Syntax Idea : p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN : 2684-883X�����

Vol. 2, No. 10, Oktober 2020

 


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SUB TEMA TEKS INTERAKSI INTERPERSONAL PADA KELAS 8.1 SMPN 13 BINTAN SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2019/2020

 

Haslinda

SMPN Bintan,Kepulauan Riau,Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstract

This research aims to find out if the Think Talk Write type cooperative learning model can improve the results of learning English sub-theme Text Interpersonal Interaction in grade 8.1 The Think Talk Write type cooperative learning model is one of the models used by teachers to encourage students to increase activities and results in learning because the Think Talk Write model is applied based on three important stages, i.e. think, talk, and write. This research was conducted in SMPN 13 Bintan District North Bintan Regency. The subjects in this study were 8.1 graders of 17 students. Research data for English learning results are obtained through evaluation tests from learning in cycles I and 2. The results showed that by implementing a Cooperative Learning Model type Think Talk Write can improve English learning outcomes in grade 8.1 students. This is indicated by an increase in student grades from the initial condition, cycle I, and cycle II. At the time of initial condition, 7 students completed in KKM or 43.5%, and who had not completed there were 10 students or 56.5%. In cycle I there are 11 completed students in KKM or 65.2%, and the unfinished are 6 students or 34.8%, while in cycle II there are 15 students who are completed in KKM or by 91.3%, and who have not completed in learning there is 1 student or 8.7%. From the analysis of the data can be concluded that the implementation of a cooperative learning model type Think Talk Write can improve the English learning results of grade 8.1 students.

 

Keywords: cooperative learning model; Think Talk Write type; English learning results

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris sub tema Teks Interaksi Interpersonal di kelas 8.1 model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write merupakan salah satu model yang digunakan oleh guru untuk memberi rangsangan siswa agar meningkatkan aktivitas dan hasil dalam belajar karena model Think Talk Write ini diterapkan berdasarkan tiga tahapan penting, yaitu tahap think (berpikir), talk (berdiskusi), dan write (menulis). Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 13 Bintan Kecamatan Bintan Utara Kabupaten Bintan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 8.1 yang berjumlah 17 siswa. Data penelitian untuk hasil belajar Bahasa Inggris diperoleh melalui tes evaluasi dari pembelajaran pada siklus I dan 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris pada siswa kelas 8.1. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai siswa dari kondisi awal, siklus I dan siklus II. Pada saat kondisi awal terdapat 7 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 43,5% dan yang belum tuntas terdapat 10 siswa atau sebesar 56,5%. Pada siklus I terdapat 11 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 65,2%, dan yang belum tuntas terdapat 6 siswa atau sebesar 34,8%, sedangkan pada siklus II terdapat 15 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 91,3%, dan yang belum tuntas dalam belajar terdapat 1 siswa atau sebesar 8,7 %. Dari analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris siswa kelas 8.1.

 

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif; tipe Think Talk Write; hasil belajar bahasa Inggris

 

Pendahuluan

Perkembangan teknologi dan informasi, khususnya yang terjadi di indonesia terjadi sangat dinamis. Perkembangan tersebut tentu saja berdampak pada segala bidang, seperti ekonomi, kesehatan, sosial dan tentunya pada bidang pendidikan. Dalam hal ini, Ahmad D. Marimba mengartikan pendidikan sebagai bimbingan yang dilakukan secara sadar oleh pendidik kepada peserta didik yang bertujuan untuk membentuk kepribadian secara jasmani dan rohani. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan dapat dicapai jika proses pembelajaran dilakukan secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan yang optimal (Cholik, 2017).

Pendidikan merupakan harapan dan citacita luhur bagi para pemimpin bangsa ini khususnya untuk orang tua. Selain itu pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan seseorang terlebih untuk menghadapi persaingan dan kompetisi global yang semakin tinggi memaksa setiap individu untuk lebih cerdas dalam menyikapi hal tersebut guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Atas dasar itulah, maka seseorang dituntut untuk meningkatkan kualitas hidupnya melalui pendidikan agar dapat bersaing dan berkompetensi secara global (Mukson, 2017).

Pendidikan sebagai proses belajar mengajar merupakan suatu hal yang paling actual, menarik dan yang paling hangat dibicarakan sepanjang zaman bahkan sampai sekarang Pendidikan sendiri merupakan suatu proses yang memerlukan perhatian banyak orang, tidak hanya guru sebagai pendidik bahkan peran orang tua, serta peserta didik perlu diperhatikan oleh berbagai pihak guna meningkatkan kehidupan yang semakin maju ini (Khoriah, 2020).

Pendidikan memegang peran penting dalam membentuk karakter suatu bangsa. Kemajuan pendidikan di suatu Negara selalu berkorelasi positif terhadap kemajuan peradaban bangsa tersebut. Melalui kegiatan pembelajaran di sekolah, diharapkan tercipta kesempatan yang luas bagi setiap individu untuk mengembangkan dirinya secara optimal, sesuai potensi yang dimiliki dan sesuai pula dengan situasi lingkungan yang tersedia sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan nasional (Wahab, 2017).

Dalam paradigma pembelajaran tradisional, proses belajar mengajar biasanya berlangsung di dalam kelas dengan kehadiran guru di dalam kelas dan pengaturan jadwal yang kaku di mana proses belajar mengajar hanya bisa berlaku pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan. Peran guru sangat dominan dan bertanggung jawab atas efektivitas proses belajar mengajar dan guru juga menjadi sumber belajar yang dominan (Sudjana & Rivai, 2010).

Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan pengirim kepada penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat peserta didik untuk belajar (Tafonao, 2018).

Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah maupun di luar sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan dari guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Dari segi guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang suatu hal. Proses belajar tersebut dapat diamati secara tidak langsung. Jadi yang dimaksud proses belajar tersebut merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh guru (Muyaroah & Fajartia, 2017).

Pengetahuan baru yang siswa peroleh dari proses belajar. Belajar tersebut dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, baik itu sejak dini dalam keluarga dan di sekolah. Proses belajar atau pembelajaran di sekolah terjadi interaksi antara guru dan siswa. Guru memegang peranan yang penting, antara lain guru berperan sebagai sumber belajar (teacher centered). Peran guru sebagai sumber belajar dalam menyampaikan materi pelajaran diduga kurang inovatif. Oleh karena itu, hal tersebut bisa m engakibatkan pem belajaran yang konvensional (Gasong, 2018).

Upaya untuk mengatasi permasalahan pembelajaran yang konvensional, dapat menggunakan model-model pem belajaran yang inovatif. Menurut Kamus Besar Bahasa Inggris Sub Teks Interaksi Interpersonal (offline) kata �inovasif� yang bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru; bersifat pembaruan (kreasi baru). Jadi, pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang menggunakan metode atau model baru yang ditemukan sendiri atau dari sumber-sumber lain yang diterapkan sedemikian rupa agar tercipta pem belajaran yang kondusif dan berpusat pada siswa. Diharapkan melalui pembelajaran inovatif ini dapat meningkatkan kualitas siswa.

Kualitas siswa yang dihasilkan menunjukkan berhasil tidaknya proses pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran siswa dapat dilihat dari hasil belajar. Hasil belajar terbagi menjadi tiga aspek yaitu, kognitif, afektif dan psikomotor. Ada dua faktor yang menyebabkan hasil belajar yaitu, faktor intern (dari diri sendiri) dan faktor ekstern (dari luar atau lingkungan) (Parendrarti, 2009).

Strategi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai pola kegiatan pembelajaran yang dipilih dan digunakan guru secara kontekstual, sesuai dengan karakteristik siswa, kondisi sekolah, lingkungan sekitar serta tujuan khusus pembelajaran yang dirumuskan (Anitah, 2007).

Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan (Sudrajat, 2008).

Permasalahan yang ada di kelas 8.1 SMPN 13 Bintan Kecamatan Bintan Utara Kabupaten Bintan yaitu hasil belajar belajar Bahasa Inggris Sub Teks Interaksi Interpersonal yang rendah khususnya dalam keterampilan menulis yaitu materi meringkas isi buku dengan memperhatikan beberapa mejaan. Hasil belajar Bahasa Inggris Sub Teks Interaksi Interpersonal yang rendah dapat dilihat dari hasil ulangan harian yang terdapat nilai < 70 karena nilai 70 merupakan batas tuntas utau KKM. Dari 17 siswa diketahui hanya 7 siswa yang memperoleh nilai t 70, sedangkan siswa yang memperoleh nilai < 70 atau belum tuntas sejumlah 10 siswa. Data tersebut menunjukkan bahwa yang mencapai KKM adalah 43,48%, sedangkan yang belum dapat mencapai KKM adalah 56,52%.

Dilihat dari jumlah persentase siswa yang belum tuntas di atas, peneliti menduga masalah tersebut dikarenakan dari faktor kognitif siswa, lingkungan belajar siswa berupa dorongan atau motivasi orang tua kepada anak, atau mungkin cara mengajar guru yang konvensional, dan kurangnya interaksi antar individu dalam kelompok belajar. Adapun dugaan masalah yang lainnya seperti pandangan siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris Sub Teks Interaksi Interpersonal yang mudah atau menyepelekan karena Bahasa Inggris Sub Teks Interaksi Interpersonal merupakan bahasa pengantar sehari-hari untuk perkenalan. Oleh karena itu, agar hasil belajar Bahasa Inggris Sub Teks Interaksi Interpersonal dapat meningkat, maka seorang guru dituntut menguasai dan menerapkan beberapa model pembelajaran yang ada sehingga pem belajarannya dapat bervariasi dan berpusat pada siswa.

Salah satu model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write dapat dinilai mampu meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris Sub Teks Interaksi Interpersonal karena model pembelajaran tersebut menekankan dalam tiga tahapan penting, antara lain tahap berpikir, tahap berbicara, dan tahap menulis yang cocok digunakan pada keterampilan menulis.

Berdasarkan dugaan masalah yang telah dijabarkan pada paragraf-paragraf sebelum nya, peneliti tertarik mengadakan penelitian yang berjudul �Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Inggris Sub Teks Interaksi Interpersonal di Kelas 8.1 SMPN 13 Bintan Kecamatan Bintan Utara Kota Kabupaten Bintan Semester Ganjil Tahun Ajaran 2019/2020�. Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar melalui model pembelajaran Think Talk Write siswa kelas 8.1 SMPN 13 Bintan pada mata pelajaran Bahasa Inggris Sub Teks Interaksi Interpersonal.

 

Metode Penelilitian

1.    Setting dan Katarestik Subyek Penelitian

Peneliti melaksanakan penelitian ini di SMPN 13 Bintan Kecamatan Bintan Utara Kabupaten Bintan pada siswa kelas 8.1. Peneliti menggunakan waktu penelitian pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020 mulai dari bulan September sampai bulan Desember.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 8.1 SMPN 13 Bintan. Jumlah siswa kelas 8.1 adalah 17 siswa. Semua siswa tersebut tergolong normal tidak ada siswa yang mengalami gangguan ABK. Namun demikian, walaupun semua anak dibilang normal atau mampu menerima pelajaran dengan baik, tetapi ada salah satu siswa yang bandel, sulit diatur oleh guru sehingga siswa tersebut sering mendapat nilai yang rendah karena selalu tidak memperhatikan pelajaran. Pekerjaan orang tua siswa sebagian besar berprofesi sebagai petani sehingga orang tua siswa kurang memperhatikan anaknya dalam belajar. Hal ini dikarenakan latar belakang pendidikan orang tua yang rendah.

