Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�����

Vol. 2, No. 10, Oktober 2020

 


ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERGERAKAN IHSG DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE JULI 2017-JUNI 2020

 

Andika Setia Pratama

Universitas Airlangga Surabaya, Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstract

Abstract The purpose of this study is to find out and analyze the effect of USD/IDR exchange rate, exports, BI 7-day Repo Rate, and world oil prices on JCI movements on the Indonesia Stock Exchange for the period July 2017-June 2020 partially and simultaneously. This research is an expansive study with a quantitative approach. Meanwhile, the analysis technique used is multiple linear regressions with α=5%. The regression model equation obtained is JCI = 9434,050 - 0.499KURS + 0.070EXP + 364.7847DRR + 13,520WTI + e. The results of this study show that the exchange rate of USD/IDR, BI 7-day Repo Rate, and world oil prices had a significant effect, while exports had no significant effect on the partial movement of JCI. Of these significant variables, the BI 7-day Repo Rate is the most influential variable. Simultaneously, USD/IDR exchange rate, exports, BI 7-day Repo Rate, and global oil prices have a significant impact on JCI. The authors suggest that investors pay more attention to the variable benchmark interest rate of bi 7-day Repo Rate because the variable is most influential to the movement of JCI on the Indonesia Stock Exchange. Therefore, investors can better predict or foresee JCI movements.

 

Keywords: JCI; Exchange Rate; Exports; BI7DRR; Oil; Stock.

 

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh nilai tukar USD/IDR, ekspor, BI 7-day Repo Rate, dan harga minyak dunia terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia periode Juli 2017-Juni 2020 secara parsial dan simultan. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif. Sementara itu, teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan α=5%. Persamaan model regresi yang diperoleh adalah IHSG = 9434,050 - 0,499KURS + 0,070EXP + 364,7847DRR + 13,520WTI + e. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai tukar USD/IDR, BI 7-day Repo Rate, dan harga minyak dunia berpengaruh signifikan, sedangkan ekspor tidak berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG secara parsial. Dari variabel-variabel yang berpengaruh signifikan tersebut, BI 7-day Repo Rate merupakan variabel yang paling berpengaruh. Secara simultan, nilai tukar USD/IDR, ekspor, BI 7-day Repo Rate, dan harga minyak dunia berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Penulis menyarankan supaya investor lebih memerhatikan variabel suku bunga acuan BI 7-day Repo Rate karena variabel tersebut paling berpengaruh terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia. Oleh sebab itu, investor dapat memperkirakan atau meramalkan pergerakan IHSG dengan lebih baik.

 

Kata kunci: IHSG; Kurs; Ekspor; BI7DRR; Minyak; Saham.

 

Pendahuluan

Sebagai salah satu sumber pendanaan jangka panjang, saham merupakan instrumen yang cukup diminati oleh perusahaan. Hal itu tercermin dari peningkatan jumlah perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2016, terdapat 16 perusahaan baru yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah tersebut naik menjadi 37 perusahaan pada tahun 2017 (Arieza, 2018). Kenaikan juga terjadi pada tahun 2018, sebanyak 57 perusahaan melakukan IPO pada tahun itu. Namun, pada tahun 2019, jumlah tersebut turun menjadi 55 perusahaan. Meskipun terjadi penurunan, jumlah tersebut merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara (Rosana, 2019).

Bagi investor, saham merupakan salah satu instrumen investasi yang cukup diminati baik jangka pendek atau jangka panjang. Bahkan di tengah kondisi perekonomian yang lesu akibat pandemi Covid-19 saat ini, jumlah investor saham per akhir April 2020 naik sebesar 8% menjadi 1,19 juta dari 1,1 juta pada akhir tahun 2019. Berdasarkan demografinya, pertumbuhan investor baru usia 18-25 (generasi milenial) tahun lebih cepat dibandingkan investor usia lain. Pada tahun 16, tercatat sekitar 60.000 investor generasi milenial. Jumlah tersebut naik hampir lima kali lipat menjadi sekitar 280.000 investor pada Mei 2020 (Kalla, 2020).

