Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�����
Vol. 2, No. 10, Oktober 2020
PERANCANGAN CLOUD COMPUTING DALAM PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR
TEKNOLOGI INFORMASI BERBASIS ROADMAP CLOUD COMPUTING ADOPTION (ROCCA)
�����������������������������������������������
Mudiyono dan
Suryarini Widodo
Universitas Gunadarma Jawa Barat,
Indonesia
Email: [email protected] dan [email protected]
Abstract
Cloud
computing became a trend of virtualization technology that is widely used today
in the era of the industrial revolution 4.0. In government agencies, this
technology becomes something that is needed to address the problem of server
resource availability and can improve the efficiency, effectiveness, and
confidentiality of data and support business processes, until it can strengthen
infrastructure. For this reason, this study designed the cloud computing
architecture using the Private Cloud model as well as the Infrastructure as a
Service (IaaS) service with the adoption of the Cloud Computing Adoption
(ROCCA) Roadmap model using SWOT analysis to map the needs for infrastructure
management. The method of adoption of cloud computing through the stages of analysis,
design, adoption, migration, and management will be designed according to the Rocca
model. For planning does not mention the cost required. The research conducted
testing with qualitative descriptive analysis methods through a case study
approach at BKKBN agencies. The results of the study can be used as a reference
blueprint for STIK BKKBN 2020-2024. As a future system development, the design
has a private cloud service system in the Disaster Recovery Center (DRC) in a
different location to the main data center with the aim of data center recovery
in the event of a disaster.
Keywords: BKKBN;
Cloud Computing; Iaas; Private Cloud; Rocca
Abstrak
Cloud
computing
menjadi suatu trend teknologi virtualisasi yang banyak digunakan saat ini pada era revolusi industri 4.0. Pada instansi pemerintah teknologi ini menjadi
sesuatu yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah ketersediaan sumber daya server serta dapat meningkatkan
efisiensi, efektifitas dan kerahasian data serta mendukung proses bisnis, hingga dapat memperkuat
infrastruktur. Dengan alasan tersebut pada penelitian ini merancang arsitektur cloud
computing menggunakan model Private Cloud serta layanan Infrastruktur
as a Service (IaaS) dengan teknik
adopsi model Roadmap Cloud Computing Adoption
(ROCCA) menggunakan analisis
SWOT untuk memetakan kebutuhan dalam rangka pengelolaan infrastruktur. Metode adopsi cloud computing melalui tahapan analisis, perancangan, adopsi, migrasi serta pengelolaan
yang akan dirancang sesuai dengan model ROCCA. Untuk perencanaan tidak menyebutkan biaya yang dibutuhkan. Penelitian melakukan pengujian dengan metode analisis deskriptif kualitatif melalui pendekatan studi kasus pada instansi BKKBN. Hasil dari penelitian dapat dijadikan sebagai referensi cetak biru STIK BKKBN 2020-2024. Sebagai
pengembangan sistem ke depannya, hasil
rancangan di desain memiliki sistem layanan private cloud pada Disaster Recovery
Center (DRC) di lokasi yang berbeda
dengan data center utama dengan tujuan untuk
pemulihan data center jika
terjadi bencana.
Kata kunci: BKKBN; Cloud Computing; Iaas; Private Cloud;
ROCCA
Pendahuluan
Teknologi informasi telah menjadi komponen penting didalam organisasi untuk
membantu pelaksanaan bisnis proses. Keberadaan TI sendiri akan menimbulkan
masalah baru jika pengelolaanya dipandang hanya sebagai aktivitas penyediaan
perangkat keras atau perangkat lunak untuk memenuhi kebutuhan otomasi proses
kerja. Pemahaman demikian hanya menciptakan permasalahan-permasalahan berupa redundansi
data, aplikasi, infrastruktur dan belanja TI yang berlebihan seiring dengan
perkembangan teknologi. BKKBN membutuhkan sistem informasi yang menyediakan
data dan informasi yang berkualitas untuk mendukung program bangga kencana.
Pada penelitian
ini akan terlebih dahulu menjelaskan kondisi infrastruktur TIK saat ini serta melakukan
rancangan cloud yang tepat untuk pemerintahan dengan menggunakan konsep dasar cloud computing secara umum dengan
model private cloud dan layanan Infrastructure As A Service (IAAS), menggunakan
hypervisor dengan microsoft
hyper-v dan azure portal sebagai web
monitoring server cloud. Virtualisasi
sebagi unsur utama dari cloud computing.
Analisa kondisi dengan
tools analisa SWOT sebagai pendukung melakukan analisa system yang berjalan.
Kemudian membuat rancangan penempatan server ada di on-premise data center yang dimiliki BKKBN. dalam penelitian penulis melakukan studi literatur melalui jurnal, buku referensi
dan wawancara.
Setiap
instansi pemerintah memiliki tujuan yang mengacu pada (I. P. Nomor, 3 C.E.) tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government serta (P. P.
R. I. Nomor, 95 C.E.) tahun 2018
tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE).
Guna mencapai tujuan �meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif �dan efisien�. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
suatu perencanaan dan implementasi teknologi informasi yang selaras dengan perencanaan dan strategi bisnis organisasi yang telah didefinisikan melalui rencana startegis. Penerapan teknologi informasi yang selaras dengan tujuan organisasi tersebut apabila didukung oleh sistem tata kelola yang baik (IT Governance) dimana
dimulai dari tahapan perencanaan, implementasi, pengelolaan serta adanya evaluasi
serta kontrol. Tata kelola teknologi informasi didefinisikan sebagai struktur hubungan dan proses yang mengarahkan
dan mengontrol institusi dalam mencapai tujuanya dengan menambahkan dan menyeimbangkan resiko terhadap teknologi informasi dan proses-prosesnya.
Kondisi infrastruktur teknologi informasi merupakan backbone layanan STIK di BKKBN, dimana fungsi infrastruktur yang baik diantaranya sebagai pendukung layanan teknologi informasi termasuk sistem aplikasi, penyimpanan data, dan media transfer dari
pusat data ke pengguna data atau sumber data ke pusat data serta penyebarluasan informasi. Aplikasi di BKKBN digunakan oleh sejumlah 18.000 pegawai untuk melaporkan pekerjaan secara online dan realtime dengan lampiran lokasi, gambar dan lampiran dokumen office lainnya. Serta aplikasi yang sifatnya publish
data agregate untuk masyarakat yang mengakses dari semua lapisan
terkait dengan data kependudukan yang memuat data penduduk by name by adrress sejumlah 260 juta penduduk atau 70 juta kepala keluarga
yang terdata pada sistem aplikasi Sistem Informasi Keluarga (SIGA).
(Suprayogi et al., 2014) dalam tesisnya dengan judul Implemetasi Cloud Computing Menggunakan Model Adopsi
Roadmap For Cloud Computing Adoption (ROCCA), melakukan
implementasi adopsi dengan mengambil sample beberapa server dalam bentuk fisik kemudian
melakukan instalasi dan konfigurasi cloud
private menggunakan hypervisor linux Proxmox
VE.2.3 serta melakukan
testing dengan menggunakan
server yang dibuat. Adopsi cloud menggunakan
model private cloud dan layanan IAS. Diterapkan di institusi pendidikan pada Universitas Semarang.
Menurut (Arsa & Mustofa, 2014) dengan judul Perancangan
dan Analisis Kinerja Cloud Computing dengan layanan Infrastruktur As A Service,
penelitian ini membahas tentang cloud
computing dengan model IAS menggunakan
hypervisor linux
proxmox VE 2.3, serta melakukan analisis performance system dengan
cloud dan konvensional.
Diterapkan pada laboratorium komputer
Universitas Gajah Mada dengan
harapan memudahkan
administrator laboratorium komputer
untuk memenuhi permintaan server dari user dengan hanya melakukan
tombol klik pada system cloud yang berbasis web.
(W. S. Prabowo et al.,
2015) melakukan penelitian
yang memaparkan hasil migrasi data center berbasis Cloud
Computing (Virtual Private Data Center) yang diterapkan
pada Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI). Model penerapan ini
diharapkan bisa menjadi acuan untuk
instansi pemerintah lain
yang memiliki karakteristik
dan serumpun dengan LIPI maupun instansi pemerintah lain dalam melaksanakan pengelolaan TIK untuk bisa lebih
banyak mendapatkan manfaat dari Cloud Computing
sehingga efektifitas dan efisiensi pengelolaan TIK dapat tercapai. �
Peneliti lain (N. A. Prabowo
& Hendradi, 2019) melakukan studi penggunaan Roadmap for Cloud Computing
Adoption (ROCCA) untuk menjawab tantangan perkembangan media dakwah yang
berbasis pemanfaatan teknologi informasi kemasyarakatan Muhammadiyah. Model
adopsi ini perlu diteliti karena model ROCCA sudah banyak di implementasikan
dibidang industri, bisnis dan pemerintahan tetapi di bidang media sosial
kemasyarakatan belum diteliti secara komprehensif. Hasil dari penelitian
ini akan menjadi model pengembangan implementasi private cloud dengan layanan infrastruktur as a service (IaaS) media dakwah di organisasi
Muhammadiyah.
(Wardani, 2016) mengusulkan
teknologi, organisasi dan lingkungan (Tehnology Organisation Environment/TOE)
untuk memahami adopsi inovasi teknologi dalam konteks organisasi. TOE telah banyak dipakai
dalam berbagai inovasi teknologi, seperti e-business, RFID, e-scm,
ERP, e-procurement, e-government, web service, untuk
mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi organisasi dalam mengadopsi inovasi teknologi tersebut. Berdasarkan penelitian empiris dengan menggunakan TOE terdapat beberapa konstruk yang berkali-kali teruji berpengaruh terhadap organisasi, seperti teknologi (keuntungan relatif, kerumitan, kesesuaian), organisasi (ukuran organisasi, dukungan manajemen puncak, infrastruktur TIK, keahliaan TIK), dan lingkungan (tekanan kompetitif, kebijakan pemerintah). Dalam penelitian e-government,
pengaruh faktor teknologi, organisasi, dan lingkungan dikaji secara terpisah dan masih sedikit yang mengkajinya secara menyeluruh.
(Mell & Grance, 2011) Cloud
computing atau komputasi awan
merupakan istilah baru dalam dunia komputasi sehingga memiliki banyak definisi.
Namun begitu, definisi dari The US
National Institute of Standards and Technology (NIST) sepertinya paling
mencakupi aspek-aspek umum dari cloud
computing yang disetujui oleh berbagai pihak.� NIST�
mendefinisikan� cloud�
computing sebagai� � Cloud�
computing� is� a model for enabling ubiquitous, convenient,
on-demand network access to a shared pool of configurable computing resources
(e.g., networks, servers, storage, applications,� and�
services)� that� can� be
rapidly� provisioned� and�
released� with minimal management
effort or service provider interaction.��
Menurut (Mell & Grance, 2011) definisi Cloud
Computing adalah sebuah model yang memungkinkan untuk ubiquitous (Diamanapun dan kapanpun), Nyaman, On-demand akses jaringan ke sumber daya komputasi (contoh: jaringan,
server, storage, aplikasi, dan layanan) yang dapat dengan cepat
dirilis atau ditambahkan. Cloud Computing
sebagai suatu layanan teknologi informasi yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna
dengan berbasis jaringan/internet. Dimana suatu sumber daya, perangkat lunak,
informasi dan aplikasi disediakan untuk digunakan oleh komputer lain yang
membutuhkan. Cloud computing
mempunyai dua kata �Cloud� dan �Computing�. Cloud yang berarti internet itu sendiri dan Computing adalah proses komputasi.
(Athailah, 2016) Virtualisasi adalah kunci penting untuk komputasi awan, karena ini adalah teknologi
yang memungkinkan penciptaan lapisan abstraksi cerdas yang menyembunyikan
kompleksitas perangkat lunak atau perangkat keras yang mendasarinya. Pada
jurnal ini membahas tentang virtualisasi, arsitektur teknologi virtualisasi,
serta Virtual Mesin Monitor (VMM).
Lebih lanjut membahas tentang teknik virtualisasi, alasan untuk menggunakan
virtualisasi, Pentingnya Virtualisasi dalam Cloud
Computing dan terakhir membahas tentang Pro dan Kontra Konsep Server
Tradisional dan Konsep Server Virtual.