 

2.    Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK ini bersifat kolaboratif. PTK kolaboratif yaitu kerja sama antara peneliti dengan guru kelas. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SMPN 13 Bintan Kecamatan Bintan Utara Kabupaten Bintan. Tahapan awal peneliti menyiapkan materi, menyusun RPP, menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengajar, kemudian guru kelas yang mengajarkan pada saat pelaksanaan penelitian. Untuk observer dapat dilakukan oleh guru yang lain yang setara jabatannya.

Desain penelitian yang dipergunakan berbentuk siklus yang mengacu pada model kemmis dan Mc Taggart. Siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali, tetapi beberapa kali hingga tercapai tujuan yang diharapkan. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki.

Desain penelitian model Kemmis dan Mc Taggart terdiri dari tiga tahapan rencana tindakan, antara lain: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting).

 

3.    Variabel Penelitian

Sebelum menentukan penelitian, terlebih dahulu peneliti harus menentukan variabel yang akan diteliti. Menurut Sugiono (2010: 60) variabel merupakanSegala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan�. Variabel penelitian berfungsi untuk pembeda dalam hubungan antar variabel yang satu dengan yang lainnya.

 

4.    Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data merupakan bagian yang sangat penting dalam setiap bentuk penilaian. Kesalahan dalam pengumpulan data akan sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Maka data yang diharapkan dalam setiap penelitian adalah data yang benar dan dapat dipercaya. Sesuai dengan pendekatan tindakan kelas dan sumber data maka teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini meliputi: tes, observasi, dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan hasil belajar Bahasa Inggris adalah: tes dan lembar observasi atau pengamatan.

 

5.    Validitas dan Reliabilitas

Sebelum soal diberikan kepada siswa, maka untuk menguji valid dan tidaknya suatu item maka menggunakan validitas instrumen berkaitan dengan sejauh mana suatu instrumen sesuai atau tepat untuk mengukur tujuan. Untuk menetukan suatu item tertentu valid atau tidak digunakan pedoman dari Priyatno. Menurut Priyatno (2010: 95) menyatakan suatu item instrumen penelitian dianggap valid jika pada output Item-Total Statistics pada kolom Corrected Item-Total Correlation nilainya ~ nilai r tabel. r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dan jumlah data (n) = 21, maka didapat r tabel sebesar 0,433. Validitas dihitung dengan menggunakan penghitungan SPSS 17. 0 for Windows.

Reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keajegan instrumen dari variabel yang hendak diukur. Pengukuran realibilitas instrumen dalam penelitian ini dengan menggunakan Sekaran dalam Priyatno (2010: 98) sebagai berikut:

 

D < 0,6������ ��: kurang baik

0,6 < D ~ 0,8 : dapat diterima

D > 0,8������ ��: baik

6.    Taraf Kesukaran

Untuk memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas dan reabilitas juga harus memperhatikan keseimbangan dari tingkat kesukaran soal tersebut. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesangggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab soal, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar.

 

7.    Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dinyatakan dapat berhasil apabila dapat meningkatkan skor kriteria hasil belajar siswa sebanyak 90% dari jumlah keseluruhan siswa kelas 8.1 dengan mencapai nilai t 70.

 

8.    Teknik Analisis Data

Jenis data yang peneliti peroleh dari penelitian tindakan kelas ini adalah data kuantitatif yang berupa skor hasil belajar siswa dari kegiatan pembelajaran pada siklus I dan 2. Data tersebut diolah dan dianalisis menggunakan r product moment. Untuk memperoleh signifikasi tindakan yang dilakukan terhadap hasil belajar dengan bantuan program SPSS versi 17.0 for Windows.

 

Hasil dan Pembahasan

A.       Hasil

1.    Pelaksanaan Tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan ini dipaparkan beberapa deskripsi tindakan pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Adapun setiap pelaksanaan tindakan terdiri dari beberapa tahap, antara lain: perencanaan, tindakan dan observasi, hasil observasi, dan refleksi di akhir.

1)      Deskripsi Kondisi Awal

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 8.1 SMPN 13 Bintan semester 1 tahun ajaran 2019/2020 yang berjumlah 17 siswa pada pembelajaran Bahasa Inggris, terlihat bahwa kompetensi siswa masih rendah. Hal ini bisa terlihat dari nilai hasil ulangan harian siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris yang telah dilakukan, ternyata masih terdapat 10 siswa yang memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 70) dengan persentase 56,52%, sedangkan siswa yang tuntas sebanyak 7 siswa dengan persentase 43,48%.

Dilihat dari jumlah persentase siswa yang belum tuntas, peneliti menduga masalah tersebut dikarenakan dari faktor kognitif siswa, lingkungan belajar siswa berupa dorongan atau motivasi orang tua kepada anak, atau mungkin cara mengajar guru yang konvensional, dan kurangnya interaksi antar individu dalam kelompok belajar. Adapun hal lainnya seperti pandangan siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris yang mudah atau menyepelekan karena Bahasa Inggris merupakan bahasa pengantar sehari-hari.

Dugaan masalah-masalah tersebut yang menyebabkan terjadinya hasil belajar siswa yang rendah dapat diatasi dengan cara menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif salah satunya model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write.

 

2)      Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

����������������������� Pelaksanaan siklus I terdapat 3 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut:

a.    Perencanaan

b.    Tindakan dan observasi

c.    Hasil observasi

d.    Refleksi

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I dari pertemuan pertama dan pertemuan kedua maka selanjutnya diadakan refleksi dalam bentuk diskusi mengenai segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Diskusi tersebut berisi tentang evaluasi bagaimana pembelajaran Bahasa Inggris melalui model Think Talk Write bagi guru kelas, observer, dan siswa. Hasil dari diskusi tersebut didapatkan bahwa guru kelas dengan menerapkan model pembelajaran Think Talk Write kegiatan pembelajaran menggambarkan pembelajaran siswa aktif, dan bisa dikatakan aktivitas belajar siswa disini meningkat pada strategi pembelajaran guru menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi memberikan kesempatan siswa mengungkapkan pendapatnya, pada manajemen kelas guru melaksanakan tata tertib kelas, mengelola waktu pembelajaran, pada penilaian guru melakukan penilaian pada tes evaluasi siklus I, dan memberikan pujian. Walaupun demikian masih ada kekurangan guru yang perlu diperbaiki misalnya ketika guru memberikan bimbingan pada siswa, dan menejemen waktu.

 

3)      Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Pelaksanaan siklus II terdapat 3 kali pertemuan, manakala pertemuan ketiga digunakan untuk tes evaluasi siklus II dengan rincian sebagai berikut:

a.    Perencanaan

b.    Tindakan dan observasi

c.    Hasil observasi

d.    Refleksi

Dari diskusi ini didapatkan bahwa guru kelas dengan menerapkan model pembelajaran Think Talk Write kegiatan pembelajaran menggambarkan pembelajaran yang melibatkan semua siswa aktif, dan bisa dikatakan aktivitas belajar siswa disini meningkat pada strategi pembelajaran guru menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi memberikan kesempatan siswa mengungkapkan pendapatnya mengelola waktu pembelajaran, pada penilaian guru melakukan penilaian pada tes evaluasi siklus II, dan memberikan pujian serta hadiah. Walau demikian masih ditemukan kekurangan guru yaitu mengenai menejeman waktu yang belum sempurna.

 

4)      Analisis Komparatif

Hasil belajar pada kondisi awal dilihat dari hasil ulangan Bahasa Inggris yang dijabarkan dalam tabel di bawah ini

 

Tabel Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal

No

Rentang Nilai

Banyak Siswa

1.

50 � 59

4

2.

60 � 69

9

3.

70 � 79

10

4.

80 � 89

-

Jumlah Siswa

23

 

Dari tabel di atas dapat dilihat hasil ulangan harian Bahasa Inggris khususnya tentang meringkas cerita anak siswa yang belum tuntas sejumlah 10 siswa, sedangkan siswa yang sudah tuntas (KKM = 70) sejumlah 7 siswa yang dapat diuraikan jumlah siswa yang mendapat nilai antara 50-59 sejumlah 2 siswa, nilai antara 60-69 sejumlah 6 siswa, nilai antara 70-79 sejumlah 7 siswa, dan nilai antara 80-89 tidak ada. Jumlah keseluruhan siswa 17 dengan nilai tertinggi 76 dan nilai terendah 49. Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel dapat dilihat pada diagram berikut:

 

������ Diagram Hasil Belajar Bahasa Indonedia pada Kondisi Awal

 

Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pada kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Untuk mengukur keberhasilan penerapan menggunakan model Think Talk Write dalam kegiatan pembelajaran menggunakan lembar observasi yang diambil dari lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas belajar siswa.

Pada siklus I dan siklus II aktivitas guru dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Talk Write diamati oleh observer. Perbandingan hasil penelitian observer dengan lembar observasi aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran dalam siklus I dan siklus II tersaji pada tabel di bawah ini:

 

Tabel Perbandingan Lembar Observasi Aktivitas Guru

s

Rata‑Rata

Hasil Penelitian

Jumlah Skor

Persentase

Kategori

1.

Siklus I

42

63,64%

Baik

2.

Siklus II

57

86,36%

Baik Sekali

 

Berdasarkan tabel perbandingan lembar observasi aktivitas guru pada siklus I memperoleh skor 42 dari jumlah skor pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 dari 33 poin kegiatan di tiap pertemuan dengan persentase 63,64% dikatakan baik, sedangkan pada siklus II memperoleh skor 57 dari jumlah skor pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 dari 33 poin kegiatan di tiap pertemuan dengan persentase 86,36% dikatakan sangat baik.

Selain pembelajaran yang dilakukan oleh guru, aktivitas belajar siswa juga dinilai oleh observer dengan lembar observasi yang sudah ditetapkan. Perbandingan hasil penelitian aktivitas belajar siswa selama mengikuti pembelajaran tersaji pada tabel di bawah ini:

 

Tabel Perbandingan Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

No.

Rata‑Rata

Hasil Penelitian

Jumlah Skor

Persentase

Kategori

1.

Siklus I

37

61,67%

Baik

2.

Siklus II

49

81,67%

Baik Sekali

 

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa selama mengikuti model pembelajaran Think Talk Write pada siklus I memperoleh skor 37 dari jumlah skor pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 dari 30 poin kegiatan di tiap pertemuan dengan persentase 61,67% dikatakan baik, sedangkan siklus II mendapatkan skor 49 dari jumlah skor pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 dari 30 poin kegiatan di tiap pertemuan dengan nilai persentase 81,67% dikatakan baik sekali. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat lebih jelasnya pada diagram.

Diagram Perbandingan Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

pada Siklus I dan Siklus II

 

Berhasil atau tidaknya model pembelajaran Think Talk Write dapat dilihat dari hasil belajar Bahasa Inggris. Hasil belajar diperoleh dari hasil tes evaluasi siswa dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Hasil tes evaluasi siswa pra siklus diperoleh dari data hasil ulangan Bahasa Inggris. Perbandingan hasil belajar siswa selama tersaji pada tabel di bawah ini:

Tabel Perbandingan Nilai Hasil Belajar Bahasa Inggris\

Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

No.

Ketuntasan

Belajar

Nilai

(X)

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

Jumlah

%

Jumlah

%

Jumlah

%

1.

Belum

Tuntas

< 70

10

57

6

35

2

9

2.

Tuntas

t70

7

43

11

65

15

91

Jumlah

17

100

17

100

17

100

Nilai Tertinggi

76

95

100

Nilai Terendah

49

50

60

 

Dari tabel perbandingan nilai hasil belajar Bahasa Inggris kondisi awal, siklus I, dan siklus II pada tabel dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran Bahasa Inggris terbukti untuk klasifikasi tuntas, sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 7 siswa, pada siklus I ada 11 siswa dan 15 siswa pada siklus II. Pada klasifikasi tidak tuntas, sebelum diadakan tindakan terdapat 10 siswa yang belum tuntas pada mata pelajaran Bahasa Inggris, setelah siklus I, siswa yang tuntas dalam pelajaran Bahasa Inggris ada 6 siswa dan siklus II sebanyak 15 siswa mengalami ketuntasan belajar, dalam arti hanya ada 2 siswa yang tidak tuntas. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat lebih jelasnya pada diagram berikut:

������������������������������������������������

Description: Description: _Pic58

Diagram Perbandingan Nilai Hasil Belajar Bahasa Inggris

pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

 

B.       Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write pada mata pelajaran Bahasa Inggris kelas 8.1 di SMPN 13 Bintan Kecamatan Bintan Utara Kabupaten Bintan tentang Teks Interaksi Interpersonal, terjadi peningkatan hasil belajar bahasa I ndonesia yang diperoleh siswa dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Hal ini dapat dilihat pada kondisi awal nilai ulangan Bahasa Inggris yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM = 70) sejumlah 7 siswa atau 57% sedangkan siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sejumlah 10 siswa atau 43%. Nilai tertinggi yang berhasil didapatkan oleh siswa pra siklus pada kondisi awal adalah 76 sedangkan nilai terendahnya adalah 49. Pada siklus I perolehan nilai siswa yang mencapai KKM sejumlah 11 siswa atau 65% dan yang belum mencapai KKM sejumlah 6 siswa atau 35%, dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendahnya adalah 50.

Ketuntasan pada siklus I masih belum optimal, beberapa kekurangan dalam Penelitian Tindakan Kelas siklus I ini antara lain dalam penyampaian pembelajaran guru terlalu cepat, sehingga siswa kurang mengerti apa yang harus dipahami ketika pembelajaran. Selain itu pemberian kesimpulan pada akhir pembelajaran belum optimal, kemudian kurang tepatnya manajemen waktu. Belum semua siswa terlibat aktif dalam kelompok. Hal tersebut dilihat dari hasil lembar observasi aktivitas guru dan belajar siswa oleh observer. Pada siklus I ini, persentase dari hasil observasi aktivitas guru adalah 63,64%, sedangkan persentase dari hasil observasi belajar siswa adalah 61,67%.

Penelitian perbaikan hasil belajar siswa pada siklus II ini difokuskan pada kekurangan siklus I. Selama pembelajaran siswa tampak beraktifitas positif karena siswa diajak secara langsung mengamati objek berupa bengkel dan toko onderdil di sekitar lingkungan sekolah. Dengan pengamatan secara langsung akan memudahkan siswa dalam menyusun laporan pengamatan yang menjadi KD dalam pembelajaran siklus II. Dengan hal tersebut aktivitas belajar siswa menjadi lebih meningkat dibandingkan pada siklus I. Selain itu, dalam menyampaikan tujuan pembelajaran guru sudah sesuai. Pemberian kesimpulan pada akhir pembelajaran sudah dilakukan bersama-sama siswa, walaupun ada satu siswa yang tidak memperhatikan. Manajemen waktunya sudah cukup sesuai yang diharapkan. Hal tersebut dilihat dari hasil observasi aktivitas guru yang mengalami peningkatan dari 63,64% menjadi 83,36%. Hasil dari observasi aktivitas belajar siswa juga mengalami peningkatan dari 61,67% menjadi 81,67%.

Melalui penelitian perbaikan yang dilakukan pada siklus II. Hasil belajar yang semula pada siklus I adalah 65,22% meningkat menjadi 91,30%. Penelitian ini dinyatakan berhasil karena telah mencapai 90% dari keseluruhan siswa kelas 8.1 dengan mencapai nilai t 70. Dengan demikian, pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write terbukti secara signifikan dapat meningkatakan hasil belajar Bahasa Inggris.

 

Kesimpulan

Berdasarkan pem bahasa hasil analisis data dalam penelitian yang dilakukan pada siswa kelas 8.1 SMPN 13 Bintan Kecamatan Bintan Utara Kabupaten Bintan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris khususnya tentang materi �Introduce My Self�. Penelitian ini melalui tiga tahapan dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran Think Talk Write. Pada materi sub tema Introduce My Self, siswa dibagikan masing-masing satu buku untuk dibaca dan belajar untuk mengenalkan diri sendiri kepada orang lain, kegiatan speaking ini merupakan tahapan awal dalam model Think Talk Write ini. Setelah itu siswa dalam kegiatan berkelompok saling sharing mengenai hal yang didapat pada tahap sebelumnya. Pada tahap terakhir (write) siswa menuliskan hasilnya secara individu.

Kesimpulan ini terdapat pada kondisi awal siswa yang dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal sejumlah 7 siswa atau 43,48% sedangkan siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sejumlah 10 siswa atau 56,52% dengan nilai rata-rata 65,5. Pada siklus I siswa yang mencapai KKM sejumlah 15 siswa 65,2% dan yang belum mencapai KKM sejumlah 6 siswa atau 34,8% dengan nilai rata-rata 75. Pada siklus II siswa yang mencapai KKM sejumlah 15 siswa atau 91,3% dan yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar sejumlah 2 siswa atau 8,7% dengan nilai rata-rata 85. Selain itu, terdapat peningkatan proses pembelajaran pada akitivitas guru dan aktivitas siswa. Pada siklus I aktivitas guru persentase hasil observasinya adalah 63,64% dan aktivitas belajar siswa persentase hasil observasinya adalah 61,67%. Sedangkan pada siklus II aktivitas guru persentase hasil observasinya adalah 83,36% dan aktivitas belajar siswa persentase hasil observasinya adalah 81,67%.

 

BIBILIOGRAFI

 

Anitah, S. (2007). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

 

Cholik, C. A. (2017). Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Untuk Meningkatkan Pendidikan Di Indonesia. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(6), 21�30.

 

Gasong, D. (2018). Belajar dan pembelajaran. Deepublish.

 

Khoriah, A. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas X TKR SMK Islamic Centre Cirebon. Jurnal Syntax Transformation, 1(1), 1�5.

 

Mukson, M. (2017). Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhadi Stiabudi Brebes Tahun 2017. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(7), 116�129.

 

Muyaroah, S., & Fajartia, M. (2017). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Android dengan menggunakan Aplikasi Adobe Flash CS 6 pada Mata Pelajaran Biologi. Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology, 6(2), 22�26.

 

Parendrarti, R. (2009). Aplikasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams-Games-Tournament) Dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009. Universitas Muhammadiyah Surakarta Perpustakaan.

 

Sudjana, N., & Rivai, A. (2010). Media pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

 

Sudrajat, A. (2008). Pengertian pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, dan model pembelajaran. Online)(Http://Smacepiring. Wordpress. Com).

 

Tafonao, T. (2018). Peranan media pembelajaran dalam meningkatkan minat belajar mahasiswa. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 2(2), 103�114.

 

Wahab, A. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Type Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Gambar Konstruksi Bangunan Tentang Gambar Denah Di Kelas XI BB SMK Negeri 2 Bogor Semester III Tahun Pelajaran 2014/2015. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(1), 16�28.