Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�����
Vol. 2, No. 10, Oktober 2020
PENGEMBANGAN
SOAL ESSAY UNTUK KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS X MATERI ATURAN
SINUS DAN COSINUS
Apendri Sulitio
dan Yuriska Destania
Universitas Muhammadiyah Bengkulu,
Indonesia
Email : [email protected] dan [email protected]
Abstract
This study aims to produce a product in the form of
valid and practical (legible) questions about students' mathematical
communication skills. He research method used is
research and development with the Tessmer model which
consists of preliminary stages, self-evaluation, expert review and one-to-one,
small group and field tests. The subjects of this study
were 6 students of class X SMA. The validity of the questions
is known from the results of the validator's assessment on the validation sheet
which states that the questions are well developed based on the material, construction, and language. The practicality is known from the one-to-one
results.
The results of this development research resulted in
15 items that had gone through the expert review and one-to-one stages.
Keywords: Research and Development; Communication Problem; Mathematical Communication
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa soal-soal kemampuan komunikasi matematis siswa yang valid dan praktis (terbaca). Metode penelitian yang digunakan research and development dengan
model Tessmer yang terdiri dari tahap preliminary, self
evaluation, expert review dan one-to-one, small group dan field test. Subjek penelitian ini adalah 6 orang siswa kelas X SMA. Kevalidan soal diketahui dari hasil penilaian
validator pada lembar validasi
yang menyatakan soal-soal dikembangkan dengan baik berdasarkan materi, konstruksi, dan bahasa. Keperaktisan diketahui dari hasil one-to-one. Hasil penelitian
pengembangan ini menghasilkan 15 butir soal yang telah melalui tahap expert review dan
one-to-one.
Kata kunci: Penelitian dan Pengembangan; Soal Komunika; Komunikasi Matematis
Pendahuluan
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya
pikir manusia. Menurut (Hamzah,
2014), matematika berfungsi sebagai alat,
pola fikir, dan ilmu dengan sifat masih elementer merupakan konsep matematika yang
esensial sebagai prasyarat konsep matematika lanjut. Mengingat pentingnya
matematika ini tidak heran bahwa, pembelajaran matematika dipelajari disemua
jenjang pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Salah
satu aspek yang penting untuk dikuasai siswa adalah kemampuan komunikasi. Materi matematika dipahami melalui
komunikasi, dan komunikasi dipahami dan dilatihkan melalui belajar matematika.
Komunikasi merupakan bentuk pelemparan pesan atau lambang yang mau tidak
mau akan menimbulkan pengaruh pada proses umpan balik, sebab dengan adanya
umpan balik, sudah membuktikan adanya jaminan bahwa pesan telah sampai pada
pendengar. Proses� komunikasi�
dalam� pembelajaran matematika
tidak hanya berlangsung dalam satu arah, komunikasi terjadi melalui banyak arah
secara timbal balik dari guru ke siswa, siswa ke siswa dan dari siswa ke guru.
Menurut (Abdul Qohar, 2011) lima aspek komunikasi, kelima aspek tersebut adalah:
1.
Representasi. Membuat
representasi berarti membuat bentuk lain dari ide atau masalah, misalkan sebuah
tabel terrepresentasi dalam bentuk diagram atau�
sebaliknya.� Representasi� dapat�
membantu� siswa untuk� menjelaskan konsep atau gagasan dan
memungkinkan mereka mendapatkan strategi pemecahan masalah. Selain itu,
representasi juga dapat meningkatkan fleksibilitas dalam menjawab masalah
matematika. Tapi sejak NCTM 2000 kemampuan representasi matematis adalah
kemampuan yang terpisah dan terlepas dari kemampuan komunikasi matematis.
2.
Mendengarkan.� Aspek�
mendengarkan� merupakan� salah�
satu� aspek� yang sangat penting dalam diskusi. Kemampuan
dalam mendengarkan topik yang sedang dibahas akan mempengaruhi kemampuan siswa
untuk memberikan pendapat atau komentar. Siswa harus mendengarkan dengan
saksama bila ada pertanyaan dan komentar dari teman. Baroody mengemukakan bahwa mendengarkan dengan seksama pernyataan
teman dalam suatu kelompok juga dapat membantu siswa membangun pengetahuan atau
strategi matematika yang lebih efektif.
3.
Membaca.� Proses�
membaca� adalah� kegiatan�
yang� kompleks,� karena�
di dalamnya ada aspek mengingat, memahami, membandingkan, menganalisa,
dan mengatur�� apa�� yang��
terkandung�� dalam�� bagian��
tersebut.�� Betapa pentingnya membaca,
dalam Islam dijelaskan wahyu pertama adalah: "Iqra' " yang berarti
"Baca!". Dengan membaca seseorang mungkin mengerti ide- ide yang
sudah ditetapkan dalam menulis orang lain. Dengan membaca, itu menjadi sebuah
komunitas ilmiah matematika di mana satu anggota dengan anggota lain memberi
dan menerima gagasan matematika.
4.
Mendiksusikan.��� Dalam���
diskusi��� siswa��� dapat���
mengungkapkan��� dan merefleksikan
pemikirannya mengenai konten yang sedang dipelajari. Siswa juga bisa menanyakan
hal-hal yang tidak diketahui atau masih ragu. Pertanyaan yang diajukan siswa
diarahkan untuk mengetahui "Bagaimana cara mendapatkan solusi untuk
masalah ini?" Dan bukan hanya "Apa solusinya?". Menurut Huggins
dalam diskusi tersebut, pertanyaan "Bagaimana" lebih berkualitas
daripada pertanyaan "Apa". Baroody menguraikan beberapa keuntungan
dari diskusi termasuk:
a.
dapat mempercepat
pemahaman materi pembelajaran dan kemampuan menggunakan strategi,
b.
membantu�� siswa��
membangun�� pemahaman matematis,
c.
menginformasikan bahwa
matematikawan biasanya tidak menyelesaikan�
masalah Sendiri� tapi� membangun�
ide� dengan� pakar�
lain dalam tim,
d.
membantu siswa
menganalisis dan memecahkan masalah dengan bijak.
5.
Menulis. Menulis adalah
kegiatan yang dilakukan oleh pikiran sadar untuk mengungkapkan dan
merefleksikan, seperti yang digariskan di media kertas, komputer atau media
lainnya. Menulis adalah alat pemikir yang berguna saat siswa mendapatkan
pengalaman matematika sebagai aktivitas kreatif. Dengan menulis, siswa
mengalihkan pengetahuannya ke dalam bentuk tulisan.�
Menurut (Prayinto
S, Suwarsono, Siswono, 2013) Komunikasi matematis adalah suatu cara
siswa untuk menyatakan dan menafsirkan gagasan-gagasan matematika secara lisan
maupun tertulis, baik dalam bentuk gambar, tabel, rumus, ataupun demonstrasi.
Kemampuan komunikasi adalah kemampuan siswa dalam menyampaikan gagasan
atau ide matematika baik secara lisan maupun tulisan. Menurut (Hodiyanto, 2017) Kemampuan komunikasi matematis adalah
kemampuan siswa dalam menyampaikan ide matematika baik secara lisan maupun
tulisan. indikator kemampuan
komunikasi menurut (Lestari & Yudhanegara, 2015) diantaranya :
1.
Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam
ide matematika
2.
Menjelaskan ide, situasi, relasi matematika secara
lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, aljabar, dan grafik
3.
Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau
simbol matematis
4.
Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang
matematika
5.
Membaca dengan pemahaman
suatu presentasi matematika tertulis
6.
Menyusun pertanyaan
matematika yang relevan dengan situasi masalah
7.
Membuat konjektur,
menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi.
Berdasarkan dari praktik pengalaman lapangan yang telah dilalui bahwa
selama didalam proses pembelajaran siswa hanya diajarkan materi dan mengerjakan
soal yang diberikan guru maupun buku tetapi kurang diberikan kesempatan untuk interaksi antara siswa dengan
siswa, siswa dengan guru, maupun interaksi siswa dengan�� lingkungan belajar. Sehingga hal ini
menunjukan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa rendah dan siswa� kurang memiliki kebebasan untuk
menumbuhkembangkan kompetensi yang dimilikinya selain itu siswa pun sulit untuk
memahami soal yang berbentuk cerita. Gambar dibawah ini adalah salah satu
latihan soal/ uji kompetensi yang ditemukan dibuku matematika siswa kelas X SMA
(Agung Lukito, 2014).
Gambar 1
latihan
soal/ uji kompetensi
Pada gambar 1 di
atas dapat dilihat bahwa soal tersebut hanya sebagian kecil yang berkaitan
dengan komunikasi matematis, berkaitan dengan materi atau topik lain dan disiplin
ilmu lain kurang berkembang. Untuk mengatasi permasalahan
di atas, perlu dilakukan pengembangan soal untuk kemampuan komunikasi matematis. Salah
satu materi yang menunjukan kemampuan komuikasi matematis yaitu aturan sinus
dan cosinus.
Berdasarkan
uraian di atas penulis melakukan penelitian tentang Pengembangan Soal Essay
untuk Kemampuan Komunikasi Matematis siswa kelas X SMA pada materi aturan Sinus
dan Cosinus. Hasil soal essay yang telah dikembangkan diharapkan dapat
digunakan guru sebagai soal latihan kemampuan komunikasi matematis dalam
pembelajaran matematika. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan
butir soal kemampuan komunikasi matematis siswa SMA kelas X yang valid dan praktis (terbaca).
Metode
Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah penelitian pengembangan
(research and development). Penelitian kualitatif ini dilakukan dikelas
X SMA pada bulan juli tahun ajaran 2019/2020. Subjek penelitian ini 2 dosen pendidikan
matematika dan 6 orang siswa.
Istilah penelitian
pengembangan merupakan padanan makna dari
kata Research dan Development. Menurut (Sutarti & Irawan, 2017) penelitian pengembangan dalam
pendidikan adalah proses
yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan atau pembelajaran.
Dalam bidang pendidikan, produk-produk yang dihasilkan melalui penelitian pengembangan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, yaitu lulusan yang jumlahnya banyak, berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan. Menurut (Klein & Richey, 2007) tujuan penelitian
pengembangan adalah untuk memperkuat dasar-dasar empirik untuk mengkreasi produk, alat pembelajaran
maupun non-pembelajaran,
dan model-model baru yang lebih
baik.
Suatu penelitian pada dasarnya tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya acuan yang mendasar atau penelitian yang sejenis. Maka Berikut ini hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini:
1.
Hasil penelitian (Rizka dewa., 2017) menyatakan bahwa
Pengembangan Instrument Tes Untuk Mengukur Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
SMP Negeri 17 Makassar.
2.
Hasil penelitian (Ery Rhomaya, 2019) menyatakan bahwa
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Realistik untuk Melatih
Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa pada Materi Trigonometri Kelas X SMA YPM
2 Sukodono.
Penelitian pengembangan ini
mengikuti alur penelitian Tessmer (1993) (dimodifikasi Zulkardi 2006).
Model pengembangan Tessmer terdiri dari tahap
preliminary, self
evaluation, dan prototype.
Prototype meliputi expert review, one-to-one dan small
group. Bentuk diagram alir
dari penelitian ini ialah sebagai
berikut:
High
Resistance
Expert
review
Preliminary Self Evaluation revise One-to-one revise Small
Group revise Field
Test
\
Gambar 2. Alur Desain Tessmer 1993 (dimodifikasi Zulkardi 2006)
Setelah diperoleh keputusan bahwa soal-soal yang dikembangkan ini telah valid berdasarkan experts review, dan one-to-one. untuk memastikan
bahwa soal-soal tersebut �terbaca� oleh siswa, selanjutnya soal-soal ini diujicobakan
pada tahap small
group untuk memperoleh informasi tentang tingkat kesukaran (pi) dan indeks daya beda
masing-masing butir soal tetapi dengan waktu
dan situasi pendemi saat ini siswa
libur sekolah tahap ini tidak
dilakukan.
Pada penelitian ini kriteria soal yang terstandar untuk kemampuan komunikasi matematis siswa ialah:
1.
Soal
harus valid secara kualitatif berdasarkan materi, konstruk dan bahasa.
2.
Soal
praktis �terbaca� atau dapat dipahami
oleh siswa
Sebuah soal dapat dikatakan sudah baik apabila sudah
valid dan praktis (terbaca).
Valid artinya tepat untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis, valid dapat diketahui melalui uji validitas. Sedangkan praktis (terbaca) artinya dapat dipahami
serta digunakan pada semua siswa, praktis
(terbaca) dapat diketahui melalui uji one to one.
