Syntax Idea : p–ISSN: 2684-6853 e-ISSN : 2684-883X

Vol. 2, No. 9, September 2020

ANALISIS NILAI PERUSAHAAN MELALUI BUYBACK STOCK (STUDI KASUS PADA PT. RAMAYANA LESTARI SENTOSA TBK)

Dion Setianto, Dicky Jhoansyah dan Faizal Mulia

Universitas Muhammadiyah Sukabumi

Email: [email protected], [email protected] dan [email protected]

Abstrak

Dalam persaingan dunia bisnis yang semakin ketat, perusahaan berlomba lomba menunjukan performa keuangan yang baik dalam bentuk laporan keuangan. Hal ini bermaksud untuk menarik minat para investor agar dapat berinvestasi pada perusahaan mereka. Akan tetapi, performa keuangan perusahaan tidak selalu menunjukan hasil yang baik. Perusahaan mengalami berbagai masalah baik dari dalam perusaan maupun dari luar dan hal ini berakibat buruk bagi nilai perusahaan. Usaha perusahaan untuk mengembalikan kondisinya kembali adalah dengan financial restructuring. Salah satu langkah perusahaan untuk melakukan financial restructuring adalah dengan melakukan Buyback Stock. Buyback stock merupakan proses pembelian kembali saham yang beredar di publik (outstanding share) yang dilakukan oleh perusahaan. Dalam proses buyback perusahaan menginvestasikan dana yang dimiliki untuk membeli saham perusahaannya sendiri dari publik. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil Analisis buyback stock terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan rasio Earning Per Share (EPS), Economic Value Added (EVA), dan Market Value Added (MVA) pada PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk Periode Tahun 2013-2017. Metode penelitan ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan data sekunder laporan keuangan periode 2013 -2017 pada objek penelitian PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk. Hasil pernelitian buyback stock terhadap nilai perusahaan menunjukan peningkatan ke nilai yang positif yang berarti bahwa terjadi peningkatan terhadap nilai Earning Per Share (EPS), Economic Value Added (EVA), dan Market Value Added (MVA) pada PT. Ramayana Lestari Sentosa setelah perusahaan melakukan aksi buyback stock.

Kata kunci: Buyback Stock; Financial Restructuring; Nilai Perusahaan

Pendahuluan

Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang (Tandelin, 2001: 3) dalam (Niekie Arwiyati, 2012)

Pada dasarnya tujuan utama manajemen keuangan adalah memaksimalkan kemakmuran para pemilik perusahaan/para pemegang saham (Marpaung & Fadillah, 2012). Perusahaan mencerminkan kinerjanya yang sebaik mungkin dengan laporan keuangan yang di laporkan secara berkala sehingga para investor dapat memantau kinerja perusahaan. Manajer dapat memenuhi ekspektasi pemegang sahamnya akan

537

This HTML is created from PDF at https://www.pdfonline.com/convert-pdf-to-html/

Dion Setianto, Dicky Jhoansyah dan Faizal Mulia

kinerja yang unggul dengan cara menciptakan strategi yang bernilai dan sulit ditiru oleh pesaingnya (Dwi, 2012). Saham yang baik adalah saham yang memberikan return realisasi yang tidak terlalu jauh dari return ekspetasi. Perusahaan yang telah go public harus mampu meningkatkan nilai perusahaannya karena nilai perusahaan yang tinggi tentu memberikan peluang return yang besar.

Menurut (Riyardi, 2009) dalam penelitiannnya menyimpukan bahwa peningkatan dan penurunan harga saham di pengaruhi oleh faktor internal dan faktor external. “Faktor internal tersebut berupa pengumuman tentang pemasaran, produksi dan penjualan, pengumuman pendanaan, pengumuman badan direksi manajemen, pengumuman pengambilalihan diversifikasi, pengumuman investasi, pengumuman ketenagakerjaan dan pengumuman laporan keuangan perusahaan. Sedangkan faktor eksternal berupa pengumuman dari pemerintah, pengumuman hukum, pengumuman industri sekuritas, gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar serta berbagai isu baik dalam dan luar negeri” (Alwi, 2008 dalam Wijayanti & Sulasmiyanti, 2018)

Akan tetapi perubahan kondisi pasar yang mendadak, merupakan mimpi buruk bagi perusahaan. Krisis ekonomi, pelemahan nilai mata uang, perang dagang antar negara dapat mengakibatkan harga pasar yang tidak setabil, dan imbasnya berpengaruh terhadap penurunan nilai saham perusahaan. Untuk mengahadapi hal tersebut, perusahaan melakukan berbagai cara agar harga saham mereka tidak terus terusan mengalami penurunan harga. Tindakan-tindakan tertentu yang diambil perusahaan akan mempengaruhi naik turunnya harga saham yang beredar di pasar (Natania, 2018). Salah satu tindakan perusahaan yang dapat mempengaruhi keadaan harga dan volume saham yang beredar di pasar adalah Financial Restructuring

Norley, Swanson dan Marshall (2012 dalam As’ari et al., 2019) mendefinisikan restrukturisasi sebagai tindakan untuk menata ulang struktur, kepemilikan, operasional atau strukturmlain dari sebuah perusahaan dengan tujuan membuatnya lebih menguntungkan dan lebih baik untuk kebutuhan saat ini. (Bramantyo, 2004) “Strategi restrukturisasi digunakan untuk mencari jalan keluar bagi perusahaan yang tidak berkembang, sakit atau adanya ancaman bagi organisasi, atau industri diambang pintu perubahan yang signifikan. Pemilik umumnya melakukan perubahan dalam tim unit manajemen, perubahan strategi, atau masuknya teknologi baru dalam perusahaan. Selanjutnya sering diikuti oleh akuisisi untuk membangun bagian yang kritis, menjual bagian yang tidak perlu, guna mengurangi biaya akuisisi secara efektif. Hasilnya adalah perusahaan yang kuat, atau merupakan transformasi industri.” Dengan kata lain, Financial Restructuring dapat membantu membangun dasar keuangan yang kuat dengan menghasilkan nilai pada pemegang saham. Salah satu metode dalam financial restructuring adalah buyback stock

Buyback Stock adalah kegitan korporasi yang dilakukan perusahaan untuk membeli kembali sahamnya sendiri yang beredar di pasar (Marpaung & Fadillah, 2012). Suatu perusahaan yang melakukan buyback saham akan menginvestasikan dana yang dimilikinya untuk membeli saham perusahaannya sendiri dari publik. Dengan begitu, jumlah kepemilikan saham publik dalam perusahaan tersebut akan semakin kecil dan

538

Syntax Idea, Vol. 2, No 9, September 2020

This HTML is created from PDF at https://www.pdfonline.com/convert-pdf-to-html/

Analisis Nilai Perusahaan Melalui Buyback Stock

likuiditas perusahaan pun terjaga. Biasanya dengan melakukan Buyback Stock akan meningkatkan harga saham satuan.

Ada berbagai alasan mengapa perushaan melakukan pembelian saham kembali atau Buyback Stock, seperti menaikan laba bersih per saham (Earning Per Share atau EPS), mengurangi jumlah pemegang saham sehingga perusahaan tidak perlu memberikan deviden dengan jumlah yang besar, sebagai cadangan modal apabila suatu saat nanti saham treasury dapat dilepas dengan harga yang lebih tinggi dan untuk mencegah harga saham yang jatuh bebas. Dengan demikian, perusahaan yang sedang mengalami masalah keuangan akan terbantu dan terjaga dalam mempertahankan nilai perusahaanya karena rasio keuangannya terjaga.

(Triatmojo, 2012) menyatakan bahwa pengukuran dengan menggunakan analisis rasio seperti Retrun On Sales (ROS), Earning Per Share (EPS), Retun On Asset (ROA), dan Return On Equity (ROE) memiliki kelemahan yaitu tidak memperhatikan biaya modal dalam perhitungannya sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah menciptakan nilai atau tidak. Analisis rasio keuangan juga dapat memberikan kesimpulan yang misleading, dikarenakan perhitungannya hanya melihat hasil akhir yakni laba perusahaan tanpa memperhatikan risiko yang dihadapi perusahaan.

Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satu diantaranya adalah dengan metode berbasis value added seperti Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA).

“EVA adalah metode pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan memperhitungkan biaya rata-rata modal tertimbang sebagai alat ukur ada tidaknya nilai tambah yang dihasilkan oleh perusahaan.” (Grant, 2003:2) dalam (Hidayati, 2015). Sementara MVA merupakan suatu pengukur kinerja yang tepat untuk menilai sukses tidaknya perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi pemiliknya (Sri Rahayu & Dana, 2016)

Dengan eva, para manajer akan berfikiran seperti halnya para investor. Dimana investor akan berfikir lebih memilih untuk berinvestasi kepada perusahaan yang memaksimumkan tingkat pengambalian dan meminimalisir tingkat biaya modal, sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan. (Rudianto, 2006)

Pengukuran kinerja keuangan dengan analisis rasio yang selama ini jamak dilakukan memang lebih mudah namun belum mampu menukur kinerja perusahaan dari sisi nilai perusahaan sebagaimana EVA dan MVA (Gulo, 2011)

Analisis yang sering digunakan oleh perusahaan dalam pengukuran kinerjanya adalah analisis rasio keuangan. Menurut (Van Horne & Wachowicz, 2005) “Rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan kinerja perusahaan”. Meskipun analisis rasio keuangan digunakan oleh investor sebagai alat pengukur konvensional, analisis rasio tersebut mempunyai kelemahan utama, yaitu mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan suatu nilai atau belum.

Syntax Idea, Vol. 2, No. 9, September 202

539

This HTML is created from PDF at https://www.pdfonline.com/convert-pdf-to-html/

Dion Setianto, Dicky Jhoansyah dan Faizal Mulia

Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengangkat kasus “Analisis Nilai Perusahaan Melalui Buyback Stock Sebagai Alat Financial Restructuring” (Study kasus PT. Ramayana Lestari Sentosa. Tbk).

Metode Penelitian

Metode sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, agar sebuah karya ilmiah (dari suatu penelitian) dapat mencapai apa yang diharapkan dengan tepat dan terarah dengan menggunakan metode ilmiah. Sedang metode penelitian ialah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi.

Metode penelitian yang digunakan peneliti untuk menemukan dan mendapatkan jawaban untuk masalah yang di teliti adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menurut (Sugiono, 2011) diartikan sebagai metode penelitian yang menggunakan data berupa angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik.

Menurut (Sugiono, 2011) penelitian deskriptif yaitu, penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.

Model penelitian merupakan proses dari fenomena – fenomena yang sedang diteliti, sesuai dengan judul yang dikemukakan sebelumnya yaitu: Analisis Modal Kerja,Kredit Macet Terhadap Tingkat Pengembalian Investasi. Maka penulis menggambarkan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.

Pengukuran rasio nilai perusahaan sebagai berikut :

1. Earning per share

Menurut Hery (2015) dalam (Munggaran et al., 2018) mengatakan bahwa EPS merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen perusahaan dalam memberikan keuntungan bagi investor yang memiliki saham biasa. Rasio ini menunjukkan keterkaitan antara jumlah laba bersih dengan bagian kepemilikan pemegang saham dalam perusahaan. Calon investor potensial akan menggunakan EPS untuk menetapkan keputusan investasi di antara alternatif yang ada.

540

Syntax Idea, Vol. 2, No 9, September 2020

Analisis Nilai Perusahaan Melalui Buyback Stock

2. Economic value added

Metode EVA pertama kali dikembangkan ol eh Stewart & Stern, yaitu dua orang Analis keuangan dari perusahaan Stern Stewart & Co.pada tahun 1993 (Jones, 2007) dalam (Sugianto & Nugraha, 2017). Model Economic Value Added (EVA) menawarkan parameter yang cukup objektif karena berangkat dari konsep biaya modal (cost of capital), yakni mengurangi laba dengan beban biaya modal, dimana beban biaya modal ini mencerminkan tingkat resiko perusahaan. Beban biaya modal ini juga mencerminkan tingkat kompensasi atau return yang diharapkan investor atas sejumlah investasi yang ditanamkan di perusahaan. EVA merupakan analisis kinerja keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan nilai tambah ekonomi bagi para investor (Niekie Arwiyati, 2012)

Tahapan

Perhitungan

 

 

Nopat (Net Oprating profit

Nopat = laba bersih setelah pajak + biaya bunga

after tax)

 

Kd* biaya hutang setelah

 

pajak

KD* = kd (1-t)

 

Ke

 

 

 

Struktur modal

WD = proporsi hutang

 

We = proporsi ekiuitas

 

 

WACC

 

 

 

Invest Capital

 

Cc ( Cost of capital)

Eva

3. Market value added

Kemakmuran pemegang saham dapat dimaksimumkan dengan memaksimumkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas dengan ekuitas (modal sendiri) yang diserahkan ke perusahaan oleh para pemegang saham (pemilik perusahaan) perbedaan ini disebut sebagai Market Value Added (MVA) (Husnan, 2012)

MVA adalah market value (total nilai pasar) semua saham dan hutang perusahaan, yang berarti berapa jumlah yang diperoleh investor jika semua investasinya berupa saham dan obligasi dijual ke pasar finansial dikurangi total modal yang diinvestasikan (berupa ekuitas, laba ditahan, hutang lewat pasar modal dan hutang terhadap bank).

Menurut Zaky & Ary (2002:139) dalam (Iswandira et al., 2015)“MVA merupakan metode yang mengukur seberapa besar nilai tambah yang berhasil diberikan perusahaan kepada para penyandang dana. MVA hanya dapat dihitung atau diaplikasikan untuk perusahann publik atau listed di pasar modal.”

Syntax Idea, Vol. 2, No. 9, September 202

541

This HTML is created from PDF at https://www.pdfonline.com/convert-pdf-to-html/

Dion Setianto, Dicky Jhoansyah dan Faizal Mulia

Hasil dan Pembahasan

Teknik analisis data menggunakan teknik analisis Time Series Analysis (TSA) yang mana membandingkan kinerja keuangan perusahaan dalam beberapa periode mengetahui kondisi masing-masing variabel penelitian dari waktu ke waktu dalam priode tertentu dengan menggunakan analisa rasio keuangan.

A. Buyback Stock

Harga Buyback stock atau harga ekuilibrium adalah harga yang menghasilkan capital gain sama dengan dividen tunai. Harga saham untuk pembelian kembali dihitung dari persamaan berikut:

Tabel 1

Nilai buyback equilibrium PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk

Tahun

S

Pc

n

P*

 

 

 

 

 

2015

7,096,000,000

645

42,554,087

649

2016

7,053,445,913

1,196

247,881,414

694

2017

6,805,564,499

1,200

82,745,599

1,346

Harga saham yang di tawarkan lebih tinggi dari nilai P* maka pemegang saham yang menjual saham nya akan memperoleh keuntungan di bandingkan dengan mereka yang tidak menjual nya. Hal ini dikarenakan harga saham setelah melakukan buyback lebih besar dari harga saham expetasi investor.

B. Earning per share (EPS)

Earning per share merupakan angka yang menunjukan laba bersih perusahaan yang diterima setiap harinya. Rasio ini juga untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemegang saham.

542

Syntax Idea, Vol. 2, No 9, September 2020

Analisis Nilai Perusahaan Melalui Buyback Stock

Tabel 2

Total jumlah saham beredar pada PT. Ramayana Santosa Tbk

Tahun

Jumlah Saham

Treasury

Total saham

yang beredar

 

 

 

2013

7,096,000,000

0

7,096,000,000

2014

7,096,000,000

0

7,096,000,000

2015

7,096,000,000

(42,554,087)

7,053,445,913

2016

7,096,000,000

(290,435,501)

6,805,564,499

2017

7,096,000,000

(373,181,100)

6,722,818,900

Sumber. Data diolah oleh peneliti 2020

Tabel 3

Nilai Earning Per Share PT. Ramayana Santosa Tbk

Tahun

Laba Bersih

Total saham

Eps

yang beredar

 

 

 

2013

390,535

7,096,000,000

55.0359357

2014

355,075

7,096,000,000

50.0387542

2015

336,054

7,053,445,913

47.6439465

2016

408,479

6,805,564,499

60.0213252

2017

406,580

6,722,818,900

60.4776071

(Laba bersih disajikan dalam jutaan Rupiah)

Sumber. Data diolah oleh penulis 2020

Berdasarkan nilai earning per share PT. Ramayana Sentosa Tbk pada tahun 2013-2017 dengan hasil bagi antara laba bersih yang di hasilkan dengan jumlah saham yang beredar maka didapatkan hasil yang cukup fluktuatif. Hal ini disebabkan oleh krisis keuangan tahun 2015 hingga aksi korposasi berupa buyback stock. Pada tahun 2013 hingga 2014 sebelum terjadi krisis, EPS Ramayana mengalami penurunan sebesar 9%. Hal ini terjadi karena laba perusahaan menurun akibat beban pokok perusahaan naik. Lalu pada tahun 2015 terjadi krisis ekonomi yang mengakibatkan EPS perusahaan menurun 5% dari tahun sebelumnya dan memaksa perusahaan melalukan buyback stock. Pada tahun 2016 dan 2017 terjadi kenaikan EPS sejak pertama kali perusahaan melakukan buyback sebesar 26%. Hal ini karena laba perusahaan yang naik sejak 2015 terjadi krisis dan aksi korporasi dalam melakukan buyback yang membuat jumlah saham yang beredar berkurang.

C. Economic Value Added (EVA)

Economic Value Added (EVA) merupakan suatu metode pengukuran kinerja perusahaan yang menghitung laba ekonomis sebenarnya yang telah berhasil di ciptakan oleh perusahaan. Dengan menghitung nilai EVA, perusahaan dapat melihat suatu gambaran mengenai peningkatan atau penurunan nilai laba ekonomis yang

Syntax Idea, Vol. 2, No. 9, September 202

543

This HTML is created from PDF at https://www.pdfonline.com/convert-pdf-to-html/

Dion Setianto, Dicky Jhoansyah dan Faizal Mulia

sebenarnya tercipta dari kinerjanya, sehingga diketahui posisi perusahaan menurut sudut pandang investor, apakah perusahaan telah menjadi wealth creator atau wealth destroyer.

Komponen-komponen EVA terdiri dari Net Operating After Tax (NOPAT) dan Cost of Capital (COC). Yang dimaksud dengan NOPAT yaitu laba operasi bersih sesudah pajak, sedangkan COC adalah semua biaya yang secara riil dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka berbagai kegiatan yang di lakukan perusahaan.

Tabel 2

Nilai Economic Value Added PT. Ramayana Sentosa Tbk

Tahun

NOPAT

Capital Carge

EVA

2013

343873.6709

354709.1094

(10,835.44)

2014

273002.0326

355103.3782

(82,101.35)

2015

231053.4844

424751.2502

(111,683.82)

2016

323359.4826

391079.3921

(67,719.91)

2017

328322.9003

387652.8916

(59,329.99)

Sumber. Data diolah oleh penulis 2020

Sayangnya PT.Ramayana dari tahun 2013-2017 belum bisa memberikan nilai EVA yang positif. Nilai nopat perusahaan lebih kecil dari nilai biaya modal yang dikeluarkan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan belum dapat memberikan nilai ekonomis ke dalam perusahaan atau dengan kata lain perusahaan belum mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi melalui kegiatan kegiatan oparasionalnya. Pada tahun 2014 pendapatan perusahaan turun sebesar 26% dari tahun sebelumya yang semula 403,012,000,000 menjadi 298,412,000,000. Dan nilai EVA terendah terjadi pada 2015 dengan nilai -111,683,816,613.11 hal ini terjadi akibat krisis ekomoni yang membuat aktifitas jual beli saham lesu yang berimbas pada pendapatan perusahaan hanya tercatat 250,694,000,000. Pada tahun 2015 PT Ramayana berhasil meningkatkan pendapatannya sebesar 47% dengan selisih 117,460,000,000 berdampak baik pada peningkatan nilai EVA sebesar sebesar 39%.

Gambar 1

Grafik Nilai Economic Value Added PT. Ramayana Santosa Tbk

544

Syntax Idea, Vol. 2, No 9, September 2020

This HTML is created from PDF at https://www.pdfonline.com/convert-pdf-to-html/

Analisis Nilai Perusahaan Melalui Buyback Stock

Sumber. Data diolah oleh penulis 2020

D. Market Value Added (MVA)

Market Value Added (MVA) menunjukkan kinerja pasar dari suatu perusahaan. Metode perhitungan MVA dapat menggambarkan seberapa besar kemampuan perusahaan atas modal yang dimiliki oleh para investor karena melibatkan harga saham sebagai komponen utamanya. Harga saham mencerminkan kekuatan interaksi antara perusahaan dan para pemegang saham. Selain itu, pengumuman pelaksanaan buyback juga akan memberi siyal kepada para investor dan meningkatkan ketertarikan mereka akan pembelian saham perusahaan. Informasi tersebut salah satunya adalah mengenai kinerja yang berkaitan dengan perusahaan. Nilai mva yang semakin tinggi mencerminkan kinerja perusahaan yang baik karena perusahaan berhasil meningkatkan nilai tambah atas modal yang di percayakan oleh investor kepada perusahaan.

Tahun

Harga

Jumlah Saham

Nilai pasar saham

Total Ekuitas

Mva

Saham

Beredar

 

 

 

 

2013

Rp.1,060

7096000000

7,521,760,000,000

3,217,171,000,000

4,304,589,000,000

2014

Rp.790

7096000000

5,605,840,000,000

3,359,447,000,000

2,246,393,000,000

2015

Rp.645

7053445913

4,549,472,613,885

3,333,804,000,000

1,215,668,613,885

2016

Rp.1,196

6805564499

8,139,455,140,804

3,337,399,000,000

4,802,056,140,804

Syntax Idea, Vol. 2, No. 9, September 202

545

Dion Setianto, Dicky Jhoansyah dan Faizal Mulia

2017 Rp.1,200 6722818900 8,067,382,680,000 3,494,345,000,000 4,573,037,680,000

Sumber. Data diolah oleh peneliti 2020

Mva yang dihasilkan pt ramayana selalu menghasilkan hasil yang positif dari tahun 2013-2017. Hal ini menandakan perusahaan telah berhasil memelihara kepercayaan investor atas modal yang di tanamkan investor. Akan tetapi pada tahun 2014 terjadi penuruan yang cukup besar dari tahun sebelumnya sebesar 48%. Hal ini di karenakan laba usaha yang menurun dan bertambahnya beban usaha yang berakibat pada harga saham yang turun menjadi Rp.790 padahal sebelumnya Rp.1,060. Pada tahun 2015 Ramayana harus menghadapi krisis ekonomi pasca sebelumnya menghadapi tahun yang berat. Nilai pasar saham Ramayana tercatat menurun sebesar 19% karena lesunya permitaan dan penawaran pasar saham akibat dari dampak krisis. Tahun 2016 dan 2017 terjadi peninkatan mva yang cukup tinggi sebesar 296% dari tahun 2015. Hal ini dapat terjadi karena ada peningkatan nilai pasar saham sebesar 79% pasca perusahaan memutuskan melakukan buyback dan berkurangnya jumlah saham yang beredar.

Gambar 2

Grafik Nilai Matket Value Added PT. Ramayana Santosa Tbk

Sayangnya PT.Ramayana dari tahun 2013-2017 belum bisa memberikan nilai EVA yang positif. Nilai nopat perusahaan lebih kecil dari nilai biaya modal yang dikeluarkan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan belum dapat memberikan nilai ekonomis ke dalam perusahaan atau dengan kata lain perusahaan belum mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi melalui kegiatan kegiatan oparasionalnya. Pada tahun 2014 pendapatan perusahaan turun sebesar 26% dari tahun sebelumya yang semula 403,012,000,000 menjadi 298,412,000,000. Dan nilai EVA terendah terjadi pada 2015 dengan nilai -111,683,816,613.11 hal ini terjadi akibat krisis ekomoni yang membuat aktifitas jual beli saham lesu yang berimbas pada pendapatan perusahaan hanya tercatat 250,694,000,000. Pada tahun 2015 PT

546

Syntax Idea, Vol. 2, No 9, September 2020

This HTML is created from PDF at https://www.pdfonline.com/convert-pdf-to-html/

Analisis Nilai Perusahaan Melalui Buyback Stock

Ramayana berhasil meningkatkan pendapatannya sebesar 47% dengan selisih 117,460,000,000 berdampak baik pada peningkatan nilai EVA sebesar sebesar 39%.

Kesimpulan

Berdasarkan dari penelitian analisis buyback stock dalam mengukur nilai perusahaan pada PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk dari tahun 2013 hingga tahun 2017 dapat disimpukan bahwa Nilai buyback stock ekuilibrium pada tahun 2015-2017 berdampak positif terhadap nilai perusahaan, karena harga saham pada tahun berikutnya lebih besar dari harga saham yang diharapkan investor pada tahun sebelumnya.

Nilai perusahaan sebelum terjadinya buyback dengan metode Earning per sharedari tahun 2013-2015 sebesar 47,64 artinya perusahaan sedang dalam kondisi yang kurang stabil. Setelah perusahaan melakuan pembelian saham sendiri, pada tahun 2015-2017 nilai EPS perusahaan sebesar 60,47. Artinya nilai EPS perusahaan mengalami perbaikan pasca melakukan buyback .

Nilai perusahaan sebelum terjadinya buyback dengan metode Economic Value Added pada tahun 2015 sebesar -111,683.82. Ini artinya perusahaan belum bisa menciptakan nilai tambah ekonomi kepada investor karena EVA bernilai negative. Setelah perusahaan melakukan buybck stock pada tahun 2016, nilai EVA perusahaan menjadi -67,719,909,547.71. Artinya nilai EVA perusahaan mengalami perbaikan pasca melakukan buyback meskipun perusahaan belum bisa memberikan nilai EVA yang positif.

Nilai perusahaan sebelum terjadinya buyback dengan metode Market Value Added pada tahun 2015 sebesar 1,215,668,613,885. Ini artinya perusahaan telah berhasil menciptakan nilai tambah pasar kepada investor karena MVA bernilai positif. Setelah perusahaan melakukan buybck stock pada tahun 2016, nilai MVA perusahaan menjadi 4,802,056,140,804.. Artinya nilai MVA perusahaan mengalami peningkatan pasca melakukan buyback stock.

Syntax Idea, Vol. 2, No. 9, September 202

547

This HTML is created from PDF at https://www.pdfonline.com/convert-pdf-to-html/

Dion Setianto, Dicky Jhoansyah dan Faizal Mulia

BIBLIOGRAFI

As’ari, H., Ahmad Pabulo, A. M., & Zaman, B. (2019). Pengaruh Restrukturisasi Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan. Jae (Jurnal Akuntansi Dan Ekonomi), 4(3), 10–21. https://doi.org/10.29407/jae.v4i3.13133

Bramantyo, D. (2004). Restrukturisasi Berbasis Nilai Strategi Menuju Keunggulan Bersaing. Ppm, Jakarta.

Dwi, C. (2012). Pengaruh Kebijakan Manajemen Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan. 3(1), 20–28.

Gulo, W. A. (2011). Analisis Economic Value Added ( EVA ) dan Market Value Added ( MVA ) sebagai Alat Pengukur Kinerja Keuangan PT SA. Jurnal Manajemen Dan Organisasi, II(2), 123–133.

Hidayati, I. W. (2015). Analisis Economic Value Added ( Eva ) Dan Financial Value Added ( Fva ) Sebagai Salah Satu Alat Ukur Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi pada PT . Panca Mitra Multiperdana Periode 2010-2014 ). 25(2), 1–7.

Husnan, S. (2012). Dasar – Dasar Manajemen Keuangan (6th ed.). UPP STIM YPKN.

Iswandira, A., Nurhayati, I., & Suharti, T. (2015). Analisis Economic Value Added (EVA) Dan Market Value Added (MVA) Sebagai Alat Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Perusahaan PT.Indofood Sukses Makmur Tbk. Jurnal Ilmiah Inovator.

Marpaung, B. S., & Fadillah, A. (2012). Pengaruh Stock Buyback Terhadap Kinerja Saham dan Kinerja Keuangan, Studi Kasus pada PT. Jasuindo Tiga Perkasa, Tbk. Jurnal Ilmiah Ranggagading, 12(2), 136–147.

Munggaran, A., Mukaram, M., & Sarah, I. S. (2018). Pengaruh Earning Per Share (Eps) Terhadap Harga Saham (Kasus Pada Perusahaan Sektor Property, Real Estate, and Building Construction Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-

2015). Jurnal Riset Bisnis Dan Investasi, 3(2), 1. https://doi.org/10.35697/jrbi.v3i2.929

Natania, C. (2018). Pengumuman Buy Back ( Studi Kasus Pada PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk Periode 2015 ). 60(1), 100–108.

Niekie Arwiyati, S. (2012). Pengaruh Eva, Rasio Profitabilitas Dan Eps Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010. 1–30.

Riyardi, A. (2009). Faktor Internal Dan Eksternal Yang Mempengaruhi Kinerja

Keuangan Pdam Kota Surakarta. 2(1), 44–51. https://doi.org/10.15294/jejak.v2i1.1455

Rudianto. (2006). Akuntansi Manajemen. PT Grasindo.

548

Syntax Idea, Vol. 2, No 9, September 2020

This HTML is created from PDF at https://www.pdfonline.com/convert-pdf-to-html/

Analisis Nilai Perusahaan Melalui Buyback Stock

Sri Rahayu, N., & Dana, I. (2016). Pengaruh Eva, Mva Dan Likuiditas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food and Beverages. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 5(1), 253521.

Sugianto, I., & Nugraha. (2017). Analisis Komparatif Metode Rasio Keuangan Dan Economic Value Added Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Pada. 2(2), 1–15.

Sugiono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cetakan Ketiga Belas. Penerbit Alfabeta.

Triatmojo, J. (2012). Model Terbaik Dalam Memprediksi Return: Return on Equity (Roe) Atau Economic Value Added (Eva). Media Riset Akuntansi, 1(2).

Van Horne, J. C., & Wachowicz, J. M. (2005). Fundamentals of financial management. Pearson Education.

Wijayanti, K. D. D., & Sulasmiyanti, S. (2018). Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Perusahaan Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Sektor Pertambangan Yang Terdaftar Di Daftar Efek Syariah Periode 2013-2016). Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Perusahaan Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Sektor Pertambangan Yang Terdaftar Di Daftar Efek Syariah Periode 2013-2016), 55(2), 1–14.

Syntax Idea, Vol. 2, No. 9, September 202

549

This HTML is created from PDF at https://www.pdfonline.com/convert-pdf-to-html/