwa hidup memiliki tujuan yang lebih tinggi (Hertz dan Friedman, 2015). Juga dijelaskan oleh (Spencer, 2012), spiritualitas berarti hidup memiliki arti penting sehingga dirinya memiliki tujuan yang lebih tinggi dalam hidupnya.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa spiritualitas sangat penting di tempat kerja. Spiritualitas memberikan jawaban atas ketidakbahagiaan manusia yang bekerja. Spiritualitas adalah keterhubungan dengan sesuatu yang lebih besar atau tinggi dari dirinya sendiri yang mendorong orang memiliki tujuan yang lebih tinggi dalam hidupnya. Spiritualitas sangat penting untuk mendasari dunia usaha, salah satunya adalah dalam hal akuntansi, keuangan, dan tempat kerja.

Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan. Perencanaan keuangan yang ideal didasarkan pada sesuatu yang mendalam dan bermakna yang merupakan "proses yang mencari perkembangan dari keseluruhan pribadi," sebagai suatu hal yang tidak hanya berfokus pada masalah pemasukan dan strategi membayar pajak. Untuk itu, maka perencanaan keuangan diharapkan lebih bermakna dan menimbulkan suatu "penemuan dan kesadaran yang mengarah pada pemahaman tentang makna, tujuan, dan kerangka moral hidup" (Brody, 2016). Perencanaan keuangan membantu pemilik uang untuk menilai uang cengan cara yang tepat sebab uang bukan hal permanen maka sangatlah penting mengetahui dengan tepat bagaimana uang akan digunakan (Li et al., 2017).

Gereja merupakan suatu lembaga nonprofit yang memiliki hak untuk memiliki dan mengelola harta benda mencapai tujuannya, seperti mengatur ibadat Ilahi, memberikan sustentasi atau sumbangan ke biara-biara, melaksanakan karya amal kasih terutama untuk yang berkekurangan (KKH 1254 artikel 1 dan 2). Dengan demikian Gereja tak luput dari masalah keuangan. Manajemen atau pengelolaan keuangan Gereja mengadopsi dari manajemen keuangan bisnis namun dalam praktiknya selalu mengandalkan kuasa Tuhan (Train Chruch Leader, 2018). Dalam era digital ini, sekalipun semuanya bisa dilakukan secara digital namun dalam mengelola harta benda dalam hal ini keuangan tetap diperlukan tenaga manusia. Mereka yang bertanggung jawab atas manajemen keuangan pada organisasi berbasis Gereja, harus memahami bahwa mereka hanya penatalayan dan bukan pemilik. Itulah adalah dasar SPIMAKE (Peenikaparambil, 2019)

Agama semakin diakui sebagai dimensi budaya yang mempengaruhi ekonomi. Dimensi keagamanaan dipertimbangkan dalam bidang ekonomi dengan mengacu pada derajat religiositas secara keseluruhan. Perannya sangat penting dalam perekonomian (Schneider et al., 2015). Menurut (DRAGOTĂ, 2018), latar belakang agama mempengaruhi sikap dalam mengambil keputusan bagaimana keuangan dikelola. Sebagai contoh, pandangan tentang pinjaman dilihat dari pihak yang berlatar belakang agama Katolik, mereka akan mempertimbangkan pada pinjaman jangka panjang. Dengan demikian latar belakang religousitas mempengaruhi sikap penatalayan. Religiositas juga mempengaruhi tempat kerja,� semakin tinggi dasar religiositas tempat kerja menunjukkan perilaku manajerial yang ringan resiko dan lebih etis. Dengan demikian diharapkan pribadi yang berada di wilayah dengan norma agama yang kuat memiliki filter yang kuat dan beretika dalam mengelola keuangan (Hess, 2012). Pribadi tersebut memiliki pengaturan keuangan yang lebih baik. Pribadi-pribadi yang seperti itulah yang sebaiknya menjadi penatalayan keuangan.

Para penatalayan harus bersikap jujur, dapat dipercaya, bertanggung jawab, akuntabel, transparan dan berintegritas. Mereka harus melaksanakan pertanggungjawaban sesuai pedoman yang berlaku (Peenikaparambil, 2019). Santo Paulus mengajarkan untuk melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan (1Kor 7:35). Penatalayan adalah pelayan bukan pemilik dan itulah dasar SPIMAKE. Pemilik semuanya adalah Tuhan, semua yang mencari Tuhan dan segala bangsa yang tidak mengenal Tuhan disebut sebagai milik Tuhan (Kis 15:17). Dalam Train Chruch Leader (2018) dijelaskan cara merekrut penatalayan, yaitu harus memenuhi kriteria sebagai orang yang memiliki karunia rohani, seperti 1) karunia spiritual administrasi, yaitu jujur dalam merencanakan, mengatur, dan mengawasi proses yang terlibat dalam pengelolaan pengumpulan, pencatatan dan penyetoran pendapatan, penyerahan formulir pajak yang diperlukan, pembayaran tagihan dan gaji, bantuan dalam persiapan anggaran tahunan, dll; 2) karunia bantuan spiritual, yaitu responsif terhadap apa yang perlu dilakukan administrator, sambil mempertahankan sikap sebagai pelayan, menghormati para pemimpin yang dilayani; 3) karunia pelayanan rohani adalah bekerja di belakang layar, seperti menghitung dan/atau mencatat kolekte, memilah-milah pemasukan di bank sesuai dengan posnya.

Cara mengimplementasikan SPIMAKE, Gereja 1) harus memiliki kebijakan keuangan, yang menggambarkan berbagai aspek SPIMAKE dan harus diikuti dengan ketat, mensosialisasikan kebijakan; 2) menerapkan sistem dan proses manajemen keuangan dengan transparan dan partisipatif dengan pengajuan anggaran dengan proposal, menyusun laporan, laporan keuangan yang diaudit, pengeluaran keuangan dengan bukti resmi dan pejabat berwenang bisa memberi klarifikasi, 3) memiliki penatayalan bekerja jujur, puas dengan yang minimum, dan percaya pada penyelenggaraan Tuhan (Peenikaparambil, 2019).

Pengelolaan harta benda Gereja menjadi tanggung jawab langsung pemimpin yang memiliki hak melaksanakan fungsi manajemen keuangan. Untuk membantu tugasnya, pemimpin bisa mengangkat orang yang cakap untuk masa jabatan tiga (3) tahun (KHK 1279 artikel 1 dan 2). Para pengelola keuangan memulai tugasnya dengan 1) bersumpah di hadapan Uskup untuk mengelola dengan baik, 2) menyusun daftar inventaris, teliti, merawat, mengusahakan kepemilikan harta benda aman sesuai dengan regulasi pemerintah, 3) mematuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Gereja/lembaga terkait, 4) mencatat, menyelesaikan transaksi tepat waktu sehingga tidak merugikan lembaga; 5) menginvestasikan uang dengan persetujuan pemimpin, memelihara buku-buku pemasukan dan pengeluaran; 6) membuat laporan tiap bulan; 7) mengatur dan memelihara arsip� (KHK 1284).

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa implementasi SPIMAKE pada Gereja Katolik memiliki tiga langkah, yaitu Gereja 1) memiliki kebijakan keuangan; 2) memiliki proses manajemen keuangan, terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, penstafan, pemantauan, dan pengendalian; dan 3) memiliki penatalayan yang penuh integritas: menyatakan tidak untuk penyimpangan dan percaya kepada penyelenggaraan Tuhan.

Untuk menjalankan tugasnya di bidang keuangan, pemimpin dibantu oleh yang dengan kriteria memiliki karunia rohani, yaitu tertib administrasi, responsif, dan mau bekerja di belakang layar. Tertib administrasi berarti rajin dan teliti mengdministrasikan keuangan dari perencanaan sampai dengan pelaporan dan tindak lanjut. Responsif berarti peka terhadap apa yang harus dilakukan oleh organisasi: kebutuhan organ-organ, pengelolaan keuangan dalam hal investasi dan mengatur keluar masuk kas. Bekerja di belakang layar adalah bekerja tanpa harus terlihat, seperti menghitung kolekte, memilah-milah pos-pos keuangan berdasarkan rekening koran.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data observasi, wawancara, dan studi dokumen. Metode observasi dilakukan dengan cara berkunjung ke lokasi penelitian untuk melihat lingkungan, keadaan, kegiatannya, dan mengidentifikasikannya. Metode wawancacara dilaksanakan dengan mewawancarai informan secara langsung. Metode studi dukomen dilaksanakan dengan melihat dan menganalisis dokumen yang berkaitan dengan topik penelitian. Tahapan penelitian etnografi adalah 1) Tahapan pra-lapangan, merupakan tahapan pra penelitian untuk menyiapkan hal-hal yang diperlukan dalam penelitian; 2) Tahapan pekerjaan lapangan, dilaksanakan setelah proposal disetujui dan mulia menyiapkan analisis domain; 3) Tahapan membuat analisis, pertama-tama melakukan analisis domain, kemudian melaksanakan observasi terfokus, analisis taksonomi, observasi terseleksi, analisis komponensial, dan analisis tema; 4) Tahapan laporan penelitian dengan menemukan implementasi SPIMAKE yang menjadi dasar menyusun laporan penelitian kualitatif etnografi (Windiani & Rahmawati, 2016).

Teknik analisis data yang digunakan adalah model dan proses penelitian menurut Spradley (1994) dengan tahap-tahap analisis, seperti 1) Analisis domain, yaitu analisis terhadap data yang didapatkan dari observasi, wawancara, serta pengamatan deskriptif dpada catatan lapangan; 2) Analisis taksonomi merupakan analisis dari pengamatan dan wawancara yang difokuskan pada fokus yang sudah dipilih sebelumnya. Pengamatan digunakan untuk memperdalam data yang sudah ditemukan. analisis taksonomi adalah analisis keseluruhan data yang diperoleh berdasarkan domain yang ditetapkan; 3) Aalisis komponensial adalah analisis keseluruhan proses untuk mengorganisasikan domain sebagai hal yang kontras dengan data yang didapatkan dari observasi, wawancara, dan dokumentasi; 4) Analisis tema merupakan analisis untuk menemukan keterhubungan atau �benang merah� yang mengintegrasikan domain yang ditentukan.

 

Hasil dan Pembahasan

1.        Analisis Pra Penelitian

Pada tahap ini, peneliti mengurus surat izin penelitian dan pemilihan tempat penelitian. Pra penelitian dilaksanakan dengan mencari data melalui internet tentang GKRM dan mengunjungi langsung. Dari hasil itu, kemudian disusun rancangan observasi pra penelitian untuk memetakan gambaran GKRM. Setelah itu, peneliti menentukan informan, menuliskan yang diperlukan untuk membuat panduan observasi, wawancara, dan hal-hal yang berkenaan dengan sopan-santun ketika penelitian.

2.        Pekerjaan Lapangan

Berdasarkan observasi pra penelitian, dimulailah menghubungi informan dan menjalin komunikasi dengan penuh sopan dengan para informan sebagai persiapan mengumpulkan data. Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi dalam bentuk informasi tertulis dan foto-foto.

3.        Analisis Data

Terdapat empat analisis data, meliputi analisis domain, taksonomi, komponensial, dan tema seperti berikut ini.

a.       Analisis Domain

Tabel 1

Analisis Domain Spiritualitas Manajemen Keuangan di GKRM

Rincian Domain (X)

Hubungan Semantik

Domain (Y)

Memiliki kebijakan keuangan

Jenis

Perilaku taat pada aturan baik aturan pemerintah maupun Gereja yang dibuktikan dengan dokumen-dokumen

Memiliki proses manajemen keuangan

Fungsi

Fungsi manajemen: perencanaan, pengorganisasian, penstafan, pemantauan, pengendalian

Penatayan penuh integritas

Karakter

Perilaku penatalayanan

 

b.      Analisis Taksonomi

Dalam analisis ini ditentukan domain yang dipilih, yaitu langkah SPIMAKE. Kemudian dijabarkan pengimplementasian di lapangan.

 

Tabel 2

Analisis Taksonomi Implementasi Sp�������ritualitas Keuangan di GKRM

No

Langkah SPIMAKE

Implementasi SPIMAKE di GKRM

 

Memiliki kebijakan keuangan

Data Legalitas paroki sebagai Badan Hukum:

Kitab Hukum Kanonik Gereja Katolik (HKH).

Surat Keputusan Pembentukan Paroki Redemptor Mundi Surabaya No. 774/G113/XI/96

Perubahan Anggaran Dasar �Badan Gereja Katolik Paroki Redemptor Mundi di Surabaya� No 10 Tahun 2000.

Pedoman Tatakelola Harta Benda Gereja Keuskupan Surabaya: Paroki dan Pastoran

Alur keuangan Paroki dan Pastoran

Formulir izin pengeluaran dana

Foto-foto sosialisasi dokumen

 

Memiliki proses manajemen keuangan

Perencanaan

Penyusunan rencana anggaran biaya oleh semua organ GKRM

Pengorganisasin

Pengelompokan rekening bank berdasarkankeperluan

Kelompok Semua Pemasukan GKRM

Kelompok Sosial

Kelompok Pembangunan dan Pengembangan Aset

Kelompok Pastoran

Kelompok Perawatan Aset dan Pembayaran Keperluan Rutin

Kelompok Beasiswa

Kelompok Kas Harian Pastoran

 

Lanjutan Tabel 2

Analisis Taksonomi Implementasi Spritualitas Keuangan di GKRM

 

 

Penstafan

Pembentukan staf:

No.

Jenis Staf

Tugas

2.3.1

Bendahara 1

Mengontrol semua pemasukan dan pengeluaran

2.3.2

Bendahara 2

Mengurus pengeluaran pemeliharaan aset, gaji karyawan, beasiswa, dan pengelompokan pendapatan sesuai tujuannya dan menyetor ke buku rekening masing-masing

2.3.3

Pemegang Kas Harian:

Kas Harian Gereja

Kas Harian Pastoran

Memenuhi kebutuhan harian GKRM dan Pastoran

2..3.4

Penanggung Jawab Penghitungan Kolekte

Menghitung kolekte dan menyetorkan ke bank (sebelum covid-19)

2.3.5

Penanggung Jawab Kas Misa Bahasa Inggris dan Kapel Layanan

Mengumpulkan kolekte misa bahasa Inggris dan Kapel Layanan serta menyetorkan sesuai rekening terkait.

Mengajukan proposal dan pertanggungjawabannya untuk pelayanan misa Bahasa Inggris.

2.3.6

Penanggung Jawab Kas Kapel Adorasi

Mengumpulkan kolekte kapel Adorasi dan menyetorkan ke rekening terkait.

Mengajukan proposal dan pertanggungjawabannya untuk kegiatan Kapel Adorasi

 

Pemantauan

Rapat koordinasi sebulan sekali atau insidental. Pada masa cocid-19 rapat melalui zoom.

Setiap pengeluaran harus mendapatkan persetujuan bendahara 1 dan Pastor Kepala, kecuali pengeluaran rutin selama satu tahun hanya diberikan persetujuan sekali pada awal tahun.

Pengendalian

Pengeluaran di bahwa Rp10.000.000,00 disetujui oleh Pastor Kepala GKRM dan pengeluaran di atas 10.000.000,00 harus seizin dan disetuji Bendahara Keuskupan Surabaya

Ketika covid-19 mulai membatasi pertemuan maka dibuka rekening baru yang memudahkan umat menyalurkan dananya kemudian dipilah-pilah oleh Bendahara 2 dan disetorkan ke rekening-rekening terkait.

Laporan setiap sebulan sekali.

 

Penatalayan penuh integritas

Ada SK Pengangkatan

Ada pelantikan

Sikap menyatakan tidak pada penyimpangan: menjaga rahasia keuangan, tanggung jawab bekerja sesuai pedoman dan asa cinta kasih, laporan tepat waktu, berkomitmen tinggi dalam melayani sekalipun tidak menerima bayaran karena hidup menjadi bahagia, terbuka karena semua penanggung jawab memiliki ases untuk melihat keadaan keuangan

Percaya pada penyelenggaraan Tuhan: memenuhi setiap kebutuhan untuk kesejahteraan yang dilayani; mempertimbangkan cara yang mudah bagi organ-oragn terkait dalam pelaporan penggunaan dana sehingga orang semakin mampu bersyukur boleh melayani

 

 

 

 

 

Lanjutan Tabel 2

Analisis Taksonomi Implementasi Spritualitas Manajemen Keuangan di GKRM

 

 

Penstafan

Pembentukan staf:

No.

Jenis Staf

Tugas

2.3.1

Bendahara 1

Mengontrol semua pemasukan dan pengeluaran

2.3.2

Bendahara 2

Mengurus pengeluaran pemeliharaan aset, gaji karyawan, beasiswa, dan pengelompokan pendapatan sesuai tujuannya dan menyetor ke buku rekening masing-masing

2.3.3

Pemegang Kas Harian:

Kas Harian Gereja

Kas Harian Pastoran

Memenuhi kebutuhan harian GKRM dan Pastoran

2..3.4

Penanggung Jawab Penghitungan Kolekte

Menghitung kolekte dan menyetorkan ke bank (sebelum covid-19)

2.3.5

Penanggung Jawab Kas Misa Bahasa Inggris dan Kapel Layanan

Mengumpulkan kolekte misa bahasa Inggris dan Kapel Layanan serta menyetorkan sesuai rekening terkait.

Mengajukan proposal dan pertanggungjawabannya untuk pelayanan misa Bahasa Inggris.

2.3.6

Penanggung Jawab Kas Kapel Adorasi

Mengumpulkan kolekte kapel Adorasi dan menyetorkan ke rekening terkait.

Mengajukan proposal dan pertanggungjawabannya untuk kegiatan Kapel Adorasi

Pemantauan

Rapat koordinasi sebulan sekali atau insidental. Pada masa cocid-19 rapat melalui zoom.

Setiap pengeluaran harus mendapatkan persetujuan bendahara 1 dan Pastor Kepala, kecuali pengeluaran rutin selama satu tahun hanya diberikan persetujuan sekali pada awal tahun.

Pengendalian

Pengeluaran di bahwa Rp10.000.000,00 disetujui oleh Pastor Kepala GKRM dan pengeluaran di atas 10.000.000,00 harus seizin dan disetuji Bendahara Keuskupan Surabaya

Ketika covid-19 mulai membatasi pertemuan maka dibuka rekening baru yang memudahkan umat menyalurkan dananya kemudian dipilah-pilah oleh Bendahara 2 dan disetorkan ke rekening-rekening terkait.

Laporan setiap sebulan sekali.

 

 

Penatalayan penuh integritas

Ada SK Pengangkatan

Ada pelantikan

Sikap menyatakan tidak pada penyimpangan: menjaga rahasia keuangan, tanggung jawab bekerja sesuai pedoman dan asa cinta kasih, laporan tepat waktu, berkomitmen tinggi dalam melayani sekalipun tidak menerima bayaran karena hidup menjadi bahagia, terbuka karena semua penanggung jawab memiliki ases untuk melihat keadaan keuangan

Percaya pada penyelenggaraan Tuhan: memenuhi setiap kebutuhan untuk kesejahteraan yang dilayani; mempertimbangkan cara yang mudah bagi organ-oragn terkait dalam pelaporan penggunaan dana sehingga orang semakin mampu bersyukur boleh melayani

 

c.  Analisis Komponensial

Dalam� analisis kompenensial dilakukan untuk setiap domain dengan mencari apakah pelaksanaannya sesuai jawaban yang ditemukan pada implementasi atau tidak. Dengan demikian ada pendalaman pada jawaban yang dituliskan pada implementasi SPIMAKE di GKRM.

1.      Memiliki Kebijakan Keuangan

GKRM dibentuk sejak tanggal 23 Oktober 1996 dengan Surat Keputusan Uskup, yaitu Mgr. J. Sudiarna Hadiwikarto, Pr, yaitu Surat Keputusan Pembentukan Paroki yang ditetapkan oleh Redemptor Mundi Surabaya No. 774/G113/XI/96. Agar pembentukan itu resmi di hadapan pemerintah maka diuruslah perubahan anggaran dasar dari Yayasan Pengurus Gereja dan Amal Gereja Katolik-Roma �Redemtor Mundi� menjadi �Badan Gereja Karolik Paroki Redemtor Mundi di Surabaya, yang tertuang pada dokumen Perubahan Anggaran Dasar �Badan Gereja Katolik Paroki Redemptor Mundi di Surabaya� No 10 Tahun 2000. Berdasarkan Anggaran Dasar itu untuk mencapai maksud dan tujuannya, GKRM berusaha mengurus harta benda dengan cara memperoleh, memiliki, menjual sesuai peraturan untuk membiayai ibadat, karya pastoral, biaya hidup para petugas Gereja, membantu semua orang tidak mampu (Pasal 5). Dengan demikian GKRM bisa memiliki uang dan mau tidak mau harus mengelola keuangan sesuai dengan maksud dan tujuannya.

Dalam pengelolaan keuangan, GKRM sudah seharusnya mengikuti Pedoman Tatakelola Harta Benda Gereja Keuskupan Surabaya: Paroki dan Pastoran sebab GKRM merupakan paroki atau wilayah gerejawi dari Keuskupan Surabaya. Salah satu dasar untuk menyusun pedoman tersebut adalah KHK kanon 1254-1310 yang merupakan pasal-pasal yang mengatur tentang harta benda. Pedoman dari keuskupan sudah mengatur secara detail tentang pengelolaan keuangan.

GKRM sebagai sebuah Badan Hukum Gerejawi memiliki dokumen keuangan baik dari pemerintah sebanyak satu dokumen dan dari Gereja sendiri sebanyak tiga dokumen. Segala pengelolaan keuangan di GKRM berdasarkan pada pedoman dari Keuskupan tanpa melupakan regulasi pemerintah.

 

2.      Memiliki Proses Manajemen Keuangan

Proses manajemen keuangan mengikuti fungsi manajemen, meliputi perencanaan, pengorganisasian, penstafan, pemantauan, pengendalian. Dalam praktiknya disusun sebuah alur keuangan. Pada akhir bulan November dalam tahun bendahara mengirimkan pesan ke semua organ untuk menyusun usulan rencana anggaran belanja (URAB) tahun berikutnya. URAB disusun berdasarkan evaluasi dan refleksi pelaksanaan program kerja dan sasaran utama yang akan disusun sebagai program kerja pada tahun berikutnya. Dengan demikian setiap organ sudah langsung mengorganisasi dengan memilah-milah berdasarkan urutan prioritasnya. Bendahara sendiri mengadakan pengorganisasian buku rekening bank sesuai peruntukannya dan berdasarkan pedoman serta persetujuan Pastor Kepala GKRM. Pastor Kepala menunjuk para staf berdasarkan rapat pleno Dewan Paroki GKRM dan konsultasi dengan Badan GKRM. Sebagai pemantauan dan pengendalian, GKRM memeliki alur keuangan sebagaimana dapat diperhatikan pada Gambar 1 di bawah ini.

Pengendalian dilaksanakan sesuai dengan pedoman dengan memberikan maksimal pengeluaran yang bisa dikeluarkan dengan persetujuan Pastor Kepala GKRM dan pengeluaran di atasnya dengan persetujuan Keuskupan Surabaya. Jika ada hal yang dikeluarkan terlebih dahulu karena situasi mendesak, misalnya bantuan penanganan pandemi covid-19 maka bendahara membuatkan berita acara pemakaian dana tersebut yang ditandatangani semua penatalayan yang berwenang.

�

Gambar 1: Alur Keuangan Paroki di GKRM

 

3.      Penatalayan Penuh Integritas

Mengatakan tidak untuk penyimpangan pengelolaan keuangan merupakan salah satu indikator integritas penatalayanan GKRM. Dari wawancara dan pengamatan, para penatalayan melaksanakan tugas sesuai dengan uraian tugas dan wewenang. Untuk mendukung integritas maka mereka memutuskan semua transaksi keuangan melalui virtual atau online. Jika panitia tertentu mengajukan proposal maka pencairan dana kegiatan dilaksanakan dengan transfer ke rekening panitia dari bendahara GKRM.

Sesuai dengan semangat percaya kepada penyelenggaraan Tuhan maka GKRM sangat mudah memfasilitasi semua organ terlebih untuk acara peribadatan, bantuan sosial intern dan ekstern. Setiap bulan GKRM mengeluarkan bantuan sosial ke sesama Gereja atas rekomendasi dari Keuskupan, yaitu Gereja yang memerlukan dana ataupun hal lain. GKRM juga memiliki organ pengembangan sosial ekonomi yang bergerak untuk melayani masyarakat umum, misalnya voucher sembako murah, voucher makanan sehat, bantuan sembako rutin ke keluarga-keluarga yang memerlukan, dan lain-lain.� Penyerahan kepada kuasa Tuhan, juga ditunjukkan dengan GKRM melengkapi semua kebutuhan para petugas Gereja. Untuk memudahkan hal itu maka ditunjuk seorang kasir yang bertugas mengeluarkan uang sesuai persetujuan yang diterima. Kasir diberi kas Rp10.000.000,00/bulan. Akan tetapi jika ternyata baru sampai satu atau minggu sudah hampir habis maka kasir bisa mengajukan permohonan lagi agar kasnya diisi.

d.      Analisis Tema

Analisis tema dimaksudkan untuk mendari hubungan di antara domain secara menyeluruh. Semua hal yang berhubungan dengan tema akan terkait dengan implementasi SPIMAKE dan kinerja penatalayan sebagai pelayan yang berintegritas dan percaya pada penyelenggaraan Tuhan.

1.      Penatalayan GKRM yang Berintegritas dan Percaya pada Penyelenggaraan Tuhan dalam Implementasi SPIMAKE

Dengan semangat bahwa penatalayan adalah pelayan dan bukan pemilik menjadi spiritualitasnya maka penatalayan melaksanakan tugasnya dengan bahagia karena semua dilakukan dengan benar dan baik untuk melayani Tuhan.

Penatalayan memiliki peran yang sangat sentral dalam mewujudkan pelaksanaan SPIMAKE dan dengan kesadaran terus-menerus bahwa menyadari bahwa dirinya adalah pelayan maka penatalayan melaksanakan tugas-tugasnya dengan penuh pelayanan dan tanggung jawab. Semakin penatalayan berintegritas dan percaya pada penyelenggaraan Tuhan bisa berdampak dua hal, 1) pelayanan semakin baik dengan mengacu pada pedoman dan fungsi manajemen; 2) pelayanan bisa saja meninggalkan pedoman dan proses pada fungsi manajemen dengan alasan sebagai suatu kasus tertentu sehingga perlu diambil kebijaksanaan.

Pelayanan yang mengikuti pedoman belum tentu menjadi kaku. Hal itu akan bergantung bagaimana cara staf/penatalayan berkomunikasi dan membawakan dirinya ketika berinteraksi dengan sesama atau organ lain di GKRM. Pedoman dan fungsi manajemen akan menjadi fleksibel jika dilakukan dengan rileks dan mengamalkan kasih, yang atinya dilakukan dalam kesadaran bahwa semua pengelolaan keuangan dalam Nama Tuhan atau demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa-jiwa. Kebijaksanaan bisa diambil untuk kasus tertentu yang membahayakan keselamatan jiwa-jiwa, seperti melayani orang sakit parah, masa pandemi yang kritis dan mendesak harus diambil keputusan.

2.      Terbentuknya Kinerja Penatalayan GKRM yang Berintegritas dan Percaya pada Penyelenggaraan Tuhan

Kebiasaan dapat membentuk kinerja penatalayan yang berintegritas dan percaya pada penyelenggaraan Tuhan. Untuk membentuk kinerja penatalayan yang berintegritas dan percaya pada penyelenggaraan Tuhan maka penatalayan sudah semestinya memohon tiga karunia, yaitu 1) karunia spiritual administrasi, yaitu jujur dalam merencanakan, mengatur, dan mengawasi proses yang terlibat dalam pengelolaan pengumpulan, pencatatan dan penyetoran pendapatan, penyerahan formulir pajak yang diperlukan, pembayaran tagihan dan gaji, bantuan dalam persiapan anggaran tahunan, dll; 2) karunia bantuan spiritual, yaitu responsif terhadap apa yang perlu dilakukan administrator, sambil mempertahankan sikap sebagai pelayan, menghormati para pemimpin yang dilayani; 3) karunia pelayanan rohani adalah bekerja di belakang layar, seperti menghitung dan/atau mencatat kolekte, memilah-milah pemasukan di bank sesuai dengan posnya. Kemudian penatalayan mempraktikkan ketiga karunia itu dalam pelayanannya.

Penatalayan keuangan di GKRM telah memupuk semangat doa dan menyadari bahwa seluruh pelayanannya adalah pelayanan untuk Tuhan maka para penatalayan menyadari harus mengerjakan seluruh tugasnya dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan ketiga karunia itu. Memang masih ditemukan sikap sangat praktis, seperti laporan pertanggungjawaban kegiatan yang perlu dilaporkan keuangannya saja karena penatalayan keuangan hanya memerlukan laporan keuangan sehingga laporan tak lebih dari satu lembar. Sikap itu belum mencerminkan proses SPIMAKE sehingga dalam melihat penggunaan keuangan masih sebatas transaksi keluar masuk. Penggunaan keuangan seharusnya dilihat bagaimana uang menunjukkan keampuhannya dalam transaksi sehingga memberikan dampak spiritual, yaitu memberikan makna dari apa yang dilakukan serta keterhubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri dan yang dilayaninya.

 

GKRM sudah mengimplementasikan SPIMAKE, yaitu praktik yang dilakukan sudah menunjukkan kesamaan dengan konsep. Pertama, GKRM memiliki kebijakan keuangan yang sah baik dari segi regulasi pemerintah maupun Gereja. Kedua, GKRM memiliki manajemen keuangan yang baik dari proses perencanaan, pengorganisasian, penstafan, pemantauan, sampai dnegan pengendalian. Ketiga, kinerja penatalayan keuangan di GKRM memiliki integritas denagn ciri melayani berdasarkan pedoman dan menunjukkan penolakan terhadap penyimpangan. Dalam situasi tertentu, oleh karena suatu kasus sehingga diambil kebijakan maka semua itu dilakukan dengan didokumentasikan dan ditandatangani oleh semua penatalayan terkait. Sikap percaya pada penyelenggaraan Tuhan nampak pada cara penatalayan memenuhi seluruh kebutuhan GKRM, pertimbangan memang dilakukan namun dengan melihat pelayanan yang dilakukan oleh organ-organ terkait maka kebutuhan keuangan senantiasa dipenuhi.

Kinerja penatalayan selalu diusahakan penuh integritas dan percaya pada penyelenggaraan Tuhan. Seluruh fungsi manajemen keuangan dilaksanakan dengan baik kecuali dalam kasus tertentu yang sangat mendasar yang berdampak pada keselamatan jiwa-jiwa, misalnya yang sangat situasi yang sangat up to date adalah bantuan untuk umat pada awal terjadinya pandemi covid-19. Itupun setelah proses terjadi tetap dibuatkan berita acara yang ditandatangani oleh semua penatalayan terkait.

Satu hal yang menjadi temuan terpenting adalah penatalayan keuangan bukan kasir yang hanya bertugas mencatat pemasukan dan pengeluaran serta memberikan uang kepada yang meminta setelah mendapatkan persetujuan atau jika sudah sesuai alur keuangan. Penatalayan keuangan juga bukan robot yang melaksanakan tugas sesuai pedoman keuangan saja. Penatalayan keuangan adalah pribadi yang berspiritualitas, pribadi yang selalu belajar melihat pengelolaan dan penggunaan uang sebagai suatu praktik spiritualitas. Uang memberikan dampak yang besar, yang bisa memberikan dampak pada keselamatan jiwa-jiwa, mendorong semua orang untuk menggunakan uang dengan tujuan yang lebih besar dengan ikhlas guna mencapai kemaslahatan umat. Penatalayan keuangan juga merupakan pribadi yang dekat dengan Tuhan, mereka percaya pada penyelenggaraan Tuhan dengan menyadari bahwa uang yang dikelolanya bukanlah miliknya. Uang itu milik Gereja, milik Tuhan. Ketika kesadarannya sampai pada dasar spiritualitas tersebut maka penatalayan menjadi pribadi yang bebas dan mampu melaksanakan tugasnya dengan semestinya sebagai seorang pelayan.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pertama, GKRM sudah mengimplementasikan SPIMAKE dengan ketiga langkah yang terdapat di dalamnya. Kendala yang ada adalah komunikasi dalam proses manajemen yang menyebabkan laporan pertanggungjawaban kegiatan menjadi terlambat. Hal itu diatasi dengan pembuatan laporan yang sederhana dengan harapan laporan menjadi tepat waktu.

Kedua, kinerja penatalayan keuangan di GKRM yang berintegritas dan percaya pada penyelenggaraan Tuhan. Pelayanan dilaksanakan sesuai pedoman dan transparan yang membuktikan bahwa para penatalayan menolak segala penyimpangan. Dalam hal percaya pada penyelenggaraan Tuhan, para penatalayan memenuhi setiap kebutuhan yang diperlukan oleh organ-organ terkait. Yang masih harus dikembangkan adalah sikap penatalayan agar secara reflek/spontan sadar bahwa pengelolaan keuangan yang dilakukan untuk pelayanan dan kemaslahatan umat demi kemuliaan Tuhan bukan hanya sekedar menjadi petugas pemegang keuangan.

 

 

BIBLIOGRAFI

Brody, Stephen C. (2016). Assessing Spirituality in Financial Life Planning. Creighton University.

 

Bullard, Shelly. (2015). . �Why You Don�t Have To Choose Between Money & Spirituality.� Marriage and Family Therapist. Retrieved from www.mindbodygreen.com/0-18428/why-you-dont-have-to-choose-between-money-spirituality.html

 

Chopra, Sumit, Auli, Michael, & Rush, Alexander M. (2016). Abstractive sentence summarization with attentive recurrent neural networks. Proceedings of the 2016 Conference of the North American Chapter of the Association for Computational Linguistics: Human Language Technologies, 93�98.

 

DRAGOTĂ, Aurel. (2018). Suita militară din necropola de la Alba Iulia-Izvorul �mpăratului (sec. X). Revista Transilvania, (8).

 

Eginli, Ariana, Shah, Kena, Watkins, Casey, & Krishnaswamy, Guha. (2017). Stevens-Johnson syndrome and toxic epidermal necrolysis. Annals of Allergy, Asthma & Immunology, 118(2), 143�147.

 

Firman Menne, Muhammad Ali, Abd. Hamid Habbe, Yohanes Rura. (2016). "The Influence of Spiritual Values on Work Motivation, Management Control, and Quality of Financial Information on IFIs in Indonesia. Journal of Modern Accounting and Auditing, November 2016, Vol 12, No. 11 Pp. 537-555, David Publishing.

 

Hamm, Trend. (2018). �Finding Spiritual Meaning in Good Personal Finance Practices�. Majalah Two Cent. Retrieved from //www.thesimpledollar.com/financial-wellness/finding-spiritual-meaning-in-good-personal-finance-practices/

 

Herli, Mohammad. (2019). Are Spiritual Management and Accountability Able to Improve Village Financial Management for the Better? Case in Sumenep Regency, Indonesia. KnE Social Sciences, 399�416.

 

Hertz, Sarah dan Friedman, Hershey H. (2015). �Why Spirituality Belongs in the Finance and Accounting Curricula�. Journal of Accounting and Finance, 15(5).

 

Humairo, Nurul, & Yuliana, Indah. (2020). Mampukah Kecerdasan Spiritual Memoderasi Hubungan Faktor Demografi terhadap Manajemen Keuangan Pribadi Mahasiswa? Jurnal Pendidikan Ekonomi, 13(1), 8�17.

 

Li, Jing, Yakushi, Tanya, Parlati, Francesco, Mackinnon, Andrew L., Perez, Christian, Ma, Yuyong, Carter, Kyle P., Colayco, Sharon, Magnuson, Gavin, & Brown, Brock. (2017). Capzimin is a potent and specific inhibitor of proteasome isopeptidase Rpn11. Nature Chemical Biology, 13(5), 486�493.

 

Peenikaparambil, Jacob. (2019). . �Spirituality of Finance Management.� Matters India: India�s Complete Socioeconomic & Religious News.

Purwaningrat, Putu Atim, Oktarini, Luh Nik, & Saraswathi, Ida Ayu Anggawulan. (2019). Managing Personal Finance: The Role of Spiritual and Financial Knowledge. Warmadewa Management and Business Journal (WMBJ), 1(2), 93�101.

 

Schneider, Dominik, Engelhaupt, Martin, Allen, Kara, Kurniawan, Syahrul, Krashevska, Valentyna, Heinemann, Melanie, Nacke, Heiko, Wijayanti, Marini, Meryandini, Anja, & Corre, Marife D. (2015). Impact of lowland rainforest transformation on diversity and composition of soil prokaryotic communities in Sumatra (Indonesia). Frontiers in Microbiology, 6, 1339.

 

Singh, Smita; Corner, Patricia Doyle; & Pavlovich, Kathryn. (2015). �Spirituality and Entrepreuneurial Failure�. Journal of Management, Spiritality & Religion. Routledge Taylor & Francis Group.

 

Spencer, Maya. (2012). What is spirituality? A personal exploration. Royal College of Psychiatrists.

 

Windiani, Windiani, & Rahmawati, Farida Nurul. (2016). Menggunakan Metode Etnografi Dalam Penelitian Sosial. DIMENSI-Journal of Sociology, 9(2).