How to cite:
Arie Prasetyowati (2024) Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan Kader Posyandu dalam
Pengukuran Antropometri Sebagai Upaya Deteksi Dini Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas, (06)
09,
E-ISSN:
2684-883X
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN KADER
POSYANDU DALAM PENGUKURAN ANTROPOMETRI SEBAGAI UPAYA
DETEKSI DINI STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
Arie Prasetyowati
Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, Indonesia
Abstrak
Berdasarkan data pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM), angka
stunting di wilayah kerja Puskesmas mungkid pada tahun 2023 sebesar 15,2%. Sedangkan
berdasarkan Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2023, angka stunting di Kabupaten
Magelang sebesar 28,2%. Salah satu factor yang mempengaruhi angka stunting adalah
pengukuran antropometri yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
gambaran pengetahuan dan keterampilan kader posyandu di wilayah kerja puskesmas
mungkid dalam melakukan pengukuran antropometri. Merupakan penelitian desktiptif yang
dilaksanakan di posyandu wilayah kerja Puskesmas Mungkid, pada bulan Desember 2023.
Populasi penelitian adalah seluruh kader posyandu berjumlah 743 orang, menggunakan
perhitungan Slovin diperoleh besar subjek sebanyak 88 orang yang dipilih secara Non
probability sampling. Karakteristik responden meliputi usia, pendidikan, lama menjadi kader
dan pelatihan antropometri. Tingkat pengetahuan dinilai melalui kuisioner, dan keterampilan
dinilai berdasarkan 7 indikator yaitu pengukuran berat badan, panjang badan, memasang
microtoise, pengukuran tinggi badan, Lila, lingkar kepala dan pengisian buku KMS. Dari 88
subjek, diperoleh 45,5% responden berada pada rentang usia 41-50 tahun, 60,2% Pendidikan
setingkat SMA, 45,5% lama menjadi kader pada rentang 1-5 tahun, dan 62,5% belum pernah
mendapatkan pelatihan antropometri secara formal. Untuk tingkat pengetahuan yang bernilai
baik 40,9% . Responden yang terampil dalam pengukuran berat badan 77,3%, memasang
microtoise 90,9%, pengukuran tinggi badan 47.7%, pengukuran panjang badan 39,7%, lila
dan lingkar kepala 38,6%, dan pengisian buku KMS 43,2%. Analisa chi square memiliki p
value <0.05 yang berarti terdapat hubungan pelatihan antropometri kader terhadap
kemampuan keterampilan pengukuran antropometri terutama dalam pengukuran Panjang
badan dan tinggi badan sebagai acuan stunting. Gambaran kader yang belum mendapatkan
pelatihan serta keterampilan dalam beberapa pengukuran antropometri cukup rendah.
Diperlukan pelatihan dan pendampingan kader oleh tenaga puskesmas yang terlatih.
Kata Kunci: kader posyandu, Antropometri, Stunting
Abstract
Based on community-based nutrition recording and reporting data (e-PPGBM), the stunting
rate in the working area of the Mungkid Health Center in 2023 is 15.2%. Meanwhile, based
on the 2023 Indonesia Nutrition Status Survey, the stunting rate in Magelang Regency is
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 09, September 2024
Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan Kader Posyandu dalam Pengukuran
Antropometri Sebagai Upaya Deteksi Dini Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas
Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024 3801
28.2%. One of the factors that affect the stunting rate is the proper anthropometric
measurement. This study aims to find out how the knowledge and skills of posyandu cadres in
the working area of the Mungkid Health Center in conducting anthropometric measurements.
It is a descriptive research carried out at the posyandu in the working area of the Mungkid
Health Center, in December 2023. The research population is all posyandu cadres totaling
743 people, using Slovin's calculations, the number of subjects was 88 people who were
selected by non-probability sampling. The characteristics of the respondents included age,
education, length of cadre and anthropometric training. The level of knowledge is assessed
through a questionnaire, and skills are assessed based on 7 indicators, namely weight
measurement, body length, installing a microtoise, height measurement, Lila, head
circumference and filling out the KMS book. Of the 88 subjects, 45.5% of the respondents
were in the age range of 41-50 years, 60.2% had high school level education, 45.5% had been
a cadre in the range of 1-5 years, and 62.5% had never received formal anthropometric
training. For the level of knowledge with good value 40.9%. Respondents who were skilled in
weight measurement 77.3%, installing microtoise 90.9%, height measurement 47.7%, body
length measurement 39.7%, lila and head circumference 38.6%, and filling KMS book 43.2%.
The chi square analysis has a p value of <0.05 which means that there is a relationship
between anthropometric training of cadres and the ability of anthropometric measurement
skills, especially in measuring body length and height as a reference for stunting. The picture
of cadres who have not received training and skills in some anthropometric measurements is
quite low. Training and mentoring of cadres by trained health center staff are needed.
Keywords : In cather pose, anthropometry, stenting.
PENDAHULUAN
Posyandu (pos pelayanan terpadu) merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dilakukan oleh, dari dan bersama masyarakat
untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh
pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak balita (Yanti, 2019).
Kegiatan Posyandu sangat tergantung pada peran kader. Biasanya kegiatan rutin
posyandu diselenggarakan dan dimotori oleh kader posyandu dengan bimbingan teknis dari
petugas kesehatan. Jumlah minimal kader untuk setiap posyandu sebanyak 5 orang sesuai
dengan jumlah kegiatan utama yang dilaksanakan oleh posyandu dengan sistem layanan 5
meja atau 5 langkah kegiatan (Arsil et al., 2006; Nurbaya et al., 2022).
Berdasarkan data pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM), angka
stunting di wilayah kerja Puskesmas mungkid pada tahun 2023 sebesar 15,22%. Sedangkan
berdasarkan Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 sebesar 28,2%. Adanya
perbedaan hasil pengukuran tersebut memerlukan evaluasi perbaikan, agar hasil yang
diperoleh dapat akurat dan dapat mempengaruhi kebijakan yang akan diambil. Penyelesaian
penurunan stunting memerlukan waktu yang tidak singkat, oleh sebab itu, diperlukan
komitmen bersama agar penanganan dapat dilakukan secara berkesinambungan (Martony,
2023; Nabilah et al., 2022).
Beberapa penenilitian menunjukan bahwa belum semua kader mempunyai
pengetahuan kemampuan memantau tubuh kembang balita, belum mampu membaca kurva
pertumbuhan serta mempunyai pengetahuan rendah dalam deteksi dini tumbuh kembang
balita. Seperti hasil penelitian (Fitri & RESTUSARI, 2019), menunjukkan tingkat
kemampuan, ketelitian dan akurasi data yang dikumpulkan kader masih rendah, 90,3% kader
Arie Prasetyowati
3802 Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024
tidak benar dalam melakukan penimbangan. Kesalahan penimbangan terutama dalam
mengatur posisi bandul timbangan. Hasil penelitian tersebut juga menggambarkan terdapat
88,9% dari kader yang dipilih sebagai sampel tidak mengetahui cara menimbang yang
benar. Akibatnya informasi status gizi anak balita menjadi tidak akurat artinya seharusnya
status gizi baik bisa menjadi gizi kurang, dan atau gizi buruk dan sebaliknya (Sardi et al.,
2019).
Wilayah kerja puskesmas mungkid memiliki luas 3.171 Ha yang terdiri dari 14 desa
yang mencakup 68.203 jiwa penduduk. Adapun jumlah posyandu sebanyak 132 dengan
jumlah kader posayandu sebanyak 743 orang. Pada tahun 2022 wilayah kerja puskesmas
mungkid memiliki 3425 balita sedangkan pada tahun 2023 memiliki 3439 balita. Dalam hal
ini Kegiatan pengukuran antropometri merupakan hal yang penting dalam pencatatan dan
pendataan status gizi balita. Sebab dampak utama jika terjadi kesalahan dalam pengukuran
antropometri di posyandu, yaitu input data kejadian stunting dan informasi yang di rangkum
oleh pengolah gizi masyarakat menjadi kurang valid. Hal ini tentu dapat mengakibatkan
ketidaktepatan estimasi jumlah kasus stunting dalam hal ini di wilayah kerja Puskesmas
mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (Handarsari et al., 2015; Oktafiyana, 2016).
Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin mengetahui bagaimana gambaran sesungguhnya
mengenai keterampilan kader posyandu dalam melakukan pengukuran antropometri di
wilayah kerja puskesmas mungkid sebab tidak semua posyandu dapat didampingi oleh tenaga
kesehatan baik bidan desa, petugas gizi maupun dokter umum dalam pelaksanaan pengukuran
antropometri setiap bulannya, sehingga kader posyandu menjadi garda terdepan dalam
pencatatan dan pendataan hasil pengukuran antropometri. Dimana dengan hasil penelitian ini
dapat di jadikan bahan acuan dalam rencana tindak lanjut dan pembinaan program bagi kader
posyandu selanjutnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian descriptif yang akan dilaksanakan di
posyandu wilayah kerja Puskesmas Mungkid, Kabupaten Magelang pada bulan Desember
2023. Adapun populasi penelitian ini adalah seluruh kader posyandu berjumlah 743 orang,
melalui perhitungan rumus Slovin dengan batas kesalahan 10% diperoleh besar sampel yang
akan diteliti sebanyak 88 orang dan akan dipilih secara Non probability sampling (Sugiyono,
2013).
Pengukuran antropometri dan pengisian buku KMS oleh kader berdasarkan 7 indikator
serta mempraktikan tata cara tertuang dalam tabel indikator untuk penilaian keterampilan
kader, sedangkan untuk pengukuran tingkat pengetahuan kader dilakukan melalui pengisian
kuisioner. Hasil kegiatan akan dipaparkan secara deskriptif, dikelompokkan berdasarkan sifat
topik yang diteliti, dan akan disajikan dalam bentuk presentase dengan hasil output data
terlampir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pada penelitian menunjukan responden paling banyak berada pada usia 41-50
tahun sebanyak 45,5%, dan yang paling sedikit berada pada usia > 60 tahun sebanyak 2,3%.
Untuk Pendidikan responden paling banyak berada pada tingkat SMA sebanyak 71,6% dan
paling sedikit pada tingkat SD sebanyak 2,3%. Untuk responden yang paling lama menjadi
Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan Kader Posyandu dalam Pengukuran
Antropometri Sebagai Upaya Deteksi Dini Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas
Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024 3803
kader posyandu yaitu > 20 tahun sebanyak 8%, dan Sebagian besar responden yang menjadi
kader posyandu selama 1-5 tahun yaitu sebanyak 45.5% yang dapat terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Tingkat
Pendidikan Kader Posyandu
Umur Responden
(Tahun)
Frekuensi
(f)
Persen
(%)
≤ 30
7
8,0
31 40
23
20,1
41 50
40
45,5
51 60
16
18,2
≥ 60
2
2,3
Total
88
100
Tingkat
Pendidikan
Frekuensi
(f)
Persen
(%)
SD
2
2,3
SMP
19
21,6
SMA/SMK
63
71,6
D1
1
1,1
D3
3
3,4
Total
88
100,0
Pada Tabel 2 menunjukan bahwa dari 88 responden sebanyak 62,5% tidak pernah
mendapatkan pelatihan antropometri secara formal, sehingga hanya 37,5% yang pernah
mendapatkan pelatihan antropometri secara formal.
Tabel 2. Distribusi Karakteristik Ikut Pelatihan Responden dan Frekuensi Pelatihan
Responden
Frekuensi
(f)
Persen
(%)
Ya
33
37,5
Tidak
55
62,5%
88
100,0
Dalam pengisian kuisioner untuk menilai tingkat pengetahuan responden dalam
pengukuran antropometri yang dijabarkan dalam Tabel 3 menunjukan bahwa responden yang
bisa menjawab kuisioner dengan baik yaitu bernilai >8 sebanyak 36 responden atau 40,9%,
sedangkan yang mampu menjawab <8 sebanyak 52 responden atau 59,1%.
Tabel 3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Kader Posyandu Dalam Melakukan
Pengukuran Antropometri Melalui pengisian kuisioner
Tingkat Pengetahuan
Kader Posyandu
Frekuensi
(f)
Persen
(%)
Baik
36
40,9
Rendah
52
59,1
Total
88
100,0
Arie Prasetyowati
3804 Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024
Pada tabel 4 dapat terlihat bahwa untuk keterampilan responden dalam mengukur berat
badan menggunakan baby scale atau timbangan injak sebanyak 77,3% terampil dan 22,7%
tidak terampil dalam melakukan pengukuran yang benar. Untuk pengukuran Panjang badan
menggunakan lenghth board pada anak usia 0-24 bulan sebanyak 47,7% terampil namun lebih
besar yang tidak terampil yaitu sebanyak 52,3%. Keterampilan responden dalam memasang
alat microtoise rata rata terampil yaitu sebanyak 90,9%. Responden yang terampil dalam
pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise sebanyak 52,3%. Untuk keterampilan
menggunakan pita pengukur LILA, rata rata responden tidak terampil dalam pengukuran
yang benar, Adapun frekuensinya sebanyak 54,5% tidak terampil dan 45,5% yang terampil
dalam melakukan pengukuran. Begitu pula dalam pengukuran lingkar kepala frekuensi
responden yang tidak terampil lebih besar yaitu sebanyak 54,5% dan yang terampil sebanyak
45,5%. Dan untuk keterampilan pengisian Buku KMS rata rata responden terampil yaitu
sebesar 75%.
Tabel 4. Distribusi Keterampilan Kader Posyandu Dalam Melakukan Pemeriksaan
Antropometri
Terampil Mengukur BB
Frekuensi (f)
Persen (%)
Terampil
68
77,3
Tidak
20
22,7
Total
88
100
Terampil Mengukur PB
Frekuensi (f)
Persen (%)
Terampil
42
47,7
Tidak
46
52,3
Total
88
100,0
Terampil Memasang Microtoise
Frekuensi (f)
Persen (%)
Terampil
80
90,9
Tidak
8
9,1
Total
88
100
Terampil Mengukur TB
Frekuensi
Persen (%)
Terampil
46
52,3
Tidak
42
47,7
Total
88
100
Terampil Mengukur LILA
Frekuensi (f)
Persen (%)
Terampil
40
45,5
Tidak
48
54,5
Total
88
100
Terampil Mengukur Lingkar Kepala
Frekuensi (f)
Persen (%)
Terampil
40
45,5
Tidak
48
54,5
Total
88
100,0
Terampil Mengisi KMS
Frekuensi (f)
Persen (%)
Terampil
66
75,0
Tidak
22
25,0
Total
88
100
Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan Kader Posyandu dalam Pengukuran
Antropometri Sebagai Upaya Deteksi Dini Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas
Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024 3805
Pada tabel 4, terlihat hasil uji chi square yang merupakan analisa hubungan antara
responden yang telah mendapatkan pelatihan antropometri terhadap kemampuan keterampilan
khususnya dalam pengukuran PB dan TB sebagai upaya deteksi dini stunting diperoleh nilai p
value 0.000 lebih kecil dari 0.005 yang artinya adalah terdapat hubungan antara responden
yang mendapatkan pelatihan antropometri dengan kemampuan keterampilan pengukuran PB
dan TB balita.
Tabel 5. Analisa Hubungan Pelatihan Antropometri dengan Keterampilan Responden
Dalam Mengukur PB dan TB
Terampil Mengukur
PB
Total
Terampil
Tidak
P Value
Pelatihan
Antropometri
Pernah
27
6
33
0.000
Tidak
15
40
55
Total
42
46
88
Terampil Mengukur
TB
Total
Terampil
Tidak
P Value
Pelatihan
Antropometri
Pernah
31
5
33
0.000
Tidak
15
37
55
Total
46
42
88
Adapun responden dalam penelitian ini paling banyak berada dalam rentang usia 40-50
tahun yaitu sebanyak 45,5% dimana pada rentang usia ini merupakan usia produktif yang
memiliki komitmen tinggi dan mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, dimana pada
rentang usia ini terutama kelompok wanita memasuki fase stabil dimana anggota keluarga
terutama anak sudah mandiri dan tidak terlalu bergantung kepada sosok ibu sehingga biasanya
dapat lebih aktif dalam kegiatan masyarakat khususnya menjadi kader posyandu (Juniarti &
Haniarti, 2021).
Adapun tingkat Pendidikan responden yang paling mendominasi pada penelitian ini
sebanyak 60,2% adalah setingkat SMA, dengan tingkat pendidikan ini diharapkan responden
mampu menerima dan memiliki pemahaman yang baik tentang informasi kesehatan terutama
dari tenaga Kesehatan yang telah terlatih, serta mampu meneruskan informasi Kesehatan
tersebut kepada masyarakat (Purba et al., 2019).
Adapun pelatihan antropometri secara formal yang diberikan oleh petugas terlatih baru
diterima oleh sekitar 37,5% responden sedangkan 62,5% belum pernah mendapatkan
pelatihan antropomentri secara formal. Pelatihan antropomentri yang diberikan oleh petugas
terlatih kepada para kader posyandu sangat penting untuk dilakukan. Karena dengan adanya
pelatihan ini diharapkan kader memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan
pengukuran dengan baik dan benar sebagai upaya deteksi dini pencegahan stunting. Masih
adanya kader posyandu yang belum mendapatkan pelatihan antropometri tentu akan
mempengaruhi hasil pengukuran dan pendataan hasil antropometri pada balita (Wijaya et al.,
2016).
Arie Prasetyowati
3806 Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024
Tingkat pengetahuan responden tentang pengukuran antropometri seperti tentang
pengukuran berat badan dan pengukuran panjang badan kebanyakan tinggi. Beberapa factor
yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan responden antara lain pendidikan dan usia
responden. Adapun pada penelitian ini karakteristik tingkat Pendidikan responden memiliki
frekuensi besar pada pendidikan setingkat SMA, dimana kader posyandu mampu memahami
cukup baik tentang informasi mengenai pengukuran antropometri (Fitri & RESTUSARI,
2019).
Adapun untuk keterampilan dalam pengukuran antropometri yang benar, Sebagian
besar responden terampil dalam pengukuran BB sebanyak 77,3%, terampil dalam memasang
alat microtoise sebanyak 90,9%, serta terampil dalam mengisi buku KMS sebanyak 75%.
Namun untuk Panjang badan sebanyak 52,3% reponden tidak terampil, sebanyak 52,3% tidak
terampil dalam pengukuran TB, begitu juga untuk pengukuran LILA dan pengukuran lingkar
kepala sebanyak 54,5% responden tidak terampil dalam melakukan pengukuran.
Hal ini selaras dengan penelitian fitri & restusari ,1 (2017) yang menunjukan bahwa
dalam tingkat keterampilan, akurasi dan akurasi data yang dikumpulkan oleh kader posyandu
masih sangat rendah, 90,3% kader posyandu tidak benar dalam melakukan penimbangan dan
16,7 % kader lupa melepas alas kaki anak ketika dalam pengukuran (Notoatmojo, 2005).
Adapun ketidakterampilan kader posyandu dalam melakukan pengukuran
antropometri dapat berdampak cukup fatal, karena jika terjadi kesalahan dalam melakukan
pengukuran, data yang diperoleh dan akan diinterpretasi pun akan salah, yang dikhawatirkan
adalah akan menjadi kesalahan diagnosis dan akan sulit untuk mendeteksi dini stunting. Salah
satu factor yang mempengaruhi keterampilan kader posyandu dalam melakukan pengukuran
adalah kurangnya pelatihan yang diberikan secara berkesinambungan oleh petugas yang
terlatih, kebanyakan kader posyandu tersebut hanya mendapatkan informasi cara pengukuran
antropometri secara turun temurun dari kader posyandu sebelumnya atau dari bidan desa,
namun jarang sekali mendapatkan refreshing informasi tentang cara pengukuran antropometri
yang benar.
Menurut Notoatmojo, (2005) pelatihan memiliki tujuan penting untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan sebagai kriteria keberhasilan program Kesehatan secara
keseluruhan. Tujuan umum pelatihan kader posyandu adalah meningkatkan kemampuan
kader dalam mengelola dan menyampaikan pelayanan kepada masyarakat (Notoatmojo,
2005).
Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Nurainun, (2015) menyatakan bahwa ada
kecendrungan semakin baik pengetahuan kader maka semakin terampil kader tersebut dalam
pengukuran BB dan TB, begitu juga sebaliknya semakin kurang pengetahuan kader maka
semakin tidak terampil dalam melakukan pengukuran BB dan TB.12
Hal ini dibuktikan oleh Analisa chi square, untuk mengetahui hubungan antara kader
posyandu yang telah mendapatkan pelatihan dibandingkan dengan kader posyandu yang
belum mendapatkan pelatihan terhadap kemampuan keterampilan pengukuran antropometri.
Dari hasil tersebut diperoleh nilai p value 0,000 yang artinya adalah terdapat hubungan antara
kader posyandu yang mendapatkan pelatihan antropometri terhadap keterampilan pengukuran.
Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan Kader Posyandu dalam Pengukuran
Antropometri Sebagai Upaya Deteksi Dini Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas
Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024 3807
KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukan bahwa pengetahuan dan keterampilan kader posyandu dalam
melakukan pengukuran masih cukup rendah, dengan proporsi kader masih banyak yang
belum mendapatkan pelatihan. Hal ini dapat menjadi acuan untuk Puskesmas Mungkid untuk
dapat berbenah memberikan pelatihan antropometri kepada seluruh kader posyandu bila perlu
secara bekesinambungan dan terus menerus agar seluruh kader memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang sama baiknya dalam melakukan pengukuran, sehingga data yang diperoleh
dapat akurat dan dapat digunakan sebagai deteksi dini stunting. Selain itu pihak puskesmas
diharapkan untuk selalu memantau kerja kader posyandu dengan selalu memberikan
pendampingan dan edukasi saat melakukan pengukuran antropometri.
BIBLIOGRAFI
Arsil, R., Asri, R., Enizar, E., Ieke, I., & Imam, S. (2006). Manual Rekam Medis.
Fitri, F., & RESTUSARI, L. (2019). Penyegaran Kader Posyandu Dalam Pengukuran
Antropometri Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru.
Handarsari, E., Syamsianah, A., & Astuti, R. (2015). Peningkatan Pengetahuan Dan
Ketrampilan Kader Posyandu Di Kelurahan Purwosari Kecamatan Mijen Kota
Semarang. Prosiding Seminar Nasional & Internasional.
Juniarti, R. T., & Haniarti, U. (2021). Analisis Tingkat Pengetahuan Kader Posyandu Dalam
Pengukuran Antropometri Untuk Mencegah Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas
Lapadde Kota Parepare. Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 4(2), 279286.
Martony, O. (2023). Stunting Di Indonesia: Tantangan Dan Solusi Di Era Modern. Journal Of
Telenursing (JOTING), 5(2), 17341745.
Nabilah, T. S., Rahayu, G. M., Amrulloh, F., & Triwibowo, B. (2022). Gerakan Pencegahan
Stunting Melalui Pemberdayaan Masyarakat Dengan Mengadakan Sosialisasi Dan
Edukasi. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Nusantara, 3(2.1 Desember), 1472
1478.
Notoatmojo, S. (2005). Pendidikan Dan Perilaku Pengendara. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nurainun, A. (2015). F., & Sudaryati, E.(2016). Gambaran Keterampilan Kader Dalam
Pengukuran Bb Dan Tb Berdasarkan Karakteristik Kader Di Wilayah Kerja Puskesmas
Langsa Timur Provinsi Aceh Tahun, 112124.
Nurbaya, N., Saeni, R. H., & Irwan, Z. (2022). Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan
Kader Posyandu Melalui Kegiatan Edukasi Dan Simulasi. JMM (Jurnal Masyarakat
Mandiri), 6(1), 678686.
Oktafiyana, P. (2016). The Efficiency Of Garlic And Cucumber Consumption In Decreasing
The Blood Pressure Among The Elders With Hypertension. Jurnal Fakultas Ilmu
Kesehatan.
Purba, S. J. A., Wilar, R., & Gunawan, S. (2019). Status Antropometri Pada Bayi Yang
Dirawat Di Neonatal Intensive Care Unit Rsup Prof. Dr. Rd Kandou Manado. Jurnal
Medik Dan Rehabilitasi, 1(3).
Sardi, J., Habibullah, H., & Risfendra, R. (2019). Rancang Bangun Sistem Monitoring
Pertumbuhan Berat Dan Tinggi Anak Balita Berbasis Data Pada Posyandu. ELKHA:
Jurnal Teknik Elektro, 11(2), 5359.
Sugiyono, D. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan
R&D.
Wijaya, M. A., Siboro, B. A. H., & Purbasari, A. (2016). Analisa Perbandingan Antropometri
Arie Prasetyowati
3808 Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024
Bentuk Tubuh Mahasiswa Pekerja Galangan Kapal Dan Mahasiswa Pekerja Elektronika
The Comparative Analysis Of Anthropometry Between Student Of Shape Vessel
Shipyard Workers And Students Of Workers Electronic. PROFISIENSI: Jurnal Program
Studi Teknik Industri, 4(2).
Yanti, D. (2019). Korelasi Asupan Zat Besi, Protein, Vitamin C Dan Mual Muntah Dengan
Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester I.
Copyright holder:
Arie Prasetyowati (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: