Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�����
Vol. 2, No. 7, Juli 2020
PURCHASE INTENTION PADA PRODUK SKINCARE
Riska, Kokom Komariah dan Dicky Jhoansyah
Universitas
Muhammadiyah Sukabumi
Email: [email protected],
[email protected] dan [email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan content
marketing dan brand awareness dalam membentuk purchase intention. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode asosiatif dengan
pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan probability sampling dengan menggunakan sample random sampling, dan
dalam hal ini yang menjadi sample followers instagram Dr.Metz Skincare yaitu
sebanyak 350 orang. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
regresi linear berganda, termasuk uji koefisien determinasi, koefisien kolerasi
ganda, dan uji secara simultan (uji F). Hasil penelitian, menggunakan uji
koefisien determinasi dilihat dari nilai (Adjusted R2 ) sebesar 0,542, hal ini
diartikan bahwa pengaruh content marketing dan brand awareness dalam membentuk
purchase intention sebesar 54,2%, sisanya 45,8% dipengaruhi oleh faktor lainnya
yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Dari hasil uji koefisien korelasi
ganda dapat dilihat nilai R sebesar 0,736, menunjukan adanya hubungan yang kuat
antara content marketing dan brand awareness dalam membentuk purchase
intention. Berdasarkan hasil uji F nilai probabilitas sig. 0,00 < 0,05 yang
berarti bahwa secara parsial content marketing (X1) mempunyai pengaruh secara
signifikan terhadap purchase intention (Y) dan brand awareness (X2) mempunyai
pengaruh secara signifikan terhadap purchase intention (Y).
Kata kunci: Content Marketing; Brand Awareness; Purchase Intention
Pendahuluan
Penelitian mengenai purchase
intention ini telah banyak dilakukan, diantaranya pada industri kuliner (Eliasari & Sukaatmadja, 2017), industri jasa design (Akbar & Maharani, 2019) dan masih banyak lagi.
Pertumbuhan kosmetik dari tahun ke tahun mengalami kenaikan
yang sangat pesat, nilai transaksi kosmetik sangat besar, di Indonesia jumlah
industri kosmetik meningkat hingga 153 perusahaan sehingga total sekarang
mencapai lebih dari 760 perusahaan (Kabarbisnis, 2020). Walaupun selama ini
konsumen dari produk kosmetik adalah wanita, beberapa tahun teakhir anggapan
tersebut berubah, karena telah banyak konsumen pria yang juga sadar akan
penampilan dan membutuhkan kosmetik yang khusus untuk pria. Hal tersebut
menjadikan Indonesia sebagai salah satu pasar yang cukup potensial dalam
industri kosmetik (Maulany, 2017).
Kementrian perindustrian yang dilansir dari kabarbisnis.com
pada tanggal 14 November 2019 menyatakan bahwa nilai ekspor industri kosmetik
tumbuh sebesar 29,8 persen dan menjadi US$677 juta pada tahun 2018 dibandingkan
pada tahun sebelumnya hanya US$521 juta, salah satu varian dari kosmetik yakni
produk perawatan kulit (skincare). Untuk produk anti penuaan (anti aging) saja,
nilainya 25 juta US Dollar pada tahun 2013 dengan pertumbuhan di angka 5% per
tahun dan pada tahun 2019 mencapai angka 32 juta US Dollar. (Adevnatural.com,
2019).
Berdasarkan data yang dilansir dari (Kata Data, 2018)
menyatakan bahwa kecantikan dan pakaian merupakan barang dan jasa yang banyak
diminati oleh masyarakat. Skincare pun telah menjadi tren bagi kalangan
milenial (Sunarti, Wibowo, & Utami, 2019). Tren industri kecantikan
tidak berhenti hanya dengan tren yang meningkat dalam mengenakan makeup yang
bagus. Kekhawatiran memiliki kulit yang sehat, tanpa cacat, dan indah
mendapatkan perhatian publik baru-baru ini dan menarik konsumen untuk mencoba menggunakan
produk perawatan kulit. Hal ini menjadi kebutuhan primer bagi setiap konsumen (Pangastuti, 2017).
Semakin banyak brand perawatan kulit (Skincare) yang beredar
di Indonesia menyebabkan persaingan yang ketat dalam industry skincare,
sehingga perusahaan berupaya keras untuk dapat mempertahankan pangsa pasar yang
sudah dikuasai atau dapat memperluas pangsa pasar (Finna Anastasia Wijaya & Sugiharto, 2015). Meskipun brand perawatan
kulit terus meningkat namun hal ini tidak dapat menutup kemungkinan kurangnya
minat beli pada produk skincare.
Permasalahan yang sering dihadapi oleh pelaku bisnis
kecantikan yaitu pada purchase intention
(minat beli). Strategi perusahaan yang dilakukan oleh kebanyakan industri kecantikan
belum optimal dalam menarik konsumen untuk melakukan pembelian ataupun
melakukan perawatan. Sehingga perusahaan harus membuat konten yang sangat
menarik agar bisa menginspirasi konsumen pada konten tersebut. Konsumen yang
telah merasakan adanya suatu kebutuhan perlu dipuaskan, sehingga konsumen akan
segera mencari informasi yang lebih banyak lagi. Jika informasi telah
didapatkan, maka konsumen akan dihadapkan pada berbagai alternatif pilihan dan
konsumen harus mengidentifikasi dan mengevaluasi alternatif pilihan tersebut (Ilmalana, 2012).
Berdasarkan penjelasan di atas maka tujuan dalam penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh kekuatan content marketing dan brand
awareness terhadap purchase
intention.
Di era digital ini isi konten dari sebuah pesan sangatlah
penting. Menurut Kucuk & Krishnamhurty dalam (Limandono, 2017) content
marketing dapat menarik konsumen dengan menciptakan suatu engagement antara konsumen melalui sharing
content dan kreatifitas suatu isi konten dengan isi yang mampu menjadi inspirasi
bagi calon konsumen suatu perusahaan. Content
marketing didefinisikan sebagai pendekatan pemasaran yang melibatkan
pembuatan, proses pengumpulan informasi yang relevan (kurasi), pendistribusian,
dan penguatan konten yang menarik, relevan, dan berguna bagi kelompok audiensi
yang terdefinisi dengan jelas secara berurutan untuk menciptakan percakapan
mengenai konten (Kotler, Kartajaya, & Setiawan, 2017).
Menurut (Karr, 2016) terdapat lima yang dijadikan sebagai variabel kesuksesan content marketing :
1.
Reader Cognition
Suatu tanggapan dari suatu customer mengenai isi konten suatu perusahaan apakah konten tersebut mudah dipahami maupun dicerna termasuk interaksi visual, audible, maupun kinesthetic diperlukan untuk menjangkau semua pembaca.
2.
Sharing Motivation
Suatu hal yang sangat penting di dalam dunia sosial ini. Ada beberapa alasan suatu perusahaan berbagi konten. Selain untuk meningkatkan value perusahaan, menciptakan identitas perusahaan, namun juga untuk memperluas jaringan pasar mereka.
3. Persusassion
Dimana suatu konten dapat menarik konsumen untuk datang dan terdorong untuk menjadi customer.
4. Decision Making
Setiap individu memiliki hak untuk mengambil suatu keputusan. Terkadang suatu keputusan dipengaruhi oleh kepercayaan terhadap suatu perusahaan, fakta yang ada, serta emosi yang timbul.
5. Factors
Faktor�faktor lain juga turut mempengaruhi konten yang disajikan seperti perusahaan, teman maupun keluarga
Brand Awareness merupakan kemampuan sebuah merek untuk muncul
dalam benak konsumen ketika mereka sedang memikirkan
kategori produk tertentu dan seberapa mudahnya nama tersebut
dimunculkan. Mencapai
brand awareness adalah tantangan utama bagi merek
baru dan mempertahankan tingkat kesadaran akan merek yang tinggi adalah tugas
yang harus dihadapi oleh semua merek (Noviany Wijaya & Dharmayanti, 2014).
Brand Awareness menurut� Kotler dalam (Kom, 2018) terdiri dari beberapa pengertian, yaitu:
1.
Top of Mind (puncak pikiran)�
Top of mind menggambarkan merek
(brand) yang pertama kali diingat responden saat mereka ditanya mengenai suatu
produk.
2.
Brand Recall (pengingatan
kembali)�
Pengingatan kembali merek (brand)
yang mencerminkan merek-merek apa yang diingat responden setelah menyebutkan
merek (brand) yang pertama kali
disebut.�
3.
Brand Recognition (pengenalan
merek)�
Pengukuran kesadaran merek (brand awareness) responden dimana kesadarannya diukur dengan
diberikan bantuan.
4.
Unaware of Brand (tidak menyadari
keberadaan merek)
Pengukuran ini dilakukan dengan observasi terhadap pertanyaan pengenalan
kesadaran merek (brand awareness)
sebelumnya dengan melihat responden.
Purchase intention (niat beli) dapat
didefinisikan sebagai langkah-langkah kemungkinan pelanggan atau konsumen
melakukan pembelian merek atau berpindah pada merek lain melalui pertimbangan
tertentu (Kotler & Keller, 2009). Kebutuhan individu dapat
dirangsang dari dalam atau dari luar individu. Rangsangan dari dalam merupakan
kebutuhan seperti rasa lapar dan haus, sedangkan rasa lapar dari luar seperti
iklan, mengagumi suatu produk dan tertarik pada suatu produk (Amstrong, 2010).
Pengukuran niat beli pada penelitian ini menggunakan pernyataan dalam (Seftian, 2018) dalam
pengukuran niat beli, sehingga dimensi yang digunakan adalah:�
1.
Action, konsumen tertarik untuk membeli.
2.
Target,
pada dimensi ini konsumen tertarik membeli karena manfaat yang ada pada produk.�
3.
Context, tertarik membeli karena terinspirasi dan merasa yakin dengan content
marketing yang dipublikasikan.
4.
Time, tertarik membeli dimasa yang akan datang.
��������������
���������������������������������������������
����������������������������������������������
�����������
Sumber: Data diolah
oleh penulis 2020
Gambar 1 Model
Penelitian
Keterangan
:
Variabel
X1��� = Content Marketing
Variabel
X2��� = Brand Awareness
Variabel
Y����� = Purchase Intention
ɛ�����������������
���= faktor lain dalam penelitian
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Dr. Metz Skincare
Sukabumi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
dengan pendekatan asosiatif. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan probability sampling
dengan menggunakan sample random sampling,
dan dalam hal ini yang menjadi sample adalah followers instagram Dr.Metz
Skincare, dimana peneliti menyebarkan kuesioner kepada 350
responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi
linear berganda, termasuk uji koefisien determinasi, koefisien kolerasi ganda,
dan uji secara parsial (uji T).
Hasil
dan Pembahasan
A. Hasil
1. Hasil Analisis
Regresi Linear Berganda
Analisis regresi
linear berganda digunakan oleh peneliti, untuk meneliti suatu pengaruh dari
beberapa variabel yang berkolerasi dengan variabel lain yang akan diuji. Dari
hasil regresi linear berganda ini dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized
Coefficients |
Standardized
Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std.
Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
2.795 |
.503 |
|
5.558 |
.000 |
Content
Marketing |
.304 |
.040 |
.464 |
7.521 |
.000 |
|
Brand
Awareness |
.282 |
.056 |
.309 |
5.001 |
.000 |
|
a. Dependent Variable: Purchase
Intention |
Sumber : Data
Primer (Kuesioner), 2020
Dari output uji
regresi linear berganda di atas, maka dapat diperoleh persamaan sebagai berikut
:
Y = 2,795 + 0,304 X1 + 0,282 X2
2. Koefisien
Determinasi (R2)
Tabel 2
Hasil Koefisien Determinasi
Model Summary |
||||
Model |
R |
R
Square |
Adjusted
R Square |
Std.
Error of the Estimate |
1 |
.736a |
.542 |
.540 |
2.41672 |
a. Predictors: (Constant), Brand
Awareness, Content Marketing |
Sumber : Data
Primer
(Kuesioner), 2020
Hasil tabel 2 di atas
menunjukkan besarnya nilai adjusted R2 yaitu 0,542; maka hal ini menunjukan
54,2% variabel purchase intention
dapat dijelaskan oleh kedua variabel independen yaitu content marketing dan brand
awareness. Sementara 45,8% berasal dari faktor� yang tidak diteliti dalam penelitian.
3. Koefisien Kolerasi
Ganda
Tabel 3
Hasil Koefisien
Kolerasi Ganda
Model Summary |
||||
Model |
R |
R
Square |
Adjusted
R Square |
Std.
Error of the Estimate |
1 |
.736a |
.542 |
.540 |
2.41672 |
a. Predictors: (Constant), Brand
Awareness, Content Marketing |
Sumber : Data
Primer (Kuesioner), 2020
Hasil tabel 3 di atas
menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh angka R sebesar 0,736 hasil ini berada
pada kategori 0,60 � 0,799. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang kuat
antara content marketing dan brand awareness dengan purchase intention.
4. Uji Signifikasi
Secara Parsial (Uji T)
Tabel 4
Hasil Uji T
Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized
Coefficients |
Standardized
Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std.
Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
2.795 |
.503 |
|
5.558 |
.000 |
Content
Marketing |
.304 |
.040 |
.464 |
7.521 |
.000 |
|
Brand
Awareness |
.282 |
.056 |
.309 |
5.001 |
.000 |
|
a. Dependent Variable: Purchase
Intention |
Sumber : Data Primer (Kuesioner),
2020
Hasil tabel 4 di atas
menunjukkan bahwa hasil uji T yang telah dilakukan pada variabel� content
marketing menghasilkan nilai dengan sig. 0,000 < 0,05; nilai Thitung
7,521> Ttabel 1,967. Artinya bahwa content
marketing secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap purchase intention, dan variabel� brand awareness
menghasilkan nilai dengan sig. 0,000 < 0,05; nilai Thitung 5,001> Ttabel
1,967. Artinya bahwa brand awareness
secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap purchase intention.
B. Pembahasan
1. Hasil Uji Hipotesis
Content marketing secara parsial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap purchase
intention. Hal ini berdasarkan hasil pengujian t pada content marketing yang menghasilkan nilai dengan sig. 0,000 <
0,05; nilai Thitung 7,521> Ttabel 1,967, maka dapat disimpulkan bahwa Ha
diterima dan H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa content marketing yang ada pada Dr. Metz Skincare memberikan nilai
positif dalam mempengaruhi purchase
intention.
Brand awareness secara parsial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap purchase
intention. Hal ini berdasarkan hasil pengujian t pada brand awareness yang menghasilkan nilai dengan sig. 0,000 <
0,05; nilai Thitung 5,001> Ttabel 1,967, maka dapat disimpulkan bahwa Ha
diterima dan H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa brand awareness yang ada pada Dr. Metz Skincare memberikan nilai
positif dalam mempengaruhi purchase intention.
2. Pengaruh Content Marketing (X1) terhadap Purchase Intention (Y)
Berdasarkan hasil
analisis data yang didapat pada uji t content
marketing (X1) terhadap purchase
intention (Y). Hal ini berdasarkan hasil pengujian t pada content marketing menunjukkan bahwa
nilai Thitung sebesar 7,521 dengan taraf signifikan 0,05 diperoleh nilai
sebesar 1,967. Hasil signifikasi yang diperoleh 0,000 > 0,05; nilai Thitung
7,521> Ttabel 1,967 maka (X1) terhadap (Y) signifikan. Dari hasil yang
diperoleh dapat� disimpulkan bahwa content
marketing berpengaruh signifikan terhadap purchase intention. Hal
ini menunjukkan bahwa ketika konten
tersebut mudah dipahami maupun dicerna termasuk interaksi visual, audible,
maupun kinesthetic diperlukan untuk menjangkau semua pembaca serta
konten dapat menarik konsumen untuk datang dan terdorong untuk menjadi konsumen
maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap purchase intention.
3. Pengaruh Brand
Awareness (X2) terhadap Purchase Intention (Y)
Berdasarkan hasil
analisis data yang didapat pada uji t brand awareness (X2) terhadap purchase
intention (Y). Hal ini berdasarkan hasil pengujian t pada brand
awareness menunjukkan bahwa nilai Thitung
sebesar 5,001 dengan taraf signifikan 0,05 diperoleh nilai sebesar 1,967. Hasil
signifikasi yang diperoleh 0,000 > 0,05; nilai Thitung 5,001> Ttabel
1,967 maka (X1) terhadap (Y) signifikan. Dari hasil yang diperoleh dapat� disimpulkan bahwa brand awareness
berpengaruh signifikan terhadap purchase intention. Hal ini menunjukkan
bahwa merek (brand) yang pertama kali diingat responden saat mereka
ditanya mengenai suatu produk dan merek terdapat pada benak konsumen maka akan
mempengaruhi purchase intention.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji koefisien determinasi dilihat dari nilai
(Adjusted R2 ) sebesar
0,542, hal ini diartikan bahwa pengaruh content marketing dan brand awareness dalam membentuk purchase
intention sebesar 54,2%, sisanya 45,8% dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Dari hasil uji koefisien korelasi ganda dapat dilihat nilai
R sebesar 0,736, menunjukkan
adanya hubungan yang kuat antara content marketing dan brand awareness dalam
membentuk purchase intention. Secara parsial content marketing (X1) mempunyai pengaruh
secara signifikan terhadap purchase intention (Y) dan brand
awareness (X2)
mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap purchase intention (Y).
BIBLIOGRAFI
Akbar, Akhmad Fauzi,
& Maharani, Nina. (2019). Pengaruh Content Marketing terhadap Minat Beli
Konsumen pada Jasa Kreatif Yours Bandung.
Amstrong,
Michael. (2010). Human resources management. Great Britain and The United
States: Kogan Page Limited.
Eliasari,
Putu Ratih Arta, & Sukaatmadja, I. Putu Gde. (2017). Pengaruh Brand
Awareness terhadap Purchase-intention Dimediasi oleh Perceived-quality
Dan-brand-loyalty. E-Jurnal Manajemen, 6(12), 6620�6650.
Ilmalana.
(2012). Analisis Motivasi Konsumen Online Dalam Melakukan Impulse Buying
Pada Transaksi C2c Commerce ( Studi Pada Forum Jual Beli Kaskus ) Melakukan
Impulse Buying Pada Transaksi C2c Commerce ( Studi pada Forum Jual Beli Kaskus
).
Karr,
Douglass. (2016). How to Map Your Content to Unpredictable Customer Journeys.
Kom,
Jurnal Media. (2018). Pengaruh content marketing terhadap pembentukan brand
awareness pada kalbis institute. (2), 45�57.
Kotler,
Philip, Kartajaya, Hermawan, & Setiawan, IWAN. (2017). Marketing 4.0:
Moving from Traditional to Digital. In Marketing 4.0: Moving from
Traditional to Digi. https://doi.org/10.1515/9783110258394.189
Kotler,
Philip, & Keller, Kevin Lane. (2009). Manajemen pemasaran Jilid 1. In Jakarta.
Limandono,
Johan Ardi. (2017). Pengaruh Content Marketing dan Event Marketing Terhadap
Customer Engagement Dengan Sosial Media Marketing Sebagai Variabel Moderasi Di
Pakuwon City. Jurnal Strategi Pemasaran, 5(1), 11.
Maulany,
Soesanty. (2017). Analisis Green Product Terhadap Nilai Pelanggan Dan Dampaknya
Pada Repurchase Intention Konsumen Sariayu Di Yogya Department Store Jalan
Kepatihan Bandung. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(4),
117�132.
Pangastuti,
R. L. (2017). Pangastuti, R. L. (2017). The Influence of Experiential
Marketing And Service Quality For being Reasonability of Customers Loyality
Forming ( Case Study of Beauty Saloon of London Beauty Center � LBC � ), 2(2),
198�213.
Seftian,
Jefry. (2018). Pengaruh Celebrity Endorsement (Raisa Andriana) Terhadap
Purchase Intention Dengan Brand Image Sebagai Variabel Intervening Pada Produk
Oppo Smartphone.
Sunarti,
Wibowo, Edi, & Utami, Setyaningsih Sri. (2019). Pengaruh Beauty Vlogger
Terhadap Minat Beli Produk Kosmetik Wardah Dengan Citra Merek Sebagai Variabel
Mediasi (Survei Pada Mahasiswi Universitas Slamet Riyadi Surakarta). Jurnal
Ekonomi Dan Kewirausahaan, 19(4), 578�589.
Wijaya,
Finna Anastasia, & Sugiharto, Sugiono. (2015). Pengaruh Celebrity
Endorsementterhadap Purchase Intention Denganbrand Image Sebagai Variabel
Intervening (Studi Kasus Iklan Produk Perawatan Kecantikan Pond�S). Jurnal
Manajemen Pemasaran, 9(1), 16�22.
https://doi.org/10.9744/pemasaran.9.1.16-22
Wijaya,
Noviany, & Dharmayanti, Diah. (2014). Analisa Efektivitas Iklan Kosmetik
Wardah Dengan Menggunakan Consumer Decision Model (Cdm). Jurnal Manajemen
Pemasaran Petra, 2(1).