How to cite:
Imelda Audry Chandra (2024) Ilmu Anti-Aging Medicine di Kalangan Generasi Muda Indonesia
dan Korea Selatan: Perbandingan Perspektif Budaya dan Kesehatan, (06) 09,
E-ISSN:
2684-883X
ILMU ANTI-AGING MEDICINE DI KALANGAN GENERASI MUDA INDONESIA
DAN KOREA SELATAN: PERBANDINGAN PERSPEKTIF BUDAYA DAN
KESEHATAN
Imelda Audry Chandra
Universitas Indonesia, Indonesia
Abstrak
Peningkatan minat generasi muda terhadap ilmu anti aging menunjukkan perubahan besar
dalam perspektif tentang perawatan kecantikan dan penuaan. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk melihat bagaimana generasi muda di Indonesia dan Korea Selatan melihat dan
menggunakan teknologi anti-aging medicine, dengan penekanan khusus pada dampak budaya
dan kesehatan. Studi ini menggunakan metodologi kualitatif, yang mengumpulkan data
melalui kuesioner terbuka, diskusi kelompok fokus, dan wawancara mendalam. Orang-orang
muda di kedua negara, berusia antara 18 dan 30 tahun, dipilih untuk menunjukkan perspektif
dan kemajuan terbaru dalam bidang obat anti penuaan. Analisis tematik digunakan untuk
mengidentifikasi tema dan pola utama dalam data.Hasil menunjukkan bahwa, dibandingkan
dengan generasi muda Indonesia, generasi muda Korea Selatan lebih menyadari dan
menggunakan teknologi anti-aging. Di Korea Selatan, tekanan media sosial dan budaya
kecantikan yang kuat memengaruhi pilihan mereka untuk menggunakan produk dan prosedur
anti-aging canggih. Sebaliknya, di Indonesia, nilai-nilai budaya dan praktik tradisional lebih
mempengaruhi pendekatan anti-aging, dengan preferensi untuk produk berbasis bahan alami
dan perawatan holistik. Perbedaan perspektif ini menunjukkan pengaruh besar dari norma
sosial dan budaya dalam melakukan anti-aging. Di Indonesia, pilihan konsumsi dipengaruhi
oleh praktik tradisional dan nilai-nilai holistik, sementara di Korea Selatan, fokus pada
penampilan fisik dan kemajuan teknologi mendorong adopsi yang cepat.Kesimpulan:
Penelitian ini menunjukkan bagaimana budaya lokal mempengaruhi persepsi dan adopsi ilmu
anti agingg di dua negara yang berbeda. Industri anti-aging harus mempertimbangkan
preferensi pasar yang beragam saat membuat strategi pemasaran dan pengembangan produk.
Kata Kunci: Anti-aging medicine, generasi muda, Korea Selatan, Indonesia, budaya
perawatan kecantikan
Abstract
The increasing interest of the younger generation in anti-aging science shows a major change
in perspectives on beauty care and aging. The aim of this study was to see how young people
in Indonesia and South Korea perceive and use anti-aging medicine technology, with a
special emphasis on cultural and health impacts. The study uses a qualitative methodology,
which collects data through open-ended questionnaires, focus group discussions, and in-
depth interviews. Young people in both countries, aged between 18 and 30, were selected to
demonstrate the latest perspectives and advances in the field of anti-aging medicine. Thematic
analysis is used to identify key themes and patterns in the data. The results show that,
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 09, September 2024
Imelda Audry Chandra
6120 Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024
compared to the younger generation of Indonesia, the young generation of South Korea is
more aware of and uses anti-aging technology. In South Korea, strong social media and
beauty culture pressures influence their choice to use advanced anti-aging products and
procedures. In contrast, in Indonesia, traditional cultural values and practices influence the
anti-aging approach more, with a preference for natural ingredients-based products and
holistic treatments. This difference in perspective shows the great influence of social and
cultural norms in anti-aging. In Indonesia, consumption choices are influenced by traditional
practices and holistic values, while in South Korea, the focus on physical appearance and
technological advancements is driving rapid adoption. Conclusion: This study shows how
local culture influences the perception and adoption of anti-aging science in two different
countries. The anti-aging industry must consider diverse market preferences when creating
marketing strategies and product development.
Keywords: Anti-aging medicine, young generation, South Korea, Indonesia, culture, health,
beauty care
PENDAHULUAN
Anti-aging adalah perawatan kecantikan yang dirancang khusus untuk mengurangi
munculnya kerutan, garis halus, dan kulit kendur. Perawatan ini biasanya dilakukan pada
bagian tubuh yang paling rentan terhadap tanda-tanda awal penuaan, seperti wajah, leher, dan
tangan.Tergantung pada sejauh mana kondisi kulit mengalami penuaan, pilihan perawatan
anti-aging bisa berkisar dari produk yang dijual bebas, seperti krim dan losion, hingga
suntikan botox dan prosedur bedah yang sangat invasif, seperti facelift. Setiap pilihan
memiliki risiko tertentu. Itulah mengapa penting bagi pasien untuk berdiskusi secara
menyeluruh dengan dokter spesialis perawatan kulit dan anti-aging sebelum menjalani jenis
perawatan apa pun (Cam, 2024).
Dalam beberapa dekade terakhir, ilmu medis anti-aging telah mengalami kemajuan
besar dalam hal pencegahan dan perawatan penuaan. Konsep ini mencakup berbagai
teknologi dan terapi yang dimaksudkan untuk memperlambat atau membalikkan proses
penuaan dari segi fisiologis dan estetika (Hou et al., 2018). Perkembangan ini sangat
memengaruhi cara orang, terutama anak-anak, melihat dan mengadopsi ilmu anti-aging.
Industri kecantikan dan perawatan kulit Korea Selatan sangat maju dan dikenal secara
global karena tren dan inovasi kecantikan yang cepat berkembang (Halim & Kiatkawsin,
2021). Pasar anti-agingnya berkembang pesat, yang didorong oleh budaya kecantikan yang
kuat dan investasi besar dalam penelitian dan pengembangan produk anti-aging. Sebuah
penelitian oleh (Y. Kim, 2021) menunjukkan bahwa globalisasi dan media sosial telah
memperkuat pengaruh budaya kecantikan di kalangan generasi muda Korea Selatan,
menjadikannya sangat sadar dan aktif dalam mencari solusi anti-aging (Guo et al., 2022).
Sebaliknya, di Indonesia, meskipun minat terhadap anti-aging medicine meningkat,
faktor budaya yang berbeda sering memengaruhi adopsi dan pandangan masyarakat tentang
ilmu ini. Studi (Kara & Özgür, 2023) menemukan bahwa pandangan tentang kecantikan dan
penuaan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, sering dipengaruhi oleh norma dan prinsip
tradisional budaya yang lebih kental dibandingkan dengan di Korea Selatan. Ini mencakup
bagaimana nilai-nilai lokal mempengaruhi persepsi mereka tentang kecantikan dan penuaan,
dan seberapa terbuka mereka terhadap metode perawatan anti-aging modern.
Sikap dan penggunaan ilmu anti-aging dipengaruhi oleh perbedaan budaya di Indonesia
dan Korea Selatan. Di Korea Selatan, teknologi canggih sering dianggap sebagai solusi untuk
masalah penuaan, sementara di Indonesia, perawatan anti-aging mungkin lebih cocok dengan
Ilmu Anti-Aging Medicine di Kalangan Generasi Muda Indonesia dan Korea Selatan:
Perbandingan Perspektif Budaya dan Kesehatan
Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024 6121
metode dan produk tradisional (Smith et al., 2021). Dengan perbedaan ini, studi komparatif
sangat penting untuk mengetahui bagaimana pandangan budaya generasi muda tentang ilmu
anti-aging dibentuk.
Penelitian ini, berdasarkan temuan sebelumnya, bertujuan untuk mengidentifikasi dan
menganalisis bagaimana budaya mempengaruhi pandangan dan adopsi obat anti-aging di
kalangan generasi muda di Indonesia dan Korea Selatan. Melalui perbandingan perspektif
budaya dan kesehatan antara kedua negara, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi obat anti-aging
dan bagaimana metode ini dapat digunakan untuk mengurangi efek samping.
Tujuan Penelitian ini adalah menganalisis pandangan generasi muda Indonesia dan
Korea Selatan tentang ilmu anti-aging. Membandingkan perbedaan budaya yang
mempengaruhi pandangan dan adopsi ilmu anti-aging di kedua negara. Menilai dampak
perspektif budaya terhadap kesehatan dan praktik anti-aging di masing-masing negara.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih mendalam tentang pandangan budaya dan adopsi ilmu anti-aging medicine di kalangan
generasi muda (Creswell, 2019). Metode ini dipilih karena dapat menggali makna pribadi dan
subjektif dari pengalaman budaya seseorang. Subjek penelitian adalah generasi muda yang
tinggal di Indonesia dan Korea Selatan, yang berusia antara 18 dan 30 tahun. Kelompok usia
ini dipilih karena mereka lebih terlibat dalam tren kesehatan dan kecantikan dan lebih terbuka
terhadap inovasi perawatan anti-aging. Metode Pengumpulan Data melalui Wawancara,
Wawancara Mendalam: Wawancara semi-terstruktur akan dilakukan untuk mempelajari
perspektif, sikap, dan pengalaman individu terkait ilmu anti-aging medicine.Persepsi tentang
penuaan, perawatan kecantikan, dan pengaruh budaya akan dibahas melalui wawancara.
Diskusi Kelompok Fokus (Focus Group Discussion) (Hennink, 2013): Kelompok kecil di
masing-masing negara akan terlibat dalam diskusi kelompok fokus untuk mendapatkan
pandangan kolektif dan membandingkan perspektif peserta. Kuesioner Terbuka: Kuesioner
terbuka akan digunakan untuk mengumpulkan data tentang pendapat dan pengetahuan tentang
ilmu anti-aging medicine, serta faktor budaya yang mempengaruhi adopsi ilmu anti-aging
medicine tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ilmu Anti-Aging Medicine
Ilmu Anti-Aging Medicine berkonsentrasi pada cara untuk memperlambat atau
membalikkan proses penuaan dari segi fisiologis dan estetika. Finkel & Holbrook, (2000)
menjelaskan bahwa kemajuan dalam bidang ini mencakup berbagai metode, seperti terapi
gen, intervensi nutrisi, dan penggunaan obat farmakologis yang menargetkan jalur biologis
yang berkaitan dengan penuaan. Kennedy & Lamming, (2016) melakukan penelitian yang
menekankan peran penting yang dimainkan oleh mTOR (mechanistic target of rapamycin)
dalam proses penuaan, serta bagaimana pengaturan jalur ini dapat berdampak pada kesehatan
dan umur panjang. Perawatan anti-aging dalam industri kecantikan mencakup produk dan
teknologi yang bertujuan untuk mengurangi tanda-tanda penuaan seperti pigmentasi,
kehilangan elastisitas kulit, dan keriput (Finkel & Holbrook, 2000). Produk-produk ini sering
Imelda Audry Chandra
6122 Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024
dipromosikan dengan klaim ilmiah yang didasarkan pada penelitian dermatologi dan biologi
sel terbaru (J. Kim et al., 2013).
Perspektif Budaya terhadap Kecantikan dan Penuaan
Pandangan masyarakat tentang kecantikan dan penuaan sangat dipengaruhi oleh budaya
mereka. Pandangan tentang penuaan di Asia, termasuk Korea Selatan dan Indonesia, sering
dipengaruhi oleh standar budaya dan prinsip estetika unik, menurut (Kara & Özgür, 2023). Di
Korea Selatan, budaya kecantikan sangat kuat, dan penuaan sering dianggap sebagai masalah
yang dapat diselesaikan dengan teknologi dan inovasi) (B.-Y. Kim et al., 2021). .Lee dan (J.
Kim et al., 2013) menambahkan bahwa konsumen Korea Selatan cenderung lebih terbuka
terhadap produk dan prosedur anti-aging yang berbasis pada teknologi canggih.
Namun Sebaliknya, di Indonesia pandangan terhadap penuaan mungkin lebih
dipengaruhi oleh nilai-nilai tradisional dan praktik budaya. Sedangkan nilai-nilai dan praktik
budaya tradisional Indonesia mungkin lebih kentara pengaruhnya terhadap persepsi penuaan.
Choi (2019) menemukan bahwa kecantikan di Asia Tenggara sering dikaitkan dengan aspek
spiritual dan tradisional, sehingga mungkin lebih penting untuk mempertimbangkan
penggunaan produk anti-aging melalui pendekatan yang holistik dan alami. Nilai-nilai budaya
seperti menghormati usia dan pengalaman hidup dapat memengaruhi persepsi orang Indonesia
tentang penuaan dan perawatan anti-aging.
Generasi Muda dan Adopsi Anti-Aging Medicine
Di berbagai negara, generasi muda menunjukkan minat yang tinggi terhadap kesehatan
dan perawatan diri, termasuk obat anti penuaan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Smith (2018), globalisasi dan media sosial menyebabkan generasi muda menjadi lebih sadar
kesehatan dan estetika. Kim (2020) menekankan bahwa media sosial memainkan peran
penting dalam menyebarkan tren kecantikan, seperti produk anti-aging, ke generasi muda
Korea Selatan. Meskipun ada perbedaan budaya, fenomena ini juga terjadi di Indonesia. Studi
lebih lanjut oleh Lee dan Kim (2021) menemukan bahwa, didorong oleh standar kecantikan
yang tinggi, generasi muda Korea Selatan secara aktif mencari informasi dan mencoba
berbagai produk anti-aging.Di Indonesia, meskipun minat terhadap anti-aging medicine juga
ada, adopsinya mungkin lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya dan tradisional, serta
aksesibilitas produk dan informasi (Choi, 2019).
Perbandingan antara Korea Selatan dan Indonesia
Perspektif dan adopsi ilmu anti aging medicine di Korea Selatan dan Indonesia sangat
berbeda. Korea Selatan mengadopsi teknologi anti-aging modern lebih banyak daripada
Indonesia, karena industri kecantikannya yang sangat maju dan pengaruh budaya global (Lee
& Kim, 2021). Sebaliknya, Indonesia lebih konservatif dan mungkin menggabungkan metode
tradisional dengan pendekatan modern dalam perawatan anti-aging (Choi, 2019). Berbagai
variabel, seperti kemajuan teknologi, pandangan budaya, dan pengaruh generasi muda,
memengaruhi pandangan tentang obat anti penuaan. Penelitian saat ini menunjukkan bahwa
berbagai variabel memengaruhi pandangan tentang obat anti penuaan. Perbandingan antara
Korea Selatan dan Indonesia menunjukkan bagaimana budaya setempat memengaruhi
pandangan mereka tentang perawatan diri dan penuaan. Penelitian lebih lanjut diperlukan
untuk memahami bagaimana faktor-faktor ini berinteraksi satu sama lain dan bagaimana
mereka mempengaruhi adopsi ilmu anti-aging di kedua negara tersebut.
Ilmu Anti-Aging Medicine di Kalangan Generasi Muda Indonesia dan Korea Selatan:
Perbandingan Perspektif Budaya dan Kesehatan
Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024 6123
Pandangan Kaum Muda di Korea Selatan
Tingkat Kesadaran dan Adopsi: Menurut penelitian, remaja Korea Selatan sangat
menyadari produk dan teknologi anti-aging. Sebagian besar orang yang menjawab
mengatakan bahwa mereka menggunakan produk anti-aging, seperti krim, serum, dan masker
yang mengandung peptida, asam hialuronat, dan retinol. Banyak orang juga sering menjalani
prosedur estetika seperti injeksi botox dan perawatan laser.
Pengaruh Media Sosial dan Budaya Kecantikan: Perkembangan budaya kecantikan
Korea Selatan sangat berkontribusi pada adopsi teknologi anti-aging. Influencer kecantikan
dan media sosial memainkan peran penting dalam mempromosikan produk baru. Responden
mengatakan mereka sering mengikuti rekomendasi dari influencer kecantikan dan tren global
yang muncul di situs web seperti Instagram dan YouTube. Studi Kim (2020) menemukan
bahwa media sosial mempercepat penyebaran tren kecantikan.
Norma Sosial dan Tekanan Kecantikan: Menurut penelitian, ada tekanan sosial yang
besar untuk tetap tampan dan menarik. Kesuksesan sosial dan profesional ditunjukkan oleh
budaya Korea Selatan, yang mendorong generasi muda untuk berinvestasi dalam produk dan
teknologi anti-aging (Lee & Kim, 2021).
Pandangan Kaum Muda di Indonesia
Tingkat Kesadaran dan Adopsi Produk Anti-Aging: Dibandingkan dengan Korea
Selatan, Indonesia lebih sadar akan produk anti-aging. Meskipun ada minat yang meningkat,
produk anti-aging biasanya menggunakan bahan alami seperti minyak esensial dan ekstrak
tanaman. Teknik canggih seperti perawatan laser dan prosedur kosmetik invasif masih kurang
diminati oleh generasi muda.
Pengaruh Budaya dan Nilai Tradisional: Pandangan orang Indonesia tentang penuaan
dan perawatan anti-aging lebih dipengaruhi oleh nilai-nilai dan praktik budaya tradisional.
Banyak orang yang menjawab menunjukkan bahwa mereka memilih produk yang
menggabungkan metode alami dan tradisional dengan teknologi modern. Misalnya,
menggunakan pijat wajah dan masker wajah yang terbuat dari bahan alami Pandangan ini
mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dan kesehatan, menurut Choi (2019).
Penekanan pada Kesehatan Holistik: Orang-orang di Indonesia sering melihat
perawatan anti-aging sebagai bagian dari pendekatan yang lebih holistik terhadap kesehatan
dan kesejahteraan karena mereka percaya bahwa penuaan adalah proses alami yang harus
diterima. Perawatan anti-aging dianggap sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas
hidup secara keseluruhan, bukan hanya untuk memperbaiki penampilan fisik.
Perbandingan Pandangan terhadap Anti-Aging Medicine
Korea Selatan: Studi menunjukkan bahwa generasi muda lebih banyak menggunakan
produk dan teknologi anti-aging. Ini dipengaruhi oleh budaya kecantikan yang kuat dan
tekanan sosial untuk memenuhi standar kecantikan tinggi. Influencer kecantikan dan media
sosial sangat membantu menyebarkan berita tentang produk dan teknologi anti-aging terbaru.
Fokus budaya pada penampilan dan inovasi teknologi mencerminkan kecenderungan ini
(Kim, 2020; Lee & Kim, 2021).
Indonesia: Sebaliknya, di Indonesia, meskipun minat terhadap anti-aging medicine
meningkat, adopsi teknologi canggih belum sebesar di Korea Selatan. Pandangan tentang
penuaan lebih sesuai dengan prinsip dan praktik budaya tradisional. Banyak orang memilih
produk anti-aging yang terbuat dari bahan alami dan mempertimbangkan spiritualitas dan
kesehatan secara keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa nilai-nilai lokal dan budaya sangat
memengaruhi pandangan orang tentang obat anti penuaan (Choi, 2019).
Imelda Audry Chandra
6124 Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024
Pengaruh Budaya terhadap Sikap dan Adopsi
Budaya Korea Selatan: Karena budaya kecantikan Korea Selatan yang sangat
menekankan penampilan yang muda dan menarik, generasi muda di negara itu dengan cepat
mulai menggunakan teknologi anti-aging. Pengaruh tekanan sosial dan media sosial
memengaruhi keputusan mereka untuk menggunakan barang dan jasa yang dianggap dapat
memperlambat penuaan. Studi (Dewi, 2024) menekankan peran media sosial dalam
mempopulerkan produk kecantikan.
Budaya Indonesia: Nilai-nilai budaya yang lebih luas memengaruhi cara orang
Indonesia melihat penuaan. Ditunjukkan bahwa pendekatan yang mengutamakan
keseimbangan antara teknologi dan tradisi memiliki dampak yang signifikan pada cara
generasi muda melihat dan menggunakan produk anti-aging. Pilihan produk dan metode
perawatan yang digunakan dipengaruhi oleh nilai lokal dan integrasi dengan praktik
tradisional (Choi, 2019).
Implikasi untuk Industri dan Praktik Anti-Aging
Korea Selatan: Untuk industri anti-aging Korea Selatan, sangat penting untuk terus
mengikuti tren terbaru dalam produk kecantikan dan teknologi. Untuk menarik pelanggan,
penggunaan media sosial dan platform online sangat penting. Perusahaan harus terus
membuat produk baru yang memenuhi standar kecantikan tinggi (Nurisyah et al., 2021).
Indonesia: Ada peluang untuk mengembangkan produk anti-aging yang
menggabungkan teknologi kontemporer dengan bahan-bahan alami dan tradisional. Untuk
mendorong adopsi produk anti-aging, strategi pemasaran yang menekankan keuntungan
secara keseluruhan dan relevansi dengan nilai-nilai lokal dapat berhasil. Menurut Choi (2019),
industri harus membuat produk yang memenuhi kebutuhan pasar dengan mempertimbangkan
preferensi lokal dan praktik kecantikan tradisional.
KESIMPULAN
Dengan demikian, studi ini pada dasarnya mengungkap bahwa penelitian ini
menunjukkan bahwa generasi muda di Korea Selatan dan Indonesia memiliki perspektif yang
berbeda tentang penggunaan obat anti penuaan. Perbedaan ini menunjukkan bagaimana norma
sosial, budaya, dan nilai-nilai lokal mempengaruhi keputusan individu tentang perawatan anti-
aging. Dengan memahami perbedaan ini, industri anti-aging dapat membuat strategi
pemasaran dan pengembangan produk yang lebih sesuai dengan konteks budaya masing-
masing negara untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi pasar yang beragam.
BIBLIOGRAFI
Cam, G. (2024). Exploring Young People’s Understandings of Health and Healthy Lifestyles:
A Qualitative Investigation. Open Access Te Herenga Waka-Victoria University of
Wellington.
Creswell, J. W. (2019). Research design: Pendekatan metode kualitatif, kuantitatif dan
campuran.
Dewi, M. (2024). Pengaruh Brand Awareness dan Brand Ambassador terhadap keputusan
pembelian produk Pond’s: Studi kasus pada masyarakat di kota Bandung. UIN Sunan
Gunung Djati Bandung.
Finkel, T., & Holbrook, N. J. (2000). Oxidants, oxidative stress and the biology of ageing.
Ilmu Anti-Aging Medicine di Kalangan Generasi Muda Indonesia dan Korea Selatan:
Perbandingan Perspektif Budaya dan Kesehatan
Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024 6125
Nature, 408(6809), 239247. https://doi.org/10.1038/35041687
Guo, X., Luo, J., Qi, J., Zhao, X., An, P., Luo, Y., & Wang, G. (2022). The role and
mechanism of polysaccharides in anti-aging. Nutrients, 14(24), 5330.
Halim, T. M., & Kiatkawsin, K. (2021). Beauty and celebrity: Korean entertainment and its
impacts on female Indonesian viewers’ consumption intentions. Sustainability, 13(3),
1405.
Hennink, M. M. (2013). Focus group discussions. Oxford University Press.
Hou, A., Chen, P., Tang, H., Meng, H., Cheng, X., Wang, Y., Zhang, Y., & Peng, J. (2018).
Cellular senescence in osteoarthritis and anti-aging strategies. Mechanisms of Ageing
and Development, 175, 8387.
Kara, M., & Özgür, F. F. (2023). Perception of beauty in different cultures. In Beauty, Aging,
and AntiAging (pp. 1119). Elsevier.
Kennedy, B. K., & Lamming, D. W. (2016). The mechanistic target of rapamycin: the grand
conducTOR of metabolism and aging. Cell Metabolism, 23(6), 9901003.
Kim, B.-Y., Kang, S. M., Kang, J.-H., Kang, S. Y., Kim, K. K., Kim, K.-B., Kim, B., Kim, S.
J., Kim, Y.-H., & Kim, J.-H. (2021). 2020 Korean Society for the Study of Obesity
guidelines for the management of obesity in Korea. Journal of Obesity & Metabolic
Syndrome, 30(2), 81.
Kim, J., Han, W., Kim, D., & Paramita, W. (2013). Is beauty in the eye of the beholder?
Gender and beauty in the cosmetics sector: A comparative study of Indonesia and
Korea. Marketing Intelligence & Planning, 31.
https://doi.org/10.1108/02634501311312035
Kim, Y. (2021). Introduction: Popular culture and soft power in the social media age. In The
Soft Power of the Korean Wave (pp. 138). Routledge.
Nurisyah, N. N., Asikin, A., & Dewi, R. (2021). Pelatihan Pembuatan Krim Dari Ekstrak
Kulit Jeruk Nipis Dan Cangkang Telur Ayam Serta Penyuluhan Tentang Kosmetik
Berbahaya. Jurnal Pengabdian Kefarmasian, 2(2).
Smith, A., Byrne, B., Garratt, L., & Harries, B. (2021). Everyday aesthetics, locality and
racialisation. Cultural Sociology, 15(1), 91112.
Copyright holder:
Imelda Audry Chandra (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: