How to cite:
Arie Prasetyowati (2024) Prevalensi Anemia Pada Remaja Putri di Kecamatan Mungkid, Kabupaten
Magelang Tahun 2024, (06) 08,
E-ISSN:
2684-883X
PREVALENSI ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI KECAMATAN MUNGKID,
KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2024
Arie Prasetyowati
Puskesmas Mungkid, Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, Indonesia
Abstrak
Anemia didefinisikan sebagai kadar hemoglobin rendah di dalam darah. Remaja putri
beresiko lebih besar untuk mengalami anemia karena mengalami siklus menstruasi dan
perubahan hormon yang membutuhkan lebih banyak nutrisi untuk mendukung produksi sel
darah merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi anemia pada remaja putri
di Kecamatan Mungkid dan karakteristik yang mempengaruhinya. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Penelitian ini
dilakukan pada remaja putri kelas VII dan kelas X di SMP dan SMA se - Kecamatan
Mungkid pada bulan Januari-Febuari 2024. Jumlah sampel sebanyak 794 responden, dengan
teknik pengambilan sampel secara total sampling. Hasil penelitian menunjukan prevalensi
anemia defisiensi besi sebesar 58,1%. Dengan rincian, anemia ringan sebesar 31%, anemia
sedang 27% dan anemia berat 0.1%. berdasarkan hasil uji potong lintang didapatkan
karakteristik usia dan pola menstruasi tidak memiliki hubungan dengan kejadian anemia
dengan p value>0,05. Sedangkan karakteristik status gizi dan pengetahuan memiliki
hubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri dengan p value< 0.05. Kesimpulan:
prevalensi anemia pada remaja putri di kecamatan mungkid, Kabupaten Magelang tahun 2024
adalah sebesar 58,1%. Tidak terdapat hubungan antara karakteristik usia dan pola menstruasi,
namun terdapat hubungan antara karakteritik status gizi dan pengetahuan dengan kejadian
anemia pada remaja putri.
Kata Kunci : Prevalensi, Anemia, Remaja Putri.
Abstract
Anemia is defined as low levels of hemoglobin in the blood. Adolescent girls are at greater
risk of developing anemia because they experience menstrual cycles and hormonal changes
that require more nutrients to support the production of red blood cells. This study aims to
determine the prevalence of anemia in adolescent girls in Mungkid District and the
characteristics that affect it. The type of research used is descriptive research with a cross-
section approach. This research was conducted on adolescent girls in grade VII and class X
at junior and senior high schools in Mungkid District in January-February 2024. The number
of samples was 794 respondents, with a total sampling technique. The results of the study
showed that the prevalence of iron deficiency anemia was 58.1%. With details, mild anemia is
31%, moderate anemia is 27% and severe anemia is 0.1%. Based on the results of the cross-
section test, it was found that age characteristics and menstrual patterns did not have a
relationship with the incidence of anemia with a P value of >0.05. Meanwhile, the
characteristics of nutritional status and knowledge have a relationship with the incidence of
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
Prevalensi Anemia Pada Remaja Putri di Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang Tahun
2024
Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024 3747
anemia in adolescent girls with a p value< 0.05. Conclusion: the prevalence of anemia in
adolescent girls in Mungkid District, Magelang Regency in 2024 is 58.1%. There was no
relationship between age characteristics and menstrual patterns, but there was a relationship
between nutritional status characteristics and knowledge and the incidence of anemia in
adolescent girls.
Keywords: Prevalence of Anemia, Adolescent Women
PENDAHULUAN
Anemia adalah suatu kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah fugsional atau
kadar Hemoglobin (Hb) kurang dari 12gr/dl pada perempuan. Penyebab utama anemia di
seluruh dunia adalah defisiensi besi, yang menyebabkan sel darah menjadi mikrositik dan
hipokromik dan dapat terlihat di apusan darah tepi. Beberapa faktor penyebab anemia
defisiensi besi seperti usia, jenis kelamin dan status sosial ekonomi (Naigamwalla, Webb, &
Giger, 2012).
Anemia defiensi besi adalah permasalahan kesehatan global serius yang paling sering
menyerang remaja putri. WHO memperkirakan terdapat 30% wanita berusia 15-49 tahun
mengalami anemia. Tidak ada keluhan spesifik yang dirasakan oleh penderita anemia,
beberapa mengeluhkan pusing, sering merasa lelah dan lemah serta sering mengantuk, namun
kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan kognitif, menurunkan prestasi, dan berkurangnya
produktivitas pada remaja (Bhadra & Deb, 2020).
Prevalensi anemia di Indonesia masih sangat tinggi, berdasarkan data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) Badan Litbangkes Kemenkes RI tahun 2018, prevalensi anemia pada
remaja putri sebesar 32%. Dari data tersebut menunjukan bahwa tiga sampai empat dari
sepuluh remaja putri di Indonesia menderita anemia (Jember, 2021).
Adapun pemerintah memiliki program untuk remaja putri disekolah yaitu memberikan
satu butir Tablet Tambah Darah (TTD) setiap minggu sepanjang tahun dengan total 52 butir.
Proporsi jumlah butir TTD memadai yang diperoleh remaja putri umur 10-19 tahun, secara
nasional paling banyak diperoleh dari fasilitas kesehatan (7,9%), dari sekolah (6,1%), dan
melalui inisiatif sendiri (4,9%). Diantara jumlah butir yang diperoleh tersebut, proporsi
jumlah TTD yang diminum > 52butir dalam satu tahun adalah 4,2% (diperoleh dari fasilitas
Kesehatan), 3,0% (diperoleh dari sekolah) dan 4,3% (diperoleh dari inisiatif sendiri) (Rizka &
Kardiwinata, 2023).
Anemia pada remaja putri merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia pada
kehamilan, yang dapat meningkatkan angka kematian ibu, insiden berat bayi lahir rendah,
maupun kematian prenatal. Gizi remaja adalah refleksi dari awal kekurangan gizi anak usia
dini. Oleh karena itu, penting mengontrol anemia pada remaja dengan memastikan kebutuhan
zat besi terpenuhi untuk mencegah anemia pada kehamilan (Priyanto, 2018).
Pengukuran kadar hemoglobin untuk mengetahui prevalensi anemia pada remaja putri
sudah rutin dilaksanakan setiap tahunnya di SMP dan SMA se-kecamatan Mungkid. Namun,
pengukuran tersebut belum mencoba mencari karakteristik yang mempengaruhinya. Oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi anemia pada remaja putri di
Kecamatan Mungkid dan mencari faktor yang mempengaruhi.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan potong
lintang, untuk mengetahui karakteristik yang berhubungan dengan anemia defisiensi besi pada
Arie Prasetyowati
3748 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
remaja putri. Penelitian ini dilakukan pada remaja putri kelas VII dan kelas X di SMP dan
SMA se - Kecamatan Mungkid pada bulan Januari-Febuari 2024. Jumlah sampel sebanyak
794 responden, dengan teknik pengambilan sampel secara total sampling. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan Hb menggunakan alat Easytouch GCHB,
pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk mengukur status gizi, wawancara tentang pola
menstruasi dan pengetahuan tentang anemia. Analisis data dilakukan secara bivariat
menggunakan uji chi square.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Tabel 1. Sebaran Karakteristik Remaja Putri
Rerata
Jumlah
Umur (tahun)
14,91
Berat badan (kg)
48, 4
Tinggi badan (cm)
151,2
Kadar Hb (g/dl)
Anemia
-Anemia ringan
-Anemia sedang
-Anemia berat
Tidak Anemia
10,51
464 (58,1%)
246 (31%)
215 (27%)
3 (0,1%)
285 (41,9%)
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa sebaran karakteristik remaja putri dalam
penelitian ini rerata berumur 14,91, dengan berat badan 48, 4 kg , tinggi badan 151,2 cm dan
rerata kadar Hb adalah 10,51 gr/dl. Untuk responden yang mengalami anemia sebanyak 464
responden (58,1%) dengan rincian yaitu anemia ringan sebanyak 246 responden (31%),
anemia sedang 215 responden (27,0%) dan berat sebanyak 3 responden (0,1%). Sedangkan
untuk remaja putri yang tidak anemia sebanyak 285 responden (41,9%).
Tabel 2. Karakteristik Remaja Putri berdasarkan kejadian anemia
Berdasarkan tabel 2 dari hasil uji statistic didapatkan karakteristik yang berhubungan
dengan prevalensi anemia pada remaja putri yaitu status gizi dan pengetahuan tentang anemia
Karakteristik Remaja Putri
Ya
Tidak
Total
n
%
n
%
N=794
Umur (tahun)
< 15
122
27,9
315
72,09
438
p>0,05a
> 15
Status Gizi
Kurang-Lebih
76
382
25
75
230
127
77
25
306
509
P<0,05
Normal
PolaMenstruasi
Normal
122
114
42,8
22,8
163
387
57,1
77,2
285
501
p>0,05
Tidak
103
35
190
65
293
Pengetahuan Anemia
Baik
88
28,6
221
71,4
309
P<0,05
Tidak
315
65
170
35
485
Prevalensi Anemia Pada Remaja Putri di Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang Tahun
2024
Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024 3749
dengan p value < 0,05. Sedangkan karakteristik umur dan pola menstruasi memiliki p value
>0,005 yang berarti tidak memiliki hubungan dengan prevalensi anemia pada remaja putri.
