Syntax Idea : p�ISSN: 2684-6853� e-ISSN : 2684-883X�����
Vol. 2, No. 7, Juli 2020
PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING PADA
APLIKASI PLACEPLUS UNTUK MENCARI COWORKING SPACE
Aditya Putra
Irawan, Irving Vitra Paputungan dan Beni Suranto
Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta
Email: [email protected],
[email protected] dan [email protected]
Abstrak
Pencarian coworking space kadangkala menjadi sebuah permasalahan di
kalangan para penggunanya. Ada beberapa pertimbangan sampai pada akhirnya
menentukan salah satu dari beberapa pilihan yang tersedia. Artikel ini
menyajikan penerapan Simple Additive Weighting (SAW) sebagai metode pendukung
keputusan pencarian coworking space. Metode SAW akan melakukan proses
perangkingan keputusan dari beberapa alternatif. Kriteria yang digunakan dalam
proses pengambilan keputusan yaitu kenyamanan tempat, kestrategisan lokasi,
pelayanan/service, fasilitas, dan luas tempat parkir. Beberapa rekomendasi
coworking space akan diurutkan berdasarkan bobot akhir yang didapat. Metode SAW
ini diterapkan pada aplikasi PlacePlus yang dijalankan pada sistem operasi web.
Hasil eksperimen menunjukkan Sinergi Cowork and Network Space berada pada
urutan pertama coworking space yang paling direkomendasikan kepada calon
pengguna.
Kata
kunci: Coworking
Space; Simple Additive Weighting; Web
Pendahuluan
Komputer dapat
digunakan sebagai media pencarian informasi untuk mempermudah kerja dan kinerja
orang yang menggunakannya. Informasi-informasi tersebut sangat mudah didapatkan
melalui teknologi jaringan internet yang telah tersebar luas di dunia (Kuswantoro, 2017). Perkembangan
startup di Indonesia sedang tumbuh dengan pesat belakangan ini. Jumlah startup
yang berada di angka 992 pada tahun 2018 menurut Badan Ekonomi Kreatif
(BEKRAF) (Zulfikar, 2018), meningkat menjadi 2.193 di tahun 2019 menurut
Kemenkominfo. Ini membuat Indonesia menduduki urutan nomor 5 (lima) dengan
jumlah startup terbanyak di dunia, setelah Amerika Serikat, India,
Inggris Raya (United Kingdom), dan Kanada (Muslim, 2020). Namun sekitar 38,83% menurut hasil survei
yang dilakukan BEKRAF dan Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan
Komunikasi Indonesia (MIKTI) pada tahun 2018, startup yang baru memulai terjun
di Industri ini sedikit bermasalah pada modal awal. Sehingga banyak diantara
mereka memutuskan bekerja secara tim pada sebuah tempat yang dinamakan coworking
space untuk menekan biaya sewa tempat.
Di
Indonesia, coworking space pertama lahir di Bandung. Bernama Hackerspace
diinisiasi oleh Forum Web Anak Bandung (FOWAB) pada tahun 2010. Coworking space
merupakan ruang kerja yang memiliki konsep bekerja bersama untuk para
pekerja. Tempat ini disediakan bagi mereka yang biasanya tidak bisa bekerja
ditempat yang sama setiap harinya, atau pekerja yang belum memiliki kantor
sendiri. Ruang kerja pada coworking space memiliki harga yang relatif
rendah dan mudah diakses sehingga membuka kesempatan mendapatkan suasana dengan
latar belakang yang berbeda dan dapat saling berbagi pengetahuan. Karena itulah
coworking space adalah solusi ruang kerja yang fleksibel dan kolaboratif
(LaSalle, 2016).
Penerimaan
yang baik dari pengguna terhadap adanya coworking space membuat
perkembangannya menjadi pesat, baik di dunia maupun di Indonesia (Eka, 2018). Menurut hasil riset Jones Lang
LaSalle Indonesia (JLL), pertumbuhan coworking space akan terus
meningkat 34% pada tahun 2019 (Salsabila,
n.d.). Angka tersebut diperkirakan masih
akan terus meningkat semakin banyaknya pelaku startup yang memerlukan
tempat.
Akan
tetapi memilih atau mencari salah satu di antara sekian banyak coworking
space yang tersedia untuk digunakan bukan hal yang mudah dikarenakan
informasi yang terbatas dan kurang. Coworking space lebih sering
ditentukan berdasarkan rekomendasi dari teman atau keluarga bahkan hanya
berdasarkan lokasi. Sehingga kadang sebagian pengguna melakukan peninjauan
langsung ke lokasi terlebih dahulu untuk memantapkan pilihannya. Hal
tersebut juga dikarenakan adanya beberapa fasilitas dan pelayanan yang berbeda
dari tiap-tiap coworking space.
Sebuah
platform berbasis web dihadirkan dan diharapkan dapat dijadikan salah
satu solusi atas permasalahan tersebut. PlacePlus hadir untuk memberi kemudahan
bagi pengguna dan penyedia coworking space. PlacePlus, dibandingkan
dengan platform lain yang serupa, menyediakan fitur pemilihan coworking
space berdasarkan beberapa atribut yaitu, kenyamanan tempat, kestrategisan
lokasi, pelayanan/service, fasilitas, dan luas tempat parkir. PlacePlus juga hadir sebagai media promosi dan iklan coworking space yang dikelolanya.
Dalam proses pengambilan keputusan terhadap sebuah masalah haruslah tepat sasaran, karena hal ini
berkaitan dengan keputusan yang akan diambil oleh pengambil keputusan. Sehingga dibutuhkan sebuah teknik atau metode
untuk mengambil keputusan untuk menghindari pengambilan keputusan berdasarkan persepsi atau keinginan
pengambil keputusan �(Mude, 2016). Terdapat 4 (empat) metode utama untuk
mendukung keputusan dalam mencari atau memilih dari beberapa alternatif yang
tersedia. Analytic Hierarchy Process (AHP) yang digunakan pada pemilihan
jurusan pada SMK (Frieyadie &
Ramadhan, 2018; Rahmayu & Serli, 2018) dan analisis faktor-faktor promosi dalam mempengaruhi
pembeli dalam membeli sebuah produk (Lestiani, 2020). SAW yang digunakan pada pemilihan
motor (Hermanto &
Izzah, 2018) dan pemilihan siswa terbaik (Setiadi,
Yunita, & Ningsih, 2018). Product (WP) yang digunakan
pada pemilihan smartphone (Khairina,
Ivando, & Maharani, 2016)
dan pemilihan laptop (Susliansyah, Aria & Susilowati, 2019), sedangkan Technique for Order
Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) yang digunakan pada
pemilihan lokasi pendirian toko dan penentuan keluarga miskin (Muzakkir, 2017).
Metode Simple Additive Weighting (SAW) dipilih untuk diterapkan
pada kasus pemilihan coworking
space karena merupakan metode yang sederhana secara perhitungan dan kemampuannya menghasilkan penilaian akan lebih tepat karena
didasarkan pada nilai kriteria dari bobot
preferensi yang telah ditentukan. Metode SAW dapat memberikan alternatif terbaik dari beberapa alternatif
dari hasil penjumlahan terbobot setiap alternative (Kusumadewi,
Hartati, Harjoko, & Wardoyo, 2006). Setelah itu dilanjutkan dengan proses
perangkingan yang akan mengurutkan alternatif terbaik.
Berikut adalah susunan artikel ini, Studi
Pustaka dari beberapa artikel tentang metode pemilihan atau pencarian disajikan pada paragraf ke-6 (enam) dibagian pendahuluan, selanjutnya penjabaran bagaimana Metode SAW digunakan terdapat di metode penelitian, setelah itu hasil dan pembahasan,
dan terakhir kesimpulan dan
saran disajikan secara singkat.
Metode Penelitian
Metode SAW memiliki
konsep mencari penjumlahan yang memiliki bobot dari rating pada setiap alternatif pada semua kriteria. Metode SAW membutuhkan proses pembentukan matriks keputusan (X) yang ditunjukan
pada Rumus 1 dan dilanjutkan
proses normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ditunjukan pada Rumus 2.
Rumus 1
Rumus 2
Notasi rij
merupakan rating kinerja
ternormalisasi dari alternatif Ai pada atribut
Cj : i = 1,2,..,m dan j=1,2,..,n. Dengan ketentuan:
1) Dikatakan atribut
keuntungan (benefit) apabila
atribut banyak memberikan keuntungan bagi pengambil keputusan, sedangkan atribut biaya (cost) merupakan atribut yang banyak memberikan pengeluaran jika nilainya semakin besar bagi pengambil
keputusan.
2) Apabila berupa
atribut keuntungan maka nilai (xij)
dari setiap kolom atribut dibagi
dengan nilai (MAX xij) dari setiap kolom, sedangkan
untuk atribut biaya, nilai (MIN xij) dari setiap kolom atribut
dibagi dengan nilai (xij) setiap kolom.
3) Preferensi untuk
setiap alternatif dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus 3
Keterangan:
Vi = rangking untuk
setiap alternatif.
wij = nilai
bobot rangking (dari setiap kriteria).
rij = nilai rating kinerja ternormalisasi.
Nilai preferensi
yang lebih besar menunjukkan bahwa alternatif AI yang terbaik.
1. Pengumpulan Data
Wawancara dilakukan kepada pegawai dan pengguna setiap coworking space yang didatangi
untuk mendapatkan data kriteria untuk keperluan sistem pendukung keputusan yang akan dibuat. Berdasarkan
wawancara diketahui, kriteria-kriteria yang umumnya diinginkan dalam proses pengambilan keputusan yaitu kenyamanan tempat, kestrategisan lokasi, pelayanan/service,
fasilitas, dan luas tempat parkir. Proses pengumpulan data dilakukan tiga orang pengguna disetiap coworking space dengan
memberikan ulasan berupa nilai range (0-100),
lalu menghitung rata-rata penilaian setiap kriteria. Hasil pengumpulan data ditunjukkan oleh Tabel 1 dan
Hasil rata-rata penelitian setiap
alternatif terhadap kriteria-kriteria ditunjukkan
oleh Tabel 2.
Tabel 1
Data alternatif coworking
space dan kriteria penilaian
Tabel 2
Data alternatif coworking
space dan rata-rata kriteria penilaian.
2. Pemodelan Keputusan
Model yang digunakan untuk merepresentasikan masalah penentuan coworking space terbaik
yang ada di sebuah kota adalah Multi Attribute Deicision Making (MADM). Metode
SAW dipakai untuk dipakai untuk melakukan
proses perangkingan keputusan.
Pemodelan keputusan serta metode yang digunakan ditunjukkan oleh Gambar
1.
Gambar 1
Pemodelan keputusan
Tahapan pembuatan
model keputusan melalui langkah-langkah berikut:
1) Kriteria
Kriteria diperlukan
untuk menilai alternatif keputusan. Setiap kriteria memiliki bobot yang berbeda sesuai kebutuhan. Selengkapnya ditunjukkan dalam Tabel 3.
Tabel 3
Pengklasifikasi kriteria
2) Alternatif
Alternatif merupakan
objek-objek yang akan menjadi kandidat pilihan. Alternatif yang akan menjadi pilihan
coworking space terbaik pada studi kasus ini
adalah coworking space yang berada di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta yaitu Sinergi Cowork and Network Space,
Lantai Bumi Coffe and Space, Relasi
Co-Working Space, Kolektif Collaboraction
Space, dan ETHES Coworking - Coliving & Lounge.
Hasil total akumulasi dari alternatif-alternatif tersebut akan menghasilkan alternatif mana yang terbaik untuk dipilih. Dalam implementasinya, tidak dibatasi jumlah alternatif yang dapat dimasukkan pada SPK.
3) Bobot
Pada Metode
SAW pembobotan terhadap kriteria-kriteria dilakukan dengan memberikan nilai dalam satuan
persen (%) ditunjukkan pada
Tabel 4.
Tabel 4
Data bobot setiap kriteria
KRITERIA |
BOBOT |
Kenyamanan Tempat (C1) |
20% |
Kestrategisan Lokasi (C2) |
20% |
Pelayanan (C3) |
25% |
Fasilitas (C4) |
25% |
Luas Parkiran
(C5) |
10% |
3. Perancangan SPK
Perancangan SPK meliputi
perancangan basis data yang ditunjukan
pada Gambar 2 dan perancangan proses penghitungan preferensi yang ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 2
Database SPK Metode SAW
Gambar 3
Proses Penghitungan Preferensi Metode SAW
Hasil dan Pembahasan
A. Perangkingan keputusan
menggunakan Metode SAW mengikuti langkah-langkah berikut ini:
1)
Pemberian rating kecocokan dari setiap alternatif pada setiap kriteria keputusan yang ditunjukan pada Tabel 5.
Tabel 5
Data rating setiap alternatif pada setiap kriteria
2)
Membentuk Matriks
X menggunakan (Rumus 1).
3)
Normalisasi Matriks
X menggunakan (Rumus 2).
4)
Perangkingan keputusan
menerapkan (Rumus 3), sehingga diperoleh hasil pada Tabel 6.
5)
Nilai rangking terbesar
pada Tabel 6 berapa pada V1,
sehingga alternatif AI
merupakan alternatif terbaik. Maksudnya, Aplikasi PlacePlus memilih Sinergi Cowork and Network Space yang paling terbaik
direkomendasikan kepada calon pengguna coworking space.
Tabel 6
Rangking keputusan setiap alternatif
ALTERNATIF |
NILAI PREFERENSI |
Sinergi Cowork and
Network Space (V1) |
0.9056 |
Lantai Bumi Coffe and Space (V2) |
0.9035 |
Relasi Co-Working Space (V3) |
0.8991 |
Kolektif Collaboraction
Space (V4) |
0.8724 |
ETHES Coworking - Coliving
& Lounge (V5) |
0.8714 |
B. Perangkingan keputusan
coworking space yang paling terbaik direkomendasikan ditunjukan pada
Gambar 4.
Gambar
4
Perangking coworking space yang direkomendasikan pada aplikasi
PlacePlus di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta
Kesimpulan
Dari
perhitungan didapatkan bahwa coworking space Sinergi Cowork and Network
Space adalah coworking space yang paling terbaik direkomendasikan untuk
calon pengguna di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Hal ini karena nilai
preferensi yang dimiliki Sinergi Cowork and Network Space lebih tinggi
dibandingkan alternatif coworking space yang lain. Sehingga disimpulkan
bahwa penerapan Metode SAW ini mampu memberikan alternatif keputusan yang terbaik dengan studi kasus penentuan coworking
space yang ada di sebuah kota, sehingga mampu menjadikan solusi dari permasalahan untuk
menentukan suatu keputusan yang bijaksana dan sesuai logika tanpa bersifat
subjektif.
Saran
untuk pengembangan kedepan agar lebih baik lagi, diharapkan bisa menambah
kriteria yang digunakan sebagai pengambilan keputusan, diharapkan juga dapat
mengimplementasikan menggunakan metode-metode lain demi mencapai hasil yang
lebih baik.
BIBLIOGRAFI
Eka,
R. (2018). Laporan dailysocial: tren pengguna layanan coworking space di
Indonesia 2018. Retrieved from
https://dailysocial.id/post/riset-coworking-space-indonesia-2018
Frieyadie,
Frieyadie, & Ramadhan, Surya Mahendra. (2018). Penerapan Metode AHP Untuk
Membantu Siswa Memilih Jurusan Yang Tepat Di SMK. Jurnal RESTI (Rekayasa
Sistem Dan Teknologi Informasi), 2(3), 662�667.
Hermanto,
Hermanto, & Izzah, Nailul. (2018). Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan
Motor Dengan Metode Simple Additive Weighting (SAW). Matematika Dan
Pembelajaran, 6(2), 184�200.
Khairina,
Dyna Marisa, Ivando, Dio, & Maharani, Septya. (2016). Implementasi Metode
Weighted Product Untuk Aplikasi Pemilihan Smartphone Android. Jurnal Infotel,
8(1), 16�23.
Kusumadewi,
Sri, Hartati, Sri, Harjoko, Agus, & Wardoyo, Retantyo. (2006). Fuzzy
Multi-Attribute Decision Making (Fuzzy MADM). Yogyakarta: Graha Ilmu,
78�79.
Kuswantoro,
Tedi. (2017). Pengembangan Sistem Informasi Akademik Pada Amik Bumi Nusantara
Berbasis Web. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(12),
123�136.
LaSalle,
Jones Lang. (2016). A new era of coworking. Obtenido de http://www. ap.
jll. com/asiapacific/en-gb/Research/A-New-Era-Of �.
Lestiani,
Melia Eka. (2020). Faktor-Faktor Dominan Promosi Yang Mempengaruhi Motivasi
Konsumen Dalam Membeli Suatu Produk Dengan Menggunakan Metode Ahp. Jurnal
Industri Elektro Dan Penerbangan, 1(1).
Mude,
Muhammad Aliyazid. (2016). Perbandingan Metode SAW dan TOPSIS pada kasus UMKM. Ilkom
Jurnal Ilmiah, 8(2), 76�81.
Muslim,
A. (2020). Menkominfo banggakan pertumbuhan start-up ri.
https://investor.id/it-and-telecommunication/menkominfo-banggakan-pertumbuhan-startup-ri.
Muzakkir,
Irvan. (2017). Penerapan metode topsis untuk sistem pendukung keputusan
penentuan keluarga miskin pada desa panca karsa ii. ILKOM Jurnal Ilmiah,
9(3), 274�281.
Rahmayu,
Mulia, & Serli, Rosi Kusuma. (2018). Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan
Jurusan Pada Smk Putra Nusantara Jakarta Menggunakan Metode Analytical
Hierarchy Process (Ahp). Simetris: Jurnal Teknik Mesin, Elektro Dan Ilmu
Komputer, 9(1), 551�564.
Salsabila,
P. (n.d.). Pasar coworking space melesat, lokal mendominasi. Retrieved from
2019 website:
https://ekonomi.bisnis.com/read/20190425/47/915678/pasar-coworking-space-melesat-lokal-mendominasi
Setiadi,
Ahmad, Yunita, Yunita, & Ningsih, Anisa Ratna. (2018). Penerapan Metode
Simple Additive Weighting (SAW) Untuk Pemilihan Siswa Terbaik. Jurnal
Sisfokom (Sistem Informasi Dan Komputer), 7(2), 104�109.
Zulfikar,
R. (2018). Mapping & database startup Indonesia 2018. Retrieved from
https://www.bekraf.go.id/pustaka/page/mapping-database-startup-indonesia-2018.