(Gita Surya Wijaya, Irtanto Wijaya, 2007) Hypervisor
adalah aplikasi komputer yang dibuat untuk memonitor dan menjalankan virtualisasi, sehingga guest Operating Sistem (OS) yang diinstal di virtualisasi tersebut dapat langsung mengakses perangkat keras di
host OS. Pada setiap jenis komputer, seperti cluster computing, grid computing, PC ataupun mainframe, memiliki OS
yang berbeda satu sama lain karena memiliki sistem yang juga beda. Setiap OS
tersebut di desain sesuai dengan kebutuhan dari sistem masing-masing. Untuk Hypervisor sendiri, didesain lebih mirip
OS untuk mainframe dari pada Windows.
Hal ini dikarenakan sebuah hypervisor,
harus bisa mengatur beberapa sistem sekaligus, layaknya sebuah host melayani
beberapa client pada mainframe. Pada cloud computing, bukan hanya atu sistem saja yang harus diatur. Maka
dari itu digunakanlah sebuah Hypervisor
sebagai OS dari cloud computing. Hypervisor bertugas untuk mengatur
beberapa virtual machine ini hingga
nantinya sebuah cloud computing bisa
berjalan dengan baik.
Website Microsoft (29 juli 2019) Hyper-V adalah produk virtualisasi perangkat lunak Microsoft. Hal ini dapat memungkinkan membuat dan menjalankan versi perangkat lunak komputer, yang disebut mesin virtual. Setiap mesin virtual bertindak seperti komputer lengkap, menjalankan sistem operasi dan program. Saat� membutuhkan sumber daya komputasi, mesin virtual memberi lebih banyak fleksibilitas, membantu menghemat waktu dan uang, dan merupakan cara yang lebih efisien untuk menggunakan perangkat keras daripada hanya menjalankan satu sistem operasi pada perangkat keras fisik. Hyper-V menjalankan setiap mesin virtual dalam ruang terisolasinya sendiri, yang berarti dapat menjalankan lebih dari satu mesin virtual pada perangkat keras yang sama pada waktu yang sama.
Menurut (Agus Kurniawan, 2012) dalam perkembangan cloud
computing yang cukup pesat di Indonesia saat ini, salah satu nama yang
mencuat adalah Windows Azure.
Teknologi bentukan Microsoft ini adalah sebuah untuk implementasi Platform as a Service (PaaS) dari sebuah
cloud computing. Teknologi ini memungkinkan
kita untuk membangun sebuah aplikasi melalui cloud, baik berupa
teknologi web application, cloud service,� maupun aplikasi-aplikasi yang berjalan di
atas virtual machine.
Microsoft windows Azure adalah sekumpulan infrastruktur fleksibel yang ditanamkan
dalam sebuah jargon industri yang dikenal dengan Cloud Computing. Microsoft
Azure memungkinkan bisnis dari berbagai skala untuk tumbuh dan berkembang
tanpa khawatir masalah performa, kualitas, keamanan, privasi, dan tentu saja
kapasitas. Sederhananya, pada saat sebuah organisasi membutuhkan sebuah server
dengan kapasitas tertentu maka Microsoft
Azure dapat menyediakaanya dalam hitungan menit, bahkan jika bisnis tidak
membutuhkannya lagi maka server yang disewa secara virtual tersebut dapat dihentikan tanpa kekhawatiran akan potensi
kerugian akibat pembelian aset lisensi, perangkat keras hingga pemeliharaan
Implementasi cloud computing dilakukan dengan menggunakan
suatu framework dengan mewujudkan keselarasan antara teknologi informasi
saat ini dan proses bisnis yang dijalankan organisasi. Framework yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Roadmap for Cloud Computing Adoption (ROCCA) dengan menggunakan analisis matrik Strengths,
Opportunities, Weaknesses, Threath (SWOT). Pemilihan framework mempertimbangkan
pada penyediaan panduan teknik-teknik perancangan yang ada dan saling terkait pada masing-masing fase.
Pemilihan ROCCA juga atas dasar adanya requirenments
management yang merupakan faktor
penting dalam membangun arsitektur cloud
computing.
Metode
Penelitian
Penelitian ini termotivasi
dari kebutuhan pengembangan aplikasi yang setiap tahun bertambah
jumlahnya dan tentu saja setiap aplikasi
yang dibangun memerlukan
server sebagai media penyimpanan,
serta membutuhkan layanan komputasi server
yang dinamis, agar dapat mengelola infrastruktur untuk pengembangan aplikasi dengan cepat dan efisien. Penelitian melakukan pengujian dengan metode analisis deskriptif kualitatif
melalui pendekatan studi kasus pada instansi BKKBN. Metode penelitian menggunakan model adopsi ROCCA yang di diterapkan untuk instansi pemerintah dimulai dari analisis, perancangan, adopsi, migrasi serta pengelolaan.
Gambar 1 berikut merupakan tahapan penelitian menggunakan ROCCA.
Gambar
1 Fase tahapan ROCCA
Gambar 1 menjelaskan
fase tahapan ROCCA
yang terdiri dari dua fase besar
yaitu analisis dan implementasi. Fase analisis yang meliputi tahapan analisis dan perancangan, fase implementasi meliputi adopsi, migrasi dan pengelolaan pasca migrasi. Tahapan - tahapan penelitian pada analisis ini adalah:
1. Pengumpulan
Data
Dilakukan melalui wawancara dengan pihak yang menangani
infrastruktur TI. Dari hasil wawancara, dapat dirangkum menjadi 18 pertanyaan
serta jawaban yang dalam garis besarnya ialah bagaimana mengelola infrastruktur
server dapat maksimal serta mudah, dengan terbatasnya jumlah SDM yang mengelola
dan jumlah server yang ada. Tahapan migrasi ke cloud dapat dilakukan dengan
tahapan yang sesuai dengan anggaran yang ada dan jika tidak terpenuhi anggaran
maka bisa dilakukan penambahan di tahun berikutnya dengan tahapan agar SLA
dapat tercapai. Service Level Agreement (SLA) adalah kontrak kerja yang
ditanda tangani oleh pejabat eselon, II, III dan IV menyatakan bahwa layanan
STIK di BKKBN untuk kerusakan di kantor Pusat 1x24 jam sudah berfungsi kembali,
sedangkan provinsi dan balai diklat 2x48 jam. SLA
dapat terpenuhi dengan indikator online sistem 1x24 jam selama 365 hari. Jika layanan tersebut tidak terpenuhi maka nilai pejabat tersebut
turun dan tunjangan kinerja otomatis berkurang, SLA diukur melalui dashboard kinerja melalui tools balance scorecad
(BSC) yang di evaluasi per bulan,
semester maupun tahunan dan
kemudian dilakukan umpan balik terhadap
pejabat tersebut.
2. Analisis Kondisi
Sistem
yang berjalan saat ini pada data center BKKBN menggunakan
server fisik dan virtual machine dengan jumlah 220, dengan sistem pengelolaan
dilakukan pada masing-masing server yang berbeda merek, jenis dan type, serta storage/disk
masih include dengan server
fisik sebagai sistem operasi dan raid controller
(konfigurasi raid pada hardisk/storage).
Hal tersebut diatas tentunya Dalam pengelolaan server tidak terpusat menggunakan dashboard, hal ini menyebabkan
administrator dalam hal ini pranata komputer
sulit memahami karakteristik masing-masing server dan perbaikannya. Perangkat server
usianya sudah diatas 4-5 tahun sehingga perlu dilakukan pengadaan server
(re-enginering) dan monitoring secara rutin dan teliti baik segi
sistem operasi, service
aplikasi, bios maupun hardware
yang dilakukan melalui cek fisik langsung
ke server. Jika terjadi
kerusakan hardware maka pemesanan sparepart memerlukan waktu cukup lama 6-8 minggu. Hal ini tentunya akan
menjadi kendala dan kebutuhan SLA tidak terpenuhi. Pada hipotesa pengelolaan server dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Resource
infrastruktur saat ini kurang mendukung
baik secara teknologi maupun perangkat keras (hardware)
untuk pengembangan TI pada
BKKBN kedepan perlu dibuat capacity planning infrastruktur
dan pengadaan server.
2. Management
user acces tidak terstruktur, user password yang dimiliki
masing-masing server berbeda.
3. Management
resource server tidak dikelola
dengan rapi
4. Sumber daya manusia (SDM) saat ini masih
kurang terampil dalam mengikuti trend teknologi yang berkembang dalam hal cloud computing.
Dapat digambarkan dengan bagan dibawah ini
sistem pengelolaan infrastruktur yang berjalan di
BKKBN saat ini.
Hasil
dan Pembahasan
Fase analisis berikutnya setelah analisis adalah perancangan. Tahapan yang dilakukan pada perancangan Cloud berbasis
ROCCA adalah sebagai berikut:
1.
Pemilihan Teknologi
Desain perencanaan meliputi resource prototype server yang loadnya tinggi dan membuat tabel spesifikasi
hardware dan sistem operasi.
Desain adopsi menjelaskan alasan pemilihan menggunakan tabel existing
sistem, ROCCA, private cloud dan layanan IAS. Desain migrasi menjelaskan bagaimana menentukan model migrasi dengan teknologi replika broker dengan
model migrasi V2V dan P2V, serta
membuat tabel virtual
machine, spesifikasi, alasan
dan membuat prioritas aplikasi mana yang akan dimigrasi lebih dulu berdasarkan tingkat kerentanan dan urgensi aplikasi. Desain pengelolaan menjelaskan alur manajemen dari SLA dan SOP (Standar
Operasional Prosedur). Pemilihan teknologi cloud
computing ini didasarkan
hasil analisis yang dilakukan sebelumnya.
2.
Perancangan Anggaran
Untuk menentukan anggaran yang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam adopsi cloud computing untuk
melakukan pengadaan server
diajukan satu tahun sebelumnya (annual) sebagai pengembangan dari implementasi. Biaya dalam hal
ini bukan saja mencakup finasial
(dalam bentuk nominal
uang), tapi juga total tenaga
kerja (SDM) dan lamanya waktu yang diperlukan selama proses migrasi sistem berlangsung.
3.
Perancangan Adopsi dan Migrasi.
Adopsi dalam hal
ini ialah tahapan yang ada di fase ROCCA, yang intinya adalah implementasi di on-premise
(lokal data center dan DRC). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengoptimalisasi sumber daya infrastruktur
sehingga dapat meningkatkan efektifitas dan produktifitas baik kebutuhan aplikasi maupun kebutuhan lainnya terkait pengelolaan infrastrukur TI. Terkait dengan optimalisasi infrastruktur data center,
optimalisasi DRC juga termasuk
poin penting dalam menunjang kebutuhan agar pengoperasian sistem yang ada pada lingkungan BKKBN tetap berjalan normal meskipun terjadi kendala pada infrastruktur server data center. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, bahwa BKKBN akan melakukan pengembangan terhadap system
private cloud. Pengembangan system private
cloud akan dilakukan
pada server pusat yang bertempat
di kantor pusat Jakarta dan
DRC di Jatiluhur.
Gambar
2
Rancangan Cloud Computing dalam
pengelolaan infrastruktur
di BKKBN
Seperti dilihat
pada gambar 2 sistem rancangan usulan setelah tahapan adopsi selesai diimplementasikan di internal (on-premises) dengan private cloud layanan
IAAS maka system server yang ada dapat di migrasi
ke infratruktur baru. Aplikasi yang sangat urgent untuk di migrasikan berkaitan dengan layanan perangkat yang sudah end off support live dari principle,
serta kuantitas dan kualitas SDM yang terbatas maka dengan layanan
cloud menjadi lebih mudah. Administrator melakukan install
server host, server vm (guest), menambahkan, melakukan monitoring
melalui panel web server yang dibuat dengan portal azzure pack serta
manage menggunakan sistem
center berbasis dashboard portal sehingga administrator akan lebih efisien dan efektif.
Rancangan cloud computing
ini bila dimplementasi, diharapkan akan menghasilkan sebuah sistem untuk
memenuhi kebutuhan sebuah pengelolaan server,
dalam hal ini sebuah server cloud
computing. Sistem ini diharapkan memberikan kemudahan kepada user dan
administrator dalam pengelolaan
server. User dapat secara
langsung memesan sebuah server dan mengkonfigurasinya
serta administrator dapat melakukan seleksi dengan mudah untuk
menerima permintaan server.
Dalam pembuatan server
cloud administrator juga dipermudah dengan sistem ini,
dimana administrator hanya melakukan penerimaan server
yang dibuat oleh user secara
otomatis terlihat pada panel
cloud
Kesimpulan
Rancangan
cloud computing ini dapat
diimplementasikan sekaligus
atau bertahap sesuai dengan ketersedian
anggaran untuk pengadaan server Hyper-converged infrastructure
(HCI). Investasi untuk pengadaan server direncanakan
saat awal pengembangan private cloud yang ada
di BKKBN, kemudian melakukan
pemilihan terhadap aplikasi yang menjadi prioritas untuk dimigrasi ke private cloud
serta pendampingan dari vendor minimal satu� tahun agar pengelolaan kedepan menjadi lebih baik
dengan pengalaman yang ada, serta proses transfer knowledge
dilakukan pada masa pendampingan
sehingga layanan dapat ditingkatkan sesuai dengan service level
agreement (SLA) yang diterapkan pada Direktorat Teknologi Informasi Dan Dokumentasi sebagai pengelola TIK nasional.
Dengan
adanya rancangan arsitektur cloud computing, diharapkan
hasil penelitian ini dapat dikembangkan
sesuai arah kebijakan pengembangan teknologi informasi dengan studi kasus
pada instansi atau lembaga pemerintah yang memiliki jenis pengelolaan STIK berbeda dengan BKKBN seperti lembaga pendidikan milik pemerintah atau yang lainnya. Dengan demikian, arsitektur cloud computing ini
memiliki ruang lingkup pengendalian yang semakin luas sehingga
dapat digunakan di seluruh kementerian/lembaga milik pemerintah.
BIBILIOGRAFI
Agus Kurniawan. (2012). Panduan Praktis, Microsoft Windows
Azure, Elex Media Komputindo. Jakarta: Kompas Gramedia.
Arsa, W., & Mustofa, K. (2014). Perancangan dan Analisis
Kinerja Private Cloud Computing dengan Layanan Infrastructure-As-A-Service
(IAAS). IJCCS (Indonesian Journal of Computing and Cybernetics Systems),
8(2), 165�176.
Athailah. (2016). Buku Pintar Virtualisasi, Yogyakarta:
CV. Andi Offset. Andi.
Gita Surya Wijaya, Irtanto Wijaya. (2007). Bedah Total
Server. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama M&C.
Mell, P., & Grance, T. (2011). The NIST definition of
cloud computing.
Mulyono, T., Devani, F. T., Puspitaningrum, E. A., Putri, V.
Q., & Sabtiana, R. (2018). E-Government Berbasis Cloud Computing Pada
Pemerintah Daerah. Jurnal Teknologi
Infomasi, Komunikasi Dan Elektronika (JTIKE), 1(1), 7�14.
Nomor, I. P. (3) (2003) Tentang Kebijakan
dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government. Jakarta, Pemerintah
Republik Indonesia.
Nomor, P. P. R. I. (95). (2018) Tentang Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE).
Prabowo, N. A., & Hendradi, P. (2019). Implementasi Roadmap For Cloud Computing Adoption
(Rocca) Untuk Media Dakwah Pada Organisasi Muhammadiyah. Research Fair
Unisri, 3(1).
Prabowo, W. S., Muslim, M. H., & Iryanto, S. B. (2015). Government
Virtual Private Data Center based on Cloud Computing (Empirical Study on
Indonesian Institute of Sciences-LIPI). Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Komunikasi Dan Informatika, 6(2), 122250.
Suprayogi, M. S., Ashari, T. A., & Kom, M. (2014). Implementasi
cloud computing menggunakan model adopsi Roadmap for Cloud Computing Adoption
(ROCCA) pada institusi pendidikan (studi kasus Universitas Semarang). Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Wardani, A. S. (2016). Faktor-Faktor Penentu Multi Tahap
Asimilasi E-Government Di Pemerintahan Daerah. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