Berkaitan dengan hal-hal tersebut, baik perusahaan maupun investor sama-sama memandang bahwa harga pasar saham sangat penting. Bagi perusahaan yang telah go public, harga pasar saham adalah cerminan dari nilai perusahaan itu sendiri (Sudana, 2015). Sementara itu, bagi investor, harga pasar saham perusahaan digunakan sebagai salah satu dasar pembuatan keputusan investasi. Salah satu indikator yang selalu diperhatikan investor di Indonesia adalah pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

IHSG merupakan gabungan seluruh saham perusahaan yang tercatat di BEI. Oleh sebab itu, IHSG dapat dikatakan sebagai acuan untuk mengukur kinerja seluruh perusahaan di pasar saham. Dari indeks tersebut dapat diketahui tren pergerakan harga pasar saham sedang naik, stabil, atau turun. Pergerakan itu menjadi dasar bagi investor untuk membuat keputusan investasi, seperti menjual, membeli, atau mempertahankan satu atau beberapa saham. Oleh karenanya, penting untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pergerakan IHSG supaya investor, dalam membuat keputusan, dapat meminimalkan risiko dan memaksimalkan keuntungan. Banyak penelitian yang telah dilakukan terkait dengan faktor-faktor yang memengaruhi pergerakan IHSG.

Menurut (Witjaksono, 2010) dalam penelitiannya dengan metode analisis regresi linear berganda, menguji enam faktor yang diduga berpengaruh terhadap pergerakanIHSG. Hasilnya, faktor harga minyak dunia, harga emas dunia, Indeks 225, dan Indeks Dow Jones berpengaruh signifikan secara parsial. Sementara itu, faktor tingkat suku bunga SBI dan kurs rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pergerakan IHSG secara parsial.

Menurut (Triani, 2013) dalam penelitiannya dengan metode Hierarky Mutiple Regression Analysis, menguji tiga faktor yang diduga berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Hasilnya, terdapat dua faktor yang berpengaruh signifikan secara parsial, yaitu volume perdagangan saham (positif) dan suku bunga SBI (negatif). Sementara itu, kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG secara parsial.

�� (Nurwani, 2016) dalam penelitiannya dengan metode analisis regresi linear berganda, menguji tiga faktor yang diduga berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Hasilnya, terdapat dua faktor yang berpengaruh signifikan secara parsial, yaitu nilai tukar rupiah (positif) dan suku bunga SBI (negatif). Sementara itu, inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG secara parsial.

(Ranto, 2019) dalam penelitiannya dengan metode Error Correction Model, menguji enam faktor yang diduga berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Dalam jangka panjang, terdapat empat faktor yang berpengaruh positif dan signifikan, yaitu inflasi, kurs, net ekspor, dan harga minyak dunia, sedangkan jumlah uang beredar dan suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan secara parsial. Sementara itu, dalam jangka pendek, terdapat tiga faktor yang berpengaruh signifikan, yaitu inflasi (negatif), kurs (positif), dan harga minyak dunia (positif), sedangkan jumlah uang beredar, net ekspor, dan suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan terhadap secara parsial terhadap pergerakan IHSG.

Dari beberapa penelitian tersebut, diketahui bahwa terdapat beragam faktor yang memengaruhi pergerakan IHSG. Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh nilai tukar USD/IDR (KURS), ekspor (EXP), BI 7-day Repo Rate (7DRR), dan harga minyak dunia (WTI) terhadap pergerakan IHSG di BEI periode Juli 2017-Juni 2020. Dengan demikian, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

H1: Nilai tukar USD/IDR berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG.

H2: Ekspor berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG.

H3: BI 7-day Repo Rate berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG.

H4: Harga minyak dunia berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG.

H5: Nilai tukar USD/IDR, ekspor, BI 7-day Repo Rate, dan harga minyak dunia berpengaruh signifikan terhadap IHSG secara simultan.

 

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif dilakukan untuk menemukan penjelasan mengapa suatu kejadian atau gejala terjadi (Priyono, 2008). Sementara itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan antar variabel, memberikan deskripsi statistik, menaksir dan meramalkan hasilnya (Tanzeh, 2011).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah ex-post facto, yaitu meneliti hubungan sebab-akibat dari suatu peristiwa, fenomena, atau kejadian yang sudah terjadi (Sappaile, 2010). Diharapkan dengan metode ini, dapat diketahui apakah variabel terikat (IHSG) dipengaruhi oleh variabel bebas (nilai tukar USD/IDR, ekspor, BI 7-day Repo Rate, dan harga minyak dunia) secara signifikan.

Data yang digunakan merupakan data sekunder berupa data historis bulanan sebanyak 36 bulan (Juli 2017-Juni 2020). Data tersebut diperoleh dari berbagai sumber secara daring, seperti (Bank Indonesia, 2020), (Badan Pusat Statistik, 2020) dan (Fusion Media Limited, 2020).

Setelah dikumpulkan, data dianalisis dengan teknik regresi linear berganda yang mana menggunakan perangkat lunak SPSS 25 sebagai alat bantu. Adapun persamaan model regresi dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + b_1 KURS + b_2 EXP + b_3 7DRR + b_4 WTI + e����� (1)

Keterangan:

Y = IHSG;

KURS = Nilai tukar USD/IDR (dalam IDR);

EXP = Ekspor (dalam juta USD);

7DRR = BI 7-day Repo Rate (dalam persen);

WTI = Harga minyak dunia (dalam USD/barel);

a = Konstanta;

b = Koefisien regresi; dan

e = Error.

 

Langkah berikutnya adalah melakukan uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa persamaan model regresi yang diperoleh memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan konsisten (Rosita, 2012). Terdapat empat uji asumsi klasik yang akan dilakukan, yaitu uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas. Setelah itu, mengukur seberapa kuat hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menghitung besarnya koefisien korelasi (R). Kemudian, menghitung koefisien determinasi (R2) untuk mengetahui sejauh mana variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Terakhir, melakukan uji hipotesis dengan uji t dan uji F untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial dan simultan.

 

Hasil dan Pembahasan

A.    Analisis regresi linear berganda

Tabel 1

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

Collinearity Statistics

B

Std. Error

Beta

Tolerance

VIF

1

(Constant)

9434,050

1212,350

 

7,782

0,000

 

 

KURS

-0,499

0,082

-0,563

-6,055

0,000

0,725

1,380

EXP

0,070

0,038

0,170

1,847

0,074

0,735

1,361

7DRR

364,784

68,240

0,483

5,346

0,000

0,767

1,304

WTI

13,520

4,373

0,324

3,092

0,004

0,571

1,753

a. Dependent Variable: IHSG

 

 

Berdasarkan tabel 1, persamaan model regresi yang dapat diperoleh adalah

Persamaan model regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.   Konstanta sebesar 9434,050 yang berarti bahwa nilai IHSG adalah 9434,050 apabila KURS, EXP, 7DRR, dan WTI sebesar 0.

2.   Koefisien regresi KURS sebesar -0,499 yang berarti bahwa setiap kenaikan 1 satuan nilai tukar USD/IDR akan menurunkan IHSG sebesar -0,499 satuan dan sebaliknya.

3.   Koefisien regresi EXP sebesar 0,070 yang berarti bahwa setiap kenaikan 1 satuan ekspor akan meningkatkan IHSG sebesar 0,070 satuan dan sebaliknya.

4.   Koefisien regresi 7DRR sebesar 364,784 yang berarti bahwa setiap kenaikan 1 satuan BI 7-day Repo Rate akan meningkatkan IHSG sebesar 364,784 satuan dan sebaliknya.

5.   Koefisien regresi WTI sebesar 13,520 yangberarti bahwa setiap kenaikan 1 satuan harga minyak dunia akan meningkatkan IHSG sebesar 13,520 satuan dan sebaliknya.

 

B.     Uji asumsi klasik

Beberapa uji asumsi klasik yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas.

1.      Uji multikolinearitas

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa seluruh variabel bebas memiliki nilai nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance > 0,1 sehingga dapat diketahui bahwa tidak terjadi multikolinieritas dalam model regresi.