1. Validitas
Validitas
berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang nilai sehingga
betul-betul melihat apa yang seharusnya dinilai. Ada empat jenis validitas yang
sering digunakan, yakni validitas isi, validitas konstruk, validasi ramalan dan
validasi kesamaan (Sudjana, 2013).
a. Validitas
isi sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus
tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh
karena materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering
juga disebut validitas kurikulum.
b. Validitas
konstruk (construct validity) adalah
validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh item-item tes mampu mengukur apa
yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konseptual yang telah ditetapkan.
Untuk menentukan validitas konstruk suatu instrument harus dilakukan proses
penelaahan teoritis dari suatu konsep dari variabel yang hendak diukur mulai
dari perumusan, penentuan dimensi, dan indikator, sampai kepada penjabaran dan
penulisan butir soal. Pada
penelitian ini, sesuai dengan kebutuhan maka peneliti menggunakan validitas isi
dan validitas konstruk. Validitas isi disesuaikan dengan kompetensi inti dan
kompetensi dasar serta indikator. Validitas konstruk disesuaikan dengan cara
memperinci dan memasangkan setiap butir soal dengan kriteria soal essay kemampuan komunikasi matematis.
Selain itu perlu juga diperhatikan penggunaan bahasa pada soal yang akan
dikembangkan.
2. Praktisan
(keterbacaan)
Praktisan soal artinya
soal yang dibuat mudah dipakai pengguna, sesuai alur pikiran siswa, mudah
dibaca, tidak menimbulkan penafsiran beragam, dan dapat diberikan serta
digunakan oleh semua siswa (Emilya et al., 2010).
Hasil dan pembahasan
�� Ada empat tahap dalam penelitian ini, yaitu Preliminary, self evaluation, expert reviews dan one-t-one, small group. Tahap-tahapan yang
dilalui dalam penelitian pengembangan soal ini sebagai berikut:
1.
Preliminary
a.
Persiapan
Pada tahap ini,
dilakukan beberapa analisis yaitu sebagai berikut:
1)
Analisis
kurikulum
Kurikulum yang digunakan
adalah kurikulum 2013. Standar isi mata pelajaran pada kurikulum ini diturunkan
pada kompetensi inti dan kompetensi dasar, yang lebih rincinya pada silabus
pembelajaran matematika. Pada silabus matematika dijelaskan bahwa proses pembelajaran
kurikulum 2013 diperoleh siswa dari mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
menalar atau mengasosiasi, dan mengomunikasikan, yang lebih dikenal sebagai
pendekatan saintifik. Ruang lingkup materi pada kurikulum 2013 adalah
pengukuran dan geometri, peluang dan statistika, trigonometri, aljabar dan
kalkulus.
2)
Analisis
materi
Pada analisis materi ini
dipilih kompetensi inti dan kompetensi dasar pada pokok bahasan aturan sinus
dan cosinus yang merupakan materi dalam ruang lingkup trigonometri, yang salah
satu materi yang ada pada Kurikulum 2013 untuk sekolah menengah atas. Selain
itu, pokok bahasan ini bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Penggunaan pokok bahasan juga telah disesuaikan dengan waktu penelitian dan
waktu diberikannya materi oleh guru. Sehingga ketika penelitian dilaksanakan
siswa telah terlebih dahulu mempelajari materi tersebut.
3)
Analisis
siswa
Pada analisis
ini diketahui latar belakang pengetahuan bahwa siswa sudah mempelajari materi
aturan sinus dan cosinus disekolah dengan guru. Sehingga banyak konsep-konsep
yang telah diketahui siswa, rata-rata siswa kelas X SMA berumur 15-16 tahun.
Dimana siswa tersebut memiliki kemampuan heterogen, yang dilihat berdasarkan
proses pembelajaran matematika dikelas, sehingga siswa dikelompokan menjadi
siswa berkemampuan tinggi, siswa berkemampuan sedang, dan siswa berkemampuan
rendah.
b.
Desain
Hasil dari analisis
kurikulum, analisis materi, analisis siswa dijadikan acuan untuk mendesaian
soal kemampuan komunikasi matematis. Langkah awal yang dilakukan pada tahap pendesaian adalah penyusunan kisi-kisi soal dengan analisis silabus dan materi yang dipelajari dikelas X semester 2. Materi yang diteliti yaitu aturan sinus dan cosinus. Peneliti mengambil sub pokok dalam materi, yaitu
menggunakan konsep aturan sinus dalam menyelesaikan masalah dan menggunakan konsep aturan cosinus dalam menyelesaikan masalah. Kompetensi dasar (KD) yang harus dicapai menggunakan konsep aturan sinus dan cosinus dalam menyelesaikan
masalah berdasarkan mengidentifikasi permasalahan dalam perhitungan atau menentukan nilai sisi dan sudut pada segitiga. Soal yang didesain disesuaikan dengan indikator kemampuan komunikasi matematis. Hasil dari desain produk
ini disebut prototype.
2.
Self Evaluation
Pada tahap ini, prototype yang telah didesain
berdasarkan materi dan indikator yang berjumlah 15 soal dinilai dan diperbaiki sendiri secara materi, konstruksi, dan bahasa. Hal ini dilakukan sebelum
proses expert review yang akan divalidasi oleh pakar. Hasil dari tahap ini disebut
prototype 1.
3.
Experts
Review
Pada tahap ini,
hasil soal yang telah didesain untuk kemampuan komunikasi matematis divalidasi oleh dua validator, yaitu dua dosen
Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah
Bengkulu. Adapun validator dalam penelitian
ini adalah sebagai Berikut:
Gambar 3
�Salah satu
hasil expert review
Pada soal tersebut
komentar dan saran dari
validator 2 yaitu ditambahkan
kata berbentuk segitiga
pada soal.
4. One-to-one
Setelah soal selesai divalid oleh pakar dengan
menghasilkan 15 soal yang valid, selanjutnya diujicobakan kepada 6 siswa SMA
kelas X. tahap One-to-One ini
peneliti dan siswa saling berhadapan satu lawan satu. Pada uji satu lawan
satu� siswa diminta untuk membaca, memahami
maksud dan tujuan serta komentar terhadap soal yang diberikan. Adapun komentar
dan saran siswa terhadap soal yang diujicobakan adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Komentar dan saran siswa pada tahap one-to-one terhadap soal
No � |
Komentar siswa terhadap
soal |
|||
S1 |
S2 |
S3 |
||
1 |
Soal jelas dan dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
Soal jelas dan dapat dipahami |
|
2 |
Soal dapat dipahami |
Soal dapat dipahami ����������������� |
Soal jelas dan dapat dipahami |
|
3 |
Soal jelas dan dapat dipahami |
Soal jelas dan dapat dipahami |
Soal jelas dan dapat dipahami |
|
4 |
Soal jelas dan dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
|
5 |
Soal dapat dipahami |
Soal dapat dipahami tetapi harus dibaca cermat |
Soal dapat dipahami tetapi harus dibaca cermat |
|
6 |
Soal jelas dan dapat dipahami |
Soal jelas dan dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
|
7 |
Soal dapat dipahami |
Soal jelas dan dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
|
8 |
Soal dipahami tetapi susah menghitungnya |
Soal dipahami tetapi susah menghitungnya dan harus dibaca cermat |
Soal dapat dipahami tetapi harus dibaca cermat |
|
9 |
Soal dapat dipahami tetapi susah menghitungnya |
Soal dapat dipahami tetapi harus dibaca cermat |
Soal dapat dipahami tetapi harus dibaca cermat |
|
10 |
Soal jelas dan dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
Soal dapat dipahami tetapi harus dibaca cermat |
|
11 |
Soal dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
|
12 |
Soal jelas dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
|
13 |
Soal jelas dan dapat dipahami |
Soal jelas dan dapat dipahami |
Soal jelas dan dapat dipahami |
|
14 |
Soal dapat dipahami |
Soal jelas dan dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
|
Ket: ��������� S1:
Siswa 1���������� ����������� S2: siswa
2����� ����������� S3: siswa 3 |
Soal dapat dipahami |
Soal jelas dan dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
Tabel 2 Komentar dan saran siswa pada tahap one-to-one terhadap soal
No |
Komentar siswa
terhadap soal |
||
S4 |
S5 |
S6 |
|
1 |
Soal dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
2 |
Soal dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
3 |
Soal dapat dipahami |
Soal jelas dan dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
4 |
Soal dapat dipahami tetapi harus dibaca cermat |
Soal dapat dipahami tetapi harus dibaca cermat |
Soal dapat dipahami tetapi harus dibaca cermat |
5 |
Soal dapat dipahami tetapi harus dibaca cermat |
Soal dapat dipahami tetapi harus dibaca cermat |
Soal dapat dipahami |
6 |
Soal dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
Soal jelas dan dapat dipahami |
7 |
Soal jelas dan dapat dipahami |
Soal jelas dan dapat dipahami |
Soal jelas dan dapat dipahami |
8 |
Soal dipahami tetapi susah menghitungnya dan harus dibaca cermat |
Soal dipahami tetapi susah menghitungnya dan harus dibaca cermat |
Soal dipahami tetapi bingung dan susah menghitungnya |
9 |
Soal dipahami tetapi susah menghitungnya dan harus dibaca cermat |
Soal dipahami tetapi susah menghitungnya dan harus dibaca cermat |
Soal dipahami tetapi bingung dan susah menghitungnya |
10 |
Soal dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
11 |
Soal dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
Soal jelas dan dapat dipahami |
12 |
Soal dapat di pahami tetapi sedikit susah menghitungnya |
Soal dapat dipahami tetapi susah menghitungnya |
Soal dapat dipahami tetapi susah menghitungnya |
13 |
Soal jelas dan dapat dipahami |
Soal jelas dan dapat dipahami |
Soal jelas dan dapat dipahami |
14 |
Soal jelas dan dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
15 |
Soal jelas dan dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
Soal dapat dipahami |
Ket:���������� S4: Siswa 4���������� ����������� S5: siswa
5����� ����������� S6: siswa 6
Pada Tabel
1 dan Tabel 2 terlihat secara garis besar siswa paham soal-soal
untuk kemampuan komunikasi matematis dan soal-soal tersebut dapat digunakan, walaupun ada beberapa
soal yang sulit bagi mereka. Siswa
memahami maksud dan tujuan dari soal
yang diberikan. Soal-soal dinyatakan sudah praktis yaitu terbaca
dan dimengerti oleh siswa.
Tabel 3 Prototype II hasil
expert review dan one-to-one
No |
Soal |
1 |
1.
Diketahui a.
Gambarlah sketsa b.
Hitunglah panjang sisi |
2 |
2.
Diketahui |
3 |
3.
Diketahui |
4 |
4.
Jika Pak Agung ingin
memasang genteng pada rumahnya yang berbentuk segitiga, salah satu sudut
rangkanya |
5 |
5.
Deby dan Deni sedang bermain
futsal. Deby melakukan tendangan sudut dan memberikan umpan kepada Deni. Deby
menendang bola dengan sudut |
6 |
6.
Di sebuah taman ada beberapa
luas bagian taman. Ada bagian taman bermain anak, taman bermain skatboard,
dan tempat pedagang. Masing-masing berada dititik A, B, dan C yang membentuk
sebuah segitiga, Untuk menghubungkan ketiga bagian tersebut akan dibuat jalan.
Jika ∠A = |
7 |
7. Diketahui suatu taman ditengah kota berbentuk segitiga ABC. Jika
∠A sebesar
|
8 |
8.
Pada hari peringatan
kemerdekaan NKRI, TNI AU melakukan pertunjukan pesawat tempur. Dalam
pertunjukan tersebut biasanya membentuk lintasan yang berbentuk asap. Jika
sebuah pesawat tempur terbang dari landasan dengan sudut a.
Gambarlah lintasan yang dilewati pesawat udara tersebut ! b.
Hitunglah panjang lintasan pada arah penerbangan terakhir ! |
9 |
9.
Sebuah kapal berlayar dari
pelabuhan A ke pelabuhan B sejauh 60 mil dengan sudut |
10 |
10. Diketahui anak pramuka yang berkemah disuatu perkemahan. anak
perkemahan tersebut membentuk Tenda yang berbentuk segitiga XYZ. Jika sudut Y sebesar |
11 |
Sebidang
tanah berbentuk segitiga dengan setiap titik sudutnya diberi tonggak pembatas
A, B dan C. jika jarak tonggak A
dan B adalah 300 m, sudut ABC = |
12 |
11. Pada saat mensurvei sebidang rawa-rawa, seorang pensurvei
tersebut berjalan sejauh 425 m dari titik A ke titik B, kemudian berputar |
13 |
12. Sebidang tanah berbentuk segitiga dengan setiap titik sudutnya
diberi tonggak pembatas A, B dan C.
jika jarak tonggak A dan B adalah 300 m, sudut ABC = |
|
13. ��A dan C ! |
14 |
14. Pak Iksan ingin membeli kerangka bingkai foto yang berbentuk segitiga
KLM dengan sisi k = 4
cm, l = 4 cm dan ∠K = |
15 |
15. Disebuah museum
terdapat minatur piramida yang berbentuk segitiga. Dari data museum diketahui
segitiga ABC dengan panjang AB = 6 cm, AC = 10 cm dan |
5. Small Group
Pada tahap ini
dilakukan kepada 30 siswa kelas X SMA dan 3 siswa yang mewakili kemampuan tinggi, sedang dan rendah Tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama karena keterbatasan dan situasi pandemi saat ini sehingga
tidak bisa mengumpulkan siswa maka tahap ini
tidak dilakukan.
Kesimpulan
Menghasilkan
soal matematika untuk kemampuan komunikasi matematis untuk siswa kelas X SMA
yang valid dan praktis (terbaca) sebanyak 15 soal. Valid tergambar dari hasil penilaian validator
berdasarkan materi, konstruk dan bahasa. Pengembangan soal untuk kemampuan komunikasi matematis siswa kelas
X SMA ini hanya terbatas pada materi aturan sinus dan cosinus, oleh sebab itu
diharapkan ada tindak lanjut pengembangan soal untuk kemampuan komunikasi matematis
pada materi-materi lainnya, Soal-soal kemampuan komunikasi matematis dapat
digunakan untuk melatih komunikasi matematis siswa kelas X SMA secara lisan
maupun tertulis
dan untuk melanjutkan penelitian pengembangan
soal untuk kemampuan komunikasi matematis siswa kelas X SMA ke tahap
selanjutnya yaitu tahap small group dan field test.
BIBLIOGRAFI
Abdul Qohar. (2011). Komunikasi Matematis
Siswa melalui Blended Learning Berbasis Pemecahan Masalah. PRISMA
Prosiding Seminar Nasional Matematika. 1(1). 191-202.
Agung Lukito, S. (2014). Buku Matematika
Siswa Kelas X Semester Dua. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Emilya, D., Darmawijoyo, D., & Puri, R.
I. I. (2010). Pengembangan Soal-soal Open-ended Materi Lingkaran Untuk Meningkatkan
Penalaran Matematika Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1o
Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika, 4(2).
Ery Rhomaya. (2019). Menyatakan bahwa
Pengembangan Perangkat pembelajaran Matematika Realistik untuk melatih
Kemampuan Komunikasi Matematika siswa pada materi Trigonometri kelas X SMA YPM
2 Sukodono Diakses dar. Http://Journal.Ipts.Ac.Id/Index.Php/ED/Article/
View/935.
Hamzah, A. (2014). Evaluasi Pembelajaran
Matematika. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hodiyanto, H. (2017). Kemampuan Komunikasi
Matematis Dalam Pembelajaran Matematika. AdMathEdu, 7(1), 9�18.
Klein, J., & Richey, R. (2007). Design
and development research. Mahwah, New Jersey: Lawrence Erbaulm Associates.
Lestari, K. E., & Yudhanegara, M. R.
(2015). Penelitian pendidikan matematika. Bandung: PT Refika Aditama.
Prayinto S, Suwarsono, Siswono, T. Y.
(2013). Indentifikasi Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Matematika berjenjang pada tiap-tiap jenjangnya. Universitas
Negeri Surabaya.
Rizka dewa. (2017). Menyatakan bahwa
Pengembangan Instrument Tes untuk Mengukur Kemampuan Komunikasi Matematis siswa
SMP Negeri 17 Makassar. Diakses Dari:
Http://Repositori.Uin-Alauddin.Ac.Id/7831/.
Sudjana, N. (2013). Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada.
Sutarti, T., & Irawan, E. (2017). Kiat
Sukses Meraih Hibah Penelitian Pengembangan. Deepublish.