How to cite:
Wafiq Aziza Papene (2024) Perbedaan Jumlah Trombosit pada Pasien Diabetes Melitus Tipe LL
Terkontrol dengan Tidak Terkontrol di RSUD Panembahan Senopati Bantul, (06) 10
E-ISSN:
2684-883X
PERBEDAAN JUMLAH TROMBOSIT PADA PASIEN DIABETES MELITUS
TIPE II TERKONTROL DENGAN TIDAK TERKONTROL DI RSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
Wafiq Aziza Papene, Ismarwati
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Abstrak
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia yang terjadi karena sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan jumlah trombosit pada pasien diabetes
melitus tipe II terkontrol dengan tidak terkontrol di RSUD Panembahan Senopati
Bantul. Jenis penelitian kuantitatif dengan metode observasional melalui pengumpulkan
data sekunder. Populasi pada penelitian ini terdiri dari 100 sampel. Berdasarkan dari
penelitian yang sudah dilakukan bahwa pasien diabetes melitus tipe II paling banyak
mengalami kadar HbA1c tidak terkontrol dan kebanyakan berjenis kelamin Perempuan
selama > dari 5 tahun. Hasil dari analisis data menggunakan uji Mann-Whitney
menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah kadar
trombosit pada pasien diabetes melitus tipe II terkontrol dengan tidak terkontrol hasil
dari penelitian membuktikan bahwa nilai p (value) = 0,084 (< 0,05)
Kata kunci: Trombosit, Diabetes Melitus, Terkontrol dengan tidak terkontrol
Abstract
Diabetes Mellitus is some metabolic diseases marked by hyperglycemia, which is
caused by either insufficient insulin production, impaired insulin function, or both. This
study aims to investigate the difference in platelet counts between patients with
controlled and uncontrolled type II diabetes mellitus at Panembahan Senopati Bantul
Regional Hospital. This study employed a quantitative approach, utilizing an
observational method to collect secondary data. The study population comprised 100
samples. According to the conducted research, it has been found that patients
diagnosed with type II diabetes mellitus predominantly experience elevated HbA1c
levels that are difficult to manage. Additionally, the majority of these patients are
female and have been dealing with the condition for more than five years. The data
analysis utilizing the Mann-Whitney test concluded that there was no statistically
significant difference in platelet levels between patients with controlled and
uncontrolled type II diabetes mellitus. The study's findings demonstrate that the p-value
= 0.084 (< 0.05)
Keywords: Platelets, Diabetes Mellitus, Controlled and Uncontrolled
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
Perbedaan Jumlah Trombosit pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Terkontrol dengan
Tidak Terkontrol di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024 6275
PENDAHULUAN
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemia yang terjadi karena sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya
(Purnama & Safitri, 2022). Insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh pankreas
dan berperan untuk memasukkan glukosa ke dalam sel-sel tubuh. Kadar glukosa
tersebut akan di ubah menjadi energi yang diperlukan oleh otot dan jaringan. Apabila
insulin yang diproduksi oleh pankreas tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan
terjadinya kekurangan gula dalam darah sehingga konsentrasi kadar gula dalam darah
akan meningkat (Purnama & Safitri, 2022). Menurut International Diabetes (Sun et al.,
2022) menjelaskan bahwa indonesia berada di posisi ke 5 dengan jumlah penderita
diabetes sebanyak 19,47 juta. Dengan jumlah penduduk sebesar 179,72 juta, yang
artinya prevalensi diabetes melitus di Indonesia sebesar 10,6%. Prevalensi tertinggi
terjadi di yogyakarta (2,6%), jakarta (2,5%), sulawesi utara (2,4%). Menurut Monica et
al., (2015) Prevalensi penderita diabetes yang telah di analisis oleh dokter atau gejala,
tertinggi berada di sulawesi tengah (3,7%), sulawesi utara (3,6%), sulawesi selatan
(3,4%) dan nusa tenggara timur 3,3% (Iacono et al., 2015).
Trombosit pada penderita diabetes melitus tipe 2 mengalami peningkatan
reaktivitas dan aktivasi pertama yang mungkin menjalankan fungsinya dalam
perkembangan dan kelangsungan komplikasi vaskular. Hiperglikemia yang berlangsung
menyebabkan perubahan yang berhubungan sehingga dapat menyebabkan disfungsi
endotel dan komplikasi vaskular (Zuanita, 2020).
Pengaruh faktor genetik diabetes melitus dapat dilihat dari keturunan yang
memiliki riwayat penyakit sebelumnya. Diabetes melitus biasa disebut juga sebagai
gaya hidup selain itu penyakit ini mempunyai berbagai penyebab faktor lingkungan
meliputi usia, obesitas, resistensi insulin, aktifitas fisik, gaya hidup dan makanan
(Betteng, 2014).
HbA1c merupakan salah satu hemoglobin terglikasi dan tersubfraksi yang
dibentuk oleh pelekatan berbagai glukosa ke molekul HbA atau hemoglobin pada usia
dewasa, yang akan meningkat dengan konsentrasi glukosa dalam darah rata-rata. Kadar
HbA1c normal berdasarkan rentang umur eritrosit sekitar 100 sampai dengan 120 hari.
Oleh karena itu kadar HbA1c mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata selama 2
sampai 3 bulan terakhir. HbA1c yaitu pemeriksaan tunggal terbaik untuk menilai risiko
terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan oleh tingginya kadar gula dalam darah
(Sartika & Hestiani, 2019).
Pada penderita diabetes melitus dilakukan pemeriksaan HbA1c, ketika kadar
HbA1c <7% dikategorikan terkontrol apabila kadar HbA1c melebihi dari >7% sudah
memasuki kategori diabetes melitus tidak terkontrol.
HbA1c dapat menunjukkan hasil glukosa darah penderita dengan parameter
pemeriksaan utama guna mengontrol diabetes melitus sehingga dapat menurunkan dan
mencegah resiko komplikasi penyakit diabetes melitus (Farhan et al., 2022).
Penderita diabetes melitus tipe ll dilakukan juga pemeriksaan trombosit jika
kadar trombosit dalam tubuh manusia berjumlah 10.000 keping/mm dikatakan
Wafiq Aziza Papene
6276 Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
trombositopenia yang berarti jumlah trombosit berada di bawah batas normal dan rentan
mengalami pendarahan. Apabila kadar trombosit melebihi dari batas normal yang
melebihi dari 400.000 keping/mm maka dikatakan sebagai tromboositosis artinya
peningkatan jumlah trombosit ditandai dengan produksi trombosit yang berlimpah di
sumsum tulang (Durachim & Astuti, 2018)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional analytic dengan
menggunakan pengujian Mann-Whitney. Penelitian ini sudah dilakukan dan dinyatakan
lolos uji etik dengan No.3552/KEP-UNISA/III/2024.
Penelitian menggunakan data sekunder di RSUD Panembahan Senopati Bantul
yaitu Pasien diabetes melitus Tipe II yang melakukan pemeriksaan HbA1c dan
melakukan pemeriksaan laboratorium kadar trombosit. Berdasarkan kriteria inklusi dan
ekslusi. Kriteria inklusi yaitu pasien yang menderita diabetes melitus tipe II terkontrol
dengan tidak terkontrol di usia 60-80 tahun yang melakukan pemeriksaan kadar gula
darah menggunakan parameter HbA1c di RSUD Panembahan Senopati Bantul pada
tahun 2022 setiap 3 bulan sekali. Kriteria eklusi pada penelitian ini antara lain Pasien
yang sedang menjalani pengobatan yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan kadar
trombosit dan Pasien yang mempunyai riwayat tranfusi darah dalam waktu dekat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, umur, lama
menderita
Karakteristik
N
%
Jenis kelamin
Laki-laki
45
45%
Perempuan
55
55%
Jumlah
100
100%
Umur
60-70 tahun
68
68%
71-80 tahun
27
27%
>80 tahun
5
5%
jumlah
100
Lama menderita
< 5 Tahun
47
47%
< 5 Tahun
53
53%
Jumlah
100
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa pada karakteristik berdasarkan jenis kelamin
terbanyak yaitu Perempuan 55%, sampel data umur terbanyak adalah usia 60-70 tahun
yaitu 68% dan responden lama menderita yaitu lebih dari 5 tahun berjumlah 53%.
Perbedaan Jumlah Trombosit pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Terkontrol dengan
Tidak Terkontrol di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024 6277
Tabel 2. Uji Normalitas
Status pasien
Keterangan
Terkontrol
Tidak normal
Tidak terkontrol
Tidak normal
Dari hasil uji normalitas dapat dilihat bahwa Asymptotic significance untuk
semua variabel independen dan dependen sebesar 0,000 yang berarti Asymptotic
significance < 0,05, sehingga dapat dikatakan semua data tidak berdistribusi normal.
Tabel 3. Jumlah Trombosit Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Terkontrol
Dengan Tidak Terkontrol.
N
Mean
Standar deviasi
(SD)
P-Value
Terkontrol
28
1,172
0,451
0,000
Tidak terkontrol
72
Berdasarkan tabel 3 didapatkan pada penelitian ini pasien terkontrol diabestes
melitus tipe II yang menghasilkan jumlah trombosit dengan rata-rata yaitu 28 (28%)
sedangakan pada pasien diabetes melitus tipe II tidak terkontrol memiliki jumlah kadar
trombosit dengan nilai rata-rata 72 (72%) dan menghasilkan nilai Standar Deviation
terkontrol yaitu 0,451.
Tabel 4. Perbedaan Jumlah Trombosit Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
II Terkontrol Dengan Tidak Terkontrol
Variable 1
Kategori
Nilai rata-
rata
Simpang
baku
Nilai
P
Signifikansi
DM
Tipe 2
232,15
83,525
Terkontrol
3,85
295
Trombosit
0,574
<0,05
DM
Tipe 2
479,30
37,714,
Tidak
terkontrol
7,69
920
Berdasarkan tabel 4 yang didapatkan pada penelitian ini pasien terkontrol
diabetes melitus tipe II terkontrol yang menghasilkan jumlah trombosit dengan nilai
rata-rata yaitu 232,000u/L sedangkan pada pasien diabetes melitus tipe II tidak
terkontrol memiliki jumlah kadar trombosit dengan nilai rata-rata 479,000u/L dan
menghasilkan nilai Standar Deviation terkontrol yaitu 83,525,295 sedangkan tidak
terkontrol 37,714,920. Hasil dari pengujian menunjukkan nilai p > 0,05, yaitu 0,574.
Hasil menunjukkan bahwa tidak dapat perbedaan pada jumlah trombosit pada pasien
diabetes melitus tipe II terkontrol dengan tidak terkontrol.
Wafiq Aziza Papene
6278 Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
Tabel 5. Jumlah Kadar Hba1c Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II
Terkontrol Dengan Tidak Terkontrol.
Variable
Nilai Rata-
rata
Nilai
terendah
Nilai
tertinggi
Simpang
Baku
DM tipe II
4,90
7,00
618,89
58,791
Terkontrol
DM tipe II
6,90
17,80
1017,22
234,420
Tidak
terkontrol
Jumlah Kadar Trmosit Pada Pasien Diabetes Miletus Tipe II Terkontrol Dengan
Tidak Terkontrol
Jumlah kadar trombosit pada pasien diabetes melitus Tipe II terkontrol ada 28
sampel sedangkan kadar trombosit pada pasien yang tidak terkontrol berjumlah 72
sampel maka nilai signifikansi > 0,05, yaitu sebesar 0,842 yang artinya tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara jumlah trombosit pada pasien diabetes melitus tipe II
terkontrol dengan tidak terkontrol. Hal ini terjadi karena pada subjek penelitian baik
diabetes melitus tipe II terkontrol maupun diabetes melitus tipe II tidak terkontrol
memiliki jumlah trombosit masih dalam rentang normal yaitu 150000 450000 u/L.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rotty et al., 2015) bahwa
trombosit memainkan peranan penting dalam hubungan fungsi pembuluh darah dan
thrombosis yang dimana terjadi peningkatan agregasi trombosit yang terjadi karena
trombosit teraktivasi karena adanya hiperglikemia mengakibatkan beban di jaringan
tubuh. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan (Siregar et al., 2017) yang
menyebutkan bahwa ada hubungan jumlah trombosit dengan terjadinya ulkus diabetic
pada penderita DM tipe 2.
Penulis menemukan bahwa jumlah trombosit pada pasien diabetes melitus tipe II
terkontrol memiliki nilai trombosit yang
Tabel 6. Kadar Hba1c Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II
Kadar
kode
N
%
Mean
Sum of
Rank
Ranks
Terkontrol
29
(29%)
15.00
435.00
HbA1c
Tidak terkontrol
71
(71%)
65.00
4615.00
Total
100
Berdasarkan tabel 6 pasien dengan kadar HbA1c yang paling banyak yaitu
dengan kadar HbA1c tidak terkontrol yaitu 71 sampel data dengan rata-rata 65.00.
Hasil dari penelitian ini pasien diabetes melitus yang paling banyak mengalami
jumlah trombosit tidak terkontrol dengan jumlah 72 sampe. Hal ini kemungkinan di
akibatkan karena terjadi peningkatan sebagai dari aktivitas trombosit yang meningkat
sehingga jumlah trombosit dalam sirkulasi darah berkurang. Hasil ini menunjukkan
terjadi adanya peningkatan jumlah trombosit yang diakibatkan adanya peningkatan
Perbedaan Jumlah Trombosit pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Terkontrol dengan
Tidak Terkontrol di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024 6279
konsumsi perifer atau penggunaan trombosit berlebihan pada diabetes melitus
(Widiarto, Posangi, Mongan, & Memah, 2013)
Penelitian ini didukung oleh (Widiarto et al., 2013) tidak ditemukan perbedaan
yang signifikan anatar jumlah trombosit pada pasien diabetes melitus Tipe 2 dengan
komplikasi vaskular dan pasien diabetes melitus Tipe 2 tanpa komplikasi vaskular. Hal
ini terjadi karena pada diabetes melitus 2 baik komplikasi vaskular, yang mengalami
gangguan pertama bukan pada jumlah trombosit tapi pada fungsinya. Trombosit tetap
berjalan apabila terjadi cedera jaringan dan apabila jumlahnya menurun dalam sirkulasi,
tetapi terjadi pergantian trombosit (Widiarto et al., 2013).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian dari (Rafli et al., 2023) pada penderita
diabetes melitus menghasilkan trombosit yang melebihi dari 400.00 sel/mm. Menurut
(FITRIANA & FITRIANA, 2021) trombosit yang melebihi dari 400.00 sel/mm
dikarenakan adanya keadaan hiperglikemia pada penderita diabetes melitus sehingga
terjadinya peningkatan adhesi dan aktivasi trombosit yang dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan agregasi trombosit saat terjadi cedera vaskular. Beberapa studi
yang ditemukan bahwa pada penderita diabetes melitus tipe II yang memiliki riwayat
menderita yang lama di atas 10 tahun berjenis kelamin Perempuan.
penelitian ini sejalan dengan teori Dimana ketika terjadi hiperglikemia menjadi
gejala awal penyakit diabetes melitus Tipe II yang mengakibatkan terjadinya disfungsi
trombosit yang terjadi karena trombopoeisis yang mempercepat agregasi trombosit yang
disebabkan karena peningkatan dua kali lipat pergantian trombosit yang menyebabkan
terjadinya trombositopenia komplikasi kardiovaskular (Susilo et al., 2020).
Pada penelitian ini dipengaruhi oleh karakteristik umur, jenis kelamin dan lama
menderita yang terdapat pada tabel 1 penderita terbanyak pada penelitian ini adalah
Perempuan yaitu 55% dibandingkan dengan laki-laki. Menurut riset Kesehatan tahun
(2018) yang mengalami diabetes melitus di Indonesia lebih banyak berjenis kelamin
perempuan dari pada laki-laki (Kemenkes RI, 2019).
Berdasarkan penyebaran diabetes melitus di Indonesia perempuan dan laki-laki
memiliki kesempatan yang sama terpapar diabetes. Tetapi, dari faktor risiko, wanita
yang lebih beresiko menderita diabetes karena berdasarkan secara fisik Wanita
mempunyai peluang meningkat indeks masa tubuh yang cukup besar, sindroma siklus
bulanan pasca-menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh berubah
menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko
menderita diabetes melitus tipe 2 (Rosita, Kusumaningtiar, Irfandi, & Ayu, 2022). Hal
ini sejalan dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh (Palimbunga, Pandelaki,
Mongan, & Manoppo, 2013) yang menjelaskan bahwa dari 112 sampel data rekam
medik didapatkan jenis kelamin perempuan yang lebih banyak menderita diabetes
melitus, yaitu 66 sampel (58,9%), sedangkan laki-laki ialah 46 sampel (41,1%). Hal ini
disebabkan karena perempuan cenderung memiliki berat badan lebih (obesitas), aktifitas
fisik yang kurang, serta terdapat pengaruh faktor hormonal yang merupakan salah satu
faktor terjadinya diabetes melitus (Palimbunga et al., 2013). Pada penelitian (Komariah
& Rahayu, 2020)menunjukan bahwa jenis kelamin Perempuan yang lebih banyak
Wafiq Aziza Papene
6280 Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
menderita diabetes melitus. Menurut (Rahmasari & Wahyuni, 2019), Perempuan lebih
berisiko menderita penyakit diabetes melitus karena secara fisik perempuan memiliki
kesempatan peningkatan indeks massa tubuh yang lebih besar. Maka dari itu perempuan
di sarankan untuk melakukan pemeriksaan dari pada laki-laki (Rahmasari & Wahyuni,
2019). Umur pada penderita diabetes melitus juga dapat menjadikan salah satu faktor
terjadinya diabetes melitus tipe II. Menurut dari penelitian (Milita, Handayani, &
Setiaji, 2021) bahwa pada umur 60 70 paling banyak mengalami diabetes melitus tipe
II dikarenakan diabetes melitus muncul setelah seseorang yang memasuki usia paling
rawan yaitu setelah 45 tahun. Dari 100 responden yang memenuhi kriteria diabetes
melitus tipe II didapatkan usia 60-70 tahun merupakan responden terbanyak dalam
penelitian yaitu sebesar 68%. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Masyarakat di Kanada pada tahun (2011) yang menyebutkan bahwa
prevalensi penyakit diabetes melitus tipe II meningkat berdasarkan usia dan paling
banyak ditemukan adalah usia tua dibandingkan dengan usia muda. Peningkatan ini
berlangsung hingga mencapai puncak usia 70-79 tahun dan selanjutnya mengalami
penurunan di usia 80 tahun atau bahkan lebih. Usia bertambah adalah salah satu faktor
risiko terjadinya penyakit diabetes.
Berdasarkan dengan Riwayat lama menderita pasien diabetes melitus Responden
yang menderita selama <5 tahun dengan jumlah sebanyak 47%, sedangkan responden
yang menderita > 5 tahun sebanyak 53%. Lama menderita berbanding lurus dengan
resiko terjadinya komplikasi, yang semakin lama menderita penyakit diabetes melitus
maka semakin tinggi juga risiko terjadinya komplikasi. Seseorang yang mengalami
diabetes melitus dengan jangka waktu yang lama akan semakin tinggi kerusakan sel
saraf. Keadaan hiperglikemia kronik pada tahap awal penyakit diabetes melitus tipe II
dapat menyebabkan perubahan homeostatis biokimiawi sel yang dapat mempengaruhi
serabut sel saraf kecil, semakin bertambah lama penyakit akan mengakibatkan serabut
sel saraf besar yang berhubungan dengan penurunan kecepatan menyalurkan sel saraf
(Rahmi, Syafrita, & Susanti, 2022). Adanya diabetes melitus akan mempengaruhi
kesehatan pasien, kasus ini dapat terjadi karena memburuknya kontrol glukosa yang
kemungkinan disebabkan oleh dari kerusakan sel beta yang terjadi seiring dengan
bertambahnya lama menderita diabetes melitus (Kayar et al., 2017). Hal ini sejalan
dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh (Park et al., 2015) menyatakan bahwa
pasien yang menderita selama 10 tahun atau lebih maka memiliki rata-rata kadar
glukosa darah dan kontrol HbA1c yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang
telah menderita kurang dari 5 tahun dan antara 510 tahun.
Kadar HbA1c Pada Penderita Deabetes Miletus II
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pasien yang memiliki kadar HbA1c yang
tidak terkontrol berjumlah 71 pasien yang memiliki kadar HbA1c >7% yaitu
menandakan bahwa pasien menghasilkan kontrol glikemik yang buruk. Apabila hal ini
berjalan terus akan mengakibatkan terjadinya komplikasi. Studi yang telah dilakukan
oleh Kumamoto dan United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) telah
mengkonfirmasi bahwa kontrol glikemik yang intensif secara signifikansi akan
Perbedaan Jumlah Trombosit pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Terkontrol dengan
Tidak Terkontrol di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024 6281
mengurangi kejadian komplikasi mikrovaskular pada diabetes melitus tipe II dalam
jangka pendek. Oleh karena itu, pencapaian target HbA1c <7% telah terbukti
mengurangi komplikasi mikrovaskular pada diabetes melitus tipe I maupun diabetes
melitus tipe II apabila dilakukan pada awal perjalanan penyakit.
Penelitian ini berkaitan dengan hasil penelitian (Utomo., 2015) menyatakan
bahwa dari 22 responden pasien diabetes melitus tipe II didapatkan 17 responden
(77,3%) memiliki kadar HbA1c yang tidak terkontrol yang dapat menyebabkan
komplikasi oleh karena itu bagi para penderita diabetes, ADA (American Diabetes
Association) memberi saran kadar HbA1c dikatakan terkontrol apabila < 7% dan yang
tidak terkontrol >7% (Utomo et al., 2015).
Penelitian ini sejalan juga dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
(Wulandari., 2020) yang menjelasakan bahwa pasien diabetes melitus tipe II
menunjukkan kadar HbA1c tidak terkontrol yang masih lebih besar dibandingkan
dengan kadar HbA1c terkontrol, hasil ini juga ditemukan di berbagai negara. Kadar
HbA1c >7% di berbagai daerah maupun negara yang menyatakan kontrol glikemik pad
pasien diabetes melitus tipe II belum maksimal mendapatkan penanganan secara dini
(Ayu et al., 2017).
Pemeriksaan HbA1c lebih akurat dibandingkan dengan pemeriksaan glukosa
darah puasa dan glukosa darah 2 jam post prandial dalam memantau diabetes melitus.
HbA1c ini tergolong kedalam eritrosit yang masih aktif selama 100-120 hari. Apabila
kadar HbA1c meningkat atau buruk maka kadar HbA1c menyatakan bahwa
pengendalian metabolisme glukosa yang buruk selama 3-4 bulan berlalu. Kadar HbA1c
baik antara 4%-5,9%. Beberapa studi memperlihatkan bahwa diabetes melitus tidak
terkontrol akan mengakibatkan komplikasi, bagi penderita diabetes melitus target kadar
HbA1c disarankan <8%. Apabila semakin tinggi kadar HbA1c maka akan semakin
tinggi juga resiko komplikasi (Palangka Raya et al., 2019).
Diabetes melitus tipe ll terbagi dalam 2 kelompok yaitu terkontrol dan tidak
terkontrol. Diabetes melitus berhubungan dengan gangguan pada pembuluh darah kecil
dan pembuluh darah besar. Komplikasi ini sangat berhubungan dengan kontrol glukosa
darah. Diabetes melitus tipe ll terkontrol di tandai dengan pemeriksaan kadar HbA1c <
7%. Diabetes melitus tipe ll yang tidak terkontrol di tandai dengan pemeriksaan kadar
HbA1c > 7%. Selain itu gula darah yang tidak terkontrol diduga berperan sebagai
penyebab terjadinya gangguan fungsi kongnitif pada penderita Diabetes Melitus
(Nugroho et al., 2019).
Apabila kadar glukosa darah pada saat puasa diatas 126 mg/dl dan dua jam
sesudah makan di ats 200 mg/dl, yang artinya seseorang menderita diabetes melitus dan
ketika kadar HbA1cnya tinggi dalam darah, maka banyak molekul hemoglobin yang
berhubungan dengan glukosa. Kontrol HbA1c bermanfaat untuk pengobatan diabetes
dan apabila A1c menunjukkan hasil yang tinggi maka artinya kontrol glukosa darah
buruk dewi, (2018). Selain itu gula darah yang tidak terkontrol diduga berperan sebagai
penyebab terjadinya gangguan fungsi kongnitif pada penderita Diabetes Melitus (Adi et
al., 2016).
Wafiq Aziza Papene
6282 Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
Pada penderita diabetes melitus dilakukan pemeriksaan HbA1c, ketika kadar
HbA1c <7% dikategorikan terkontrol apabila kadar HbA1c melebihi dari >7% sudah
memasuki kategori diabetes melitus tidak terkontrol (Durachim & Astuti, 2018).
Penderita diabetes melitus tipe ll umumnya didapatkan faktor resistensi insulin
yang berkaitan dengan diabetes melitus tipe II dan paling banyak terjadi pada seseorang
yang melakukan gaya hidup yang kurang baik (Fatimah, 2015). Bertantangan dengan
ajaran Al-Qur’an yang melarang makan berlebihan dan minum berlebihan. Allah SWT
berfirman dalam Al Qur’an Surah Thaha Ayat 81 yang artinya :
“Nikmatilah makanan yang bergizi dari rezeki yang telah Kami berikan
kepadamu. Janganlah melampaui batas yang menyebabkan kemurkaan-Ku akan
menimpamu. Siapa yang terperangkap ke dalam kemurkaan-Ku maka sungguh
binasalah dia”. Seperti yang disebutkan dalam ayat di atas, Allah membatasi pemberian
yang dia kirimkan kepada umatnya. Ketika membeli atau memakan sesuatu, Allah SWT
akan murka dengan sesuatu yang berlebihan. Oleh karena itu kita sebagai manusia
terutama bagi penderita diabetes harus menjaga pola makan agar tetap terjaga dan
terhindar dari komplikasi (Rachmawati, Florina, & Muyassaroh, 2022)
KESIMPULAN
Berdasarkan dari penelitian yang sudah dilakukan bahwa pasien diabetes melitus
tipe II paling banyak mengalami kadar HbA1c tidak terkontrol dan kebanyakan berjenis
kelamin perempuan. Dari hasil uji statistic didapatkan p > 0,05 yaitu 0,574 artinya tidak
ada perbedaan yang signifikan antara jumlah trombosit pada pasien diabetes melitus
terkontrol dengan tidak terkontrol.
BIBLIOGRAFI
Betteng, Richardo. (2014). Analisis Faktor Resiko Penyebab Terjadinya Diabetes
Melitus Tipe 2 Pada Wanita Usia Produktif Dipuskesmas Wawonasa. Ebiomedik,
2(2).
Durachim, Adang, & Astuti, Dewi. (2018). Hemostasis. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 1239.
Farhan, Fanny Septiani, Ariguntar, Tri, Farsida, Farsida, Rayhana, Rayhana, Safina,
Lailan, & Saenong, Rizqa. (2022). Edukasi Dan Sosialisasi Protokol Kesehatan
Sebagai Upaya Pemutusan Mata Rantai Penularan Covid 19 Di Masjid-Masjid
Jakarta Timur Dan Bekasi. Abdi Masyarakat, 4(1).
Fatimah, Restyana Noor. (2015). Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Majority, 4(5), 93
101.
Fitriana, E. F. A., & Fitriana, E. F. A. (2021). Gambaran Jumlah Trombosit Pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 DI RSUD DR. R. KOESMA TUBAN.
Iacono, Marco Lo, Monica, Valentina, Righi, Luisella, Grosso, Federica, Libener,
Roberta, Vatrano, Simona, Bironzo, Paolo, Novello, Silvia, Musmeci, Loredana, &
Volante, Marco. (2015). Targeted Next-Generation Sequencing Of Cancer Genes
In Advanced Stage Malignant Pleural Mesothelioma: A Retrospective Study.
Journal Of Thoracic Oncology, 10(3), 492499.
Kayar, Yusuf, Ilhan, Aysegul, Kayar, Nuket Bayram, Unver, Nurcan, Coban, Ganime,
Perbedaan Jumlah Trombosit pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Terkontrol dengan
Tidak Terkontrol di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024 6283
Ekinci, Iskender, & Eroglu, H. (2017). Relationship Between The Poor Glycemic
Control And Risk Factors, Life Style And Complications. Biomed Res, 28(4),
15811586.
Komariah, K., & Rahayu, Sri. (2020). Hubungan Usia, Jenis Kelamin Dan Indeks
Massa Tubuh Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
2 Di Klinik Pratama Rawat Jalan Proklamasi, Depok, Jawa Barat. Jurnal
Kesehatan Kusuma Husada, 4150.
Milita, Fibra, Handayani, Sarah, & Setiaji, Bambang. (2021). Kejadian Diabetes
Mellitus Tipe II Pada Lanjut Usia Di Indonesia (Analisis Riskesdas 2018). Jurnal
Kedokteran Dan Kesehatan, 17(1), 920.
Palimbunga, Dwi P., Pandelaki, Karel, Mongan, Arthur E., & Manoppo, Firginia.
(2013). Perbandingan Jumlah Trombosit Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Yang Menggunakan Aspirin Dan Tidak Menggunakan Aspirin. Ebiomedik, 1(1).
Park, Min Hyuk, Kim, Han Joon, Kim, Yu Jin, Moon, Taehwan, Do Kim, Keum, &
Hwang, Cheol Seong. (2015). Toward A Multifunctional Monolithic Device Based
On Pyroelectricity And The Electrocaloric Effect Of Thin Antiferroelectric
Hfxzr1− Xo2 Films. Nano Energy, 12, 131140.
Purnama, Titi, & Safitri, Nur. (2022). Perbandingan Jumlah Sel Darah (Leukosit,
Trombosit Dan Eritrosit Pada Penderita Diabetes Miletus Tipe 2 Dengan Ulkus
Diabetikum Dan Yang Tidak Mengalami Ulkus Diabetikum Di Rsud Kab.
Bombana. Jurnal Medilab Mandala Waluya, 6(1), 111.
Rachmawati, Utari, Florina, Ike Desi, & Muyassaroh, Inas Sany. (2022). Representasi
Kemiskinan Dalam Film Turah. JISPENDIORA Jurnal Ilmu Sosial Pendidikan
Dan Humaniora, 1(1), 205221.
Rafli, Achmad, Handryastuti, Setyo, Karyanti, Mulya Rahma, Devaera, Yoga, Hafifah,
Cut Nurul, Mangunatmadja, Irawan, Kadim, Muzal, Herini, Elisabeth Siti, Nofi,
Lora Sri, & Ratnawati, Ariek. (2023). The Effectiveness Of Modified Atkins
Ketogenic Diet On Children With Intractable Epilepsy: A Pilot Study From
Indonesia. Journal Of Nutrition And Metabolism, 2023(1), 9222632.
Rahmasari, Ikrima, & Wahyuni, Endah Sri. (2019). Efektivitas Memordoca Carantia
(Pare) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah. Infokes: Jurnal Ilmiah Rekam
Medis Dan Informatika Kesehatan, 9(1), 5764.
Rahmi, Afriyeni Sri, Syafrita, Yuliarni, & Susanti, Restu. (2022). Hubungan Lama
Menderita Dm Tipe 2 Dengan Kejadian Neuropati Diabetik. JAMBI MEDICAL
JOURNAL" Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan", 10(1), 2025.
Rosita, Rosita, Kusumaningtiar, Devi Angeliana, Irfandi, Ahmad, & Ayu, Ira Marti.
(2022). Hubungan Antara Jenis Kelamin, Umur, Dan Aktivitas Fisik Dengan
Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Lansia Di Puskesmas Balaraja Kabupaten
Tangerang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(3), 364371.
Sartika, Fera, & Hestiani, Nurul. (2019). Kadar Hba1c Pada Pasien Wanita Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya: Hba1c
Levels In Patients Female With Type 2 Diabetes Mellitus In RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya. Borneo Journal Of Medical Laboratory Technology,
2(1), 97100.
Sun, Hong, Saeedi, Pouya, Karuranga, Suvi, Pinkepank, Moritz, Ogurtsova, Katherine,
Duncan, Bruce B., Stein, Caroline, Basit, Abdul, Chan, Juliana C. N., & Mbanya,
Jean Claude. (2022). IDF Diabetes Atlas: Global, Regional And Country-Level
Diabetes Prevalence Estimates For 2021 And Projections For 2045. Diabetes
Wafiq Aziza Papene
6284 Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
Research And Clinical Practice, 183, 109119.
Susilo, Adityo, Rumende, C. Martin, Pitoyo, Ceva W., Santoso, Widayat Djoko,
Yulianti, Mira, Herikurniawan, Herikurniawan, Sinto, Robert, Singh, Gurmeet,
Nainggolan, Leonard, & Nelwan, Erni J. (2020). Coronavirus Disease 2019:
Review Of Current Literatures. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 8.
Widiarto, Nina S., Posangi, Jimmy, Mongan, Arthur, & Memah, Maya. (2013).
Perbandingan Jumlah Trombosit Pada Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Komplikasi
Vaskular Dan Tanpa Komplikasi Vaskular Di Rsup Prof. Dr. RD Kandou.
Ebiomedik, 1(1).
Zuanita, Ema. (2020). Management Konseling Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe
2. Stikes Insan Cendekia Medika Jombang.
Copyright holder:
Wafiq Aziza Papene (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: