Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�����
Vol. 2, No. 7, Juli 2020
IDENTIFIKASI NATRIUM SIKLAMAT PADA SUSU BUBUK TANPA MERK YANG BEREDAR
DI PASAR SUMBER KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON
Eva Luviriani dan Indri Puspita Sari
STIKES An-Nasher
Kaliwadas Cirebon
Email: [email protected]
dan [email protected]
Abstrak
Susu bubuk adalah susu berbentuk bubuk yang berasal dari susu segar
yang dikeringkan. Susu bubuk mempunyai daya tahan yang lebih lama dari pada susu
cair dan tidak perlu disimpan dilemari es karena kandungan uap airnya sangat
rendah. Produk susu merupakan produk yang tidak terlepas dari penggunaan bahan
pemanis, baik alami maupun buatan. Pemanis buatan merupakan zat yang dapat
menimbulkan rasa manis atau dapat membantu mempertajam rasa manis tersebut,
sedangkan kalori yang dihasilkan jauh lebih rendah dari pada gula. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar Natrium Siklamat yang terkandung
pada susu bubuk tanpa merk yang beredar di pasar Sumber dan mengetahui
perbedaan yang signifikan antara kadar Natrium Siklamat pada susu bubuk tanpa
merk dengan standar maksimum penggunaan siklamat yang telah ditetapkan oleh
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI)
Nomor 4 Tahun 2014. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif.
Metode deskriptif kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang ada
dengan menggunakan angka-angka untuk menggambarkan karakteristik suatu objek
sebagaimana adanya. Hasil penelitian kadar natrium siklamat tertinggi
didapatkan pada susu bubuk dengan kode sampel 6d yaitu sebesar 2,849 % dan
kadar natrium siklamat terendah didapatkan pada susu bubuk dengan kode sampel
1a yaitu sebesar 0,109%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar natrium siklamat pada
kode sampel 6d dan 1a melebihi standar penggunaan Natrium Siklamat yang telah
ditentukan oleh Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2014 yaitu sebesar 0,025%. Berdasarkan pengolahan data statistik
diperoleh hasil sig. (2-tailed) 0,000 < 0,05 sehingga H0 di tolak dan H1
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kadar natrium siklamat pada susu bubuk tanpa merk dengan standar maksimum
penggunaan siklamat yang telah ditetapkan oleh BPOM RI Nomor 4 Tahun 2014
tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan pemanis.
Kata kunci: Susu
bubuk; Natrium Siklamat
Pendahuluan
Kebutuhan ialah syarat hidup ynag mendasar bagi manusia,
setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda dan dapat dipenuhi oleh barang dan
jasa. Jenis kebutuhan manusia sendiri ialah kebutuhan primer, kebutuhan
sekunder, dan kebutuhan tersier (Maulany,
2017). Makanan adalah hal yang
tidak terpisahkan dalam hidup kita. Begitu banyak makanan dan minuman yang
beraneka ragam cita rasanya di Indonesia. Kekayaan dan kelezatan kuliner
tentunya harus disertai dengan keamanan pangannya, terutama yang berkaitan dengan
kesehatan. Zaman sekarang industri pangan dan minuman lebih menyukai pemanis
sintesis dibanding dengan pemanis alami, karena tingkat kemanisan pemanis
sintetis jauh lebih tinggi dari pemanis alami. Pemanis sintetis siklamat hanya
menghasilkan rasa manis tanpa menghasilkan rasa pahit. Siklamat adalah pemanis
sintesis non kalori yang diperbolehkan dikonsumsi di Indonesia. Pemanis ini
mempunyai rasa manis 30 kali sukrosa. Pada berbagai jenis industri makanan,
siklamat sering kali digunakan untuk menggantikan sukrosa atau sering kita
kenal dengan gula pasir atau gula tebu (Yuliarti,
2007).
Perkembangan industri makanan dan minuman yang menggunakan
pemanis buatan makin berkembang pesat mengingat bahan tambahan makanan ini
mempunyai harga yang lebih murah dibandingkan dengan gula alami atau gula
pasir, sehingga dengan demikian akan memperbesar keuntungan pedagang. Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) tahun 2014
mengelompokkan pemanis buatan menjadi pemanis alami (natural sweetener) dan
pemanis buatan atau sintesis (artificial sweetener). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 208/Menkes/Per/IV/1985 menyatakan bahwa
bahan pemanis sintesis yang diperbolehkan adalah siklamat, sakarin, dan
aspartame (BPOM RI, 2014). Menurut (Handayani & Agustina, 2015), penyalahgunaan pemanis
buatan sakarin dan siklamat yang melebihi dosis masih banyak ditemukan oleh
Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) (Nasional, 1992).
Susu merupakan bahan olahan yang bernutrisi dan produknya
rentan rusak sehingga banyak cara yang dilakukan untuk membuat susu tersebut
bisa bertahan lebih lama. Salah satu jenis susu tersebut adalah susu bubuk.
Kandungan sumber vitamin dan mineral seperti magnesium, kalium, seng, fosfor
tetap dimiliki susu bubuk dengan rasa manis yang khas. Produk susu bubuk tanpa
merk dengan harga yang murah sudah marak dijual di pasaran, salah satunya di
pasar Sumber Kabupaten Cirebon. Produsen pembuat kue, roti, martabak, dan
makanan enak yang membutuhkan bahan susu dan telur umumnya membeli susu bubuk
jenis ini karena dianggap paling murah dan menjadikan produk kue olahan mereka
menjadi lebih terjangkau dalam segi harga. Oleh karena itu tidak menutup
kemungkinan bahwa produk susu bubuk tanpa merek dengan harga yang murah mengandung
bahan pemanis buatan natrium siklamat khususnya produk susu bubuk yang beredar
di Pasar Sumber Kabupaten Cirebon.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu banyaknya produk
susu bubuk tanpa merek dengan harga murah yang digunakan oleh banyak produsen
pembuat kue yang beredar di Pasar Sumber Kabupaten Cirebon sehingga perlu
dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif kadar Natrium Siklamat pada susu
bubuk, serta perlu dibandingkan kadarnya dengan standar maksimum penggunaan
siklamat yang telah ditetapkan oleh Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif �kuantitatif. Metode ini
bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta
dan sifat dari suatu populasi (Yusuf, 2016). Populasi pada
penelitian ini yaitu seluruh susu bubuk tanpa merk yang dijual di pasar Sumber.
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling atau sampling
jenuh, yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Total sampling
digunakan apabila jumlah populasi kurang dari 30 (Sugiyono, 2016).
Sampel yang digunakan sebanyak 6 sampel susu
bubuk dengan dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali. Jadi didapatkan 24 unit
percobaan dengan parameter yang diukur adalah persentase kadar natrium siklamat
dalam sampel. Perhitungan jumlah replikasi sampel dihitung berdasarkan rumus
perhitungan menurut (Wiratna, 2015), yaitu : (t-1)
(r-1) >15.
1.
Prosedur pembuatan reagen
a.
larutan NaNO2 10% sebanyak 250 ml
Ditimbang dengan teliti sebanyak 25 gram NaNO2 dan dimasukkan
ke dalam gelas kimia secara kuantitatif. Ditambahkan aquadest hingga tanda
batas dan homogenkan. Larutan dipindahkan secara kuantitatif� ke dalam botol reagen berwarna putih.
b.
Larutan BaCl2 10% sebanyak 250ml
Ditimbang dengan teliti
sebanyak 25 gram BaCl2 dan dimasukkan ke dalam gelas kimia secara
kuantitatif. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas 250 ml dan dihomogenkan.
2.
Prosedur perlakuan sampel
a.
Analisa Kualitatif
Disiapkan cawan pijar yang dipanaskan pada oven selama 1-2 jam
dengan suhu 100-1050C untuk mendapatkan bobot cawan kosong. Kemudian
cawan di dinginkan menggunakan desikator. Setelah itu cawan pijar ditimbang
menggunakan neraca analitik. Dilakukan pemanasan secara berulang hingga
didapatkan berat cawan konstan.
Sebanyak 10 gram sampel susu bubuk ditimbang dengan teliti,
kemudian tambahkan aquadest hingga 100 ml. Kemudian sebanyak 10 ml HCl pekat
dan 10 ml larutan BaCl2 10%� ditambahkan
ke dalam sampel dan dibiarkan selama 30 menit. Setelah itu sampel dilihat
apakah terjadi endapan atau tidak, jika terjadi endapan maka sampel disaring
dengan kertas saring whatman� no.42 dan
kertas saring dicuci dengan aquadest.
Filtrat yang diperoleh ditambahkan dengan 10 ml larutan NaNO2 10%
dan dihomogenkan. Kemudian filtrat dipanaskan diatas penangas air pada suhu 1000C
selama 2 jam sambil diaduk sesekali dan dibiarkan pada tempat hangat salama
seharian. Apabila terjadi endapan putih maka kandungan siklamat pada sampel
yang diteliti positif (Nasional,
1992).
b.
Analisa Kuantitatif metode Gravimetri
Sampel yang menunjukkan hasil positif adanya kandungan siklamat di
disaring dengan kertas saring whatman no.42. Kemudian dipijarkan menggunakan
furnace pada suhu 6000C selama 1-2 jam. Setelah itu didinginkan
menggunakan desikator dan dibiarkan selama 30 menit. Kemudian cawan pijar
ditimbang secara teliti bersama endapan dengan neraca analitik. Ulangi proses
pemijaran dan penimbangan cawan pijar hingga diperoleh berat yang konstan. Persentase
kadar siklamat dihitung dengan rumus berikut (Baset,
J., Denney, R., Jeffery, G., Mendham, 2013).
Kadar siklamat = �x 0,8625 x 100
Hasil dan Pembahasan
Sampel uji didapatkan dari toko yang berbeda di
pasar Sumber Kabupaten Cirebon sebanyak 6 sampel. Kemudian masing-masing sampel
di beri kode yang berbeda yaitu 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 dengan masing-masing
sampel diulang sebanyak 4 kali. Kode pengulangan sampel diberi huruf a, b, c,
dan d pada setiap sampel. Kemudian dilakukan proses penimbangan sampel
menggunakan neraca analitik pada masing-masing sampel sebanyak 10 gram.
Masing-masing sampel dilarutkan dengan aquadest ad 100 ml dan dihomogenkan
menggunakan batang pengaduk. Setelah itu dilakukan uji kualitatif metode
pengendapan. Hasil uji kualitatif dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Hasil Uji
Kualitatif pada Sampel Susu Bubuk
No Sampel |
Kode sampel |
Hasil |
Warna |
Keterangan |
1 |
1A |
Endapan Putih |
Keruh |
Positif |
1B |
Endapan Putih |
Keruh |
Positif |
|
1C |
Endapan Putih |
Keruh |
Positif |
|
1D |
Endapan Putih |
Keruh |
Positif |
|
2 |
2A |
Endapan Putih |
Keruh |
Positif |
2B |
Endapan Putih |
Keruh |
Positif |
|
2C |
Endapan Putih |
Keruh |
Positif |
|
2D |
Endapan Putih |
Keruh |
Positif |
|
3 |
3A |
Endapan Putih |
Keruh |
Positif |
3B |
Endapan Putih |
Keruh |
Positif |
|
3C |
Endapan Putih |
Keruh |
Positif |
|
3D |
Endapan Putih |
Keruh |
Positif |
|
4 |
4A |
Endapan Putih |
Keruh |
Positif |
4B |
Endapan Putih |
Keruh |
Positif |
|
4C |
Endapan Putih |
Keruh |
Positif |
|
4D |
Endapan Putih |
Keruh |
Positif |
|
5 |
5A |
Endapan Putih |
Keruh |
Positif |
5B |
Endapan Putih |
Keruh |
Positif |
|
5C |
Endapan Putih |
Keruh |
Positif |
|
5D |
Endapan Putih |
Keruh |
Positif |
|
6 |
6A |
Endapan Putih |
Keruh |
Positif |
6B |
Endapan Putih |
Keruh |
Positif |
|
6C |
Endapan Putih |
Keruh |
Positif |
|
6D |
Endapan Putih |
Keruh |
Positif |
Uji kualitatif dilakukan dimulai dengan proses
filtrasi. Tujuan dari filtrasi yaitu untuk memisahkan suatu campuran bahan yang
terkandung pada susu bubuk agar didapatkan analit murni. Proses filtrasi
dilakukan hingga larutan menjadi jernih.
Larutan sampel yang jernih dilakukan proses
pengendapan dengan menambahkan HCl pekat sebanyak 10 ml terlebih dahulu agar
larutan bersifat asam dan mudah bereaksi dengan BaCl2 pada saat
proses pengendapan. Setelah itu sampel ditambahkan larutan BaCl2 10%
sebanyak 10 ml dan didiamkan selama 30 menit maka akan menghasilkan endapan
berwarna putih. Penambahan BaCl2 bertujuan untuk mengendapkan ion
pengotor yang ada dalam larutan. Senyawa yang bereaksi dengan BaCl2 adalah
H2SO4 yang akan membentuk endapan BaSO4
berwarna putih (Baset, J., Denney, R., Jeffery, G., Mendham, 2013).
Larutan kemudian disaring menggunakan kertas
Whatman no. 42 dan endapan dicuci dengan aquadest. Tujuan dari penyaringan
adalah untuk mendapatkan endapan yang terbebas (terpisah) dari larutan (cairan
induk). Sedangkan tujuan dari pencucian dengan aquadest adalah untuk
membersihkan endapan dari cairan induknya agar tidak mengganggu proses analisis
(Gandjar & Rohman, 2012). Kemudian
filtrat ditambahkan dengan larutan NaNO2 10% sebanyak 10 ml dan
dipanaskan diatas penangas air sambil di aduk selama 2 jam.
Penambahan larutan NaNO2 10% dan
pemanasan bertujuan untuk memutuskan ikatan sulfat dalam siklamat. Ketika
ikatan sulfat yang berasal dari siklamat terputus maka ion Ba2+ akan
bereaksi dengan ion sulfat dan menghasilkan endapan barium sulfat (BaSO4).
Persamaan reaksi antara Natrium Siklamat dengan NaNO2 adalah sebagai
berikut :
(1)
(2) �Na2SO4
+ Ba2+ � BaSO4 + 2Na+
Gas nitrogen yang dihasilkan dari penguraian
natrium siklamat oleh NaNO2 dibuktikan dengan adanya bau yang
menyengat ketika proses pemanasan. Setelah dilakukan pemanasan, larutan
tersebut didiamkan selama 24 jam yang bertujuan agar terjadi reaksi endapan.
Kemudian larutan disaring dengan kertas Whatman no. 42. Hasil uji kualitatif
dari seluruh sampel susu bubuk didapatkan adanya endapan putih. Hal ini
menunjukkan bahwa seluruh sampel uji mengandung natrium siklamat.
Uji kuantitif dilakukan dengan metode gravimetri,
yaitu dengan cara menimbang bobot cawan pijar kosong dingin yang sebelumnya
telah dipanaskan pada suhu 700�c selama 1 jam dan bobot cawan pijar yang berisi
abu endapan setelah proses pengabuan pada suhu 700�c selama 1 jam. Hasil analisis
kuantitatif dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Hasil Uji Kuantitatif
Kadar Siklamat pada
���������������������������������������������� �Sampel Susu Bubuk Metode Gravimetri
No Sampel |
Kode sampel |
Kadar Natrium Siklamat (mg/kg) |
Rata-Rata Kadar Natrium
Siklamat (mg/kg) |
1 |
1A |
1.090 |
4.500 |
1B |
1.766 |
||
1C |
7.531 |
||
1D |
7.961 |
||
2 |
2A |
8.965 |
8.800 |
2B |
9.627 |
||
2C |
9.391 |
||
2D |
7.347 |
||
3 |
3A |
10.350 |
14.300 |
3B |
17.252 |
||
3C |
12.181 |
||
3D |
17.505 |
||
4 |
4A |
12.970 |
14.600 |
4B |
13.082 |
||
4C |
10.158 |
||
4D |
22.400 |
||
5 |
5A |
16.419 |
17.200 |
5B |
17.154 |
||
5C |
17.861 |
||
5D |
17.622 |
||
6 |
6A |
24.142 |
25.600 |
6B |
24.378 |
||
6C |
25.442 |
||
6D |
28.490 |
Hasil uji kuantitatif pada sampel susu bubuk yang
beredar di Pasar Sumber Kabupaten Cirebon didapatkan rata-rata kadar natrium
siklamat tertinggi sebesar 25.600 mg/kg yaitu terdapat pada sampel nomor 6, dan
rata-rata kadar natrium siklamat terendah sebesar 4.500 mg/kg yaitu terdapat
pada sampel nomor 1. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa seluruh
sampel uji memiliki kadar natrium siklamat melebihi standar penggunaan Natrium Siklamat� oleh Kepala BPOM RI Nomor 4 Tahun 2014 yaitu
sebesar 250 mg/kg. Semua sampel susu bubuk yang teridentifikasi mengandung
siklamat merupakan susu bubuk yang dijual dalam kemasan plastik dan tidak terdapat
informasi komposisi bahan yang digunakan.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan Ttabel
> Thitung (9.370 > 2.069) pada tingkat kepercayaan 95%. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar natrium siklamat
pada susu bubuk tanpa �merk dengan
standar maksimum penggunaan siklamat yang telah ditetapkan oleh Peraturan
Kepala BPOM RI Nomor 4 Tahun 2014. Hasil uji kadar natrium siklamat pada sampel
susu bubuk tanpa merk dengan kadar melebihi standar BPOM RI Nomor 4 Tahun 2014
jika dikonsumsi secara terus menerus akan menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
Siklamat merupakan Bahan Tambahan Pangan (BTP)
yang digunakan sebagai pemanis. Siklamat merupakan pemanis buatan yang
mengandung sedikit karbohidrat sehingga aman bagi penderita diabetes dan dapat
mengurangi asupan kalori harian (Chattopadhyay, Raychaudhuri, & Chakraborty, 2014). Rasa manis
siklamat sangat kuat sehingga pada pengenceran hingga 1:10 (dalam liter) masih
dapat dirasakan. Bakteri flora normal pada usus manusia mampu mendesulfonasi
siklamat ke bentuk asalnya yaitu siklohexilamin yang dapat menyebabkan
keracunan kronik dan resiko kanker empedu (Praja, 2015).
Dampak penggunaan BTP berlebih untuk jangka
pendek adalah sakit perut, diare, demam, sakit kepala, mual, dan muntah. Sedangkan
efek jangka panjang dapat memicu timbulnya kanker atau karsinogenik, gangguan
saraf, gangguan fungsi hati, iritasi lambung, dan perubahan fungsi sel (Saparinto, C., Hidayati, 2010). Efek yang
ditimbulkan oleh natrium siklamat akan terlihat setelah berpuluh-puluh tahun.
Natrium siklamat juga tidak mengandung energi dan tidak bergizi (Takayama et al., 2000). Siklohexamin
merupakan hasil metabolisme siklamat yang bersifat karsinogenik dan merangsang
pertumbuhan tumor, kanker kandung kemih, serta dapat menimbulkan migrain (Cahyadi, 2019).
Natrium siklamat mampu membentuk radikal bebas
sehingga dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif. Selain itu dapat juga
menyebabkan terjadinya peningkatan leukosit sehingga menimbulkan leukositosis (Dewi, Suhariyadi, & Woelansari, 2018). Oleh karena
itu penggunaan natrium siklamat terutama pada makanan atau minuman tanpa merek
yang di jual bebas di pasaran perlu diawasi secara ketat oleh pemerintah guna
mengurangi angka kesakitan yang terjadi di Indonesia. Selain itu perlu adanya
penyuluhan tantang bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh penggunaan BTP
berlebih pada makanan atau minuman kepada para produsen makanan yang masih
menggunakan BTP tanpa memperhatikan standar penggunaannya.
Kesimpulan
Hasil analisa kadar natrium siklamat pada sampel
susu bubuk tanpa merek yang beredar di Pasar Sumber Kabupaten Cirebon
didapatkan hasil positif Natrium Siklamat pada seluruh sampel susu bubuk dengan
kadar natrium siklamat tertinggi sebesar 25.600 mg/kg dan terendah sebesar
4.500 mg/kg. Kadar tersebut melebihi batas penggunaan natrium siklamat yang
ditentukan oleh BPOM RI No. 4 Tahun 2014 yaitu sebesar 250 mg/kg.
BIBLIOGRAFI
Anonim. (2014). Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia [online] Tersedia :
Perka No 4 Tahun 2014 Tentang BTP Pemanis_Nett_.Pdf.
Baset,
J., Denney, R., Jeffery, G., Mendham, J. (2013). Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik. In Buku Ajar Vogel diterjemahkan oleh L. Setionodan A. H
Pujdjaatmaka (Edisi keli). Jakarta: EGC.
Cahyadi,
Wisnu. (2019). Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Chattopadhyay,
S., Raychaudhuri, U., & Chakraborty, R. (2014). Nonnutritive sweeteners�a
review. J Food Sci Technol, 51(4), 611�621.
Dewi,
Dina Kusuma, Suhariyadi, Suhariyadi, & Woelansari, Evy Diah. (2018). Efek
Pemberian Natrium Siklamat Secara Oral Terhadap Jumlah Sel Makrofag Peritoneal
Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus L.). Analis Kesehatan Sains, 7(1).
Gandjar,
I. G., & Rohman, A. (2012). Kimia Farmasi Analisis Cetakan X. Yogyakarta,
Pustaka Pelajar, 378�400.
Handayani,
Tutut, & Agustina, Anita. (2015). Penetapan kadar pemanis buatan
(Na-siklamat) pada minuman serbuk instan dengan metode alkalimetri. Jurnal
Farmasi Sains Dan Praktis, 1(1), 1�6.
Maulany,
Soesanty. (2017). Analisis Green Product Terhadap Nilai Pelanggan Dan Dampaknya
Pada Repurchase Intention Konsumen Sariayu Di Yogya Department Store Jalan
Kepatihan Bandung. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(4),
117�132.
Nasional,
Dewan Standardisasi. (1992). Salinan keputusan Menteri Negara Riset dan
Teknologi/Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi selaku Ketua Dewan
Standardisasi Nasional nomor 472/IV. 2.06/HK. 01.04/9/92 tentang perubahan
nomor-nomor SNI lama disesuaikan dengan keputusan Presiden Re. Dewan Standardisasi
Nasional.
Praja,
Denny Indra. (2015). Zat Aditif Makanan: Manfaat dan Bahayanya.
Garudhawaca.
Saparinto,
C., Hidayati, D. (2010). Bahan Tambah Pangan. Yogyakarta: Kanisius.
Sugiyono.
(2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Takayama,
S., Renwick, A. G., Johansson, S. L., Thorgeirsson, U. P., Tsutsumi, M.,
Dalgard, D. W., & Sieber, S. M. (2000). Long-term toxicity and
carcinogenicity study of cyclamate in nonhuman primates. Toxicological
Sciences, 53(1), 33�39.
Wiratna,
Sujarweni. (2015). Statistic Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Gaya Medika.
Yuliarti,
Nurheti. (2007). Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan. CV. Andi Offset.
Yogyakarta. Halaman, 22, 27.
Yusuf,
A. Muri. (2016). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif & penelitian
gabungan. Prenada Media.