Prevalensi Anemia Pada Remaja Putri di Kecamatan Mungkid
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa hampir sebagian besar remaja putri
kelas VII dan kelas X mengalami anemia yaitu sebanyak 58,1%. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Basith, Manavalan, Shin, & Lee, 2019) yang
menunjukan bahwa sebanyak 27 dari 50 responden atau sekitar 54% mengalami anemia.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sriningrat, Yuliyatni, &
Ani, (2019) yang menunjukkan bahwa sebanyak 34 dari 74 repsonden (45,9%) mengalami
anemia. Rerata umur dari keseluruhan responden adalah 14,7 tahun dengan umur termuda 12
tahun dan tertua 17 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Handayani & Sugiarsih, (2022)
menemukan angka kejadian pada remaja sebanyak 69,2%. (Neamatollahi, Naghibzadeh,
Abrishami, & Yaghmaee, 2017) menemukan sebanyak 87,7% remaja putri mengalami
anemia. (Incio et al., 2016) menemukan 60% remaja putri mengalami anemia. Penelitian Isati
(2017) menemukan remaja putri di Jambi yang mengalami anemia sebesar 87,7%. (Sriningrat
et al., 2019) (Jambi, 2016).
Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
usia dengan kejadian anemia pada remaja putri (p value >0,05). Hasil penelitian ini sejalan
dengan Indrawatiningsih (2021) di Kabupaten Batanghari, Jambi, yang memperoleh hasil p
value=0,224 yang berarti tidak ada hubungan antara usia remaja dengan kejadian anemia.
Kejadian anemia di kecamatan mungkid yang termasuk tinggi bisa disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti cukup banyaknya remaja putri yang tinggal di pondok pesantren atau
lingkungan asrama, dimana kehidupan di asrama memiliki beberapa peraturan tertentu dan
kegiatan yang cukup padat. Selain itu untuk status ekonomi orangtua bisa dikatakan bervariasi
mulai dari menengah ke bawah hingga atas. Hal ini dapat terlihat dari beberapa jenis
pesantren atau sekolah tersebut.
Anemia pada remaja merupakan hal yang beresiko menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan fisik, gangguan perilaku dan gangguan emosional. Gangguan tersebut akan
mengganggu pertumbuhan sel otak yang berakibat daya tahan tubuh menurun, mudah lemas,
lapar,konsetrasi belajar terganggu, dan prestasi belajar menurun (Indrawatiningsih, Hamid,
Sari, & Listiono, 2021).
Puskesmas Mungkid selaku puskesmas yang berada di kecamatan Mungkid selama ini
telah memberikan TTD kepada remaja putri baik di sekolah setara SMP dan SMA, maupun
pesantren. Pengecekan Hb juga dilakukan secara berkala pada remaja putri kelas VII dan X11.
Namun selama ini evaluasi pemberian TTD tersebut belum dilakukan secara maksimal,
seperti belum di lakukannya pemeriksaan Hb ulang pada remaja yang telah diberikan TTD
selama 52 hari.
Arie Prasetyowati
3750 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di Kecamatan
Mungkid
Berdasarkan Tabel 2 didapatkan bahwa remaja yang memiliki gizi tidak normal
(kurang lebih) mengalami kejadian anemia lebih besar yaitu sebanyak 382 responden
(75%), dibandingkan remaja putri yang memiliki status gizi normal dan mengalami kejadian
anemia yaitu sebanyak 122 responden (42,8%).
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara status gizi dengan
kejadian anemia pada remaja putri di Kecamatan Mungkid (p value<0,05). Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Kaimudin (2017) di Kendari yang menemukan status gizi (p
value=0,04) yang berarti memiliki hubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri.
Sharmila (2017) pada penelitiannya juga menemukan adanya hubungan antara IMT dengan
kejadian anemia pada remaja putri. Sukarno (2016) dalam penelitiannya juga menunjukkan
ada hubungan antara IMT dengan kadar Hb pada remaja putri (Kaimudin, Lestari, & Afa,
2017; Sharmila & Kumar, 2017; Sukarno, Marunduh, & Pangemanan, 2016).
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiman
(2016) bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan anemia gizi besi (AGB)
dengan p value 1,000 >0,05 dengan Status gizi pada siswi di SMAN 4 Cimahi yang bersatus
gizi kurus sebanyak 4.9% dan overweight 3.7% (Budiman & Vianingsih, 2016).
Jika dilihat dari Tabel 2, presentase responden yang memiliki status gizi yang tidak
anemia lebih besar dibandingkan responden dengan status gizi normal dan mengalami
anemia. Karena masa remaja merupakan masa yang membutuhkan lebih banyak zat gizi untuk
pertumbuhan dan perkembanganya.
Peningkatan kebutuhan zat besi pada masa pertumbuhan remaja dan saat menstruasi,
harus diimbangi dengan asupan gizi yang adekuat. Perilaku makan yang sering salah pada
masa remaja yaitu melewatkan sarapan, sering mengkonsumsi makanan instan atau cepat saji,
konsumsi makanan tinggi lemak dan garam, serta jarang mengkonsumsi sayur dan buah.
Asupan gizi yang tidak adekuat akan mengakibatkan kurangnya asupan zat besi, padahal zat
besi merupakan zat utama pembentuk Hb. Jika asupan zat besi berkurang maka pembetukan
Hb pun menjadi rendah dan mengakibatkan anemia (Indrawatiningsih et al., 2021).
Hubungan Pengetahuan Terhadap kejadian Anemia Pada Remaja Putri
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan kejadian anemia pada remaja putri (p value < 0,05). Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Caturiyatiningtyas (2015) di Sukoharjo yang menemukan ada
hubungan antara pengetahuan dengan kejadian anemia pada remaja (p value= 0,03). Namun
hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2014) di
Bengkulu dan Farinendya (2019) yang tidak menemukan adanya hubungan pengetahuan
dengan kejadian anemia pada remaja putri (Caturiyantiningtiyas, Bejo Raharjo, & Dwi Astuti,
2015; Farinendya, Muniroh, & Buanasita, 2019; Suryani, Hafiani, & Junita, 2015).
Pada penelitian ini ditemukan 65% remaja putri yang tidak memiliki pengetahuan baik
mengalami anemia. Rendahnya pengetahuan remaja terhadap anemia mengakibatkan kurang
pedulinya remaja putri untuk mengkonsumsi TTD terutama saat menstruasi. Selain itu,
Prevalensi Anemia Pada Remaja Putri di Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang Tahun
2024
Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024 3751
informasi mengenai pentingnya mencegah anemia dengan asupan yang seimbang, bahaya
anemia dan pentingnya konsumsi TTD yang diperoleh oleh remaja putri kurang digiatkan
oleh media massa, sekolah maupun fasilitas kesehatan primer.
Adanya hubungan antara pengetahuan dengan kejadian anemia menandakan bahwa
anemia dapat dicegah dengan pemberian informasi yang benar dan akurat dan secara terus
menerus agar pengetahuan dapat meningkat dan dapat mengubah pola hidup remaja lebih
sehat. Pengetahuan mengenai pentingnya konsumsi TTD selama 52 butir dan evaluasi
pemberiannya juga harus mulai digiatkan. Remaja putri yang sadar tentang pentingnya asupan
gizi seimbang untuk mencegah anemia didahului oleh pengetahuan yang baik
KESIMPULAN
Penelitian ini menyimpulkan bahwa prevalensi anemia pada remaja putri di Kecamatan
Mungkid, Kabupaten Magelang tahun 2024 adalah sebesar 58,1%. Tidak terdapat hubungan
antara karakteristik usia dan pola menstruasi, namun terdapat hubungan antara karakteritik
status gizi dan pengetahuan dengan kejadian anemia pada remaja putri di Kecamatan
Mungkid.
BIBLIOGRAFI
Basith, Shaherin, Manavalan, Balachandran, Shin, Tae Hwan, & Lee, Gwang. (2019).
SDM6A: a web-based integrative machine-learning framework for predicting 6mA sites
in the rice genome. Molecular Therapy-Nucleic Acids, 18, 131141.
Bhadra, Preetha, & Deb, A. (2020). A review on nutritional anemia. Indian Journal of
Natural Sciences, 10(59), 1846618474.
Budiman, Vianingsih Y., & Vianingsih, Yuni. (2016). Pengaruh Kebiasaan Konsumsi Zat
Besi (Fe) dan Status Gizi terhadap Kejadian Anemia Gizi Besi (AGB) pada Siswi di
SMAN 4 Cimahi. Edusentris, J Ilmu Pendidik Dan Pengajaran, 3(1).
Caturiyantiningtiyas, Titin, Bejo Raharjo, S. K. M., & Dwi Astuti, S. K. M. (2015).
Hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku dengan kejadian anemia remaja
putri kelas X dan XI SMA Negeri 1 Polokarto. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Farinendya, Arnoveminisa, Muniroh, Lailatul, & Buanasita, Annas. (2019). Hubungan
Tingkat Kecukupan Zat Gizi Dan Siklus Menstruasi Dengan Anemia Pada Remaja Putri
The Correlation of Nutrition Adequacy Level and Menstrual Cycle with Anemia Among
Adolescent Girls. Amerta Nutrition, 3(4), 298304.
Handayani, Ida Farida, & Sugiarsih, Ugi. (2022). Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di
SMP Budi Mulia Kabupaten Karawang Tahun 2018. Muhammadiyah Journal of
Midwifery, 2(2), 7689.
Incio, Joao, Liu, Hao, Suboj, Priya, Chin, Shan M., Chen, Ivy X., Pinter, Matthias, Ng, Mei
R., Nia, Hadi T., Grahovac, Jelena, & Kao, Shannon. (2016). Obesity-induced
inflammation and desmoplasia promote pancreatic cancer progression and resistance to
chemotherapy. Cancer Discovery, 6(8), 852869.
Indrawatiningsih, Yeni, Hamid, S. T. Aisjah, Sari, Erma Puspita, & Listiono, Heru. (2021).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Anemia pada Remaja Putri. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 21(1), 331337.
Jambi, Jurnal Kesmas. (2016). Determinan Kejadian Anemia Remaja Putri di SMP Negeri 22
Kota Jambi. Jurnal Kesmas Jambi, 1(1), 110.
Jember, Dukungan Sosial Di Kabupaten. (2021). Health Estimates. world Heal Organ.
Published online 2017. 4. Kemenkes RI R. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar
Arie Prasetyowati
3752 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
2018. Badan Penelit dan Pengemb Kesehat. Published online 2018. 5. Badan Litbangkes
Kemenkes RI. Laporan Provinsi Jambi RISKESDAS 2018. Badan Penelit dan Pengemb
Kesehat. Published online 2018. Policy, 3(2), 92101.
Kaimudin, Nur Ia, Lestari, Hariati, & Afa, Jusniar Rusli. (2017). Skrining dan determinan
kejadian anemia pada remaja putri sma negeri 3 kendari tahun 2017. Haluoleo
University.
Naigamwalla, Dinaz Z., Webb, Jinelle A., & Giger, Urs. (2012). Iron deficiency anemia. The
Canadian Veterinary Journal, 53(3), 250.
Neamatollahi, Peyman, Naghibzadeh, Mahmoud, Abrishami, Saeid, & Yaghmaee,
Mohammad Hossein. (2017). Distributed clustering-task scheduling for wireless sensor
networks using dynamic hyper round policy. IEEE Transactions on Mobile Computing,
17(2), 334347.
Priyanto, Lukman Dwi. (2018). Hubungan umur, tingkat pendidikan, dan aktivitas fisik
santriwati husada dengan anemia. Jurnal Berkala Epidemiologi, 6(2), 139146.
Rizka, Aldila Selita Lailatul, & Kardiwinata, Made Pasek. (2023). Analisis Kejadian Penyakit
Gagal Ginjal Kronis Pada Penderita Diabetes Melitus Di Indonesia: Analisis Data Riset
Kesehatan Dasar 2018. J Hari Reg, 10(3).
Sharmila, Pauline, & Kumar, R. Sree Raja. (2017). Correlation between Prevalance of
Anemia and Body Mass Index among Adolescent Girls. Int J Sci Res, 6(11), 14.
Sriningrat, IGAA, Yuliyatni, Putu Cintya Denny, & Ani, Luh Seri. (2019). Prevalensi anemia
pada remaja putri di kota Denpasar. E-Jurnal Medika, 8(2), 16.
Sukarno, Karina Janneta, Marunduh, Sylvia R., & Pangemanan, Damajanty H. C. (2016).
Hubungan indeks massa tubuh dengan kadar hemoglobin pada remaja di Kecamatan
Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. JKK (Jurnal Kedokteran
Klinik), 1(1), 2935.
Suryani, Desri, Hafiani, Riska, & Junita, Rinsesti. (2015). Analisis pola makan dan anemia
gizi besi pada remaja putri Kota Bengkulu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas,
10(1), 1118.
Copyright holder:
Arie Prasetyowati (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: