Jorry S. Koloay, Cecep, Miknamara
6080 Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024
sebagai bagian penting dari ideologinya. Estafet kepemimpinan selanjutnya dipegang oleh
Ayatollah Ali Khamenei yang bahkan menyebut Israel sebagai “tumor kanker” yang pasti
akan dicabut dan dihancurkan. Sejak saat itu, Israel dan Iran terlibat dalam perang proxy dan
saling menyerang aset masing-masing selama bertahun-tahun dengan menggunakan kekuatan
ketiga seperti Hamas, Hizbullah, Houthi dan kelompok militer lainnya. Israel memiliki
kepercayaan bahwa Iran merupakan ancaman nyata sebagaimana dibuktikan oleh retorika
Teheran dengan pembentukan dan membina faksi-faksi bersenjata tersebut di seluruh Timur
Tengah yang dapat mengancam pertahanan dan keamanan Israel (Chan et al., 2019; Kurniadi,
2016).
Fenomena retaliasi antara Israel dan Iran memuncak pada tahun 2024 ini, tepatnya pada
tanggal 1 April 2024 ketika Israel melakukan serangan mematikan terhadap komplek konsulat
Iran di Damaskus, Syria. Serangan tersebut menewaskan sejumlah perwira militer Iran,
termasuk komandan senior Pasukan Quds Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Jenderal
Mohammad Reza Zahedi. Pada tanggal 13 April 2024, Iran melakukkan serangan balasan
dengan menembakkan lebih dari 300 drone, cruise missile dan rudal balistik ke wilayah Israel.
Melalui serangan tersebut, Iran memberi pesan bahwa mereka mampu menyerang secara
langsung ke jantung pertahanan Israel dan Iran menyebutnya dengan Operation True Promise
(Operasi Janji Sejati) (Long, 2014). Juru bicara Israel Defend Force (IDF), Rear Admiral
Daniel Hagari mengeluarkan pernyataan bahwa 99% serangan udara Iran dapat dilumpuhkan
oleh sistem pertahanan udara Israel. Hal ini juga tidak terlepas dari adanya bantuan sistem
pertahanan Amerika Serikat dan sistem pertahanan Yordania yang menembak jatuh drone,
cruise missile dan rudal balistik Iran yang melintas di wilayah udaranya (Rahmatulummah &
Resky, 2024). Namun demikian serangan Iran ke wilayah Israel menyebabkan kerusakan
pangkalan militer yang terletak di bagian wilayah Israel selatan. Serangan Iran terhadap Israel
merupakan yang pertama diluncurkan meskipun antara kedua negara sudah bermusuhan
selama puluhan tahun sejak terjadinya revolusi Islam di Iran pada tahun 1979 (Pikoli, 2021).
Selanjutnya pada tanggal 19 April 2024, terjadi serangan udara balasan Israel ke Isfahan
wilayah Iran yang terdapat bandara militer, reaktor nuklir dan industri drone Iran yang diduga
kuat serangan tersebut dilakukan oleh Israel.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali dan menganalisis fenomena retaliasi yang
berlarut-larut antara Israel dan Iran, yang berkontribusi pada eskalasi ketegangan
kawasan/regional yang dapat berpotensi menuju konflik yang lebih meluas. Konflik terbuka
antara kedua negara ini memunculkan ketertarikan dari negara-negara besar seperti Amerika
Serikat, Rusia, dan China beserta aliansi mereka, yang dapat mempengaruhi dinamika konflik
dan bahkan memicu ancaman terhadap stabilitas global, termasuk potensi terjadinya perang
dunia ketiga. Kepentingan besar dari negara-negara ini mendorong mereka untuk
menunjukkan pengaruhnya baik secara langsung maupun tidak langsung di kawasan regional
tersebut. Analisis yang mendalam terhadap konflik ini tidak hanya memberikan wawasan
mendalam bagi pihak-pihak terkait, tetapi juga menjadi topik pembelajaran yang penting bagi
TNI dalam upaya mereka menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI, serta merumuskan strategi
keamanan nasional yang efektif.
METODE PENELITIAN
Untuk mencapai tujuan penelitian ini maka peneliti menggunakan Penelitian Kualitatif
(Saleh, 2017). Mengumpulkan dan menganalisis data dari berbagai sumber untuk memahami
retorika, strategi, dan sikap kedua belah pihak dalam konflik ini. Ini mencakup analisis
retorika politik, pernyataan resmi, dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Israel dan Iran
serta reaksi dari negara-negara besar lainnya. Metode ini melibatkan wawancara mendalam,