How to cite:
Naga Rakhima, Veronika Widi Prabawasari (2024) Akulturasi Budaya Arsitektur Pada Masjid At-
Tin, (06) 09,
E-ISSN:
2684-883X
Akulturasi Budaya Arsitektur Pada Masjid At-Tin
Naga Rakhima, Veronika Widi Prabawasari
Universitas Gunadarma, Indonesia
Abstrak
Akulturasi budaya merupakan hasil dari percampuran dua atau lebih kebudayaan yang
berbeda, yang terjadi karena interaksi antara kelompok masyarakat dari budaya yang berbeda.
Bangunan ibadah memiliki karakteristik yang unik yang mencerminkan sistem kepercayaan
dan budaya yang telah berkembang. Penulisan ini bertujuan untuk menggambarkan bentuk
arsitektur bangunan masjid serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode kualitatif, di mana akan dianalisis kecenderungan, pola pikir,
ketidakteraturan, serta perilaku dan integrasi dalam setiap objek, seperti dalam studi kasus
genetik. Dari perspektif arsitektur, terdapat beberapa kesamaan antara budaya Jawa dengan
massa bangunan masjid yang berbentuk persegi, yang melambangkan kesempurnaan.
Pembangunan masjid ini memperlihatkan struktur yang memisahkan tempat ibadah dari area
untuk melakukan penyucian diri, serta adanya serambi-serambi sebagai area terbuka. Konsep
ini mencerminkan nilai sebuah tempat yang semakin mendalam eksplorasinya, semakin
menjadi ruang yang bersifat pribadi dan suci. Terlihat adanya pengaruh budaya Jawa yang
berpadu dengan program ruang arsitektur Jawa Tengah, di mana halaman bangunan masjid
difungsikan sebagai pendopo.Ketika dua budaya atau lebih bertemu, terjadi akulturasi dalam
arsitektur bangunan, baik dalam beberapa elemen arsitektur maupun dalam keseluruhan
bangunan. Dalam konteks ini, akulturasi budaya dapat menghasilkan gaya arsitektur yang
seimbang antara dua budaya atau salah satu gaya arsitektur dapat lebih dominan daripada
yang lain.
Kata Kunci: Akulturasi, Budaya Jawa, Masjid
Abstract
Cultural acculturation is the result of the mixing of two or more different cultures, which
occurs due to interactions between groups of people from different cultures. Worship
buildings have unique characteristics that reflect the belief systems and culture that have
developed. This writing aims to describe the architectural form of the mosque building and
the values contained therein. The research method used is a qualitative method, where
tendencies, thought patterns, irregularities, as well as behavior and integration in each object
will be analyzed, such as in genetic case studies. From an architectural perspective, there are
several similarities between Javanese culture and the square-shaped mass of mosque
buildings, which symbolizes perfection. The construction of this mosque involves levels that
regulate human relations with God, with a place of worship that is separate from the self-
purification area and several porches as open areas. This illustrates the value of a place that
the deeper one explores, the more it becomes a private and sacred space. The influence of
Javanese culture seems to be integrated into the spatial program of Central Javanese
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 09, September 2024
Implementasi SSL VPN (Secure Socket Layer Virtual Private Network) Pada Badan Bank
Tanah
Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024 3997
architecture, with the use of the courtyard of the mosque building which functions as a
pavilion. When two or more cultures meet, acculturation occurs in the architecture of the
building, both in several architectural elements and in the entire building. In this context,
cultural acculturation can produce a balanced architectural style between two cultures or one
architectural style can be more dominant than the other.
Keywords: Acculturation, Javanese Culture, Mosque
PENDAHULUAN
Indonesia dengan lebih dari 200 juta penduduk dan tersebar di banyak pulau, memiliki
kekayaan budaya yang meliputi berbagai suku, budaya, ras, dan kepercayaan agama (Antara
& Yogantari, 2018; Ayuningrum, 2017; Syafitri, Ariesta, Maryamah, & Berlianna, 2024) .
Dari Banda Aceh hingga ujung timur di Papua, adat dan tradisi yang beragam ini menciptakan
perbedaan yang menghasilkan pertemuan dan percampuran budaya yang dikenal sebagai
akulturasi .
Dalam konteks arsitektur, akulturasi terjadi ketika dua atau lebih gaya arsitektur
bertemu dan menciptakan perpaduan baru baik dalam elemen arsitektural maupun secara
keseluruhan pada bangunan (Pasaribu, Sudarwani, & Eni, 2023). Setiap daerah memiliki
budaya yang khas, sehingga perbedaan budaya tersebut juga tercermin dalam gaya arsitektur
yang berbeda.
Bangunan peribadatan, seperti masjid, mencerminkan ciri khas dari sistem kepercayaan
dan budaya yang telah berkembang. Di masa lalu, masjid memiliki peran yang luas dalam
menjaga nilai, norma, dan jiwa keagamaan masyarakat serta dalam menyelaraskan kebutuhan
mereka dengan kegiatan masjid.
Masjid, sebagai tempat utama ibadah dalam agama Islam, menjadi tempat di mana
terjadi integrasi antara budaya Islam yang diperkenalkan oleh para penyebar agama Islam
dengan budaya lokal yang telah ada sebelumnya (Fauzy & Arraya, 2015; Zainuri, 2021).
Dalam proses integrasi ini, budaya baru memperoleh unsur-unsur budaya asli tanpa
menggantikannya. Evolusi bentuk dan gaya bangunan masjid di berbagai belahan dunia,
termasuk masjid-masjid bersejarah di Indonesia, mencerminkan pengaruh geografis dan
budaya lokal yang melebur dalam desain regional mereka. Dalam konteks pembangunan
masjid, banyak nilai-nilai Islam tercermin baik secara langsung maupun tidak langsung.
Faktor-faktor seperti perkembangan teknologi dan periode kepemimpinan di suatu daerah
juga memiliki pengaruh terhadap struktur pembangunan masjid. Salah satu pendekatan yang
digunakan adalah dengan menggabungkan unsur-unsur budaya Jawa dalam perancangan
bangunan tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengeksplorasi integrasi budaya
arsitektur pada bangunan masjid yang terkait dengan masa kepemimpinan yang mengilhami
pembangunan masjid tersebut (Ichsan, Armita, Minarno, & Sumadi, 2022).
Pada masa wali, gaya arsitektur masjid cenderung mengintegrasikan unsur-unsur
tradisional Jawa dan Hindu yang masih konsisten dengan ajaran Islam atau tidak saling
bertentangan. Struktur utama bangunannya menggunakan metode konstruksi tradisional,
seperti gabungan denah bangunan joglo dengan atap bangunan Meru, yang merupakan bagian
dari bangunan suci Majapahit. Penyusunan bangunan ini dikenal sebagai tajug atau bangunan
limas dalam budaya Jawa, dengan ciri khas puncak dan atap yang berbentuk tingkat ganjil,
sering kali tiga atau lima (Siswayanti, 2016a, 2016b).
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan proses akulturasi yang terjadi dalam struktur
fisik dan nilai-nilai yang tersemat dalam Masjid At-Tin. Fokus penelitian ini terletak pada
Masjid At-Tin yang berlokasi di Jakarta dan didirikan pada masa pemerintahan Presiden
Naga Rakhima, Veronika Widi Prabawasari
3998 Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024
Soeharto, yaitu Masjid At-Tin, Siti Hartinah. Pembangunan masjid ini dimaksudkan untuk
memperkenalkan budaya Jawa dan prinsip-prinsip Islam dengan menggunakan kemajuan
teknologi yang tersedia pada periode tersebut. Data yang terhimpun akan dianalisis untuk
menghasilkan temuan penelitian yang menyoroti representasi budaya Jawa dan nilai-nilai
Islam yang tercermin dalam struktur bangunan tersebut.
METODE PENELITIAN
Metodei ipenelitian iyang idigunakan idalam ipenelitian iini iadalah imetode ipenelitian
ideskriptif kualitatif (Saleh, 2017). Penelitian ini dilakukan dengan studi literatur terlebih
dahulu mengenai bentuk dan makna yang terkandung dalam Masjid Agung At-Tin. Setelah
melakukan studi literatur pada bangunan masjid, langkah yang dilakukan selanjutnya adalah
analisis secara kualitatif terkait objek penelitian arsitektur
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Gambar 1 Masjid Agung At-Tin
(Sumber : kontraktorkubahmasjid)
Masjid At-Tin dibangun pada April 1997 di area tanah seluas 70.000 meter persegi
dengan kapasitas 9000 orang. Masjid At-Tin berlokasi di Jl. Taman Mini I No.3, RW.3,
Pinang Ranti, Kec. Makasar, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13560.
Gambar 2 Lokasi Masjid Agung At-Tin
(Sumber : Google Maps)
Dari segi arsitektural, terdapat kesamaan antara budaya Jawa dengan struktur bangunan
masjid yang memiliki bentuk persegi, yang melambangkan kesempurnaan. Bangunan masjid
Implementasi SSL VPN (Secure Socket Layer Virtual Private Network) Pada Badan Bank
Tanah
Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024 3999
ini direncanakan dengan berbagai tingkatan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan.
Area untuk ibadah yang sakral dipisahkan dari ruang untuk penyucian diri, sementara
serambi-serambi digunakan sebagai ruang terbuka. Konsep ini menghasilkan nilai-nilai ruang
yang semakin dalam, semakin privat, dan lebih sacral (Habibullah, Aisyah, & Hoerunnisa,
2022). Pengaruh budaya Jawa tampaknya menyatu dengan desain ruang pendopo dalam
arsitektur Jawa Tengah, yang menggunakan halaman bangunan masjid sebagai pendopo.
Gambar 5 Massa bangunan
(Sumber : kontraktorkubahmasjid)
Gambar. 3 Pelataran Masjid
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2022)
Naga Rakhima, Veronika Widi Prabawasari
4000 Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024
Gambar. 4 Ornamen pada interior Masjid At-Tin
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2022)
Arsitektur Masjid At-Tin terinspirasi oleh gaya arsitektur Timur Tengah dan ornamen
yang ditemukan di Masjid Al Haram dan Masjid Nabawi. Inspirasi ini diperoleh oleh
Soeharto saat melakukan iibadah ihaji di iMekkah idan iMadinah. Kemudian digabungkan
dengan desain nilai-nilai budaya jawa yang menghasilkan bangunan dengan penggunaan
desain akulturasi budaya. Berikut adalah penjelasan tentang elemen-elemen ibudaya iJawa
iyang terlihat dalam Masjid At-Tin:
Massa Bangunan memiliki bentuk persegi dengan tujuan menciptakan kesetaraan di
antara individu. Selain itu, bentuk ini memberikan fungsi yang optimal dan keseimbangan
dalam bangunan (Praiswari & Arsandrie, 2021; Sadono & Purnomo, 2020). Dengan demikian,
setiap baris dapat menampung jumlah jamaah yang serupa.
Gambar 5 Massa bangunan
(Sumber : kontraktorkubahmasjid)
Tidak menggunakan pilar pada bagian dasarnya, kolom yang ditempatkan di tengah
bangunan bertujuan untuk memperluas ruang interior masjid. Selain itu, tinggi ruangan yang
memiliki skala monumental menciptakan suasana yang lebih mendekatkan kepada Yang
Maha Kuasa. iSkala iruangan iyang monumental ini dipengaruhi oleh Soeharto dan latar
belakang keluarganya yang berasal dari keluarga cendana yang terkenal.
Implementasi SSL VPN (Secure Socket Layer Virtual Private Network) Pada Badan Bank
Tanah
Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024 4001
Gambar 6 Interior bangunan masjid
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2022)
Berdasarkan teori masjid jawa yang mana memiliki ciri khas menggunakan atap
tumpang, masjid at-tin ini memiliki bagian atas berupa atap tumpang jika dilihat dari sudut
miring pada setiap sisi bangunan. Kemudian, diberi iatap idatar yang bertujuan untuk
memberikan ikesan iterpotong. Hal Ini menandakan iibahwa igaya iiarsitektur dalam Masjid
At-Tin mulai menunjukkan iiperpaduan iigaya iarsitektur lain iiselain dari iibudaya Jawa.
Gambar 7 Atap Tumpang
(Sumber : Jurnal ilmiah ARJOUNA(Akses 11/11/2020)
Pada Masjid At-Tin, ruang diperluas di sisi barat, mirip dengan perluasan lautan, yang
digunakan sebagai tempat mihrab. Di sebelah kiri dan kanan mihrab, terdapat ruang
sekretariat dan ruang rapat yang berfungsi sebagai pusat pengelolaan masjid. Ruang di sekitar
mihrab memiliki ukuran yang besar untuk menampilkan kesan yang monumental.
Naga Rakhima, Veronika Widi Prabawasari
4002 Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024
Gambar 8 Denah lantai dasar bangunan
(Sumber : Jurnal ilmiah ARJOUNA(Akses 11/11/2020)
Gambar. 9 Denah lantai 2 bangunan iMasjid iAt-Tin
(Sumber : Jurnal ilmiah ARJOUNA(Akses 11/11/2020)
Bangunan ini memiliki serambi di bagian depan atau sampingnya. Di setiap lantai,
terdapat serambi atau selasar di sebelah kiri dan kanan yang menghubungkan berbagai
ruangan di dalamnya. Selasar ini memiliki dimensi yang besar dengan skala yang
monumental, memberikan kenyamanan dan aksesibilitas yang luas. Penempatan selasar di
kedua sisi bangunan mempermudah jamaah untuk masuk ke dalamnya tanpa terbatas pada
satu pintu masuk saja.
Implementasi SSL VPN (Secure Socket Layer Virtual Private Network) Pada Badan Bank
Tanah
Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024 4003
Gambar 10 Serambi masjid
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2024)
Dinding-dinding yang mengitari halaman membentuk koridor yang dirancang dengan
menggunakan elemen atap yang memberikan kesan seakan-akan terdapat dinding di
sepanjang koridor. Koridor ini berfungsi sebagai penghubung antara area yang luas dengan
masjid, serta menciptakan pemisahan antara halaman masjid dan area di luar, menciptakan
suasana yang hangat dan akrab yang sesuai dengan karakter budaya Jawa.
Gambar 11 Koridor
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2024)
Di bagian depan masjid terdapat halaman yang sangat luas, dilengkapi dengan air
mancur dan keran air di sisi luar bangunan untuk keperluan wudhu, terutama bagi jemaah
pria. Sekitar bangunan utama terdapat taman yang dikelilingi oleh lampu dan pohon palem
yang tersusun rapi. Penggunaan halaman ini mengadopsi konsep yang sama dengan rumah
joglo. Area taman berfungsi sebagai akses penghubung antara masjid dan lingkungan
sekitarnya.
Naga Rakhima, Veronika Widi Prabawasari
4004 Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024
Gambar 12 Pelataran dan Pancuran Tempat Wudhu
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2022)
Pintu masuk yang berfungsi sebagai pendopo memperlihatkan campuran yang kuat
antara arsitektur budaya Jawa dan arsitektur Timur Tengah dengan penerapan ornament
geometris dan obelisk serta ukiran kayu pada bangunan. Fungsi pintu masuk Masjid At-Tin
mirip dengan fungsi pendopo dalam arsitektur Jawa, yang digunakan sebagai tempat
penerimaan tamu. Pada masjid ini, pintu masuk tersebut berfungsi sebagai akses utama untuk
memasuki bangunan.
Gambar 13 Pintu masuk masjid
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2022)
Interior dan Eksterior Masjid At-Tin
Bagian interior dan eksterior Masjid At-Tin meliputi kubah, lantai dasar, lantai atas,
sarana sirkulasi, tangga, menara, selasar tertutup, plaza masjid, dan lanskap.
Kubah
Visual Arsitektur dan Filosofis:
1. Berfungsi sebagai elemen "Kepala" dalam struktur bangunan masjid.
2. Penting sebagai penanda fungsi berdasarkan bentuk yang dirasakan.
3. Menandakan fungsi spesifik yang menjadi bagian akhir dari struktur.
4. Memberikan variasi bentuk dalam kesatuan yang selaras sebagai elemen kontras.
5. Kubah dalam masjid ini memiliki karakteristik streamlining yang berbeda dari bagian lain
bangunan, menampilkan garis yang lebih lembut.
Implementasi SSL VPN (Secure Socket Layer Virtual Private Network) Pada Badan Bank
Tanah
Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024 4005
6. Terbagi menjadi tiga bagian yang mencerminkan perjalanan manusia sebagai hamba Allah
melalui tiga alam: alam rahim, alam dunia, dan alam akhirat.
7. Pembatas antara alam-alam ini dinyatakan melalui bidang bukaan horisontal yang dihiasi
dengan elemen fungsional dan estetis, seperti kaca patri.
Lantai bawah atau lantai dasar
Lantai bawah atau lantai dasar memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Area Utama/Ruang Tangga Utama
2. Ruang wudhu untuk pria dan Wanita
3. Ruang Pendidikan/audio visual
4. Perpustakaan
5. Ruang VIP & Pengurus
6. Ruang serbaguna
7. Ruang Pengajian/Seminar
8. Ruang Pengelola
Sementara itu, lantai atas berfungsi sebagai ruang shalat utama dan ruang pengelola.
Secara umum, suasana interior terbagi menjadi dua zona, yaitu di bawah mezanin dan ruang
besar dengan kubah.
Sarana Sirkulasi
Di samping tangga, terdapat fasilitas eskalator dan ramp sebagai sarana sirkulasi utama.
Semua fasilitas tersebut berlokasi di aula utama.
\
Gambar 14 Letak escalator dan tangga
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2024)
Ruang Tangga
Tangga dirancang terpisah dari bangunan utama, Hal ini dilakukan untuk
memperhatikan keindahan estetika arsitektur, berfungsi sebagai elemen yang seimbang untuk
mengarahkan pandangan (Siswoyo & Mardiana, 2019). Dari sudut pandang visual, tangga
merupakan elemen vertikal yang signifikan dan membentuk "skyline" yang harmonis.
Gambar 15 Ruang tangga
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2024)
Naga Rakhima, Veronika Widi Prabawasari
4006 Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024
Menara
Fungsi utamanya adalah sebagai tempat penyimpanan peralatan sistem suara untuk
memperkuat suara adzan agar terdengar lebih jelas dan merata. Dari segi arsitektural, menara
adalah bagian identitas utama masjid, sementara dari segi penempatan, posisinya di halaman
depan membuatnya menjadi elemen yang komunikatif.
Gambar 16 Menara Masjid
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2022)
Selasar Tertutup dan Plaza Masjid
Fungsi utamanya adalah sebagai jalur sirkulasi horizontal yang terlindungi dari cuaca,
seperti hujan dan panas. Secara arsitektural, area tersebut dirancang sesuai dengan ukuran
manusia, berfungsi sebagai pembatas antara ruang transisi, memberikan kesan yang harmonis
Ketika memasuki bangunan utama. Plaza shalat berfungsi sebagai tempat untuk melaksanakan
shalat ketika jumlah jamaah lebih banyak, seperti pada shalat Jumat atau Hari Raya. Pada
setiap sudut selasar terdapat tangga melingkar yang merupakan elemen arsitektural sehingga
dapat memberikan kesan monumental saat menuju bangunan utama.
Lansekap
Lansekap Masjid ini direncanakan untuk mengungkapkan rasa syukur manusia melalui
keindahan ciptaan Allah. Penggunaan air mancur dalam lansekap menciptakan suasana yang
menyegarkan dan menenangkan, sementara riakan air mancur dan pantulannya dapat
menginspirasi imajinasi tak terbatas tentang keagungan-Nya. Air dianggap sebagai sumber
kehidupan yang menuntun kita untuk bersyukur atas kekuasaan Allah yang menciptakan
segala sesuatu di langit dan di bumi (Al-Amri & Haramain, 2017). Kompleks Masjid ini
dirancang dengan jelas dan sistem sirkulasi yang mudah untuk memberikan panduan pada
kegiatan di dalamnya, dengan penggunaan material yang berbeda sesuai dengan fungsinya.
Ornamen
Ornamen Jawa yang terdapat di masjid mencerminkan keberagaman budaya dan seni
tradisional Jawa. Penerapan ornamen Jawa di Masjid Agung At-Tin meliputi penggunaan
ukiran kayu tradisional Jawa, yang sering ditemukan di pintu, jendela, dan sekat-sekat di
dalam bangunan masjid. Motif-motif yang digunakan, seperti motif bunga, daun, atau
geometris, merupakan ciri khas seni ukir Jawa.
Implementasi SSL VPN (Secure Socket Layer Virtual Private Network) Pada Badan Bank
Tanah
Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024 4007
Gambar 17 Ornamen Masjid
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2022)
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari penelitian ini mengenai pembahasan mengenai Akulturasi
Budaya Arsitektur yang sudah dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa Akulturasi
budaya yang terdapat dalam bangunan Masjid At-Tin terdiri dari beberapa elemen arsitektur
yang khas pada desain interior dan eksteriornya. Seperti bentuk atap yang menggunakan gaya
atap tumpang, keberadaan serambi pada kedua sisi bangunan masjid, koridor pelataran
masjid, ornament geometris dan obelisk dan disertai dengan ornament ukiran kayu.
BIBLIOGRAFI
Al-Amri, Limyah, & Haramain, Muhammad. (2017). Akulturasi islam dalam budaya lokal.
KURIOSITAS: Media Komunikasi Sosial Dan Keagamaan, 10(2), 87100.
Antara, Made, & Yogantari, Made Vairagya. (2018). Keragaman budaya Indonesia sumber
inspirasi inovasi industri kreatif. SENADA (Seminar Nasional Manajemen, Desain Dan
Aplikasi Bisnis Teknologi), 1, 292301.
Ayuningrum, Diah. (2017). Akulturasi Budaya Cina Dan Islam Dalam Arsitektur Tempat
Ibadah Di Kota Lasem, Jawa Tengah. Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, 12(2), 122
135.
Fauzy, Bachtiar, & Arraya, Amira. (2015). Dinamika Akulturasi Arsitektur Pada Masjid
Sulthoni Plosokuning Di Sleman, Yogyakarta. Research Report-Engineering Science, 2.
Habibullah, Achmad, Aisyah, Muqima Adinda Siti, & Hoerunnisa, Lusi Nur Azizah. (2022).
Wujud Akulturasi Budaya Pada Arsitektur Menara Kudus di Jawa Tengah.
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama Dan Kebudayaan, 22(1), 1927.
Ichsan, Muhammad Nur, Armita, Nur, Minarno, Agus Eko, & Sumadi, Fauzi Dwi Setiawan.
(2022). Increased Accuracy on Image Classification of Game Rock Paper Scissors using
CNN. Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem Dan Teknologi Informasi), 6(4), 606611.
Pasaribu, Ramos P., Sudarwani, Margareta Maria, & Eni, Sri Pare. (2023). Kajian Akulturasi
Budaya dalam Arsitektur Kawasan Pecinan Semarang. Laporan Hibah Penelitian
Perguruan Tinggi, 1129.
Praiswari, Retno Widyanti, & Arsandrie, Yayi. (2021). Akulturasi Budaya di Kawasan
Kauman Surakarta. Arsir, 3545.
Sadono, Soni, & Purnomo, Agus Dody. (2020). Akulturasi Budaya Islam Dan Tionghoa
Dalam Arsitektur Masjid Al Imtizaj Cikapundung Bandung. Gorga: Jurnal Seni Rupa,
9(2), 438443.
Saleh, Sirajuddin. (2017). Analisis data kualitatif. Pustaka Ramadhan, Bandung.
Siswayanti, Novita. (2016a). Akulturasi budaya pada arsitektur masjid sunan giri. Jurnal
Naga Rakhima, Veronika Widi Prabawasari
4008 Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024
Lektur Keagamaan, 14(2), 299â 326.
Siswayanti, Novita. (2016b). FUNGSI MASJID SENDANG DUWUR SEBAGAI WUJUD
AKULTURASI BUDAYA (The Roles Of Sendang Duwur Mosque As A Form Of
Cultural Acculturation). Jurnal SMART (Studi Masyarakat, Religi, Dan Tradisi), 2(2),
134154.
Siswoyo, Suhandy, & Mardiana, Riskha. (2019). Arsitektur Masjid Sunan Gunung Jati
Cirebon sebagai Akulturasi Budaya Islam, Jawa, dan Cina. Jurnal Lingkungan Binaan
Indonesia, 8(1), 714.
Syafitri, Adesta, Ariesta, Adinda Dwi, Maryamah, Maryamah, & Berlianna, Romsiah. (2024).
AKULTURASI BUDAYA PADA ARSITEKTUR BANGUNAN DI PALEMBANG.
EDUSAINTEK: Jurnal Pendidikan, Sains Dan Teknologi, 11(2), 694707.
Zainuri, Ahmad. (2021). Integrasi Islam dan budaya lokal dalam seni arsitektur masjid kuno
di Jawa: Sebuah tinjauan umum. Heritage, 2(2), 125144.
Copyright holder:
Naga Rakhima, Veronika Widi Prabawasari (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: