How to cite:
Selly Rahmadiah Hasibuan, Juliana Lina, Nabila Dwi Putri, Izdihar Putri Hyachinta, Fiska Maya
Wardgani (2024) Judul, (06) 10
E-ISSN:
2684-883X
HISTOLOGI KARDIOVASKULAR PADA WISTAR DIABETES MELITUS
TIPE 2 DENGAN CURCUMA ZEDORIA
Selly Rahmadiah Hasibuan
1
, Juliana Lina
2
, Nabila Dwi Putri
3
, Izdihar Putri
Hyachinta
4
, Fiska Maya Wardgani
6
Universitas Prima Indonesia
1,3,4,5,6
,
PUI Diabetic Care And Tech
2
,
Abstrak
Diabetes melitus tipe 2 adalah gangguan penyakit metabolik yang ditandai dengan
kenaikan gula akibat penurunan sekresi insulin oleh sel-sel beta pada pankreas atau
gangguan fungsi insulin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian
ekstrak kunyit putih (curcuma zedoria) terhadap wistar yang terkena diabetes melitus
tipe 2. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian eksperimental dengan metode the
one group post test only design. Objek penelitian adalah tikus yang dibagi dalam lima
kelompok perlakuan dengan 25 ekor tikus yang dijadikan sampel. Hasil penelitian
menunjukkan dengan dosis 250 mg/KgBB, 500 mg/KgBB, 750 mg/KgBB dapat
menurunkan kadar gula darah tetapi di dapati derajat kerusakan yang berbeda-beda pada
pemeriksaan histopatologi jantung. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
kunyit dapat menurunkan kadar gula darah tetapi tidak dapat memperbaiki secara
menyeluruh sel-sel yang rusak akibat dari diabetes. Disarankan untuk melakukan
penelitian lebih lanjut terkait dosis dan perlakuan yang lebih efektif untuk menghasilkan
ekstrak kunyit putih yang sempurna sehingga dapat dikonsumsi dengan baik oleh
penderita diabetes melitus.
Kata kunci: Ekstrak kunyit putih, Curcuma zedoria, Diabetes Melitus tipe 2, Tikus
Wistar, Histopatologi Kardiovaskular
Abstract
Diabetes mellitus type 2 is a metabolic disease characterized by elevated blood sugar
due to decreased insulin secretion by beta cells in the pancreas or impaired insulin
function. This study aims to determine the effect of giving white turmeric extract
(curcuma zedoria) to wistar affected by diabetes mellitus type 2. This type of research
uses experimental research with the one group post test only design method. The object
of the study was rats divided into five treatment groups with 25 rats sampled. The
results showed that doses of 250 mg/KgBB, 500 mg/KgBB, 750 mg/KgBB can reduce
blood sugar levels but different degrees of damage were found in the histopathological
examination of the heart. This shows that the administration of turmeric extract can
reduce blood sugar levels but cannot completely repair cells damaged by diabetes. It is
recommended to conduct further research related to doses and treatments that are more
effective in producing the perfect white turmeric extract so that it can be consumed
properly by people with diabetes mellitus.
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
Histologi Kardiovaskular Pada Wistar Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Curcuma
Zedoria
Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024 6501
Keywords: white turmeric extract; Curcuma zedoria; type 2 diabetes mellitus; Wistar
rats; heart histopathology.
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit yang kronis karena adanya peningkatan
gula darah dalam tubuh yang tidak dapat mengsekresikan insulin secara efektif (Juwita,
Susilowati, Mauliku, & Nugrahaeni, 2020; Novitasari, 2020). Pada diabetes melitus tipe
2 adalah gangguan penyakit metabolic yang ditandainya dengan kenaikan gula darah
akibat adanya penurunan sekresi insulin oleh sel sel beta pada pancreas atau gangguan
fungsi pada insulinnya (resistensi insulin). Menurut data WHO (World Health
Organization) tercatat bahwa 422 juta orang yang ada di dunia terkena diabetes melitus
atau 8,5% pada orang dewasa (Mutaqqin, Arts, & Hadi, 2021; Nicholas, Wardhani,
Tandanu, & Alexander, 2022). Dan diabetes merupakan salah satu dari 10 besar
penyebab kematian yang di dunia pada tahun 2022. Dari data Organisasi Internasional
Diabetes Federation (IDF,2019) menyatakan bahwa Negara di Arab, Afrika, dan Pasifik
Barat menempati peringat pertama dan kedua dengan data prevalensi diabetes dengan
usia penduduk 20-79 tahun tertinggi yang berada diantara 7 region di dunia, yaitu
sebanyak 12,2% dan 11,4% (Saridewi, Bogoriani, & Suarya, 2018). Wilayah Asia
Tenggara sendiri dimana Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan prevalensi yang
11,3%. IDF sendiri juga mendatakan jumlah penderita diabetes melitus yang pada usia
20-79 tahun berada pada beberapa negara tertinggi yaitu Cina, India, dan Amerika
Serikat mendapati jumlah penderita sebanyak 116,4%, 77 juta, 31 juta, dan Indonesia
berada di peringkat ke 7 dengan 10 negara yang jumlah penderita terbanyak, yaitu
sebesar 10,7 juta (Einarson, Acs, Ludwig, & Panton, 2018; Soelistijo, 2019).
Diabetes melitus tipe 2 tidak disebabkan karena kurangnya sekresi insulin tetapi
dikarenakan sel tidak dapat mengekresikan insulin sehingga insulin berjalan secara tidak
normal. Keadaan ini biasanya disebutkan dengan terjadinya resistensi insulin
(Puspaningdyah, 2020). Resistensi insulin ini banyak terjadi seperti obesitas dan kurang
aktifitas fisik. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 ini dapat juga terjadinya
peningkatan produksi gukosa hepatic. Pada dasarnya diabetes melitus tipe 2 ini hanya
akan bersifat relative dan tidak absolut (Einarson et al., 2018).
Faktor resiko pada penderita DM itu ada faktor resiko yang tidak dapat diubah,
faktor resiko yang dapat diubah, dan faktor lain. Menurut American Diabetes
Association (ADA) bahwa faktor resiko yang tidak dapat diubah pada DM ada genetic
(first degree relative),umur kurang lebih 45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan berat
badan diatas >4000 kg atau riwat lahir dengan berat badan rendah <2,5 kg. faktor resiko
yang dapat diubah ada obesitas dengan IMT lebih kurang 25kg/m2 atau lingkar perut
lebih kurang 80 cm pada wanita dan pada laki-laki lebih kurang 90 cm, kurangnya
aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi dan diet yang tidak sehat (Galicia-Garcia et al.,
2020). Faktor lainnya adalah seperti penderita Polycystic Ovarysindrome (PCOS),
penderita sindrom metabolic dengan memiliki riwayat glukosa terganggu (TGT) atau
dengan glukosa darah puasa terganggu (GDPT), memiliki riwayat penyakit
Selly Rahmadiah Hasibuan, Juliana Lina, Nabila Dwi Putri, Izdihar Putri Hyachinta,
Fiska Maya Wardgani
6502 Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
kardiovaskular seperti stroke, pjk (penyakit jantung koroner) atau peripheral aterial
diseases (PAD), konsumsi alkohol, stress, merokok, dan mengonsumsi kopi atau kafein
(Bhatt, Saklani, & Upadhayay, 2016).
Komplikasi yang di dapat terjadi pada DM ada yaitu, komplikasi akut dan
komplikasi kronis. Kompliasi akut sendiri ada Hipoglikemia adalah dimana kadar
glukosa seseorang dibawah nilai normal (<50 mg/dl), hipoglikemia biasanya terjadi
pada penderita DM tipe 1. Kemudian ada hiperglikemia yaitu kadar gula darah dapat
meningkat secara tiba-tiba. Komplikasi kronis ada komplikasi makrovaskuler dan
komplikasi mikrovaskuler. Komplikasi makrovaskuler yaitu komplikasi yang umum
terjadi pada penderita DM adanya trombosit otak (terjadinya pembekuan darah pada
Sebagian otak), dapat mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung
kognetif, dan stroke. Komplikasi mikrovaskuler biasanya terjadi pada penderita DM tipe
1 seperti terjadinya nefropati, diabetic retinopati (kebutaan), neuropati, dan amputasi
(Simatupang, Pandelaki, & Panda, 2013).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kunyit
putih (curcuma zedoria) terhadap wistar yang terkena diabetes melitus tipe 2. Penelitian
ini diharapkan berguna dan dapat dilakukan untuk penelitian selanjutnya untuk
masyarakat menggunakan kunyit putih sebagai obat herbal dengan kondisi penderita
diabetes melitus yang terkena komplikasi kardiovaskular.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian esksperimental dengan metode the
one group post test only design. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai dari
April 2024 sampai Mei 2024. Penelitian dan perlakuan hewan uji dilakukan di
Laboratorium Farmakologi Universitas Sumatera UTara Medan, sedangkan pengujian
histopatologi jantung dilakukan di Departemen Histologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Medan.
Sampel penelitian ini yang digunakan dalam penelitian tikus dibagi dalam 5
kelompok perlakuan dan setiap 5 kelompok ada 6 ekor tikus wistar, sehingga total
jumlah sampel penelitian adalah 30 ekor.
Kunyit putih dicuci dan dikeringkan di lemari pengering haluskan menggunakan
blender. Ekstrak kunyit putih dibuat dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%
dan didestilisasi terlebih dahulu sebanyak 10 kali lipat berat serbuk kunyit putih. 1000
gram serbuk putih dimasukkan ke dalam wadah lalu di tambahkan etanol 96% sebanyak
75 bagian (7,5 liter). Serbuk kunyit putih direndam selama 5 hari sambil sering disduk
dan terlindung dari cahaya kemudian di saring. Ampas kunyit putih yang telah disaring
direndam lagi dengan sisa etanol 96% (2,5 liter) selama 2 hari lalu disaring. Gabungkan
filtrate dan pekatkan dengan alat rotary evaporator sampai diperpleh ekstral yang
hampir kental. Ekstrak hampir kental tersebut diuapkan di penangas air sampai
diperoleh ekstrak kental. Penentuan dosis aloksannya untuk menginduksi tikus dengan
pemberian intraperitoneal sebesar 130 mg/KgBB dengan volume pemberian 0,1
ml/10gram BB tikus.
Histologi Kardiovaskular Pada Wistar Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Curcuma
Zedoria
Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024 6503
Setelah sampel dan bahan telah dibuat dapat dilanjutkan dengan perlakuan
langsung kepada hewan uji coba. Tikus wistar jantan dipelihara di Animal house USU.
Tikus diberi kode unok TMB 01 sampai TMB 30. Tikus yang digunakan dalam
penelitian ini ditempatkan secara individual pada kandang berventilasi yang terbuat dari
besi stainlis steel dengan ukuran luas alas 150 cm, dan tinggi 15 cm. Suhu kamdang
berkisar 20-27 celcius dan kelembaban antara 50-70%. Cahaya dalam keadaan 12 jam
terang dan 12 gelap. Tikus diberi makan pada mala hari (nocturnal). Setiap kandang
diberi label pada pintu bagian atas. Label tersebut berisi kode hewan uji, tanggal
kedatangan, berat badan awal, tanggal induksi aloksan, kelompok perlakuan dan
rencana terminasi. Adaptasi tikus pada tempat yang baru dilakukan minimal 5 hari.
Tikus ditimbang 3 hari sekali, dipelihara sampai berat badan memenuhi syarat
penelitian. Pakan yang diberikan adalah pakan ayam pellet dari pakan ayam dengan
pellet 511 dan diberi air minum berupa aquadestilata yang diberikan secara ad libitum.
Penimbangan berat badan dan pemeriksaan fungsi jangung awal dilakukan sebelum
tikus diinduksi larutan aloksan. Kelompok sampel yang sudah dipilih dibagi menjadi
kelompok normal, negatif, P1 dengan dosis 250mg/KgBB, P2 dengan dosis 500
mg/KgBB, P3 dengan dosis 750 mg/KgBB.
Lalu setelah 14 hari diberikan ekstrak kunyit putih pada kelompok P1 250
mg/KgBB, P2 500 mg/KgBB, P3 750 mg/KgBB. Hewan coba yang digunakan adalah
tikus putih jantan galur wistar usia 6-8 minggi dengan berat badan 180-220 gram. Tikus
dibagi lima kelompk dan dipuasakan selama 10 jam kemudian masing-masing tikus dari
tiap kelompok ditimbang berat badannya. Pada hari yang sama juga diberikan larutan
aloksan monohidrat 125 mg/kgBB tikus secara intraperitoneal kecuali kelompok
normal. Setelah empat hari diinduksi dengan larutan aloksan, setiap hewan uji diambil
darahnya untuk pengukuran kadar glukosa darah hari pertama, tikus dengan kadar gula
darah >200 mg/dl dikelompokkan. Pengambilan darah dilakukan pada pembuluh darah
ekor tikus. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran konsentrasi gula darah tikus pada
masing-masing kelompok perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan dari hasil penelitian dengan menggunakan esktrak kunyit putih
(curcuma zedoria) dengan pemberian beberapa dosis terhadap histopatologi jantung
pada tikus wistar yang diinduksikan dengan aloksan dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 1 Hasil gambaran histopatologi jantung tikus
Konsentrasi
Gambaran
Normal
Selly Rahmadiah Hasibuan, Juliana Lina, Nabila Dwi Putri, Izdihar Putri Hyachinta,
Fiska Maya Wardgani
6504 Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
Konsentrasi
Gambaran
Negatif
P1
P2
P3
Tabel 1 hasil pengamatan histopatologi jantung tikus yang diinduksi dengan
aloksan dan pemberian ekstrak kunyit putih (curcuma zedoria). Dimana dilakukan
dengan pembedahan tikus yang diambil organ jantung untuk dijadikan preparat yang
diberikan pewarnaan slide dengan Hematoxylin Eosin (HE) dan dilihat dibawah
mikroskop cahaya dengan pembesaran 10x dan 40x pada lapang pandang besar (Suena,
Suradnyana, & Juanita, 2021).
Pada kelompok normal memperlihatkan tidak adanya kerusakan pada histologinya
tetapi tidak sepenuhnya normal. Dan pada gambar histopatologinya masi ada
menunjukan hemoragi ataupun degenarasi tersebut. Pada kelompok negatif
memperlihatkan adanya terjadi degenerasi yang hampir merata, adanya hemoragi serta
perdarahan yang diakibatkan penyuntikan aloksan berpengaruh pada sel otot jantung.
Pada kelompok P1 memperlihatkan adanya degenerasi pada sel otot jantung dan
hemoragi dibeberapa serabut otot jantung. Pada kelompok P2 memperlihatkan adanya
Histologi Kardiovaskular Pada Wistar Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Curcuma
Zedoria
Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024 6505
hemoragi yang disertai mulai degenerasinya serat otot jantung. Pada kelompok P3
memperlihatkan adanya perubahan yang banyak dengan meratanya degenerasi pada
permukaan sel otot jantung dan terdapat perdarahan.
Tabel 2 Hasil pengukuran Kadar Gula Darah Setelah Pemberian Ekstrak Kunyit
No
Kelompok
KGD sesudah
pemberian esktrak
1
Normal (K1)
90
2
Negatif (K2)
600
3
250 mg/KgBB (P1)
256
4
500 mg/KgBB (P2)
237
5
750 mg/KgBB (P3)
252
6
Normal (K1)
96
7
Negatif (K2)
336
8
250 mg/KgBB (P1)
381
9
500 mg/KgBB (P2)
286
10
750 mg/KgBB (P3)
189
11
Normal (K1)
82
12
Negatif (K2)
300
13
250 mg/KgBB (P1)
377
14
500 mg/KgBB (P2)
259
15
750 mg/KgBB (P2)
134
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diabetes melitus dapat membuat
terjadi komplikasi pada seluruh organ, termasuk jantung. Ketika kadar gula darah di
dalam tubuh meningkat, glukosa dapat memproduksi sel beta pankreas yang meningkat
sehingga adanya tekan pada seluruh organ dan bisa terjadinya komplikasi pada jantung
seperti kardiovaskular, penyakit jantung koroner, serta stroke (Rani, Fithiani, & Safitri,
2021).
Pada penelitian ini tikus putih digunakan sebagai bahan penelitian dikarenakan
tikus putih termasuk hewan yang mudah untuk dikembang biakan dan sudah menjadi
bahan penelitian sejak pertama kali, dan juga memiliki kesamaan genetik dan biologis
dengan manusia dan relative murah (Duncanson & Mackey-Bojack, 2018; Silva,
Vierira, & van der Wal, 2021).
Dari hasil penelitian menunjukkan dengan dosis 250 mg/KgBB, 500 mg/KgBB,
750 mg/KgBB dapat menurunkan kadar gula darah tetapi di dapati derajat kerusakan
yang berbeda-beda pada pemeriksaan histopatologi jantung. Pada dosis 250 mg/KgBB
dijumpainya degenerasi di beberapa sel otot jantung, ini dikarenakan pemberian aloksan
yang memliki sifat toksik sehingga pada dosis ini terdapat kerusakan yang cukup berat.
Tetapi pada dosis 500 mg/KgBB dan 750 mg/KgBB dijumpainya perbaikan dan sel-sel
pada otot jantung mengalami degenerasi yang baru, tetapi di dapatinya sel radang yang
terjadinya inflamasi. Sehingga kunyit putih dengan dosis yang tinggi dapat menurunkan
kadar gula darah tetapi mengalami perubahan struktur histologi terlebih dahulu.
KESIMPULAN
Selly Rahmadiah Hasibuan, Juliana Lina, Nabila Dwi Putri, Izdihar Putri Hyachinta,
Fiska Maya Wardgani
6506 Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
Ada beberapa Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini. Pada kelompok
normal dari gambaran histopatologi memperlihatkan tidak adanya perubahan histologi
tetapi tidak sepenuhnya normal masih adanya menunjukkan hemoragi pada beberapa sel
otot jantung pada gambaran histologisnya. Dan pada kelompok negatif
memperlihatkannya gambaran histopatologinya mengalami kerusakan yang sangat berat
karena tidak adanya pemberian ekstrak kunyit putih hanya diberikan suntikan aloksan
saja, sehingga terjadi kerusakan pada sel otot jantung terdapatnya perdarahan, hemoragi.
Pada kelompok P1 gambaran histopatologinya mengalami kerusakan yang cukup berat
terdapat hemoragi serta degenerasi dibeberapa sel otot jantung, pada kelompok P2 dan
P3 gambaran histopatologinya terdapat hemoragi, degenerasi pada sel serat otot jantung
yang baru dan terdapat beberapa sel radang pada gambaran histologi. Hal ini
menunjukkan bahwa ekstrak kunyit putih mampu menurunkan kadar gula darah tetapi
tidak dapat memperbaiki secara menyeluruh hanya dapat memperbaiki sel-sel yang
rusak akibat dari diabetes.
BIBLIOGRAFI
Bhatt, Hemlata, Saklani, Sarla, & Upadhayay, Kumud. (2016). Anti-oxidant and anti-
diabetic activities of ethanolic extract of Primula Denticulata Flowers. Indonesian
Journal of Pharmacy, 27(2), 7479.
Duncanson, Emily R., & Mackey-Bojack, Shannon M. (2018). Histologic examination
of the heart in the forensic autopsy. Academic Forensic Pathology, 8(3), 565615.
Einarson, Thomas R., Acs, Annabel, Ludwig, Craig, & Panton, Ulrik H. (2018).
Prevalence of cardiovascular disease in type 2 diabetes: a systematic literature
review of scientific evidence from across the world in 20072017. Cardiovascular
Diabetology, 17, 119.
Galicia-Garcia, Unai, Benito-Vicente, Asier, Jebari, Shifa, Larrea-Sebal, Asier, Siddiqi,
Haziq, Uribe, Kepa B., Ostolaza, Helena, & Martín, César. (2020).
Pathophysiology of type 2 diabetes mellitus. International Journal of Molecular
Sciences, 21(17), 6275.
Juwita, Elvera, Susilowati, Susilowati, Mauliku, Novie E., & Nugrahaeni, Dyan K.
(2020). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Prolanis Puskesmas Kecamatan Cimahi Tengah.
Journal of Nutrition College, 9(2), 8793.
Mutaqqin, Z., Arts, T. M., & Hadi, L. (2021). JIMKesmas JIMKesmas. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 6(2), 5667.
Nicholas, Nicholas, Wardhani, Fiska Maya, Tandanu, Erny, & Alexander, Rico. (2022).
Acute Toxicity Test Of White Turmeric (Curcuma Zedoaria) Extract On
Histopathological Analysis Of The Heart MusclE. Jambura Journal of Health
Sciences and Research, 4(3), 642647.
Novitasari, Malinda. (2020). Gambaran Jumlah Trombosit Pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe 2. STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.
Puspaningdyah, Evita. (2020). Kombinasi Bilakupu (Biji Labu Kuning dan Kunyit
Putih) dalam Menurunkan Hiperkolesterolemia. Jurnal SainHealth, 4(1), 2024.
Rani, Elina Puspita, Fithiani, Erna, & Safitri, Cikra Ikhda Nur Hamidah. (2021).
Formulasi dan Stabilitas Mutu Fisik Ektrak Kunyit Putih (Curcuma mangga)
sebagai Body Scrub Antioksidan. Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan
Biologi Dan Saintek), 301306.
Histologi Kardiovaskular Pada Wistar Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Curcuma
Zedoria
Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024 6507
Saridewi, A. Intan, Bogoriani, N. W., & Suarya, P. (2018). Aktivitas Ekstrak Metanol
Rimpang Kunyit Putih (Curcuma zedoaria Rosc.) Sebagai Hipolipidemia Pada
Tikus Wistar Putih Obesitas Dengan Diet Tinggi Kolesterol. Jurnal Kimia, 12(2),
140146.
Silva, Fabiana, Vierira, L. S., & van der Wal, Jaap. (2021). Embryology of the fascial
system. Facia: The Tensional Network of the Human Body, 135137.
Simatupang, Maria, Pandelaki, Karel, & Panda, Agens L. (2013). Hubungan antara
penyakit arteri perifer dengan faktor risiko kardiovaskular pada pasien dm tipe 2.
E-CliniC, 1(1).
Soelistijo, S. A. (2019). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes MEllitus Tipe
2 Dewasa di Indonesia tahun 2019. Jakarta: Pb Perkeni.
Suena, Ni Made Dharma Shantini, Suradnyana, I. Gede Made, & Juanita, Rr Asih.
(2021). Formulasi dan uji aktivitas antioksidan granul effervescent dari kombinasi
ekstrak kunyit putih (curcuma zedoaria) dan kunyit kuning (curcuma longa l.).
Jurnal Ilmiah Medicamento, 7(1).
Copyright holder:
Selly Rahmadiah Hasibuan, Juliana Lina, Nabila Dwi Putri, Izdihar Putri Hyachinta,
Fiska Maya Wardgani (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: