How to cite:
M. Zaky Bangkit Al-Wahid (2024) Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Cerebral Palsy Spastik
Diplegi Dengan Pendekatan Metode Neuro Developmental Treatment di YPCP Surabaya , (06) 10,
E-ISSN:
2684-883X
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK
DIPLEGI DENGAN PENDEKATAN METODE NEURO DEVELOPMENTAL
TREATMENT DI YPCP SURABAYA
M. Zaky Bangkit Al-Wahid
Universitas Muhammadiyah Lamongan, Indonesia
Abstrak
Cerebral palsy Spastik Diplegi adalah suatu gangguan tumbuh kembang motorik anak di
sebabkan karena adanya kerusakan otak yang terjadi pada periode prenatal, natal dan
postnatal, yang ditandai dengan kelemahan pada anggota gerak bawah lebih berat dari pada
anggota atas. Penyebab cerebral palsy spastik diplegi dikarenakan adanya kerusakan area 6
yang merupakan jalur ekstra piramidalis yang berfungsi untuk menghaluskan gerakan, yang
mempengaruhi kontrol postur, kontorl gerak, kontrol koordinasi dan keseimbangan, sehingga
berdampak pada kesulitan pola berjalan dan kelainan bentuk postur tubuh yang
mengakitbatkan pola jalan tidak normal dan berbeda. Fisioterapi memiliki peran yang sangat
penting untuk mengatasi keluhan pada pasien CP spastik diplegi yang secara signifikan
menyebakan penurunan kualitas hidup serta penurunan kemampuan untuk melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari. Mengetahui petalaksanaan fisioterapi pada kasus Cerebral
palsy Spastik Diplegi dengan pendekatan metode Neuro Developmental Treatment di YPCP
Surabya. Studi kasus yang dilakukan saat ini dilaksanakan di Yayasan Peduli Cerebral palsy
Surabaya terhadap pasien an. RA berusia 13 tahun dengan diagnosa Cerebral palsy Spastic
Diplegi dengan intervensi metode Neuro Developmental Treatment. Setelah di lakukan 4 kali
terapi belum ada perubahan yang signifikan pada kekuatan otot, spastisitas dan gross motor,
tetapi ada peningkatan yang signifikan pada durasi keseimbangan berdiri mandiri. Metode
NDT dengan teknik inhibisi, teknik fasilitasi, pengenalan pola gerakan tidak perubahan yang
signifikan, tetapi pada latihan keseimbangan terdapan perubahan peningkatan yang signifikan.
.
Kata Kunci: Cerebral palsy, Spastic Diplegi, Neuro developmental Treatment
Abstract
Spastic Diplegic Cerebral palsy is a motor development disorder in children caused by brain
damage that occurs in the prenatal, natal and postnatal periods, which is characterized by
weakness in the lower limbs that is more severe than the upper limbs. The cause of spastic
diplegic cerebral palsy is due to damage to area 6 which is an extra pyramidal pathway that
functions to smooth movement, which affects posture control, movement control, coordination
control and balance, resulting in difficulty in walking patterns and abnormalities in body
posture that result in abnormal and different walking patterns. Physiotherapy has a very
important role in overcoming complaints in patients with spastic diplegic CP which
significantly causes a decrease in quality of life and a decrease in the ability to perform daily
life activities. To determine the physiotherapy management of cases of Spastic Diplegia
Cerebral palsy using the Neuro Developmental Treatment method approach at YPCP
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 10, Okrober 2024
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Cerebral Palsy Spastik Diplegi Dengan Pendekatan
Metode Neuro Developmental Treatment di YPCP Surabaya
Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024 6471
Surabaya. The case study currently being conducted at the Surabaya Cerebral palsy Care
Foundation on a 14-year-old patient named RA with a diagnosis of Cerebral palsy Spastic
Diplegia with the intervention of the Neuro Developmental Treatment method. After being
done 4 times, there were no significant changes in muscle strength, spasticity and gross
motor, but there was a significant increase in the duration of independent standing balance.
The NDT method with inhibition techniques, facilitation techniques, and movement pattern
recognition did not produce significant changes, but in balance training there were
significant improvements.
Keywords: Cerebral palsy Spastic Diplegi, Neuro developmental Treatment
PENDAHULUAN
Anak merupakan anugerah pemberian dari Allah swt bagi orang tua, anak mengalami
tumbuh kembang berawal dari dalam kandungan hingga terlahir di dunia dan terus mengalami
perkembangan hingga tua, Adapun masalah dalam tumbuh kembang anak, yang menghambat
tumbuh kembang salah satunya adalah Cerebral palsy (Nugroho, 2015).
Cerebral palsy (CP) secara umum dikenal sebagai adanya gangguan pada otak, dimana
otak mengalami kelumpuhan dan menghambat tumbuh kembang anak. CP adalah sebuah
gangguan yang menghambat perkembangan pada gerak dan postur, serta keterbatasan
ekstremitas tubuh yang bersifat menetap dan nonprogresif akibat lesi di otak yang terjadi pada
masa pertumbuhan balita hingga anak-anak (Wuryaningsih & Larasati, 2018).
Spastisitas merupakan gangguan pada upper motor neuronvolum yang berada di system
syaraf pusat, gangguan cedera yang berada di neuron motor menyebabkan penurunan input
jaras reticulospinal dan corticospinal. Penurunan tersebut mengakibatkan timbulnya
kelemahan hilangnya fungsi kontrol motor dan berkurangnya jumlah unit aktif pada motor
voluntary yang berakibat berkurangnya hambatan refleks dan terjadinya spatisitas.
Diplegi adalah salah satu bentuk CP yang mengenai pada bagian tubuh atas dan bagian
tubuh bawah tetapi lebih berat pada anggota tubuh yang bawah. CP Spastik Diplegi adalah
suatu gangguan tumbuh kembang motorik anak di sebabkan karena adanya kerusakan otak
yang terjadi pada periode prenatal, natal dan postnatal, yang ditandai dengan kelemahan pada
anggota gerak bawah lebih berat dari pada anggota atas (Kurniawan & Rahman, 2021).
Klasifikasi gambaran klinis pada CP adalah spastik, atetoid, ataksia, atonia atau
campuran. Sedangkan topografi pada CP spastik adalah Diplegi sebanyak (30-40%),
Hemiplegia (20-30%), dan Quadriplegia (10-15%) pada masing masing tipe spastiknya
(Nugroho, 2015).
Menurut NICHD badan organisasi dibawah WHO pada tahun 2022 adanya kenaikan
angka pada kasus CP sebanyak 25% dari seluruh dunia. CP dianggap sebagai penyakit dengan
penyebab keterbatasan manusia dengan kehidupan sehari hari di lingkungan sekitar, dengan
jumlah minoritas di dunia. Penting untuk diketahui bahwa anak anak dengan CP mengambil
tempat sepertiga dari semua penyandang disabilitas, termasuk pekerjaan dan pendidikan dunia
(Primadasa & Widodo, 2022).
Pada tahun 2022 data Kementrian Kesehatan Republik Indoensia di Indonesia jumlah
penderita CP berat sebanyak 149.458 dan penderita Cerebral palsy sebanyak 717.312, dengan
provinsi terbanyak kasus CP ada di provinsi Sulawesi Tenggara (Javvaji, Vagha, Meshram, &
Taksande, 2023). Sedangkan di Provinisi Jawa Timur menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2022 kasus Cerebral palsy mengalami kenaikan dengan jumlah 10,6% yang
terdiri atas 6,5% usia 5-17 tahun, 2,5% usia 18-59 tahun dan 1,6% usia 60 tahun keatas,
sedangkan di Surabaya kasus CP berjumlah 32,5%%., sedangkan di Yayasan Peduli Cerebral
M. Zaky Bangkit Al-Wahid
6472 Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
palsy Surabaya kasus cerebral palsy diplegi mencapai 24%, cerebral palsy quadriplegi
mencapai 18%, cerebral palsy hemiplegi mencapai 15%, Delay mencapai 24%, Ataxia
mencapai 12 %, facid mencapai 7% selama 6 bulan terakhir.
Penyebab cerebral palsy spastik diplegi dikarenakan adanya kerusakan area 6 yang
merupakan jalur ekstra piramidalis yang berfungsi untuk menghaluskan gerakan, tidak
normalnya tonus otot-otot anggota gerak bawah berupa spastisitas yang mempengaruhi
kontrol postur, kontorl gerak, kontrol koordinasi dan keseimbangan, sehingga berdampak
pada kesulitan pola berjalan dan kelainan bentuk postur tubuh yang mengakitbatkan pola jalan
tidak normal dan berbeda (Patel, Neelakantan, Pandher, & Merrick, 2020).
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau
kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan juga fungsi tubuh
dalam sepanjang rentang kehidupan (Kemenkes RI, 2019), salah satunya dengan
menggunakan pendekatan metode Neuro Developmental Treatment (NDT) untuk menangani
kondisi cerebral palsy.
Menurut peneiliti sebelumnya penggunaan Neuro Developmental Treatment (NDT)
efektif dalam mengembangkan fisik dan motorik anak, dalam pemeliharaan dan perbaikan
kekuatan, ketahanan, dan kemampuan koordinasi keseimbangan, fleksibilitas gerak. Neuro
Developmental Treatment (NDT) adalah metode terapi langsung terhadap gangguan system
syaraf pusat yang memanfaatkan gerakan diarahkan atau di bantu, untuk menginhibisi, pola
spastisitas dan fasilitasi pola-pola sikap dan gerakan (Kurniawan & Rahman, 2021).
Tujuan dari peneilitian ini untuk mengetahui efektifitas penatalaksanaan Fisioterapi
pada kasus CP Spastik Diplegi Dengan Pendekatan Metode NDT di YPCP Surabaya.
METODE PENELITIAN
Rencana Managemen Fisioterapi Tanggal 10 Januari 2024
Tabel 1 Keterangan Umum Anak
Nama
: An.Ra
Umur
: 14 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
: Jl. Kapas Madya I Surabaya
No. RM
: -
Tempat
Perawatan
: YPCP Surabaya
Diagnosa Medis
: Cerebral palsy Spastic
Diplegi
Medika Mentosa
: -
Segi Fisioterapi
Anamnesis (Auto/Hetero*)
1. Keluhan Utama :
Anak tidak dapat berbicara dengan lancar, anak tidak dapat berdiri sendiri, anak tidak
dapat berjalan mandiri
2. Keluhan Penyerta :
Tidak ada keluhan penyerta
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Anak dalam kandangan dan terlahir cukup bulan pada proses persalinan kondisi
anak sehat dan normal, awal terjadi Cp anak di bawa mudik orang tuanya ke madura,
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Cerebral Palsy Spastik Diplegi Dengan Pendekatan
Metode Neuro Developmental Treatment di YPCP Surabaya
Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024 6473
pada waktu perjalanan pulang ke Surabaya cuaca hujan deras, di sore hari, pada malam
nya anak mengalami demam, lalu anak di bawa ke dokter esok harinya, dan anak
mengalami koma selama 2 hari lebih. Kemudian anak mengalami gangguan cp pada
usia 11 bulan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu:
Tidak ada riwayat pneyakit dahulu.
5. Riwayat Penyakit Penyerta :
Tidak ada riwayat penyakit penyerta
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang terkena CP Spastic Diplegi
7. Riwayat Penyakit Pribadi dan Status Sosial :
Anak dekat dengan keluarga, anak merupakan anak ke 2 dari dua bersaudara, dan
bersekolah di sd negeri dengan program SLB, disekolah anak berkomunikasi dan belajar
bersama teman-temannya dan begitu juga guru di sekolah. Anak mampu memahami
kata namun belum mampu untuk berkomunikasi dengan benar.
A. Anamnesis Sistem
1. Kepala dan leher :
Tidak ada masalah pada bagian kepala dan bagian leher
2. Kardiovaskuler :
Tidak ada
3. Respirasi :
Tidak ada
4. Gastrointestinalis :
Anak dapat mengkonsumsi makanan kasar, Bab masih di pampers.
5. Urogenitalis :
Anak Bak normal dan masih dipampers
6. Musculoskeletal :
Terdapat spasticitas otot pada bagian m.Hamstring, m.Gastroc, m.Peroneus brevis.
Terdapat kelemahan otot pada bagian m.Quadrisep, m. Gluteus, m. Tibialis
Anterior, m. Tibialis Posterior.
7. Nervorum :
Lesi pada sebagian cortex.
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda tanda vital
1) Kesadaran : Compos Mentis
2) Tekanan darah : 115-76 mmHG
3) Denyut nadi : 115/menit
4) Pernapasan : 31/menit
5) Temperatur : 36,4 C˚
6) Tinggi badan : 150 cm
7) Berat badan : 47 kg
8) Kooperatif : Kooperatif
b. Inspeksi
1) Statis :
M. Zaky Bangkit Al-Wahid
6474 Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
Anak pada posisi duduk aktif tanpa sandaran, kepala posisi cenderung fleksi neck,
trunk cenderung fleksi,kaki dapat menapak tetapi pada bagian kanan cenderung eversi
(D), postur cenderung kifosis.
2) Dinamis:
Dari terlentang ke posisi duduk anak melakukan posisi miring angkat badan, disuport
oleh tangan, kemudian ke arah duduk.
c. Palpasi:
Adanya spasticitas otot pada area kaki kanan
d. Perkusi:
Tidak dilakukan
e. Auskultasi :
Tidak dilakukan
f. Perkembangan Motorik Anak :
Tabel 2 Perkembangan Motorik Anak
Motorik Kasar
Mampu Tanpa Bantuan
Tidak Mampu
Head Lifting
Miring
Berguling
On elbow
On hand
Duduk
Merangkak
berdiri
Jalan
2. Kognitif, Intrapersonal, dan Inter personal
a. Kognitif :
Tabel 3 Kognitif
No.
Posisi
Ha
sil
Keterangan
1.
Body Image
(+)
Anak mampu mengetahui bagian tubuh
2.
Body warnes
(+)
Anak mampu mengetahui kondisi di tempat terapi
3.
Sapce Awarnes
(+)
Anak dapat mengambil mainan di dekatnya
4.
Distance
(+)
Anak dapat mengambil mainan dengan gerakan
ngesot
5.
Body Control
(-)
Anak belum mampu menguasai kontrol tubuh saat
berdiri dan berjalan
6.
Direction
(+)
Anak mampu diperintah oleh terapis
7.
Lateralization
(+)
Anak mampu mengambil benda dengan sisi bersilang
pada posisi duduk
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Cerebral Palsy Spastik Diplegi Dengan Pendekatan
Metode Neuro Developmental Treatment di YPCP Surabaya
Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024 6475
b. Intrapersonal :
Anak mampu bermain sendiri
c. Interpersonal :
Anak mampu bersosialisasi dengan keluarga, tentangga di sekitar rumah. Tetapi dengan
orang yang baru dikenal terutama lawan jenis anak cenderung malu malu.
3. Kemampuan Fungsional dan Lingkungan Aktifitas
a. Kemampuan Fungsional Dasar :
Anak tidak dapat merangkak, tetapi pada posisi berdiri anak mampu melakukan gerakan
dengan bantuan maksimal, pada posisi berjalan anak mampu melakukan gerakan dengan
bantuan maksimal.
b. Aktifitas Fungsional
Gross Motor Fuction Measurement (GMFM)
Tabel 4 Gross Motor Fuction Measurement GMFM
3. Dimensi
4. Perhitungan Skor Diemnsi %
5. Berbaring dan berguling
6.
7. Duduk
8.
9. Merangkak dan berlutu
10.
11. Berdiri
12.
13. Berjalan dan melompat
14.
15. TOTAL
16.
Lingkungan Aktifitas :
Lingkungan dirumah tidak seberapa mendukung dikarenakan anak dirumah lebih sering
berada di dalam rumah dari pada di luar rumah, berbeda dengan di sekolah anak lebih
berinteraksi dengan guru dan teman temannya.
4. Pemeriksaan Spesifik
Tabel 5 Skala XOTR T1
Bagian
tubuh
AGB
T1
T2
T3
T4
D
S
D
S
D
S
D
S
Hip
Abduksi
Adduksi
Endorotasi
Eksorotasi
Fleksor
Ekstensor
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
Knee
Fleksor
Ekstensor
X
T
X
T
X
T
X
T
X
T
X
T
X
T
X
T
Ankle
Plantar
T
T
T
T
T
T
T
T
M. Zaky Bangkit Al-Wahid
6476 Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
Dorsal
Invertor
Evertor
T
T
O
T
T
T
T
T
O
T
T
T
T
T
O
T
T
T
T
T
O
T
T
T
Tabel 6 Skala Ashworth T1
No.
Gerakan
T1
T2
T3
T4
D
S
D
S
D
S
D
S
1
Abduksi Hip
0
0
0
0
0
0
0
0
2
Adduksi Hip
0
0
0
0
0
0
0
0
3
Endorotator Hip
0
0
0
0
0
0
0
0
4
Eksorotator Hip
0
0
0
0
0
0
0
0
5
Fleksor Hip
0
0
0
0
0
0
0
0
6
Ekstensor Hip
0
0
0
0
0
0
0
0
7
Fleksor Knee
1+
1+
1+
1+
1+
1+
1+
1+
8
Ekstensor Knee
0
0
0
0
0
0
0
0
9
Plantar Fleksor Ankle
2
2
2
2
2
2
2
2
10
Dorsal Fleksor Ankle
0
0
0
0
0
0
0
0
11
Evertor Ankle
2
2
2
2
2
2
2
2
12
Invertor Ankle
0
0
0
0
0
0
0
0
Diagnosa Fisioterapi
Impairment
Terdapat spasticitas otot pada bagian m.Hamstring, m.Gastroc, m.Peroneus brevis.
Terdapat kelemahan otot pada bagian m.Quadrisep, m. Gluteus, m. Tibialis Anterior, m.
Tibialis Posterior.
Fuctional Limitation
a. Anak belum mampu merangkak
b. Anak belum mampu berdiri
c. Anak belum mampu berjalan
Participation Retriction
Anak dapat berinteraksi dengan orang yang sudah di kenal, tetapi dengan orang yang
baru anak cenderung malu malu bahkan susah berinteraksi.
Program Fisioterapi
Tujuan
Jangka pendek
a. Penguatan otot pada anggota gerak bawah kanan dan kiri.
b. Melatih postur tubuh agar lebih tegak.
c. Menambah durasi keseimbangan.
Jangka Panjang
a. Duduk berdiri dengan bantuan minimal.
b. Keseimbangan berdiri denan durasi yang lama dan bantuan minimal.
c. Berdiri mandiri dengan bantuan walker.
Rencana Tindakan Fisioterapi
Teknologi Fisioterapi
Teknologi Neuro Developmental Treatment
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Cerebral Palsy Spastik Diplegi Dengan Pendekatan
Metode Neuro Developmental Treatment di YPCP Surabaya
Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024 6477
Edukasi
Anak dilatih untuk penguatan otot quadrisep dengan cara anak duduk dengan
menendang bola, diberi beban pada bagian kaki dengan kantong pasir, dan Anak dilatih posisi
duduk keberdiri dengan tangan di meja
Rencana Evaluasi
1. Kekuatan otot menggunakan skala XOTR
2. Postur tubuh dilihat saat inspeksi
3. Keseimbangan menggunakan stopwatch
4. Mengukur Spastisitas menggunakan skala Ash Worth
5. Mengukur gerak motorik menggunakan skala GMFM
Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanam : bonam
Quo ad funtionam : dubia ad malam
Quo ad cosmeticam : dubia ad malam
Pelaksanaan Fisioterapi
Metode NDT Latihan keseimbangan dengan posisi berdiri menggunakan stopwatch.
1) Bertujuan untuk menguatkan otot m. Quadrisep, m. Gluteus maximus, m.tibialis
anterior, m.tibialis posterior, dan melatih keseimbangan.
2) Penatalaksanaan :
Anak di posisikan pada balok buster, posisi terapis berada di depan pasien. Terapis
menggenggam tangan anak dan kaki anak di posisikan kedepan dan mengatur jari jari
kakinya, kemudian kaki anak di berikan tahanan dengan di injak pada bagian ujung kaki. Lalu
anak disuruh posisi menunduk, lalu tangan pasien di tarik pelan pelan dan terapis
menginstruksi kan untuk berdiri mengangkat pantatnya. Anak berdiri pelan-palan dan
dihitung selama 10 detik oleh terapis, kemudian anak disuruh duduk kembali dengan pelan-
pelan.
3) Durasi : 5 menit x 3 sesi.
2) Metode NDT Latihan berdiri mandiri dengan berpegangan peto
a. Bertujuan untuk pasien mampu melakukan gerakan berdiri mandiri.
b. Penatalaksanaan :
Anak di posisikan pada balok buster, posisi terapis berada di depan pasien.
Anak diminta untuk berdiri dengan tangan berpengangan pada peto, terapi memberikan
bantuan maksimal dengan memegang badan pasien. Terapis menginstruksikan pasien untuk
mengangkat pantatnya untuk berdiri. Anak berdiri pelan-pelan, lalu terapis melepas tangan
terapis, di lakukan sebanyak 5 detik oleh terapis, kemudian anak disuruh duduk kembali
dengan pelan-pelan dan bantuan minimal dari terapis
c. Durasi: 5 menit x 3 sesi.
Evaluasi
Pengukuran dengan Skala GMFM
Tabel 7 Evaluasi GMFM T1
T
1
M. Zaky Bangkit Al-Wahid
6478 Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
Pengukuran Skala XOTR
Tabel 8 Evaluasi skala XOTR T1
Bagian tubuh AGB
T1
T2
T3
T4
D
S
D
S
D
S
D
S
Hip
Abduksi
Adduksi
Endorotasi
Eksorotasi
Fleksor
Ekstensor
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
Knee
Fleksor
Ekstensor
X
T
X
T
X
T
X
T
X
T
X
T
X
T
X
T
Ankle
Plantar
Dorsal
Invertor
Evertor
T
T
T
O
T
T
T
T
T
T
T
O
T
T
T
T
T
T
T
O
T
T
T
T
T
T
T
O
T
T
T
T
Pengukuran Skala Ashworth
Tabel 9 Evaluasi Skala Ashwort T1
No.
Gerakan
T1
T2
T3
T4
D
S
D
S
D
S
D
S
1
Abduksi Hip
0
0
0
0
0
0
0
0
2
Adduksi Hip
0
0
0
0
0
0
0
0
3
Endorotator Hip
0
0
0
0
0
0
0
0
4
Eksorotator Hip
0
0
0
0
0
0
0
0
5
Fleksor Hip
0
0
0
0
0
0
0
0
6
Ekstensor Hip
0
0
0
0
0
0
0
0
7
Fleksor Knee
1+
1+
1+
1+
1+
1+
1+
1+
8
Ekstensor Knee
0
0
0
0
0
0
0
0
9
Plantar Fleksor Ankle
2
2
2
2
2
2
2
2
10
Dorsal Fleksor Ankle
0
0
0
0
0
0
0
0
11
Evertor Ankle
2
2
2
2
2
2
2
2
12
Invertor Ankle
0
0
0
0
0
0
0
0
Evaluasi Latihan keseimbangan berdiri mandiri menggunakan stopwatch
Tabel 10 Evaluasi Latihan keseimbangan berdiri mandiri menggunakan Stopwatch T1.
Jenis latihan
T1
T2
T3
T4
Latihan keseimbangan denga posisi
berdiri
8 detik
11 detik
14 detik
18 detik
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Cerebral Palsy Spastik Diplegi Dengan Pendekatan
Metode Neuro Developmental Treatment di YPCP Surabaya
Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024 6479
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan sebanyak empat kali terapi kepada pasien An. Ra yang berusia 14
tahun dengan diagnosa Cerebral palsy Spastic Diplegia dengan pendekatan metode Neuro
developmental Treatment didapatkan hasil:
Hasil kemampuan fungsioal motorik menggunakan alat ukur GMFM.
Tabel 11 Hasil kemampuan fungsional motorik
Dimensi
T1
T2
T3
T4
Dimensi A
100%
100%
100%
100%
Dimensi B
35%
35%
35%
35%
Dimensi C
0%
0%
0%
0%
Dimensi D
0%
0%
0%
0%
Dimensi E
0%
0%
0%
0%
TOTAL
27%
27%
27%
27%
Berdasarkan hasil evaluasi tabel di atas yang dilakukan pada anak cerebral palsy spastic
diplegia dengan metode pendekatan Neuro Developmental Treatment sebanyak 4 kali terapi,
belum adanya peningkatan aktifitas fungsional pada Dimensi A, B,C,D, dan E.
Hasil Evaluasi Skala XOTR
Tabel 12 Hasil Evaluasi Skala XOTR
Bagian
tubuh
AGB
T1
T2
T3
T4
D
S
D
S
D
S
D
S
Hip
Abduksi
Adduksi
Endorotasi
Eksorotasi
Fleksor
Ekstensor
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
Knee
Fleksor
Ekstensor
X
T
X
T
X
T
X
T
X
T
X
T
X
T
X
T
Ankle
Plantar
Dorsal
Invertor
Evertor
T
T
T
O
T
T
T
T
T
T
T
O
T
T
T
T
T
T
T
O
T
T
T
T
T
T
T
O
T
T
T
T
Berdasarkan hasil evaluasi tabel di atas yang dilakukan pada anak cerebral palsy spastic
diplegia dengan metode pendekatan Neuro Developmental Treatment sebanyak 4 kali terapi,
belum adanya peningkatan pada otot anggota gerak bagian bawah.
M. Zaky Bangkit Al-Wahid
6480 Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
Hasil Evaluasi Skala Ashworth.
Tabel 13 Hasil Evaluasi Skala Ash worth
Otot Penggerak
T1
T2
T3
T4
Fleksor Knee
1+
1+
1+
1+
Plantar Fleksor Knee
2
2
2
2
Evertor ankle
2
2
2
2
Berdasarkan hasil evaluasi tabel di atas yang dilakukan pada anak cerebral palsy spastic
diplegia dengan metode pendekatan Neuro Developmental Treatment sebanyak 4 kali terapi,
belum adanya peningkatan atau penurunan pada skala ash worth
Hasil evaluasi Latihan keseimbangan berdiri mandiri menggunakan stopwatch.
Tabel 14 Hasil Evaluasi latihan keseimbangan berdiri mandiri
Evaluasi latihan
posisi berdiri
mandiri
T1
T2
T3
T4
Stop watch
8
detik
11
detik
14
detik
18
detik
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada anak cerebral palsy spastik diplegia
menggunakan pendekatan metode NDT dengan fasilitas duduk ke berdiri menggunakan
tumpuan lutut selama 4 kali terapi adanya peningkatan durasi berdiri dimana T1 hingga T4
mengalami peningkatan dari 8 detik menjadi 18 detik.
Kasus Cerebral palsy spastic diplegia dengan keluhan adanya spasticitas dan kelemahan
otot pada aanggota gerak bawah yang menimbulkan keterbatasan saat beraktifitas. Tujuan
fisioterapi dalam kasus ini untuk meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan keseimbangan
saat berdiri, dan berdiri tegak. Dengan mengunakan metode NDT latihan keseimbangan
duduk ke berdiri
Pemberian Metode NDT Kekuatan Otot
Hasil pemberian terapi terhadap pasien anak selama 4 kali terapi menggunakan metode
NDT belum di dapatkan perubahan peningkatan atau penurunan kekuatan otot pada skala
XOTR dari latihan T1 hingga T4.
Penerapan pada metode NDT bertujuan untuk mendapatkan gerakan tertinggi yaitu
crotical atau jaringan tulang. Pemberian metode NDT ditujukan untuk menghambat abnormal
postur dan gerakan pada pasien anak. Teknik NDT yang terdiri dari fasilitasi normal postural
dan normal pola gerakan menggunakan sensori feedback (kontak, manual, integrasi visual,
dan somatosensori) sebagai fasilitas untuk memperbaiki fungsi gerak, dimana pemberian
metode NDT dengan Teknik Fasilitasi mengupayakan mempermudah reaksi-reaksi gerak
motorik yang mendekati gerak normal dengan Key Point of Control (KPOC) yang bertujuan
untuk memperbaiki, mengembangkan, dan memelihara tonus postural dan tonus ekstrimitas
untuk memudahkan gerakan gerakan yang disengaja dalam beraktifitas sehari hari seperti
latihan mendorong walker, dan naik turun tangga, sehingga meningkatkan kekuatan otot. Hal
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Cerebral Palsy Spastik Diplegi Dengan Pendekatan
Metode Neuro Developmental Treatment di YPCP Surabaya
Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024 6481
tersebut dapat berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya gravitasi
(Denny, 2020).
Menurut (Fuadi & Suminarti, 2022) dengan peneilitian yang berjudul efektivitas bobath
exercise pada cerebral palsy spastik diplegi. Menyatakan dimana efektifitas latihan secara
optimal selama 7 sampai 11 kali yang di lakukan secara intensif dan konsisten setiap hari
selama 2 jam akan lebih baik dari pada latihan konvensional yang di lakukan 1 sampai 2 kali
dalam 1 minggu.
Menurut (Carissa, Santoso, & Waspada, 2024) dengan penelitiannya yang berjudul
Manajemen Fisioterapi Dengan Pendekatan Neuro Developmental Treatment (NDT) Dan
Passive Stretching Pada Kasus Cerebral palsy Spastik Diplegi pemberian metode NDT
dengan durasai 6x selama 3 minggu belum mendapatkan hasil yang sigifikan, dimana untuk
mencapai hasil yang maksimal diperlukan waktu selama 6 bulan hingga 1 tahun.
Pemberian Metode NDT Terhadap Peningkatan Spastisitas
Hasil pemberian terapi terhadap pasien anak selama 4 kali terapi menggunakan
metode NDT Latihan keseimbangan dengan posisi berdiri, belum di dapatkan perubahan
kenaikan atau pun penurunan pada skala Ashworth pada T1 hingga T4.
Penerapan pada metode NDT dapat memberikan perbaikan yang signifikan terjadinya
penurunan spastisitas, Teknik inhibisi berpotensi mengubah excitatory dan inhibitory secara
serempak mempengaruhi elastisitas otot dengan memperpanjang otot untuk melawan
spastisitas (Bintang, Zannah, Jehaman, Sembiring, & Ignasius, 2020). selain itu metode NDT
dengan Teknik inhibisi di lakukan untuk menghambat pola aktivitas refleks abnormal dan
fasilitasi pola morotik normal, spastisitas terjadi akibat refleks tonik abnormal akibat lesi.
Pemberian Teknik inhibisi terjadi peregangan otot extrafusal muscle dan spindle otot, dimana
spindle otot mengirimkan serangkaian impuls ke sumsum tulang belakang, Serat aferen di
radix dorsal yang membawa impuls membentuk sinaps dengan motoneuron yang kemudian
tereksitasi dan menyebabkan kontraksi otot. Hal ini terjadi ketika serat aferen dari otot spindel
memberikan cabang kolateral ke sekelompok neuron intermediet di substrat grisea. Neuron ini
merupakan inhibitor dan mengirimkan aksonnya ke neuron motorik yang menginervasi otot
antagonis. Aktivasi motorneuron melalui melalui impuls aferen yang mengaktifkan
motorneuron secara monosimpatis yang menginvestasikan otot ekstrafusal yang menyebabkan
kontraksi otot dan menyebabkan relaksasi antagonis, yang berarti mengurangi spastisitas
(Koman, 2014).
Hal ini sesuai dengan penelitian (Bintang et al., 2020) dengan judul combination of
Trunk mobilization and neuro development treatment againt spasticity reduction of spastic
type cerebral palsy”, dari hasil penelitiannya selama 4 minggu, 2 jam selama 5 hari seminggu,
di hasilkan kenaikan sebesar 0,05% pada spastisitas otot.
Menurut (Utami & Herawati, 2022) dengan judul penelitian Efektivitas NDT dalam
Mengontrol Tingkat Spastisitas dan Meningkatkan Kemampuan Gross Motor Anak dengan
Kondisi CP dari hasil penelitiannya selama 3 minggu, sebanyak 3 kali seminggu dengan 6 kali
sesi treatment didapatkan penurunan yang siginifikan pada spastisitas yang di ukur dengan
skala Ashworth.
M. Zaky Bangkit Al-Wahid
6482 Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
Pemberian Metode NDT Terhadap Peningkatan Kemampuan Keseimbangan Dengan
Posisi Berdiri
Hasil pemberian terapi terhadap pasien anak selama 4 kali terapi menggunakan mentode
NDT, didapatkan adanya perubahan lama durasi berdiri menjaga keseimbangan dimana pada
T1 hingga T4 terdapat rentang kenaikan jarak 10 detik selama 4 kali terapi. Untuk mencapai
tujuan ini dilakukan intervensi yang pendekatannya menggunakan aktivitas bermain bola
dengan posisi duduk ke berdiri (Lampiran 2).
Pemberian metode NDT dengan Latihan keseimbangan berdiri mandiri memungkinkan
di perolehnya simetri dasar dan kontrol batang tubuh, dimana di ketahui adanya korelasi
antara asimetris pelvis dan kontrol batang tubuh. pemberian terapi NDT dalam pengamatan
adanya perubahan pada distribusi berat di kedua kaki terjadi peningkatan keseimbangan
(Ungureanu, Rusu, Rusu, & Marin, 2022).
Menurut Erdogan Kavlak (2018) dengan judul Efektivitas Perawatan Neuro-
Developmental (Konsep Bobath) terhadap Kontrol Postur dan Keseimbangan pada Anak
Cerebral palsy efek pemberian metode NDT setelah 8 minggu yang di aplikasikan kepada
pasien, dengan hasil terjadinya perbaikan yang signifikan pada keseimbangan, fungsi motorik
kasar, dan tingkat kemandirian fungsional.
Menurut (Anwar & Syakib, 2021) dengan judul intervensi kinesio taping dan bobath
exercises terhadap peningkatan keseimbangan berdiri dan penurunan spastisitas tungkai
pasien cerebral palsy pengaruh pemberian metode NDT setelah 3 bulan belum terdapat
perubahan peningkatan atau penurunan pada keseimbangan berdiri, oelh karena itu untuk
mengetahui efektifitas metode NDT di perlukan kurang lebih minimal 1 tahun.
Pemberian metode NDT pada gerak motorik GMFM
Hasil pemberian terapi terhadap pasien anak selama 4 kali terapi menggunakan metode
NDT latihan berdiri mandiri menggunakan peto, belum di dapatkan perubahan kenaikan atau
pun penurunan pada skala GMFM pada T1 hingga T4.
Penerapan metode NDT pada kasus CP mengenalkan pola gerakan fungsional yang
diharapkan untuk memberikan pola gerakan yang benar dengan menghilangkan pola-pola
abnormal. Metode NDT memfasilitasi terjadinya unmasking dan silent synapses yang terjadi
ketika neuron-neuron yang tidak berfungsi sebelumnya dapat membentuk koneksi-koneksi
yang baru (Anwar & Syakib, 2021).
Menurut Malelak, 2022 dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Bobath Exercise
terhadap peningkatan aktivitas fungsional pada cerebral palsy terdapat pengaruh yang
signifikan dalam penerapan metode NDT dengan durasi latihan yang terjadwal dan terstruktur
untuk anak-anak CP. Penerapan latihan yang berkaitan dengan aktivitas lower extemity salah
satunya duduk ke berdiri, Semakin sering waktu intervensi yang diberikan maka semakin
besar pengaruh pada aktivitas fungsionalnya.
Menurut (Putra & Zaidah, 2020) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Bobath
Neuro Development Treatment (Ndt) Terhadap Kemampuan Duduk pada Penderita Cerebral
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Cerebral Palsy Spastik Diplegi Dengan Pendekatan
Metode Neuro Developmental Treatment di YPCP Surabaya
Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024 6483
palsy terdapat perubahan peningkatan yang signifikan pada gross motor dalam pemberian
metode NDT selama 2 jam sehari, 4 kali dalam 1 minggu selama 1 bulan.
Pemberian metode NDT pada pasien an RA di dapatkan perubahan yang signifikan
dikarenakan kurangnya waktu latihan datang ketempat terapi, dan kurangnya latihan saat di
rumah, efektifitas pemberian metode NDT untuk mendapatkan hasil yang signifikan
sebaiknya diberikan latihan secara rutin selama 2 jam perhari selama 4 minggu (Utami &
Herawati, 2022).
KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan setelah dilakukan terapi. Pasien atas nama An. Ra usia 14
tahun dengan diagnosa Cerebral palsy Spastic Diplegi dengan pendekatan metode Neuro
Development Treatment selama 4 kali terapi yakni Pemberian terapi dengan metode NDT
dengan teknik fasilitasi dapat mempermudah reaksi-reaksi gerak motorik yang mendekati
gerak normal, belum ada perubahan kenaikan atau penurunan pada kekuatan otot pada skala
XOTR dari T1 hingga T4. Pemberian terapi dengan metode NDT dengan teknik inhibisi
belum ada perubahan peningkatan atau penurunan spastistias pada skala Ashworth dari T1
hingga T4. Pemberian terapi dengan metode NDT latihan keseimbangan berdiri mandiri
mampu meningkatkan durasi lama berdiri dengan hasil jumlah durasi yang bertambah mulai
dari T1 hingga T4 sebanyak 10 detik. Pemberian terapi metode NDT dengan mengenalkan
pola gerakan fungsional. Belum ada perubahan yang signifikan pada Skala GMFM dari T1
hingga T4.
BIBLIOGRAFI
Anwar, Suharto, & Syakib, Ahmad. (2021). Intervensi Kinesio Taping Dan Bobath Exercises
Terhadap Peningkatan Keseimbangan Berdiri Dan Penurunan Spastisitas Tungkai Pasien
Cerebral Palsy Di Sekolah Luar Biasa Dan Yayasan Pendidikan Anak Cacat Makassar.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 24(4), 245251.
Bintang, Siti Sarah, Zannah, Miftahul, Jehaman, Isidorus, Sembiring, Elsaria Br, & Ignasius,
Raynald. (2020). Combination of Trunk Mobilization and Neuro Development Treatment
against Spasticity Reduction of Spastic Type Cerebral Palsy.
Carissa, Vivian Jennie Diva, Santoso, Totok Budi, & Waspada, Edy. (2024). Manajemen
Fisioterapi Dengan Pendekatan Neuro Developmental Treatment (NDT) Dan Passive
Stretching Pada Kasus Cerebral Palsy Spastik Diplegi: Case Report. OBAT: Jurnal Riset
Ilmu Farmasi Dan Kesehatan, 2(2), 8491.
Denny, Aditya. (2020). Penggunaan Neurodevelopmental Treatment Pada Kasus Dandy
Walker Syndrome. Jurnal Sosial Humaniora Terapan, 3(1), 5.
Fuadi, Dela Fariha, & Suminarti, Suminarti. (2022). Systematic Review: Efektivitas Bobath
Exercise Pada Cerebral Palsy Spastik Diplegi. Indonesian Journal of Health Science,
2(2), 4453.
Javvaji, Chaitanya Kumar, Vagha, Jayant D., Meshram, Revat J., & Taksande, Amar. (2023).
Assessment Scales in Cerebral Palsy: A Comprehensive Review of Tools and
Applications. Cureus, 15(10), e47939. https://doi.org/10.7759/cureus.47939
Koman, B. P. (2014). Temperature selectivity of the radiation effect on silicon MOS
transistors. Semiconductors, 48, 659665.
Kurniawan, Dimas Gilang, & Rahman, Ika. (2021). Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus
M. Zaky Bangkit Al-Wahid
6484 Syntax Idea, Vol. 6, No. 10, Oktober 2024
Cerebral Palsy Spastic Quadriplegi dengan Menggunakan Neuro Development
Treatment di RSUD Cikalong Wetan Kabupaten Bandung Barat. Jurnal STIKES, 3(3),
111117.
Nugroho, Sarwo. (2015). Manajemen warna dan desain. Penerbit Andi.
Patel, Dilip R., Neelakantan, Mekala, Pandher, Karan, & Merrick, Joav. (2020). Cerebral
palsy in children: a clinical overview. Translational Pediatrics, 9(Suppl 1), S125.
Primadasa, Ghulam Fahima, & Widodo, Agus. (2022). Case Study: Efektivitas Neuro
Develomental treatment Pada Cerebral Palsy spastic Diplegia. Jurnal Kesehatan Dan
Fisioterapi, 4448.
Putra, Muhammad Faidlullah Agung, & Zaidah, Lailatuz. (2020). Pengaruh Bobath Neuro
Development Treatment (Ndt) Terhadap Kemampuan Duduk pada Penderita Cerebral
Palsy Usia 6 Bulan Sampai 12 Tahun. Prosiding University Research Colloquium, 16
20.
Ungureanu, Andreea, Rusu, Ligia, Rusu, Mihai Robert, & Marin, Mihnea Ion. (2022).
Balance rehabilitation approach by Bobath and Vojta methods in cerebral palsy: a pilot
study. Children, 9(10), 1481.
Utami, Desy Wahyu, & Herawati, Isnaini. (2022). Efektivitas NDT dalam Mengontrol
Tingkat Spastisitas dan Meningkatkan Kemampuan Gross Motor Anak dengan Kondisi
CP. Jurnal Kesehatan Dan Fisioterapi, 9297.
Wuryaningsih, Emi Wuri, & Larasati, Dutya Intan. (2018). Permasalahan Kesehatan Jiwa
Pengasuh Anak Cerebral Palsy (CP) Di Komunitas Keluarga Cp (KCP): Self Reporting
Questionaire-20 (SRQ-20)(Mental Health Problems Of Caregivers Of Children With
Cerebral Palsy At Self Help Group: Based On Self Reporting Question.
Copyright holder:
M. Zaky Bangkit Al-Wahid (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: