Syntax Idea : p�ISSN: 2684-6853� e-ISSN : 2684-883X�����
Vol. 2, No. 10, Oktober 2020
PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MATERI MENYUSUN NERACA LAJUR
Sustiningtyas
SMKN 2 Purwakarta Jawa Barat, Indonesia
Email: [email protected]
Abstract
The purpose of this
research is to increase the motivation of learning in grade XII AK 1 SMKN.2
Purwakarta in compiling the balance sheet of manufacturing companies through
the implementation of jigsaw learning. This research was conducted in the context
of class action research and is intended to improve the accounting learning
process. This research is based on the circumstances that occur in the field.
The study subjects were grade XII AK1 SMKN.2 Purwakarta students as many as 35
students. Research data is obtained using motivational instruments and
observation sheets of students' learning activities, by presenting data on what
happens in the classroom during the learning process. The actions given to the
research subjects were in the form of jigsaw learning models using two cycles.
Each cycle consists of two meetings, each consisting of two times forty-five
minutes. The research stage includes the action planning stage, implementation,
observation of actions, and the reflection stage. Jigsaw learning systems
include group formation, group material sharing, expert group discussions, peer
teaching group discussions, presentation of discussion results, conclusions,
and reflections. The results showed that: Jigsaw learning can increase the
learning motivation of grade XII AK1 SMKN.2 Purwakarta
students, proven by the results of motivational assessment scores increased
from cycle I to cycle II. Besides, this learning can increase student learning
activity measured from student involvement in group discussions increased from
cycle I to cycle II. It is recommended to teachers to use jigsaw learning
models to improve learning motivation and student activity, especially to
teachers who have student characteristics and similar materials.�
Keywords: jigsaw learning model; student learning motivation; lane balance sheet
Abstrak
Tujuan penelitian
ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas XII AK 1 SMKN.2
Purwakarta dalam menyusun neraca lajur perusahaan manufaktur melalui
pelaksanaan pembelajaran jigsaw. Penelitian
ini dilakukan dalam konteks penelitian tindakan kelas dan dimaksudkan untuk
memperbaiki proses pembelajaran Akuntansi. Penelitian ini berdasarkan keadaan
yang terjadi di lapangan. Subyek penelitian adalah siswa kelas XII AK1� SMKN.2 Purwakarta� sebanyak 35 siswa. Data penelitian diperoleh
dengan menggunakan instrumen motivasi dan lembar pengamatan aktivitas belajar
siswa, dengan memaparkan data apa adanya yang terjadi di kelas pada saat proses
pembelajaran. Tindakan yang diberikan pada subyek penelitian berupa model
pembelajaran jigsaw dengan menggunakan dua siklus. Setiap siklus terdiri atas
dua kali pertemuan, masing-masing terdiri atas dua kali empat puluh lima menit.
Tahap penelitian meliputi tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi
tindakan, dan tahap refleksi. Sintak pembelajaran jigsaw meliputi pembentukan
kelompok, pembagian materi kelompok, diskusi kelompok ahli, diskusi kelompok
pengajaran teman sebaya, presentasi hasil diskusi, kesimpulan dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pembelajaran jigsaw dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XII AK1 SMKN.2 Purwakarta, terbukti
dengan hasil skor� penilaian motivasi
meningkat dari siklus I ke siklus II. Disamping itu pembelajaran ini ternyata dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa diukur dari keterlibatan siswa dalam
diskusi kelompok meningkat dari siklus I ke siklus II. Disarankan kepada guru
agar menggunakan model pembelajaran jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar
dan keaktifan siswa, khususnya kepada guru yang memiliki karakteristik siswa
dan materi sejenis.
Kata kunci:
model pembelajaran
jigsaw; motivasi
belajar siswa;
neraca lajur
Pendahuluan
Perkembangan
teknologi daninformasi, khususnya yang terjadi di indonesia terjadi sangat
dinamis. Perkembangan tersebut tentu saja berdampak pada segala bidang, seperti
ekonomi, kesehatan, sosial dan tentunya pada bidang pendidikan. Dalam hal ini,
Ahmad D. Marimba mengartikan pendidikan sebagai bimbingan yang dilakukan secara
sadar oleh pendidik kepada peserta didik yang bertujuan untuk membentuk
kepribadian secara jasmani dan rohani. Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa tujuan pendidikan dapat dicapai jika proses pembelajaran dilakukan secara
efektif dan efisien guna mencapai tujuan yang optimal (Cholik, 2017).
Pendidikan
merupakan harapan dan cita� cita luhur
bagi para pemimpin bangsa ini khususnya untuk orang tua. Selain itu pendidikan
merupakan hal yang penting dalam kehidupan seseorang terlebih untuk menghadapi
persaingan dan kompetisi global yang semakin tinggi memaksa setiap individu
untuk lebih cerdas dalam menyikapi hal tersebut guna memenuhi kebutuhan
hidupnya. Atas dasar itulah, maka seseorang dituntut untuk meningkatkan
kualitas hidupnya melalui pendidikan agar dapat bersaing dan berkompetensi
secara global (Mukson, 2017).
Pendidikan
sebagai proses belajar mengajar merupakan suatu hal yang paling actual, menarik
dan yang paling hangat dibicarakan sepanjang zaman bahkan sampai sekarang
Pendidikan sendiri merupakan suatu proses yang memerlukan perhatian banyak
orang, tidak hanya guru sebagai pendidik bahkan peran orang tua, serta peserta
didik perlu diperhatikan oleh berbagai pihak guna meningkatkan kehidupan yang
semakin maju ini (Khoriah, 2020).
Pendidikan
memegang peran penting dalam membentuk karakter suatu bangsa. Kemajuan
pendidikan di suatu Negara selalu berkorelasi positif terhadap kemajuan
peradaban bangsa tersebut. Melalui kegiatan pembelajaran di sekolah, diharapkan
tercipta kesempatan yang luas bagi setiap individu untuk mengembangkan dirinya
secara optimal, sesuai potensi yang dimiliki dan sesuai pula dengan situasi
lingkungan yang tersedia sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan nasional (Wahab, 2017).
Dalam paradigma pembelajaran tradisional, proses
belajar mengajar biasanya berlangsung di dalam kelas dengan kehadiran guru di
dalam kelas dan pengaturan jadwal yang kaku di mana proses belajar mengajar
hanya bisa berlaku pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan. Peran guru
sangat dominan dan bertanggung jawab atas efektivitas proses belajar mengajar
dan guru juga menjadi sumber belajar yang dominan (Sudjana & Rivai, 2010).
Kemampuan
untuk memecahkan masalah dalam konteks pembelajaran dilakukan untuk
mengembangkan dan mempertajam pengetahuan, pemahaman dan kemampuan. Siswa perlu
dilatih untuk terlibat dengan masalah yang komplek dan autentik dan mendorong
mereka menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk menciptakan jalan yang
kreatif dan inovatif dan mendorong pemahaman yang lebih dalam. Saat ini, berbagai
bidang pekerjaan mengidentifikasi kemampuan problem solvingbagi pekerjanya
dalam bekerja dan berorganisasi karena kemampuan ini menentukan kemajuan suatu
bidang usaha (Kurnia, Masykuri, & Sarwanto, 2015).
Media
pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan pengirim kepada penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan minat peserta didik untuk belajar (Tafonao, 2018).
Pada umumnya proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Sehingga
menyebabkan interaksi di kelas masih kurang
optimal karena siswa kurang aktif dalam
mengikuti pembelajaran di dalam kelas (Khoriah, 2020).
Berdasarkan
hasil pengamatan lapangan (observasi) terhadap siswa�� kelas XII AK1 �SMKN.2 Purwakarta �diperoleh data bahwa
proses pembelajaran� tidak sesuai dengan
harapan. Ketika guru menerangkan materi pelajaran� siswa gaduh dengan tanpa sebab, dua puluh
lima persen di antara mereka asyik dengan membaca buku paket, berbicara dengan
teman sebangku dan ketika ditegur guru baru tenang.
��������� Keadaan
ini juga terjadi ketika guru meminta mereka membentuk kelompok dalam rangka
diskusi kelompok di kelas XII AK1. Meskipun guru sudah menentukan kelompok,
proses pembentukan kelompok memakan waktu sekitar 15 menit, itupun siswa tidak
segera diam dan memperhatikan guru. Mereka masih asyik dengan
perlengkapan, tas dan bukunya. Keadaan baru tenang setelah guru meminta mereka
diam dan memperhatikan penjelasan guru.
��������� Dalam keterlibatannya terhadap proses belajar mengajar, dari 35 siswa ketika diajukan pertanyaan oleh guru, hanya 3 siswa yang mengangkat
tangan menyatakan ingin menjawab. Pada kesempatan lain juga terjadi demikian,
dan siswa yang menjawab hanya itu-itu saja, selebihnya mereka� cenderung diam dan� bekerja sendiri-sendiri.
��������� Dalam proses diskusi, jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan sangat
sedikit. Dari enam kelompok yang ada pada presentasi diskusi kelas hanya dua
siswa yang mengajukan pertanyaan, dan ketika diberi kesempatan ulang oleh
moderator tidak ada siswa lain yang mengangkat tangan. Sehubungan dengan
permasalahan yang muncul, alternatif yang dipilih untuk menyelesaikannya� melalui upaya meningkatkan motivasi belajar
menggunakan model pembelajaran Jigsaw.
��������� �Jigsaw learning merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas yang
memiliki kesamaan dengan teknik �pertukaran dari kelompok ke kelompok� (group-to group exchange) dengan suatu
penting setiap peserta didik mengajarkan sesuatu�. (Silberman, 2002) Model Pembelajaran jigsaw ini adalah alternatif menarik, ketika ada materi
yang dipelajari dapat disingkat atau di potong dan di saat tidak ada bagian
yang harus diajarkan sebelum yang lain-lain.
Model
pembelajaran Jigsaw dipilih sebagai alternatif memiliki beberapa alasan: 1)
model pembelajaran Jigsaw mendorong siswa untuk mampu memecahkan permasalahan
secara kelompok dengan meningkatkan peran dan kerjasama masing-masing anggota
kelompok, 2) memungkinkan seorang anggota kelompok mengoptimalkan perannya
secara baik dan penuh dalam setiap tahap kegiatan, 3) memungkinkan siswa untuk
menggali potensi --dan motivasi dalam meningkatkan belajar,
4) memberi peluang kepada siswa untuk berkolaborasi dengan teman serta
guru-guru, dan 5) mendorong siswa untuk terlibat secara aktif menggunakan
konsep-konsep, ide dan prinsip-prinsip yang dimiliki ketika melaksanakan proses
diskusi.
��������� Kelebihan lain dari model ini adalah siswa tidak� begitu saja menerima pengetahuan dari guru
kemudian menyimpan di dalam kepalanya, tetapi yang lebih dipentingkan adalah
bagaimana siswa dapat memecahkan permasalahan baru untuk dikaitkan dengan
pengetahuan yang didapat dari lingkungan sekitarnya kemudian membangun
pengetahuan tersebut menjadi pengetahuan menurut alam pemikiran siswa itu
sendiri.
��������� Kelebihan teknik jigsaw dalam pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan �(Nurhaeni, 2006)� yaitu: 1) dapat mengurangi dominasi
siswa tertentu dalam proses kegiatan belajar, 2) meningkatkan rasa percaya diri
siswa yang mempunyai sifat rendah diri, 3) mengatasi masalah kebosanan bagi
siswa yang cepat memahami pelajaran. Penggunaan metoda pembelajaran Jigsaw
sebagai bagian dari Cooperative learning
untuk meningkatkan motivasi belajar didukung oleh penelitian (Supraptama, 2001) dengan kesimpulan �pendekatan cooprative
learning� telah mampu meningkatkan
motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran Akuntansi Perusahaan
Manufaktur, Senada dengan itu penelitian (Ridanti, 2006) juga menerangkan �pembelajaran Jigsaw dapat mempercepat pemahaman siswa
pada pembelajaran Akuntansi Perusahaan Manufaktur..
��������� Berdasarkan hasil wawancara dengan pengajar Akuntansi SMKN.2 Purwakarta, materi memahami Akuntansi Perusahaan Manufaktur ,diperoleh data: 1) guru masih belum mampu untuk membuat siswa tertarik pada materi
ini sehingga masih terdapat kendala-kendala dalam pembelajaran, 2) siswa
cenderung menyebut materi ini sulit dalam pembelajaran di kelas. Dari hasil
wawancara juga diperoleh kesimpulan bahwa tidak menarik dan sulitnya materi ini
disebabkan oleh: 1) materinya sangat luas, 2) merupakan materi yang belum
pernah di berikan di kelas XI. Kondisi ini membuat siswa
menjadi enggan dan pembelajaran menjadi kurang menarik. Dalam pembelajaran
sebelumnya pengajar menggunakan motoda-motoda konvensional seperti ceramah,
tanya jawab dan tugas.
��������� Menurut (Nur, M., & Wulandari, 2000) siswa dikelompokkan dalam tim yang beranggotakan 6 orang yang mempelajari
materi akademik yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab. Sebagai misal
riwayat hidup seorang tokoh dapat dibagi menjadi kehidupan awal,
prestasi-prestasi permulaan, kemunduran-kemunduran yang dialami, kehidupan
belakangan dan dampak terhadap sejarah. Setiap anggota Tim membaca bab-bab yang
ditugaskan. Kemudian anggota dari Tim yang berbeda yang telah mempelajari
sub-bab yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan sub-bab
mereka. Karena satu-satunya cara siswa dapat belajar sub-bab lain selain dari
sub bab yang mereka pelajari adalah dengan mendengarkan dengan sungguh-sungguh
teman satu tim mereka, mereka termotivasi untuk mendukung dan menunjukkan minat
terhadap apa yang dipelajari teman satu timnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini berusaha meningkatkan motivasi belajar siswa dengan model
pembelajaran Jigsaw. Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dikenal dengan PTK. Data yang dikumpulkan berupa hasil pengamatan/observasi secara terus menerus dalam proses
pembelajaran dan instrumen angket yang diisi oleh siswa tentang
motivasi belajarnya, di awal pelajaran, dan akhir setiap siklus.
Dalam pelaksanaan kegiatan peneliti terlibat langsung dari awal hingg�
berakhirnya penelitian yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi di setiap akhir tindakan dan pembuatan laporan.
Rancangan penelitian yang dibuat sesuai dengan
masalah yang diangkat dalam situasi nyata
di lapangan, bahwa kurangnya motivasi belajar siswa disebabkan
oleh model pembelajaran yang dipakai oleh guru kurang
menarik minat siswa. Karena itu
diupayakan untuk meningkatkan motivasi siswa melalui pembelajaran
Jigsaw. Selanjutnya sebagai model rancangan penelitian mengacu pada (Jalil, 2006).
�����
Hasil dan Pembahasan
1.
Diskripsi Hasil Tindakan Siklus I
Setelah proses pembelajaran pada siklus I dilaksanakan,� diberikan angket motivasi belajar siswa bersamaan
dengan kegiatan tes akhir (postes). Pelaksanaan kegiatan ini diberikan
di pertemuan tersendiri, di
luar jam pertemuan yang dirancang dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan
agar siswa memiliki kesempatan untuk mempersiapkan diri, mengingat dalam penelitian ini rekaman prestasi belajar tetap harus
berlangsung.
Data skor yang diperoleh berupa daftar ceklis
yang disebarkan kepada siswa pada awal, akhir siklus I dan akhir siklus II. Hasil ceklist� kemudian
dilakukan penskoran. Tarap persetujuan yang disusun� adalah Sangat Setuju (SS), Setuju (S) Kurang Setuju (KS), dan Tidak Setuju (TS). Skore
dari masing-masing tarap persetujuan adalah (SS = 4; S = 3; KS = 2; dan TS =
1). Jumlah total dari masing-masing pernyataan merupakan motivasi dari
masing-masing siswa.
Hasil skor termuat dalam lampiran 6, setelah dilakukan
klasifikasi berdasarkan tabel 1 diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 1
Skor Motivasi Belajar Siswa pada
awal Siklus I
Interval |
Kriteria |
Frekuensi |
Persentase |
50 � 60 39 � 49 27 � 38 15 � 26 |
Sangat Baik Baik Cukup Kurang |
1 12 20 2 |
2,44% 26,83% 65,85% 4,88% |
Pada pengukuran motivasi belajar setelah proses pembelajaran siklus I diperoleh data skor termuat dalam
lampiran 7, setelah dilakukan klasifikasi berdasarkan tabel 2. diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 2
Skor Motivasi Belajar
Siswa pada akhir Siklus I
Interval |
Kriteria |
Frekuensi |
Persentase |
50 � 60 39 � 49 27 � 38 15 � 26 |
Sangat Baik Baik Cukup Kurang |
2 30 3 0 |
7,32% 75,61% 17,07% 0% |
Selama proses pembelajaran, observer melakukan pengamatan untuk mengukur tingkat motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran. Aspek yang diukur adalah keaktifan,
kerjasama, antusias dan hasil kerja kelompok.
Data yang diperoleh (lampiran 9) menunjukkan
bahwa nilai hasil pengamatan aktivitas diskusi oleh observer pertama
56,90, observer kedua
54,68, dan observer ketiga
59,78. Hasil rata-rata dari
ketiga observer ini adalah 57,12.
2.� Diskripsi Hasil Tindakan Siklus II
Setelah proses
pembelajaran pada siklus II
dilaksanakan, juga diberikan� angket motivasi belajar siswa bersamaan dengan kegiatan tes akhir (postes). Pelaksanaan kegiatan ini diberikan
di pertemuan tersendiri, di
luar jam pertemuan yang dirancang dalam penelitian.
Dengan pengukuran
yang sama degan siklus I,
data skor yang diperoleh� termuat
dalam lampiran 8, setelah dilakukan klasifikasi berdasarkan tabel 3 diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 3
Skor Motivasi Belajar
Siswa pada akhir Siklus II
Interval |
Kriteria |
Frekuensi |
Persentase |
50 � 60 39 � 49 27 � 38 15 � 26 |
Sangat Baik Baik Cukup Kurang |
10 24 1 0 |
29,27% 68,29% 2,44% 0% |
Guna
memperoleh gambaran mengenai peningkatan motivasi belajar dari siklus I ke
siklus II, disajikan tabel 4.berikut
Tabel 4
Peningkatan Persentase Motivasi Belajar Siswa
Interval |
Kriteria |
Awal Siklus I |
Akhir Siklus I |
Akhir Siklus II |
50 � 60 39 � 49 27 � 38 15 � 26 |
Sangat Baik Baik Cukup Kurang |
2.44% 26.83% 65,85% 4.88% |
7.32% 75.61% 17.07% 0% |
29,27% 68,29% 2,44% 0% |
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai hasil pengamatan
aktivitas diskusi rata-rata
dari ketiga observer pada siklus I ke siklus II�
adalah 57,12 menjadi
79,34. Dari data ini berarti keaktifan siswa mengalami kenaikan angka rata-rata sebesar 22,22� dengan demikian siswa mengalami peningkatan keaktifan dalam mengikuti kegiatan diskusi.
Pada siklus I, yang diberi kesempatan bertanya 9 orang dari jumlah respon
kelas yang mengajukan untuk bertanya 15 orang. Ketika diajukan
kesempatan menjawab, diperoleh data 15 orang berusaha menjawab pertanyaan yang diajukan dalam diskusi. Peningkatan keaktifan siswa secara individu selama proses pembelajaran
pada siklus II, diperoleh angka partisipasi diskusi kelas secara individu yang diberi kesempatan bertanya 33 orang dari jumlah
respon kelas yang mengajukan untuk bertanya 29 orang. Ketika diajukan kesempatan menjawab, diperoleh data 33 orang berusaha menjawab pertanyaan yang diajukan dalam diskusi.
Berdasarkan paparan di atas ada peningkatan
nilai� partisipasi dalam diskusi kelas
dari siklus I ke siklus II, jumlah individu yang bertanya mengalami peningkatan 21 siswa, partisipasi dalam menjawab pertanyaan meningkat sebesar 23 siswa, dan jumlah respos untuk
bertanya meningkat 35 siswa.
Meningkatnya tingkat aktivitas siswa dalam belajar
dari siklus ke siklus sesuai dengan
karakteristik model pembelajaran jigsaw, yang membangkitkan motivasi siswa dalam belajar.
Peningkatan aktivitas siswa pada siklus II sangat menonjol disebabkan oleh rangsangan untuk menumbuhkan motivasi belajar selama diskusi kelas.
Kesimpulan
Kesimpulan
penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw
dalam menyusun neraca lajur perusahaan manufaktur dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa yang ditandai dengan meningkatnya motivasi belajar siswa dengan
kriteria sangat baik dan baik mengalami peningkatan rata-rata sebesar 97,56 %.
Dari pengamatan keaktifan diskusi rata-rata dari ketiga observer meningkat
menjadi 79.34. sedangkan dari pengamatan keaktifan siswa secara individu
mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan,maka saran yang dapat dberikan yaitu
pembelajaran diupayakan menggunakan berbagai model pembelajaran, misalnya
dengan menggunakan modep pembelajaran jigsaw. Dalam memahami materi
pembelajaran guru perlu secara aktif membimbing siswa pada setiap langkah yang
harus ditempuh siswa. Guru harus kreatif dan berusaha menentukan gagasan baru
untuk melaksanakan metode pembelajaran sesuai dengan permasalahan yang terjadi.
Guru harus berani melakukan inovasi pembelajaran dengan melaksanakan beragam
merote yang ditemukan. Sekolah kehendaknya menambah fasilitas
penunjang untuk terselenggaranya metode dan model pembelajaran yang bervareatif
bagi guru.
BIBLIOGRAFI
Cholik, Cecep Abdul.
(2017). Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Untuk Meningkatkan
Pendidikan Di Indonesia. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(6),
21�30.
Jalil, A. (2006).
Jalil, A, 2006. Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Posing untuk
Meningkatkan Hasil Belajar, Tesis tidak diterbitkan. Universitas Negeri
Malang.
Khoriah, Aah.
(2020). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Motivasi
Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas X TKR SMK Islamic Centre Cirebon. Jurnal
Syntax Transformation, 1(1), 1�5.
Kurnia, Rachma
Indah, Masykuri, Mohammad, & Sarwanto, Sarwanto. (2015). Pengembangan Modul
Fisika SMP/MTs Berorientasi Problem Based Learning Pada Materi Tekanan Untuk
meningkatkan Kemampuan Problem Solving Siswa. INKUIRI: Jurnal Pendidikan IPA,
4(3), 1�8.
Mukson, Mukson.
(2017). Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhadi Stiabudi Brebes Tahun 2017. Syntax
Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(7), 116�129.
Nur, M., &
Wulandari, P. .. 2000. (2000). Pengajaran Berpusat kepada siswa dan Pendekatan
Konstruktivisme dalam Pengajaran, Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Nurhaeni, Yani.
(2006). Meningkatkan pemahaman siswa pada konsep listrik melalui pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IX SMPN 43 Bandung. Jurnal
Penelitian Pendidikan, 12(1), 69�80.
Ridanti, Tiwi.
(2006). Meningkatkan Hasil Belajar Ips Dengan Model Pembelajaran Jigsaw Pada
Siswa Kelas Vii-5 Smpn 2 Babalan Tahun Ajaran 2015/2016. TABULARASA, 13(1).
Silberman, M. L.
(2002). Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, terjemahan oleh
Sarjuli, Ammar, A. Sutrisno, Arifin, ZA & Muqowin.
Sudjana, Nana, &
Rivai, Ahmad. (2010). Media pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Supraptama. (2001). Meningkatkan
motivasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Geografi melalui Pendekatan
Cooperative Learning, Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, I(3): 216-221.
Tafonao, Talizaro.
(2018). Peranan media pembelajaran dalam meningkatkan minat belajar mahasiswa. Jurnal
Komunikasi Pendidikan, 2(2), 103�114.
Wahab, Abdul.
(2017). Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Type Jigsaw Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Gambar Konstruksi Bangunan
Tentang Gambar Denah Di Kelas XI BB SMK Negeri 2 Bogor Semester III Tahun
Pelajaran 2014/2015. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(1),
16�28.