Syntax Idea : p�ISSN: 2684-6853�
e-ISSN : 2684-883X�����
Vol. 2, No. 8, Agustus 2020
DUNIA PENDIDIKAN DI WILAYAH PEDALAMAN PAPUA SEBELUM DAN SETELAH
TERDAMPAK COVID-19
I Gusti Ayu Ngurah Kade Sukiastini
STMIK AGAMUA
Email: [email protected]
Abstrak
Kebijakan pemerintah untuk melakukan social distancing atau physical
distancing ini sangat merubah aspek kehidupan manusia.� Banyak aspek kehidupan yang menjadi berubah
termasuk pada bidang pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pendidikan di wilayah pedalaman Papua sebelum dan setelah terkena dampak
Covid-19. Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan dengan pengumpulan
data� diperoleh dari buku, jurnal
penelitian,� berita dan artikel online.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan dianalisis
dengan metode analisis isi (content analysis) yang digunakan untuk mendapatkan
inferensi yang valid dan dapat diteliti ulang berdasarkan konteksnya.
Langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam penelitian ini� adalah sebagai berikut. 1. Menyiapkan alat
perlengkapan, 2. Menyusun bibliografi kerja, 3. Mengatur waktu, 4. Membaca dan
membuat catatan penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah terjadi disparatis
antara dareah perkotaan dengan daerah pedalaman di Papua dalam kemajuan
pendidikan. Ketimpangan ini sudah terjadi jauh sebelum adanya Covid-19 yang
mengharuskan para peserta didik belajar dari rumah. Ini dapat dilihat dari
beberapa artikel yang menunjukkan bahwa�
Covid-19 sangat berdamapak terhadap pendidikan Papua.� Hal ini dikarenakan masih kurangnyanya
infrastruktur, fasilitas belajar, dan jangkauan internet ke wilayah pedalaman
Papua.
Kata kunci: Pendidikan; COVID-19
Pendahuluan
Virus Covid-19 saat ini telah membuat resah seluruh dunia.
Covid-19 yang terdeteksi pertama kali di Wuhan ini sekarang telah menyebar ke
200 negara. Virus ini menular secara cepat serta sudah menyebar ke wilayah lain
di Cina juga sejumlah negara, termasuk Indonesia. Corona virus ialah kumpulan virus
yang dapatmenginfeksi� sistem� pernapasan (Santosa, 2020). Ratusan ribu orang telah terpapar oleh virus ini
melalui kontak fisik antar manusia. Virus jenis RNA strain tunggal positif ini
menginfeksi saluran pernapasan manusia dan bersifat sensitif terhadap panas dan
secara efektif dapat diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin. Sumber
host diduga berasal dari hewan terutama kelelawar, dan vektor lain seperti
tikus bambu, unta dan musang (Yuliana, 2020). Untuk mencegah terjadinya penularan yang semakin
banyak, maka pemerintah memberikan kebijakan�
agar masyarakat melakukan pembatasan fisik yang sering disebut social
distancing atau physical distancing.
Kebijakan pemerintah untuk melakukan social distancing atau
physical distancing ini sangat merubah aspek kehidupan manusia.� Banyak aspek kehidupan yang menjadi berubah
termasuk pada bidang pendidikan. Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 yang
dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tentang
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran COVID
menjelaskan bahwa proses belajar dilaksanakan di rumah melalui pembelajaran
daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang
bermakna bagi peserta didik.� Kegiatan
belajar mengajar yang tadinya dilakukan di sekolah, sekarang harus dilakukan di
rumah secara online dengan bimbingan orang tua. Setiap guru dan orang tua
bekerja sama agar anak tetap belajar dan menyelasikan tugas tepat pada
waktunya.
Tetapi pada kenyataannya, tidak semua peserta didik di
Indonesia bisa belajar di rumah.� Hal ini
dikarenakan kurangnya fasilitas yang dimiliki peserta didik. Fasilitas yang
seharusnya wajib dimiliki oleh seseorang yang melakukan pembelajaran online
adalah HP atau laptop.� Pembelajaran
online juga tidak akan bisa berjalan tanpa adanya internet. Fasilitas inilah
yang tidak dimiliki oleh beberapa peserta didik di Indonesia.
Papua termasuk daerah yang tidak dapat menerapkan
pembelajaran online secara maksiml.�
Untuk daerah perkotaan, pembelajaran online bisa dilakukan, tetapi untuk
wilayah pedalaman, metode ini sulit dilakukan karena keterbatasan fasilitas dan
jaringan internet yang tidak terjangkau. Bahkan jauh sebelum Covid-19 ini ada
pun, wilayah pedalaman Papua tidak bisa menerapkan kurikulum yang ada saat ini.
Banyak cara yang telah dilakukan pemerintah agar pendidikan di wilayah
pedalaman Papua tetap berjalan, yaitu dengan pembelajaran lewat radio hingga
menurunkan TNI/Polri untuk membantu peserta didik yang tidak bisa belajar
mandiri di rumah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pendidikan
di wilayah pedalaman Papua sebelum dan setelah terkena dampak Covid-19. Selain
itu, peneliti juga ingin mengetahui upaya pemerintah Papua membuat pendidikan
di Papua masih dapat berjalan, walaupun peserta didik diharuskan untuk belajar
di rumah.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian studi kepustakaan.
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi
penelaahan terhadap buku-buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan
laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Moh Nazir, 2013). Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari
buku, jurnal penelitian, berita dan artikel online.� Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, buku, makalah atau artikel, jurnal dan sebagainya (Arikunto, 2010). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode analisis isi (content analysis) yang digunakan untuk
mendapatkan inferensi yang valid dan dapat diteliti ulang berdasarkan
konteksnya (Klaus Krippendoff, 1993). Langkah-langkah yang
peneliti lakukan dalam penelitian ini menggunakan teori (Zed, 2004), yaitu sebagai berikut: 1. Menyiapkan alat perlengkapan,
2. Menyusun bibliografi kerja, 3. Mengatur waktu, 4. Membaca dan membuat
catatan penelitian.
Hasil dan Pembahasan
Penyakit coronavirus 19 (COVID-19) adalah infeksi virus yang
sangat mudah menular dan disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2
(SARS-CoV-2).� Coronavirus merupakan
keluarga dari Coronaviridae dalam urutan Nidovirales. Struktur coronavirus
membentuk struktur seperti kubus dengan protein S berlokasi dipermukaan virus (Shereen, Khan, Kazmi, Bashir, & Siddique, 2020).
Menurut PDPI dalam (Yuliana, 2020), kebanyakan
Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan. Coronavirus
menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan kemampuannya menyebabkan
penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing dan ayam. Banyak
hewan liar yang dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk
penyakit menular tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan
host yang biasa ditemukan untuk Coronavirus. SARS-CoV-2 secara filogenetik
berhubungan dengan virus kelelawar seperti sindrom pernapasan akut (seperti
SARS) yang parah, oleh karena itu kelelawar bisa menjadi reservoir primer yang
memungkinkan (Shereen et al., 2020).
Virus ini sudah menginfeksi 90.308 orang per tanggal 2 Maret
2020. Jumlah kematian mencapai 3.087 orang atau 6%, jumlah pasien yang sembuh
45.726 orang (Yuliana, 2020). Gejala umum berupa demam, batuk dan sulit bernapas.
Sindrom klinik terbagi menjadi tanpa komplikasi, pneumonia ringan dan pneumonia
berat. Shereen (2020) juga mengatakan tanda dan gejala COVID-19 yang diinduksi
SARS-CoV-2 sedikit mirip dengan influenza dan alergi musiman. Orang yang
menderita influenza atau alergi musiman juga dapat menunjukkan suhu yang dapat
dideteksi oleh termo-scanner, maka orang tersebut akan dikatakan telah
terinfeksi. Pemeriksaan spesimen diambil dari swab tenggorokan (nasofaring dan
orofaring) dan saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, aspirat
endotrakeal) (Yuliana, 2020). Cara penyebaran virus ini juga belum diketahui
secara pasti dan belum ada vaksinnya.� Menurut
(Shereen et al., 2020), mengatakan ada banyak perusahaan yang bekerja untuk
pengembangan vaksin SARS-CoV-2 yang efektif, seperti Moderna Therapeutics,
Inovio Pharmaceuticals, Novavax, Vir Biotechnology, Stermirna Therapeutics,
Johnson & Johnson, VIDO-InterVac, GeoVax-BravoVax, Clover
Biopharmaceuticals, CureVac, dan Codagenix. Tetapi vaksin ini masih memerlukan
3-10 bulan untuk dapat digunakan dan dikomersilkan. Oleh sebab itu,� untuk memutus rantai penyebarannya,� pemerintah telah menghimbau masyarakat untuk
bekerja,� belajar,� dan beribadah di rumah. Dampak dari hal
tersebut adalah� bidang sosial,� kesehatan,�
ekonomi,� termasuk bidang
pendidikan mengalami keterpurukan.
Pendidikan adalah hal yang paling penting bagi suatu negara.
Abdullah dalam (Sholichah,
2018) menjelaskan pendidikan
sebagai proses yang dibangun masyarakat untuk membawa generasi-generasi baru ke
arah kemajuan dengan cara-cara tertentu sesuai dengan kemampuan yang berguna
untuk mencapai tingkat kemajuan paling tinggi. Oleh karena itu pendidikan
sangat penting agar dapat mencerdaskan bangsa yang akan berdampak kepada
kualitas suatu negara.
Pendidikan di negara Indonesia saat ini tidak stabil akibat
adanya virus Covid ini.� Indonesia
dikatakan tidak siap menghadapi abad 21. Pengamat pendidikan dari Center of
Education Regulations and Development Analysis (CERDAS) Indra Charismiadji
mengatakan berbagai kendala pembelajaran jarak jauh (PJJ) (CNNIndonesia, 2020),
yaitu 1) Guru merasa kesulitan untuk kerja dari rumah. Kemampuan pemahaman
tenaga pendidik tentang kurikulum belajar online sangat kurang. Akibat
kurangnya pemahaman terhadap kurikulum yang didesain pemerintah pusat, guru
hanya mengajar sesuai pemahaman masing-masing. 2) Ketidakmampuan orang tua
dalam membimbing anak belajar di rumah. Orang tua terbiasa mengandalkan pihak
eksternal, mulai dari sekolah hingga bimbingan belajar, dalam mendidik anak.
Akhirnya terjadi kebingungan ketika proses belajar terpaksa dilakukan di rumah.
Senada dengan hal itu, pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Yogyakarta
Suyanto juga menyatakan hal serupa (CNNIndonesia,� 2020), yaitu 1) Dari sisi ekonomi� pembelajaran daring tidak bisa dilakukan
merata, karena masih banyak peserta didik yang tak memiliki akses terhadap
teknologi, atau tak mampu membayar biaya belajar daring. 2) Dari sisi budaya,
Kemendikbud mesti memperhatikan budaya peserta didik yang belum bisa belajar
mandiri. Budaya Indonesia berbeda beda,�
sehingga ada beberapa peserta didik yang tidak bisa belajar mandiri,
harus ada guru. Ketika tidak ada guru belajar dari rumah tidak ada guru
dianggap libur, bukan sekolah di rumah. 3) Keterbatasan fasilitas komunikasi
yang menghambat aktivitas mengajar guru. Tak jarang guru mengajar di sekolah
yang peserta didiknya tak punya akses teknologi, sehingga komunikasi terputus.
Hampir semua daerah terpencil di Indonesia sulit melakukan
pembelajaran di rumah secara mandiri,�
tak terkecuali Provinsi Papua. Papua adalah salah satu pulau yang
terdapat di Indonesia bagian timur, di mana pulau ini adalah pulau yang banyak
memiliki banyak kabupaten. Setiap kabupatennya dipisahkan oleh gunung sehingga
dari satu kabupaten ke kabupaten hanya dapat diakses melalui pesawat, offroad
atau berjalan kaki.� Hal ini salah satu
yang menjadi kendala dunia pendidikan di Papua.
Sebelum adanya pandemi Covid-19 dan kebijakan pemerintah
untuk belajar di rumah, pendidikan di Papua memang sudah terpuruk dan sulit
untuk ditangani.� Berdasarkan data dari
BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terendah
di Indonesia masih dipegang oleh Papua dengan angka 60,84 jauh di bawah DKI
Jakarta yang berada di kisaran 80,76 diikuti Yogyakarta di kisaran 79,99. Lebih
detail lagi, ketimpangan atau disparitas IPM diantara kabupaten/kota di Papua
tercatat menjadi yang paling tinggi. BPS mencatat IPM kabupaten Nduga hanya
30,75 (kategori rendah karena di bawah 60), dibanding Kota Jayapura dikisaran
80,16 (Thomas, n.d.). Senada dengan hal itu, di Desa Tangma, Kabupaten
Yahukimo, salah satu pedalaman Papua merasakan minimnya peningkatan akses
pendidikan. Desa yang diapit pegunungan ini ditempuh dari Wamena sekitar 3 jam
dan hanya bisa menggunakan offroad atau berjalan kaki sekitar 10 jam. Desa ini
memiliki 2 SD dan 1 SMP. Beberapa kendala dari sekolah-sekolah ini adalah
kurangnya guru PNS. Guru yang ada hanyalah guru yang tidak pernah digaji dan
melayani atas hati nurani saja. Kebanyakan guru yang bertugas hadir hanya
ketika ujian tiba, sehingga para peserta didik tidak mendapatkan pendidikan
yang layak. Perubahan sarana dan prasarana seperti ruang kelas minim, kecuali
dilakukan oleh warga setempat secara gotong royong. Selain itu, di desa ini
juga tidak terdapat aliran listrik dan akses internet, sehingga sekolah di Desa
ini ketinggalan informasi terkini yang mengakibatkan sekolah masih menggunakan
kurikulum lama (Nurcholis Maarif, 2019). Hal ini membuktikan bahwa
kualitas pendidikan di Papua masih sangat rendah dan masih perlu diperbaiki dan
dicari akar permasalahannya.
Menteri Pendidikan Indonesia telah mengupayakan agar
pendidikan di Papua bisa merata dengan cara memberikan bantuan berupa digitalisasi
dan bantuan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi. Namun, dengan bantuan
tersebut,� nampaknya masalah pendidikan
di Papua belum dapat dituntaskan.� Hal
ini karena adanya beberapa kendala yang menjadi masalah.� Kendala-kendala itu adalah 1) Tenaga
pengajar. Tenaga pengajar di Papua khususya di wilayah pedalaman� sangat kurang (Suara Papua, 2020). Hal ini dapat dilihat dari tenaga pengajar yang
mengampu mata peserta didikan tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan
yang ditempuh oleh tenaga pengajar tersebut.�
Banyak juga tenaga pengajar yang mengajar bukan dari lulusan keguruan
dan tidak memiliki sertifikat pendidik. 2) Latar belakang peserta didik. Latar
belakang peserta didik juga sangat mempengaruhi kualitas pendidikan di Papua.
Latar belakang ini menyangkut perekonomian dan keadaan keluarga peserta
didik.� Sebagian besar peserta didik
tidak memiliki biaya untuk bersekolah. Hal ini menyebabkan peserta didik akan
mencari uang sendiri dengan cara bekerja di rumah orang lain, berjualan di
pasar� atau menarik becak.� Hal itulah yang membuat peserta didik kadang
tidak fokus belajar bahkan tidak pergi ke sekolah. Bukannya peserta didik itu
tidak ingin sekolah, tetapi mereka bekerja untuk membayar uang sekolah dan
membiayai hidup mereka sendiri. Kondisi peserta didik yang broken home juga
sangat mempengaruhi. Banyak para orang tua di Papua yang meninggalkan anaknya
ketika mereka sudah tidak bersama lagi, dan membangun kehidupan mereka
masing-masing. Orang tua mereka sudah tidak mempedulikan anaknya, bagaimana
anak itu bertahan hidup dan bagaimana anak itu menjalani pendidikannya.
Seolah-olah pendidikan bagi anaknya tidaklah penting.� 3) Kondisi geografis merupakan salah satu
faktor yang menyulitkan warga Papua untuk mendapatkan pendidikan.
Sekolah-sekolah di kota-kota besar di Papua tidak memiliki kesulitan yang sama
dengan yang dialami sekolah-sekolah di pedalaman. Keadaan geografis membuat
para pesrta didik sulit untuk berinteraksi dengan daerah lain. Masyarakat di
pedalaman sangat tekun dalam hal bertani, sehingga masyarakat di sini lebih
sering mengkonsumsi karbohidrat daripada protein. Hal inilah yang membuat
rendahnya gizi peserta didik yang sangat berpengaruh pada perkembangan otak
mereka.
Setelah Papua terkena dampak Covid-19, pendidikan di Papua
semakin terpuruk.� Hal ini dikarenakan
peserta didik harus belajar dari rumah berdasarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun
2020 yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia. Bagi kota - kota besar di Papua,�
hal ini tidak menjadi masalah dan sama sekali tidak mengalami kesulitan,
karena semua fasilitas yang dibutuhkan sudah ada. Para orang tua yang ada
diperkotaanpun pemikirannya sudah terbuka dan sangat mendukung anaknya untuk
sekolah Minarti dalam (Yopi
Makdori, 2020), Namun di wilayah pedalaman
Papua, metode ini sulit diterapakan karena tidak adanya akses internet dan
sebagian besar peserta didik tidak memiliki HP/laptop yang menjadi media utama
belajar online. Agustinus Molle, Pengawas Sekolah pada Dinas Pendidikan
Kabupaten Supiori mengatakan dalam (Jubi
Admin, 2020), kegiatan belajar mengajar (KBM) tidak dapat berjalan
secara efektif. Mengingat sebagian sekolah berada di wilayah kepulauan yang
belum tersedia fasilitas penunjang pembelajaran secara daring. Misalnya akses
jaringan internet. Hal ini justru menegaskan adanya disparitas yang nyata
antarpeserta didik di daerah dengan perkotaan. Pembelajaran melalui sistem
daring barangkali bukan menjadi masalah bagi peserta didik dari kalangan
keluarga mampu.
Berbagai masalah pendidikan di Papua semakin bertambah ketika
pemerintah mencanangkan keharusan belajar di rumah secara online akibat
Covid-19 ini. Setelah Kemendikbud mengeluarkan kebijkan belajar di rumah,
pemerintah pusat mulai mengadakan pembelajaran melalui televisi TVRI. Namun hal
ini dirasa belum cukup efektif di Papua. Hal ini dikarenakan masih banyak
masyarakat di pedalaman Papua yang tidak memiliki televisi, kalaupun ada,
kadang beberapa siaran di televisi mendadak hilang, karena televisi yang
digunakan masyarakat Papua sebagian besar menggunakan TV kabel.
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Provinsi Papua, total
608 ribu peserta didik di Papua, sebanyak 54 persen yang tak bisa mengikuti
pendidikan jarak jauh dari media elektronik (CNNIndonesia, 2020). Kondisi ini
akibat minimnya prasarana jaringan internet, televisi, maupun radio, serta
banyak wilayah yang belum teraliri listrik. Ini masalah lama yang terpendam dan
makin nyata disaat pandemi Covid-19. Pandemi ini telah membuka lebarnya
kesenjangan digital di kalangan peserta didik. Kebutuhan akan digitalisasi
berhadapan dengan kenyataan lebarnya ketidaksetaraan ekonomi dan sosial di
kalangan keluarga-keluarga peserta didik Retno Listyarti dalam (CNNIndonesia, n.d.). Melihat kondisi pendidikan Papua yang sulit,
pemerintah Papua mencari cara agar anak tetap belajar di rumah dan melakukan
hal yang positif.� Adapun cara pemerintah
untuk menghadapi liburnya sekolah akibat pandemi ini adalah sebagai berikut. 1)
Beberapa kabupaten di Papua mengadakan program belajar radio. Salah satu
kabupaten yang telah menjalankan program ini adalah Kabupaten Jayawijaya.
Melihat keresahan yang muncul terkait proses belajar mengajar yang menjadi
kurang efektif, Wahana Visi Indonesia Area Program Jayawijaya bekerja sama
dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Jayawijaya dan Radio Republik Indonesia
mengadakan program belajar radio. Program belajar yang dimulai pada April 2020
diharapkan dapat menjangkau lebih banyak peserta didik SD hingga SMP di area
Wamena maupun luar Wamena serta memudahkan mereka belajar di rumah tanpa harus
memiliki internet (Wahana Visi Indonesia, 2020). Program belajar radio ini
turut diisi dengan kuis interaktif yang melibatkan para peserta didik untuk
berkontribusi. Setiap peserta didik yang bertanya, dan mampu menjawab
pertanyaan akan diberikan hadiah langsung. Sehingga banyak para peserta didik
yang tertarik dan mengikuti setiap materi yang disampaikan. Pemateri adalah
para guru yang bekerja di Kabupaten Jayawijaya. 2) Banyak sekolah di wilayah
pedalaman memanfaatkan libur sekolah akibat Covid ini dengan belajar
berkebun.� Hal itu terlihat dari
anak-anak usia sekolah di kampung Menagaima distrik Maima, Kabupaten
Jayawijaya, Papua yang turun berkebun (Suara Papua, 2020). Dengan cara ini
setidaknya peserta didik memiliki kegiatan yang positif dan lebih produktif
karena mereka tidak bisa menjalani pembelajaran onlie.� Setidaknya mereka dapat mengembangkan
keterampilan mereka untuk menyambung hidupnya kelak. 3) Menggelar kegiatan
�Sekolah gembira� selama liburnya sekolah formal saat ini yang dilakukan oleh
Satgas Yonif Raider 300/Bjw (Muhtarudin, n.d.). Kegiatan ini menyasar anak-anak kampung Yabanda di
Distrik Yaffi, Kabupaten Keerom, Papua yang bertujuan membantu kegiatan belajar
dari rumah karena liburnya Sekolah akibat pandemi Covid-19. Selain itu,� TNI juga membagikan buku tulis untuk menjaga
semangat dan keceriaan anak-anak di perbatasan. Diharapkan dengan adanya
kegiatan ini peserta didik tidak merasa jenuh dan dapat mengingat kembali
tentang materi peserta didikan sebelumnya. 4) Karena keterbatasan fasilitas,
ada beberapa sekolah yang memberikan peserta didik tugas mandiri lengkap dengan
materinya, sehingga para peserta didik dapat menjawab soal dengan acuan
rangkuman materi yang diberikan oleh gurunya. Peserta didik pun diberi waktu
dua minggu untuk menyelesaikan seluruh tugas yang diberikan. Hasil jawaban
peserta didik akan dibawa ke sekolah oleh mereka sendiri dengan tetap
memperhatikan protokol kesehatan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka
penulis menyimpulkan bahwa terjadi disparatis antara dareah perkotaan dengan
daerah pedalaman khususnya di Papua dalam kemajuan pendidikan. Ketimpangan ini
sudah terjadi jauh sebelum adanya Covid-19 yang mengharuskan para peserta didik
belajar dari rumah.
Setelah terjadinya Covid-19 ini, Kementrian Pendidikan Indonesia
mengambil kebijakan agar peserta didik belajar dari rumah atas bimbingan orang
tua, ketimpangan di pedalaman Papua dalam pebelajaran lebih nyata
terlihat.� Hal ini dikarenakan fasilitas
pembelajaran daring yang kurang mendukung, diantaranya HP/laptop dan jaringan
internet. Jadi, agar peserta didik tetap aktif belajar dan produktif,� maka pemerintah Papua mengupayakan hal-hal
sebagai berikut.� 1) Belajar lewat radio.
2) Mengajari peserta didik berkebun. 3) Menurunkan TNI/Polri untuk membantu
anak-anak perbatasan yang tidak terjangkau oleh listrik maupun media elektronik
untuk belajar bersama.
BIBLIOGRAFI
Arikunto, Suharsimi.
(2010). Prosedur Penelitian Pendidikan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
CNNIndonesia.
(n.d.). Corona Buktikan Pendidikan Indonesia Tak Siap Hadapi Abad 21.
Jubi
Admin. (2020). Pembelajaran daring hanya menguntungkan �keluarga kaya.�
Klaus
Krippendoff. (1993). Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta:
Citra Niaga Rajawali Press.
Moh
Nazir. (2013). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Muhtarudin,
Deni. (n.d.). Hadapi Pandemi Covid-19, Yonif 300 Ajak Anak Papua Sekolah
Gembira.
Nurcholis
Maarif. (2019). Mendikbud Nadiem, Akses Pendidikan di Pedalaman Papua Butuh
Bantuan.
Santosa,
Santi Puspa Ariyani dan. (2020). Analisis Pengaruh Social Distancing Dalam
Pencegahan Penyebaran Virus Corona Dengan Pelaksanaan Sholat Fardhu Berjamaah
Di Masjid Al Ikhlas Desa Sukoharjo Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati Jawa
Tengah. Jurnal Syntax Idea, 2(5).
Shereen,
Muhammad Adnan, Khan, Suliman, Kazmi, Abeer, Bashir, Nadia, & Siddique,
Rabeea. (2020). COVID-19 infection: Origin, transmission, and characteristics
of human coronaviruses. Journal of Advanced Research.
Sholichah,
Aas Siti. (2018). TEORI-TEORI PENDIDIKAN DALAM AL-Qur'an. Edukasi Islami:
Jurnal Pendidikan Islam, 7(01), 23�46.
Suara
Papua. (2020). Hadapi Pandemi Covid-19, Peserta didik SD di Wamena Buka Kebun
Baru.
Thomas,
Vincent Fabian. (n.d.). Indeks Pembangunan Manusia 2019 di Bawah Target, Papua
Terparah.
Wahana
Visi Indonesia. (2020). Program Belajar Radio Bagi Anak-anak Wamena.
Yopi
Makdori. (2020). Cerita Anak Papua Belajar Daring di Tengah Pandemi Corona
Covid-19.
Yuliana,
Yuliana. (2020). Corona virus diseases (Covid-19): Sebuah tinjauan literatur. Wellness
And Healthy Magazine, 2(1), 187�192.
Zed,
Mestika. (2004). Metode peneletian kepustakaan. Yayasan Obor Indonesia.