2.      Uji autokorelasi

Dalam melakukan uji autokorelasi, penulis menggunakan uji Run Test sebagai acuan. Model regresi dapat dikatakan terjadi autokorelasi apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) dalam uji run test kurang dari α 5% atau 0,05.

Tabel 2

Runs Test

 

 

Unstandardized Residual

Test Valuea

-24,06857

Cases < Test Value

18

Cases >= Test Value

18

Total Cases

36

Number of Runs

13

Z

-1,860

Asymp. Sig.

(2-tailed)

 

0,063

a. Median

 

Berdasarkan tabel 2, nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,063 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi dalam model regresi.

3.      Uji heteroskedastisitas

Gambar 1

Scatterplot

 

Berdasarkan Gambar I, terlihat bahwa sebaran titik tidak membentuk suatu pola/alur tertentu sehingga dapat dikatakan terjadi homoskedastisitas atau, dengan kata lain, tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.      Uji normalitas

Gambar 2

Normal P-P Plot

 

Uji normalitas dengan Normal P-P Plot (Gambar II) menunjukkan titik-titik ploting cenderung mengikuti dan mendekati garis diagonalnya. Oleh sebab itu, dapat diindikasikan bahwa (data) residual terdistribusi normal.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak mengalami masalah-masalah asumsi klasik.

 

C.    Analisis koefisien korelasi dan determinasi

Tabel 3

Model Summaryb

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

0,898a

0,806

0,781

242,40844

a. Predictors: (Constant), WTI, 7DRR, EXP, KURS

b. Dependent Variable: IHSG

 

Dapat dilihat pada tabel 3 bahwa nilai R sebesar 0,898 yang menunjukkan hubungan kuat antara variabel bebas KURS, EXP, 7DRR, dan WTI terhadap IHSG (semakin mendekati 1, semakin kuat). Selain itu, nilai R Square sebesar 0,806 yang berarti 80,6% variabel terikat dapat dijelaskan/dipengaruhi oleh variabel bebas, sedangkan 19,4% sisanya dijelaskan/dipengaruhi oleh variabel bebas lain yang tidak terdapat dalam model regresi ini.

 

D.    Uji t

Hipotesis 1 menyatakan bahwa nilai tukar USD/IDR berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG.Diketahui nilai sig. variabel KURS sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,050 dan nilai t hitung -6,055 lebih kecil dari t tabel -2,03951 sehingga hipotesis 1 diterima. Sementara itu, nilai koefisien -0,499 menunjukkan adanya pengaruh negatif nilai tukar USD/IDR terhadap pergerakan IHSG.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Witjaksono, 2010), (Amin, 2012), (Silim, 2013), dan (Gumilang, R. C., Hidayat, R. R., & NP, 2014). Apresiasi USD terhadap IDR (atau depresiasi IDR terhadap USD) dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia (Ismanto, Kristini, & Rina, 2019). Selain itu, apresiasi USD terhadap IDR mengakibatkan biaya produksi meningkat, terutama perusahaan yang bergantung pada bahan baku impor. Begitu pula dengan utang luar negeri yang menggunakan USD, beban tetap berupa bunga juga akan meningkat. Oleh sebab itu, laba bersih perusahaan terancam menurun.

Investor cenderung menanggapi ketidakpastian ekonomi dan ancaman penurunan kinerja perusahaan dengan mengalihkan investasinya ke instrumen yang lebih aman, seperti emas. Dengan kata lain, investor akan melepaskan saham-sahamnya yang mengakibatkan penurunan harga pasar saham perusahaan dan pada akhirnya turut menurunkan IHSG.

Hipotesis 2 menyatakan bahwa ekspor berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG. Diketahui nilai sig. variabel EXP sebesar 0,0740 lebih besar dari 0,050 dan nilai t hitung 1,847 lebih kecil dari t tabel 2,03951 sehingga hipotesis 2 ditolak. Dengan kata lain, ekspor tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG.

Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian (SAFITRI, 2017) yang menyatakan bahwa ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG dalam jangka panjang dan jangka pendek. Namun, penelitian tersebut tidak memerhatikan jumlah perusahaan yang sahamnya terdaftar di BEI. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, IHSG merupakan gabungan seluruh saham perusahaan yang tercatat di BEI. Per Juli 2020, ada 699 saham perusahaan yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia, 2020). Sementara itu, ekspor di Indonesia dikategorikan menjadi migas dan nonmigas. Secara garis besar, dikelompokkan menjadi tiga sektor yaitu ekspor hasil pertanian, ekspor hasil industri pengolahan, serta ekspor hasil pertambangan dan lainnya (Andriani, E., Gustaman, S., Saputri, D. R., Kusnadi, E., Suheri, & Emo, 2020).

Berdasarkan tiga kelompok tersebut, hanya ada 261 atau 37,34% dari seluruh perusahaan yang sahamnya tercatat di BEI. Perusahaan-perusahaan tersebut terbagi menjadi lima (dari sembilan) sektor yang meliputi agriculture (23 perusahaan), mining (48 perusahaan), basic industry & chemicals (80 perusahaan), miscellaneous industry (7 perusahaan), dan consumer goods industry (59 perusahaan) (Bursa Efek Indonesia, 2020). Hal itu berarti bahwa IHSG tidak akan terpengaruh oleh nilai ekspor karena sebagian besar (62,66%) perusahaan yang sahamnya tercatat di BEI tidak dominan melakukan ekspor dalam kegiatan usahanya.

Hipotesis 3 menyatakan bahwa BI 7-day Repo Rate berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG. Diketahui nilai sig. variabel 7DRR sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,050 dan nilai t hitung 5,346 lebih besar dari t tabel 2,03951 sehingga hipotesis 3 diterima. Sementara itu, nilai koefisien 364,784 menunjukkan adanya pengaruh positif BI 7-day Repo Rate terhadap pergerakan IHSG.

Hal tersebut tidak sesuai dengan kebanyakan teori yang ada. Salah satunya adalah Tandelilin (2010) yang menyatakan bahwa perubahan suku bunga akan memengaruhi harga saham secara terbalik, ceteris paribus. Namun, pada kenyataannya, kondisi perekonomian Indonesia tidak hanya dipengaruhi faktor internal, seperti suku bunga saja. Faktor eksternal juga turut berpengaruh karena Indonesia menganut sistem perekonomian terbuka. Oleh karenanya, kondisi perekonomian negara lain juga akan berimbas pada kondisi perekonomian Indonesia (BPPK Kemenkeu RI, 2018) Dalam hal ini, asumsi ceteris paribus tidak berlaku.

Sejak Desember 2019 sampai penelitian ini dilakukan, seluruh negara di dunia sedang menghadapi pandemi Covid-19. Banyak negara mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi dan ancaman resesi, termasuk Indonesia. Untuk mendukung perekonomian domestik, Bank Indonesia mengambil kebijakan menurunkan suku bunga acuan BI 7-day Repo Rate (Hendartyo, 2020). Namun, langkah tersebut tidak terlalu menarik minat investor untuk mengalihkan investasinya dari pasar keuangan ke pasar modal, seperti saham. Investor cenderung khawatir akan dampak lonjakan kasus positif Covid-19. Menurut para analis, sentimen negatif tersebut merupakan sebab melemahnya IHSG (Puspitasari & Intan, 2020). Hal itu didukung oleh hasil penelitian yang menyatakan bahwa aspek psikologis (overconfidence dan rational expectation) berpengaruh positif terhadap volume perdagangan saham (Ahyaruddin, Widiarsih, & Winarso, 2017). Penelitian tersebut telah membuktikan bahwa pembuatan keputusan investasi bukan hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor psikologis investor.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa BI 7-day Repo Rate berpengaruh signifikan dan positif terhadap IHSG.Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Amin, 2012), (Wismantara & Darmayanti, 2017) dan (Achmad., 2018).

Hipotesis 4 menyatakan bahwa harga minyak dunia berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG. Diketahui nilai sig. variabel KURS sebesar 0,004 lebih kecil dari 0,050 dan nilai t hitung 3,092 lebih besar dari t tabel 2,03951 sehingga hipotesis 4 diterima. Sementara itu, nilai koefisien 13,520 menunjukkan adanya pengaruh positif harga minyak dunia terhadap pergerakan IHSG.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Witjaksono, 2010), (Silim, 2013), (Handiani, 2014). Kenaikan harga minyak dunia berpotensi meningkatkan laba bersih perusahaan penambangan dan/atau pengolahan minyak mentah. Akibatnya, investor memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap prospek perusahaan. Sentimen positif dari investor tersebut dapat mengakibatkan harga saham perusahaan di sektor pertambangan naik dan pada akhirnya turut meningkatkan IHSG.

E.     Uji F

Tabel 4

��� ANOVAa

Model

Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

1

Regression

7569584,307

4

1892396,077

32,205

0,000b

Residual

1821617,335

31

58761,850

 

 

Total

9391201,642

35

 

 

 

a. Dependent Variable: IHSG (Y)

b. Predictors: (Constant), WTI, 7DRR, EXP, KURS

�����������

Hipotesis 5 menyatakan bahwa nilai tukar USD/IDR, ekspor, BI 7-day Repo Rate, dan harga minyak dunia berpengaruh signifikan terhadap IHSG secara simultan. Berdasarkan tabel 4, diketahui nilai sig. sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,050 dan nilai F hitung 32,205 lebih besar dari F tabel 2,67. Oleh sebab itu, hipotesis 5 diterima.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (a.)Nilai tukar USD/IDR berpengaruh signifikan dan negatif terhadap pergerakan IHSG. (b.)Ekspor tidak berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG. (c.) BI 7-day Repo Rate berpengaruh signifikan dan positif terhadap pergerakan IHSG. (d.) Harga minyak dunia berpengaruh signifikan dan positif terhadap pergerakan IHSG. (e.) Nilai tukar USD/IDR, ekspor, BI 7-day Repo Rate, dan harga minyak dunia berpengaruh signifikan terhadap IHSG secara simultan.

Dari keempat variabel bebas yang diteliti, variabel suku bunga acuan BI 7-day Repo Rate memiliki pengaruh yang paling besar terhadap pergerakan IHSG berdasarkan nilai koefisien regresi. Oleh karenanya, penulis menyarankan supaya investor lebih memerhatikan variabel tersebut. Hal itu perlu dilakukan agar investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik sesuai dengan tujuan investor.

Penelitian ini hanya terbatas pada empat faktor yang diduga berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG. Penulis berharap supaya penelitian di masa mendatang melibatkan faktor-faktor lain dan/atau menggunakan teknik analisis yang lebih bervariatif. Selain itu, dapat pula memperluas jangkauan penelitian, seperti indeks-indeks lain dan periode yang lebih panjang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Achmad. (2018). Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Dollar AS, dan Indeks Saham Dow Jones terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Tugas Akhir Program Magister. Universitas Terbuka.

 

Ahyaruddin, Muhammad, Widiarsih, Dwi, & Winarso, Doni. (2017). Pengaruh Psikologi Investor Terhadap Volume Perdagangan Saham (Studi Empiris Pada Indeks Saham Lq45 Yang Terdaftar Di Bei). Prosiding CELSciTech, 2.

 

Amin, M. Z. (2012). Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Kurs Dollar (USD/IDR), dan Indeks Dow Jones (DJIA) terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Periode 2018-2011). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya,.

 

Andriani, E., Gustaman, S., Saputri, D. R., Kusnadi, E., Suheri, & Emo, M. (2020). Analisis Komoditas Ekspor 2012-2019, Sektor Pertanian, Industri, dan Pertambangan. Jakarta: BPS RI.

 

Arieza, U. (2018). 37 Perusahaan IPO di 2017, Siapa yang Harga Saham Naik Paling Tinggi

 

Badan Pusat Statistik. (2020). Tabel Dinamis. https://www.bps.go.id/site/pilihdata

 

Bank Indonesia. (2020). BI 7- Diambil kembali dari Bank Indonesia. Retrieved from https://www.bi.go.id/id/moneter/bi-7day-RR/data/Contents/Default.aspxday (Reverse) Repo Rate.

 

BPPK Kemenkeu RI. (2018). Perekonomian Indonesia Cenderung Membaik dan Didukung Kondisi Ekonomi Global yang Optimis. https://bppk.kemenkeu.go.id/content/berita/balai-diklat-keuangan-yogyakarta-perekonomian-indonesia-cenderung-membaik-dan-didukung-kondisi-ekonomi-global-yang-optimis-2019-11-05-937899b0/

 

Bursa Efek Indonesia. (2020). Daftar Saham. https://www.idx.co.id/data-pasar/data-saham/daftar-saham/

 

Fusion Media Limited. (2020). Jakarta Stock Exchange Composite (JKSE). Diambil kembali dari Investing.com. Retrieved from https://id.investing.com/indices/idx-composite-historical-data

 

Gumilang, R. C., Hidayat, R. R., & NP, M. (2014). Pengaruh Variabel Makro Ekonomi, Harga Emas, dan Harga Minyak Dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Studi pada Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013). Jurnal Administrasi Bisnis, 1-9.

 

Handiani, Sylvia. (2014). Pengaruh harga emas dunia, harga minyak dunia dan nilai tukar dolar amerika/rupiah terhadap indeks harga saham gabungan pada periode 2008-2013. E-Journal Graduate Unpar, 1(1).

 

Hendartyo, M. (2020). Ekonomi Dihantam Corona, BI Diprediksi Turunkan Suku Bunga Acuan. Retrieved from bisnis.tempo.co/read/1321404/ekonomi-dihantam-corona-bi-diprediksi-turunkan-suku-bunga-acuan/full&view=ok

 

Ismanto, Bambang, Kristini, Mita Ayu, & Rina, Lelahester. (2019). Pengaruh Kurs dan Impor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode Tahun 2007-2017. Ecodunamika, 2(1).

 

Kalla, T. L. (2020). Di Tengah Covid, Minat Investasi di Pasar Modal Justru Tinggi. Retrieved from https://investor.id/market-and-corporate/di-tengah-covid-minat-investasi-di-pasar-modal-justru-tinggi

 

Nurwani, Nurwani. (2016). Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomikawan, 16(2), 77391.

 

Priyono, Priyono. (2008). Manajemen sumber daya manusia. Sidoarjo: Zifatama.

 

Ranto, Suryo Refli. (2019). Pengaruh Jangka Pendek Dan Jangka Panjang Variabel Makro Ekonomi Terhadap Ihsg Di Bursa Efek Indonesia Dengan Pendekatan Error Correction Model (ECM). Jurnal Derivat: Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika, 6(1), 12�24.

 

Rosana, F. C. (2019). Perusahaan yang IPO Turun dari 57 Jadi 55. Retrieved from https://bisnis.tempo.co/read/1289334/bei-2019-perusahaan-yang-ipo-turun-dari-57-jadi-55/full&view=ok

 

Rosita, N. H. (2012). Uji Asumsi Klasik. Diambil kembali dari Nadiyah Hirfiyana Rosita. Retrieved from http://extraordinarynad.lecture.ub.ac.id/2012/12/uji-asumsi-klasik/

 

Safitri, Febby A. Y. U. (2017). Analisis Pengaruh Ekspor, Impor Dan Foreign Direct Investment (Fdi) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) Periode 1982-2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, 5(2).

 

Silim, Lusiana. (2013). Pengaruh variabel ekonomi makro terhadap indeks harga saham gabungan pada bursa efek indonesia periode 2002-2011. Calyptra, 2(2), 1�18.

 

Sudana, I. Made. (2015). Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktik Edisi 2. Jakarta: Erlangga.

 

Tanzeh, A. (2011). Pengantar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Teras.

 

Triani, Lely Fera. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Indeks Harga Saham Di Jakarta Islamic Index Selama Tahun 2011. Jurnal Organisasi Dan Manajemen, 9(2), 162�178.

 

Wismantara, Sangga Yoga, & Darmayanti, Ni Putu Ayu. (2017). Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 6(8).

 

Witjaksono, Ardian Agung. (2010). Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG (studi kasus pada IHSG di BEI selama periode 2000-2009). Universitas Diponegoro.