Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�����
Vol. 2, No. 10, Oktober 2020
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERGERAKAN IHSG DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE JULI 2017-JUNI 2020
Andika Setia Pratama
Universitas Airlangga Surabaya, Indonesia
Email: [email protected]
Abstract
Abstract The
purpose of this study is to find out and analyze the effect of USD/IDR exchange
rate, exports, BI 7-day Repo Rate, and world oil prices on JCI movements on the
Indonesia Stock Exchange for the period July 2017-June 2020 partially and
simultaneously. This research is an expansive study with a quantitative
approach. Meanwhile, the analysis technique used is multiple linear regressions
with α=5%. The regression model equation obtained is JCI = 9434,050 -
0.499KURS + 0.070EXP + 364.7847DRR + 13,520WTI + e. The results of this study
show that the exchange rate of USD/IDR, BI 7-day Repo Rate, and world oil
prices had a significant effect, while exports had no significant effect on the
partial movement of JCI. Of these significant variables, the BI 7-day Repo Rate
is the most influential variable. Simultaneously, USD/IDR exchange rate,
exports, BI 7-day Repo Rate, and global oil prices have a significant impact on
JCI. The authors suggest that investors pay more attention to the variable
benchmark interest rate of bi 7-day Repo Rate because the variable is most
influential to the movement of JCI on the Indonesia Stock Exchange. Therefore,
investors can better predict or foresee JCI movements.�
Keywords: JCI; Exchange Rate;
Exports; BI7DRR; Oil; Stock.
Abstrak
Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh nilai tukar USD/IDR,
ekspor, BI 7-day Repo Rate, dan harga minyak dunia terhadap pergerakan IHSG di
Bursa Efek Indonesia periode Juli 2017-Juni 2020 secara parsial dan simultan. Penelitian
ini merupakan penelitian eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif. Sementara
itu, teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan
α=5%. Persamaan model regresi yang diperoleh adalah IHSG = 9434,050 -
0,499KURS + 0,070EXP + 364,7847DRR + 13,520WTI + e. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa nilai tukar USD/IDR, BI 7-day Repo Rate, dan harga minyak
dunia berpengaruh signifikan, sedangkan ekspor tidak berpengaruh signifikan
terhadap pergerakan IHSG secara parsial. Dari variabel-variabel yang
berpengaruh signifikan tersebut, BI 7-day Repo Rate merupakan variabel yang
paling berpengaruh. Secara simultan, nilai tukar USD/IDR, ekspor, BI 7-day Repo
Rate, dan harga minyak dunia berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Penulis
menyarankan supaya investor lebih memerhatikan variabel suku bunga acuan BI
7-day Repo Rate karena variabel tersebut paling berpengaruh terhadap pergerakan
IHSG di Bursa Efek Indonesia. Oleh sebab itu, investor dapat memperkirakan atau
meramalkan pergerakan IHSG dengan lebih baik.
Kata kunci: IHSG; Kurs; Ekspor; BI7DRR; Minyak; Saham.
Pendahuluan
Sebagai
salah satu sumber pendanaan jangka panjang, saham merupakan instrumen yang
cukup diminati oleh perusahaan. Hal itu tercermin dari peningkatan jumlah
perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) dalam beberapa tahun
terakhir. Pada tahun 2016, terdapat 16 perusahaan baru yang melantai di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Jumlah tersebut naik menjadi 37 perusahaan pada tahun 2017
(Arieza,
2018). Kenaikan juga terjadi pada
tahun 2018, sebanyak 57 perusahaan melakukan IPO pada tahun itu. Namun, pada
tahun 2019, jumlah tersebut turun menjadi 55 perusahaan. Meskipun terjadi
penurunan, jumlah tersebut merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara (Rosana,
2019).
Bagi
investor, saham merupakan salah satu instrumen investasi yang cukup diminati
baik jangka pendek atau jangka panjang. Bahkan di tengah kondisi perekonomian
yang lesu akibat pandemi Covid-19 saat ini, jumlah investor saham per akhir
April 2020 naik sebesar 8% menjadi 1,19 juta dari 1,1 juta pada akhir tahun
2019. Berdasarkan demografinya, pertumbuhan investor baru usia 18-25 (generasi
milenial) tahun lebih cepat dibandingkan investor usia lain. Pada tahun 16,
tercatat sekitar 60.000 investor generasi milenial. Jumlah tersebut naik hampir
lima kali lipat menjadi sekitar 280.000 investor pada Mei 2020 (Kalla,
2020).
Berkaitan
dengan hal-hal tersebut, baik perusahaan maupun investor sama-sama memandang
bahwa harga pasar saham sangat penting. Bagi perusahaan yang telah go public,
harga pasar saham adalah cerminan dari nilai perusahaan itu sendiri (Sudana,
2015). Sementara itu, bagi investor, harga pasar saham
perusahaan digunakan sebagai salah satu dasar pembuatan keputusan investasi.
Salah satu indikator yang selalu diperhatikan investor di Indonesia adalah
pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
IHSG
merupakan gabungan seluruh saham perusahaan yang tercatat di BEI. Oleh sebab
itu, IHSG dapat dikatakan sebagai acuan untuk mengukur kinerja seluruh
perusahaan di pasar saham. Dari indeks tersebut dapat diketahui tren pergerakan
harga pasar saham sedang naik, stabil, atau turun. Pergerakan itu menjadi dasar
bagi investor untuk membuat keputusan investasi, seperti menjual, membeli, atau
mempertahankan satu atau beberapa saham. Oleh karenanya, penting untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pergerakan IHSG supaya
investor, dalam membuat keputusan, dapat meminimalkan risiko dan memaksimalkan
keuntungan. Banyak penelitian yang telah dilakukan terkait dengan faktor-faktor
yang memengaruhi pergerakan IHSG.
Menurut (Witjaksono,
2010) dalam penelitiannya dengan metode analisis regresi
linear berganda, menguji enam faktor yang diduga berpengaruh terhadap
pergerakan� IHSG. Hasilnya, faktor harga
minyak dunia, harga emas dunia, Indeks 225, dan Indeks Dow Jones berpengaruh
signifikan secara parsial. Sementara itu, faktor tingkat suku bunga SBI dan
kurs rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pergerakan IHSG secara
parsial.
Menurut (Triani,
2013) dalam penelitiannya dengan metode Hierarky Mutiple
Regression Analysis, menguji tiga faktor yang diduga berpengaruh terhadap
pergerakan IHSG. Hasilnya, terdapat dua faktor yang berpengaruh signifikan
secara parsial, yaitu volume perdagangan saham (positif) dan suku bunga SBI
(negatif). Sementara itu, kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap pergerakan
IHSG secara parsial.
�� (Nurwani,
2016) dalam penelitiannya dengan
metode analisis regresi linear berganda, menguji tiga faktor yang diduga
berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Hasilnya, terdapat dua faktor yang
berpengaruh signifikan secara parsial, yaitu nilai tukar rupiah (positif) dan
suku bunga SBI (negatif). Sementara itu, inflasi tidak berpengaruh signifikan
terhadap pergerakan IHSG secara parsial.
(Ranto,
2019) dalam penelitiannya dengan metode Error Correction
Model, menguji enam faktor yang diduga berpengaruh terhadap pergerakan IHSG.
Dalam jangka panjang, terdapat empat faktor yang berpengaruh positif dan
signifikan, yaitu inflasi, kurs, net ekspor, dan harga minyak dunia, sedangkan
jumlah uang beredar dan suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan secara
parsial. Sementara itu, dalam jangka pendek, terdapat tiga faktor yang
berpengaruh signifikan, yaitu inflasi (negatif), kurs (positif), dan harga
minyak dunia (positif), sedangkan jumlah uang beredar, net ekspor, dan suku
bunga SBI tidak berpengaruh signifikan terhadap secara parsial terhadap
pergerakan IHSG.
Dari
beberapa penelitian tersebut, diketahui bahwa terdapat beragam faktor yang
memengaruhi pergerakan IHSG. Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk
mengetahui pengaruh nilai tukar USD/IDR (KURS), ekspor (EXP), BI 7-day Repo
Rate (7DRR), dan harga minyak dunia (WTI) terhadap pergerakan IHSG di BEI
periode Juli 2017-Juni 2020. Dengan demikian, hipotesis penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
H1:
Nilai tukar USD/IDR berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG.
H2:
Ekspor berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG.
H3:
BI 7-day Repo Rate berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG.
H4:
Harga minyak dunia berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG.
H5: Nilai tukar USD/IDR,
ekspor, BI 7-day Repo Rate, dan harga minyak dunia berpengaruh signifikan
terhadap IHSG secara simultan.
Metode Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif dilakukan
untuk menemukan penjelasan mengapa suatu kejadian atau gejala terjadi �(Priyono,
2008). Sementara itu,
penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan antar
variabel, memberikan deskripsi statistik, menaksir dan meramalkan hasilnya �(Tanzeh,
2011).
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah ex-post facto, yaitu meneliti hubungan
sebab-akibat dari suatu peristiwa, fenomena, atau kejadian yang sudah terjadi �(Sappaile,
2010). Diharapkan dengan metode ini, dapat diketahui apakah variabel
terikat (IHSG) dipengaruhi oleh variabel bebas (nilai tukar USD/IDR, ekspor, BI
7-day Repo Rate, dan harga minyak dunia) secara signifikan.
Data
yang digunakan merupakan data sekunder berupa data historis bulanan sebanyak 36
bulan (Juli 2017-Juni 2020). Data tersebut diperoleh dari berbagai sumber
secara daring, seperti (Bank
Indonesia, 2020), (Badan
Pusat Statistik, 2020) dan (Fusion Media Limited, 2020).
Setelah
dikumpulkan, data dianalisis dengan teknik regresi linear berganda yang mana
menggunakan perangkat lunak SPSS 25 sebagai alat bantu. Adapun persamaan model
regresi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = a +
b_1 KURS + b_2 EXP + b_3 7DRR + b_4 WTI + e�����
(1)
Keterangan:
Y =
IHSG;
KURS =
Nilai tukar USD/IDR (dalam IDR);
EXP =
Ekspor (dalam juta USD);
7DRR =
BI 7-day Repo Rate (dalam persen);
WTI =
Harga minyak dunia (dalam USD/barel);
a =
Konstanta;
b =
Koefisien regresi; dan
e =
Error.
Langkah
berikutnya adalah melakukan uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa persamaan
model regresi yang diperoleh memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan
konsisten (Rosita,
2012). Terdapat empat uji asumsi klasik yang akan dilakukan,
yaitu uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji
normalitas. Setelah itu, mengukur seberapa kuat hubungan variabel bebas
terhadap variabel terikat dengan menghitung besarnya koefisien korelasi (R).
Kemudian, menghitung koefisien determinasi (R2) untuk mengetahui sejauh mana
variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Terakhir, melakukan uji
hipotesis dengan uji t dan uji F untuk mengetahui signifikan atau tidaknya
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial dan simultan.
Hasil dan Pembahasan
A. Analisis regresi
linear berganda
Tabel 1
Coefficientsa
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
Collinearity Statistics |
|||
B |
Std. Error |
Beta |
Tolerance |
VIF |
||||
1 |
(Constant) |
9434,050 |
1212,350 |
|
7,782 |
0,000 |
|
|
KURS |
-0,499 |
0,082 |
-0,563 |
-6,055 |
0,000 |
0,725 |
1,380 |
|
EXP |
0,070 |
0,038 |
0,170 |
1,847 |
0,074 |
0,735 |
1,361 |
|
7DRR |
� 364,784 |
68,240 |
0,483 |
5,346 |
0,000 |
0,767 |
1,304 |
|
WTI |
13,520 |
4,373 |
0,324 |
3,092 |
0,004 |
0,571 |
1,753 |
|
a.
Dependent Variable: IHSG |
Berdasarkan tabel 1, persamaan model regresi yang
dapat diperoleh adalah
Persamaan model regresi tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1.
Konstanta sebesar 9434,050 yang berarti bahwa nilai IHSG
adalah 9434,050 apabila KURS, EXP, 7DRR, dan WTI sebesar 0.
2.
Koefisien regresi KURS sebesar -0,499 yang berarti bahwa
setiap kenaikan 1 satuan nilai tukar USD/IDR akan menurunkan IHSG sebesar
-0,499 satuan dan sebaliknya.
3.
Koefisien regresi EXP sebesar 0,070 yang berarti bahwa setiap
kenaikan 1 satuan ekspor akan meningkatkan IHSG sebesar 0,070 satuan dan
sebaliknya.
4.
Koefisien regresi 7DRR sebesar 364,784 yang berarti bahwa
setiap kenaikan 1 satuan BI 7-day Repo Rate akan meningkatkan IHSG sebesar
364,784 satuan dan sebaliknya.
5.
Koefisien regresi WTI sebesar 13,520 yang� berarti bahwa setiap kenaikan 1 satuan harga
minyak dunia akan meningkatkan IHSG sebesar 13,520 satuan dan sebaliknya.
B.
Uji asumsi klasik
Beberapa uji asumsi klasik yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji
multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji
normalitas.
1.
Uji multikolinearitas
Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa seluruh variabel
bebas memiliki nilai nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance > 0,1 sehingga
dapat diketahui bahwa tidak terjadi multikolinieritas dalam model regresi.
2.
Uji autokorelasi
Dalam melakukan uji autokorelasi, penulis menggunakan uji Run
Test sebagai acuan. Model regresi dapat dikatakan terjadi autokorelasi apabila
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) dalam uji run test kurang dari α 5% atau
0,05.
Tabel 2
Runs Test |
|
|
|
Unstandardized Residual |
|
Test Valuea |
-24,06857 |
|
Cases < Test Value |
18 |
|
Cases >= Test Value |
18 |
|
Total Cases |
36 |
|
Number of Runs |
13 |
|
Z |
-1,860 |
|
Asymp. Sig. (2-tailed) |
0,063 |
|
a. Median |
|
|
Berdasarkan tabel 2, nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,063 lebih besar
dari 0,05 sehingga dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi dalam model
regresi.
3.
Uji heteroskedastisitas
Gambar 1
Scatterplot
Berdasarkan Gambar I, terlihat bahwa sebaran titik
tidak membentuk suatu pola/alur tertentu sehingga dapat dikatakan terjadi
homoskedastisitas atau, dengan kata lain, tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.
Uji normalitas
Gambar 2
Normal P-P Plot
Uji normalitas dengan Normal
P-P Plot (Gambar II) menunjukkan titik-titik ploting cenderung mengikuti
dan mendekati garis diagonalnya. Oleh sebab itu, dapat diindikasikan bahwa
(data) residual terdistribusi normal.
Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak mengalami
masalah-masalah asumsi klasik.
C.
Analisis koefisien korelasi dan determinasi
Tabel 3
Model Summaryb |
||||
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
0,898a |
0,806 |
0,781 |
242,40844 |
a. Predictors:
(Constant), WTI, 7DRR, EXP, KURS |
||||
b. Dependent Variable:
IHSG |
Dapat dilihat pada tabel 3 bahwa nilai R sebesar 0,898 yang menunjukkan hubungan
kuat antara variabel bebas KURS, EXP, 7DRR, dan WTI terhadap IHSG (semakin
mendekati 1, semakin kuat). Selain itu, nilai R Square sebesar 0,806 yang
berarti 80,6% variabel terikat dapat dijelaskan/dipengaruhi oleh variabel bebas,
sedangkan 19,4% sisanya dijelaskan/dipengaruhi oleh variabel bebas lain yang tidak
terdapat dalam model regresi ini.
D.
Uji t
Hipotesis 1 menyatakan bahwa nilai tukar USD/IDR berpengaruh signifikan
terhadap pergerakan IHSG.� Diketahui
nilai sig. variabel KURS sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,050 dan nilai t
hitung -6,055 lebih kecil dari t tabel -2,03951 sehingga hipotesis 1 diterima.
Sementara itu, nilai koefisien -0,499 menunjukkan adanya pengaruh negatif nilai
tukar USD/IDR terhadap pergerakan IHSG.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Witjaksono,
2010), (Amin, 2012), (Silim, 2013), dan (Gumilang, R. C., Hidayat, R. R., & NP, 2014). Apresiasi USD terhadap IDR
(atau depresiasi IDR terhadap USD) dapat menghambat pertumbuhan ekonomi
Indonesia (Ismanto,
Kristini, & Rina, 2019). Selain itu, apresiasi USD
terhadap IDR mengakibatkan biaya produksi meningkat, terutama perusahaan yang
bergantung pada bahan baku impor. Begitu pula dengan utang luar negeri yang
menggunakan USD, beban tetap berupa bunga juga akan meningkat. Oleh sebab itu, laba
bersih perusahaan terancam menurun.
Investor cenderung menanggapi ketidakpastian ekonomi dan ancaman
penurunan kinerja perusahaan dengan mengalihkan investasinya ke instrumen yang
lebih aman, seperti emas. Dengan kata lain, investor akan melepaskan
saham-sahamnya yang mengakibatkan penurunan harga pasar saham perusahaan dan
pada akhirnya turut menurunkan IHSG.
Hipotesis 2 menyatakan bahwa ekspor berpengaruh signifikan terhadap
pergerakan IHSG. Diketahui nilai sig. variabel EXP sebesar 0,0740 lebih besar
dari 0,050 dan nilai t hitung 1,847 lebih kecil dari t tabel 2,03951 sehingga
hipotesis 2 ditolak. Dengan kata lain, ekspor tidak memiliki pengaruh terhadap
IHSG.
Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian (SAFITRI,
2017) yang menyatakan bahwa
ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG dalam jangka panjang
dan jangka pendek. Namun, penelitian tersebut tidak memerhatikan jumlah
perusahaan yang sahamnya terdaftar di BEI. Seperti yang telah dibahas
sebelumnya, IHSG merupakan gabungan seluruh saham perusahaan yang tercatat di
BEI. Per Juli 2020, ada 699 saham perusahaan yang terdaftar di BEI (Bursa
Efek Indonesia, 2020). Sementara itu,
ekspor di Indonesia dikategorikan menjadi migas dan nonmigas. Secara garis
besar, dikelompokkan menjadi tiga sektor yaitu ekspor hasil pertanian, ekspor
hasil industri pengolahan, serta ekspor hasil pertambangan dan lainnya (Andriani,
E., Gustaman, S., Saputri, D. R., Kusnadi, E., Suheri, & Emo, 2020).
Berdasarkan tiga kelompok tersebut, hanya ada 261 atau 37,34% dari
seluruh perusahaan yang sahamnya tercatat di BEI. Perusahaan-perusahaan
tersebut terbagi menjadi lima (dari sembilan) sektor yang meliputi agriculture
(23 perusahaan), mining (48 perusahaan), basic industry &
chemicals (80 perusahaan), miscellaneous industry (7 perusahaan),
dan consumer goods industry (59 perusahaan) (Bursa Efek Indonesia, 2020). Hal itu berarti bahwa IHSG tidak akan
terpengaruh oleh nilai ekspor karena sebagian besar (62,66%) perusahaan yang
sahamnya tercatat di BEI tidak dominan melakukan ekspor dalam kegiatan
usahanya.
Hipotesis 3 menyatakan bahwa BI 7-day Repo Rate berpengaruh signifikan
terhadap pergerakan IHSG. Diketahui nilai sig. variabel 7DRR sebesar 0,000
lebih kecil dari 0,050 dan nilai t hitung 5,346 lebih besar dari t tabel 2,03951
sehingga hipotesis 3 diterima. Sementara itu, nilai koefisien 364,784
menunjukkan adanya pengaruh positif BI 7-day Repo Rate terhadap pergerakan
IHSG.
Hal tersebut tidak sesuai dengan kebanyakan teori yang ada. Salah satunya
adalah Tandelilin (2010) yang menyatakan bahwa perubahan suku bunga akan
memengaruhi harga saham secara terbalik, ceteris paribus. Namun, pada
kenyataannya, kondisi perekonomian Indonesia tidak hanya dipengaruhi faktor
internal, seperti suku bunga saja. Faktor eksternal juga turut berpengaruh
karena Indonesia menganut sistem perekonomian terbuka. Oleh karenanya, kondisi
perekonomian negara lain juga akan berimbas pada kondisi perekonomian Indonesia (BPPK
Kemenkeu RI, 2018) Dalam hal ini, asumsi ceteris
paribus tidak berlaku.
Sejak Desember 2019 sampai penelitian ini dilakukan, seluruh negara di
dunia sedang menghadapi pandemi Covid-19. Banyak negara mengalami perlambatan
pertumbuhan ekonomi dan ancaman resesi, termasuk Indonesia. Untuk mendukung
perekonomian domestik, Bank Indonesia mengambil kebijakan menurunkan suku bunga
acuan BI 7-day Repo Rate (Hendartyo,
2020). Namun, langkah tersebut
tidak terlalu menarik minat investor untuk mengalihkan investasinya dari pasar
keuangan ke pasar modal, seperti saham. Investor cenderung khawatir akan dampak
lonjakan kasus positif Covid-19. Menurut para analis, sentimen negatif tersebut
merupakan sebab melemahnya IHSG (Puspitasari
& Intan, 2020). Hal itu didukung oleh hasil penelitian yang
menyatakan bahwa aspek psikologis (overconfidence dan rational
expectation) berpengaruh positif terhadap volume perdagangan saham (Ahyaruddin,
Widiarsih, & Winarso, 2017). Penelitian
tersebut telah membuktikan bahwa pembuatan keputusan investasi bukan hanya
dipengaruhi oleh faktor ekonomi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor psikologis
investor.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa BI 7-day Repo Rate berpengaruh
signifikan dan positif terhadap IHSG.�
Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Amin,
2012), (Wismantara
& Darmayanti, 2017) dan (Achmad.,
2018).
Hipotesis 4 menyatakan bahwa harga minyak dunia berpengaruh signifikan
terhadap pergerakan IHSG. Diketahui nilai sig. variabel KURS sebesar 0,004
lebih kecil dari 0,050 dan nilai t hitung 3,092 lebih besar dari t tabel 2,03951
sehingga hipotesis 4 diterima. Sementara itu, nilai koefisien 13,520
menunjukkan adanya pengaruh positif harga minyak dunia terhadap pergerakan
IHSG.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Witjaksono,
2010), (Silim,
2013), (Handiani,
2014). Kenaikan harga minyak dunia berpotensi meningkatkan
laba bersih perusahaan penambangan dan/atau pengolahan minyak mentah.
Akibatnya, investor memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap prospek
perusahaan. Sentimen positif dari investor tersebut dapat mengakibatkan harga
saham perusahaan di sektor pertambangan naik dan pada akhirnya turut
meningkatkan IHSG.
E.
Uji F
Tabel 4
��� ANOVAa |
||||||
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
7569584,307 |
4 |
1892396,077 |
32,205 |
0,000b |
Residual |
1821617,335 |
31 |
58761,850 |
|
|
|
Total |
9391201,642 |
35 |
|
|
|
|
a. Dependent Variable: IHSG (Y) |
||||||
b. Predictors: (Constant), WTI, 7DRR, EXP, KURS |
�����������
Hipotesis 5
menyatakan bahwa nilai tukar USD/IDR, ekspor, BI 7-day Repo Rate, dan harga
minyak dunia berpengaruh signifikan terhadap IHSG secara simultan. Berdasarkan
tabel 4, diketahui nilai sig. sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,050 dan nilai F
hitung 32,205 lebih besar dari F tabel 2,67. Oleh sebab itu, hipotesis 5
diterima.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang
telah dikemukakan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (a.)Nilai tukar
USD/IDR berpengaruh signifikan dan negatif terhadap pergerakan IHSG. (b.)Ekspor
tidak berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG. (c.) BI 7-day Repo Rate
berpengaruh signifikan dan positif terhadap pergerakan IHSG. (d.) Harga minyak
dunia berpengaruh signifikan dan positif terhadap pergerakan IHSG. (e.) Nilai
tukar USD/IDR, ekspor, BI 7-day Repo Rate, dan harga minyak dunia berpengaruh signifikan
terhadap IHSG secara simultan.
Dari keempat variabel bebas yang diteliti, variabel
suku bunga acuan BI 7-day Repo Rate memiliki pengaruh yang paling besar
terhadap pergerakan IHSG berdasarkan nilai koefisien regresi. Oleh karenanya,
penulis menyarankan supaya investor lebih memerhatikan variabel tersebut. Hal
itu perlu dilakukan agar investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih
baik sesuai dengan tujuan investor.
Penelitian ini hanya terbatas pada empat faktor yang
diduga berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG. Penulis berharap supaya
penelitian di masa mendatang melibatkan faktor-faktor lain dan/atau menggunakan
teknik analisis yang lebih bervariatif. Selain itu, dapat pula memperluas
jangkauan penelitian, seperti indeks-indeks lain dan periode yang lebih
panjang.
BIBLIOGRAFI
Achmad. (2018). Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI,
Nilai Tukar Dollar AS, dan Indeks Saham Dow Jones terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Tugas Akhir Program Magister. Universitas
Terbuka.
Ahyaruddin,
Muhammad, Widiarsih, Dwi, & Winarso, Doni. (2017). Pengaruh Psikologi
Investor Terhadap Volume Perdagangan Saham (Studi Empiris Pada Indeks Saham
Lq45 Yang Terdaftar Di Bei). Prosiding CELSciTech, 2.
Amin, M. Z. (2012).
Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Kurs Dollar (USD/IDR), dan
Indeks Dow Jones (DJIA) terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di
Bursa Efek Indonesia (BEI) (Periode 2018-2011). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB
Universitas Brawijaya,.
Andriani, E.,
Gustaman, S., Saputri, D. R., Kusnadi, E., Suheri, & Emo, M. (2020). Analisis
Komoditas Ekspor 2012-2019, Sektor Pertanian, Industri, dan Pertambangan.
Jakarta: BPS RI.
Arieza, U. (2018). 37
Perusahaan IPO di 2017, Siapa yang Harga Saham Naik Paling Tinggi
Badan Pusat
Statistik. (2020). Tabel Dinamis. https://www.bps.go.id/site/pilihdata
Bank Indonesia.
(2020). BI 7- Diambil kembali dari Bank Indonesia. Retrieved from
https://www.bi.go.id/id/moneter/bi-7day-RR/data/Contents/Default.aspxday
(Reverse) Repo Rate.
BPPK Kemenkeu RI.
(2018). Perekonomian Indonesia Cenderung Membaik dan Didukung Kondisi
Ekonomi Global yang Optimis. https://bppk.kemenkeu.go.id/content/berita/balai-diklat-keuangan-yogyakarta-perekonomian-indonesia-cenderung-membaik-dan-didukung-kondisi-ekonomi-global-yang-optimis-2019-11-05-937899b0/
Bursa Efek
Indonesia. (2020). Daftar Saham. https://www.idx.co.id/data-pasar/data-saham/daftar-saham/
Fusion Media
Limited. (2020). Jakarta Stock Exchange Composite (JKSE). Diambil kembali
dari Investing.com. Retrieved from
https://id.investing.com/indices/idx-composite-historical-data
Gumilang, R. C.,
Hidayat, R. R., & NP, M. (2014). Pengaruh Variabel Makro Ekonomi, Harga
Emas, dan Harga Minyak Dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Studi pada
Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013). Jurnal Administrasi Bisnis, 1-9.
Handiani, Sylvia.
(2014). Pengaruh harga emas dunia, harga minyak dunia dan nilai tukar dolar
amerika/rupiah terhadap indeks harga saham gabungan pada periode 2008-2013. E-Journal
Graduate Unpar, 1(1).
Hendartyo, M.
(2020). Ekonomi Dihantam Corona, BI Diprediksi Turunkan Suku Bunga Acuan.
Retrieved from
bisnis.tempo.co/read/1321404/ekonomi-dihantam-corona-bi-diprediksi-turunkan-suku-bunga-acuan/full&view=ok
Ismanto, Bambang,
Kristini, Mita Ayu, & Rina, Lelahester. (2019). Pengaruh Kurs dan Impor
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode Tahun 2007-2017. Ecodunamika,
2(1).
Kalla, T. L. (2020).
Di Tengah Covid, Minat Investasi di Pasar Modal Justru Tinggi. Retrieved
from
https://investor.id/market-and-corporate/di-tengah-covid-minat-investasi-di-pasar-modal-justru-tinggi
Nurwani, Nurwani.
(2016). Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Dan Suku Bunga SBI
Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Ekonomikawan, 16(2), 77391.
Priyono, Priyono.
(2008). Manajemen sumber daya manusia. Sidoarjo:
Zifatama.
Ranto, Suryo Refli.
(2019). Pengaruh Jangka Pendek Dan Jangka Panjang Variabel Makro Ekonomi
Terhadap Ihsg Di Bursa Efek Indonesia Dengan Pendekatan Error Correction Model
(ECM). Jurnal Derivat: Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika, 6(1),
12�24.
Rosana, F. C.
(2019). Perusahaan yang IPO Turun dari 57 Jadi 55. Retrieved from
https://bisnis.tempo.co/read/1289334/bei-2019-perusahaan-yang-ipo-turun-dari-57-jadi-55/full&view=ok
Rosita, N. H.
(2012). Uji Asumsi Klasik. Diambil kembali dari Nadiyah Hirfiyana Rosita.
Retrieved from
http://extraordinarynad.lecture.ub.ac.id/2012/12/uji-asumsi-klasik/
Safitri, Febby A. Y.
U. (2017). Analisis Pengaruh Ekspor, Impor Dan Foreign Direct Investment (Fdi)
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) Periode 1982-2016. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa FEB, 5(2).
Silim, Lusiana.
(2013). Pengaruh variabel ekonomi makro terhadap indeks harga saham gabungan
pada bursa efek indonesia periode 2002-2011. Calyptra, 2(2),
1�18.
Sudana, I. Made.
(2015). Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktik Edisi 2. Jakarta:
Erlangga.
Tanzeh, A. (2011). Pengantar
Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Teras.
Triani, Lely Fera.
(2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Indeks Harga Saham Di Jakarta
Islamic Index Selama Tahun 2011. Jurnal Organisasi Dan Manajemen, 9(2),
162�178.
Wismantara, Sangga
Yoga, & Darmayanti, Ni Putu Ayu. (2017). Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga
dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal
Manajemen Universitas Udayana, 6(8).
Witjaksono, Ardian
Agung. (2010). Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia,
Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones terhadap
IHSG (studi kasus pada IHSG di BEI selama periode 2000-2009). Universitas
Diponegoro.