How to cite:
Yuddie Gunawan (2024) Motivasi Melanjutkan Pendidikan Formal pada Karyawan Perusahaan
Group Eightin Jakarta, (06) 08,
E-ISSN:
2684-883X
MOTIVASI MELANJUTKAN PENDIDIKAN FORMAL PADA KARYAWAN
PERUSAHAAN GROUP EIGHTIN JAKARTA
Yuddie Gunawan
Universitas Pelita Harapan, Indonesia
Abstrak
Kualitas sumber daya manusia pada industri perhotelan sangat mempengaruhi performa
perusahaan, tetapi Eightin Hotel memiliki sumber daya manusia yang belum memiliki
kualitas pendidikan yang baik. Untuk meningkatkan performa dari perusahaan, pentingnya
meningkatkan motivasi karyawan untuk melajutkan pendidikan mereka. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara, pengisian angket, dan oberservasi. Subjek penelitian adalah
karyawan Eightin yang terdiri dari divisi kamar, divisi restoran, dan divisi finance. Hasil dari
penelitian ini adalah karyawan Hotel Eightin menganggap pendidikan penting untuk
meningkatkan karir dan kualitas hidup mereka, meskipun menghadapi hambatan seperti faktor
finansial dan kurangnya waktu luang, dengan pimpinan mendukung pengembangan melalui
insentif dan kesempatan untuk belajar.
Kata Kunci : Motivasi, Pendidikan, Gaji.
Abstract
The quality of human resources in the hospitality industry greatly influences the performance
of the company. However, Eightin Hotel has human resources that do not yet possess a good
level of education. To enhance the company's performance, it is important to increase
employees' motivation to pursue further education. Data collection was conducted through
interviews, questionnaires, and observations. The subjects of this research were employees of
Eightin from the room division, restaurant division, and finance division. The results of this
study indicate that employees at Hotel Eightin consider education crucial for enhancing their
careers and quality of life, despite facing obstacles such as financial constraints and limited
leisure time, with management supporting development through incentives and learning
opportunities.
Keywords: Motivation, Education, Salary
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki banyak sumber daya manusia.
Pada tahun 2023, populasi di Indonesia tercatat sebesar 273 juta jiwa, hal ini membuat
Indonesia berada di urutan ke empat negara dengan populasi terbanyak di dunia. Menurut
IMF (International Monetary Fund) pertumbuhan populasi di Indonesia mencapai angka 281
juta jiwa pada tahun 2024 (Abbas, 2023). Pertumbuhan populasi membuat persaingan untuk
mendapatkan pekerjaan semakin sulit. Persaingan pekerjaan juga diperparah dengan
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
Yuddie Gunawan
3718 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
adanyaera perdagangan bebas yang membuat persaingan bukan hanya terjadi antara sesama
warga negara Indonesia melainkan banyaknya warga negara asing yang mengikuti persaingan
untuk mendadpatkan pekerjaan di Indonesia (Budiastuti, 2022). Untuk menjawab tantangan
tersebut, tentu salah satu upaya dalam mengatasi persaingan tersebut adalah dengan
meningkatkan kualitas yang dimiliki oleh setiap. individu. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan meningkatkan pendidikan.
(Ardiwinata & Sujana, 2019) menyatakan fungsi pendidikan adalah untuk menbebaskan
masyarakat dari sumber penderitaan dari kebodohan dan ketertinggalan, serta fungsi
pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
menciptakan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa
Indonesia.
Pendidikan memiliki fungsi untuk membesakan masyrakat dari rantai kebodohan dan
membentuk masyarakat yang memiliki kecerdasan dan karakter yang baik serta membentuk
manusia yang bertaqwa kepada Tuhan. Dengan adanya pendidikan, sebuah bangsa juga
dituntut untuk menjadi sebuah bangsa yang bermartabat dan semua rakyat dituntut untuk ikut
serta dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Dengan adanya pendidikan, masyarakat
menjadi semakin memiliki kualitas yang lebih tinggi seiring dengan berkembangnya zaman
dan kualitas tersebut yang akan menjadi modal mereka untuk mendapatkan pekerjaan,
sehingga dapat disimpulkan salah satu fungsi pendidikan yaitu membantu seseorang untuk
mendapatkan pekerjaan.
Orang yang sudah bekerja atau pekerja memiliki banyak motivasi yang membuat diri
mereka terpacu untuk memberikan yang terbaik kepada perushaan mereka bekerja. Beragam
motivasi seperti kenaikan pangkat atau kenaikan gaji menjadi salah satu keinginan dari para
pekerja. Dengan adanya motivasi untuk mendapatkan hak yang lebih maka para pekerja harus
memberikan sesuatu yang lebih kepada perusahaannya, selain memberikan loyalitas yang
lebih, para pekerja harus meningkatkan potensi yang mereka miliki, hal tersebut dapat dicapai
dengan berbagai cara, salah satunya dengan melanjutkan pendidikan formal mereka ke
jenjang yang lebih tinggi. Pekerja yang baru menyelasikan pendidikan Sekolah Menengah
Atas (SMA) dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang universitas untuk mendapatkan
gelar sarjana dan pekerja yang sudah mendapatkan gelar sarjana dapat melanjutkan
pendidikannya ke jenjang S2 untuk mendapatkan gelar master.
Menurut (Indy, Waani, & Kandowangko, 2019) pendidikan formal menjamin
keberhasilan hidup seseorang dengan menggunakan ilmu yang didapat sesuai dengan disiplin
ilmu dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Orang yang berpindidikan tinggi berpotensi
untuk mendapatkan keberhasilan yang lebih tinggi dibandingan dengan orang yang tidak
berpendidikan tinggi, oleh karena itu sudah mendapatkan pekerjaan bukan menjadi alasan
seseorang untuk berhenti mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi lagi.
Orang yang sudah bekerja cenderung akan lebih malas untuk melanjutkan pendidikan
formalnya lagi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti finansial, waktu, dan tenaga.
Padahal dengan meningkatnya pendidikan formal, mereka akan memiliki potensi yang lebih
besar lagi karena kualitas seorang sumber daya manusia dilihat salah satunya dari pendidikan.
Kurangnya minat seseorang untuk melanjutkan pendidikan terjadi karena kurangnya motivasi
orang tersebut. Jika pekerja memiliki motivasi yang tinggi untuk mengejar pendidikan mereka
maka, suatu perusahaan tersebut akan memiliki karyawan yang memiliki sumber daya yang
lebih kompeten lagi. Oleh karena itu kunci seseorang untuk mendapatkan pendidikan formal
yang lebih tinggi terletak pada motivasi yang mereka.
Dalam industri pariwisata, pendidikan memiliki peran yang sanagat penting untuk
kemajuan industri. Pendidikan yang dimiliki oleh orang-orang yang bekerja dalam industri ini
Motivasi Melanjutkan PendidikanFormal pada Karyawan Perusahaan Group Eightin Jakarta
Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024 3719
menjadi salah satu faktor utama untuk memajukan sektor pariwisata. Pendidikan juga menjadi
faktor untuk meningkatkan kesejahteraan para karyawan sehingga mereka mampu bekerja
dengan lebih efektif dan efisien. Namun dalam kenyataannya masih banyak para pekerja
industri pariwsata yang tidak mempunyai pendidikan yang tinggi. Dalam data yang disajikan
Badan Pusat Statistik tahun 2021, sebanyak 50,82% masih memiliki pendidikan akhir SMP ke
bawah, 41,43% memiliki pendidikan akhir SMA sederajat, dan 7,75% memiliki pendidikan
akhir diploma ke atas. Pekerja yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi tidak
mencapai angka 10%, hal ini menunjukan pendidikan para pekerja industri pariwisata masih
sangat rendah di Indonesia, padahal industri ini memiliki potensi yang cukup besar bagi
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Perusahaan Eightin adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata
yang menyediakan jasa akomodasi dan food and beverage di Jakarta Pusat. Karyawan-
karyawan yang bekerja di perusahaan ini memiliki kemampuan dan bekerja pada bagian yang
berbeda. Bekerja di departemen yang berbeda membuat masing-masing karyawan memiliki
kemampuan yang berbeda dalam menyelesaikan tugasnya. Namun kemampuan yang dipakai
karyawan pada perusahaan Eightin untuk bekerja bukanlah kemampuan yang mereka bisa
dapatkan hanya pada pendidikan formal melainkan mereka bisa mendapatkan kemampuan
untuk menyelesaikan tugasnya dengan berlatih dan bekerja pada rutinitas mereka, rutinitas
pekerjaan mereka akan membuat para karyawan menjadi terbiasa dengan tugas-tugas mereka.
Karyawan yang terus melakukan pekerjaan yang sama berulang-ulang setiap harinya akan
mengalami peningkatan di kualitas dan efektifitas pada pekerjaan mereka, mereka tidak hanya
menjadi semakin handal dalam tugas mereka, mereka juga menjadi individu yang dapat
memecahkan masalah jika mereka mengalami kesulitan dalam pekerjaan mereka.
Perusahaan Eightin memiliki 22 karyawan yang terbagi kedalam tiga divisi, yaitu divisi
kamar, divisi restora, dan divisi kantor. Dari 22 kayawan, peneliti mengambil 20 karyawan
sebagai calon subjek penelitian (terkecuali peneliti dan General Manager), dari 20 karyawan
tersebut, terdapat 6 karyawan yang bekerja di divsi kamar, 3 karyawan yanh bekerja di divisi
kantor, dan 11 orang bekerja di divisi restoran. Karyawan memiliki umur antara 18 sampai 42
tahun. Dari 20 karyawan, 2 orang karyawan memiliki pendidikan akhir SMP, 12 karywan
memiliki pendidikan akhir SMA, dan 6 karyawan memiliki pendidikan akhir diploma.
Sebanyak 10 karyawan ingin melanjutkan pendidikan dan sebanyak 10 karyawan tidak ingin
melanjutklan pendidikan. Karyawan yang ingin melanjutkan pendidikan memiliki tujuan
untuk memiliki karir yang lebih baik dan mereka juga ingin menambah ilmu, sedangkan
karyawan yang tidak ingin melanjutkan pendidikan, memiliki alasan seperti sudah tidak
punya waktu, ingin fokus bekerja, atai ingin fokus mengurus keluarga.
Latar belakang pendidikan karyawan tidak menjadi penghalang untuk para karyawan
dalam menyelasikan tugasnya, hal ini terbukti dari beberapa karyawan yang memiliki latar
belakang pendidikan lebih rendah namun mereka bisa menyelesaikan tugasnya lebih baik
daripada karyawan yang memiliki latar belakang pendidikan lebih tinggi. Kondisi ini
membuat pemikiran tidak pentingnya pendidikan formal pada karyawan perusahaan Eightin.
Bagi perusahaan pendidikan formal seorang karyawan tidak lebih penting dari seberapa
handal karyawan tersebut dapat menyelesaikan tugas mereka. Pendidikan formal karyawan
belum tentu mencerminkan seberapa handal mereka dalam menyelesaikan pekerjaan mereka.
Bahkan pendidikan formal tidak menjadi syarat atau pertimbangan untuk menerima karyawan
pada perusahaan ini, bagi perusahaan pendidikan formal yang tinggi belum tentu akan
memberikan kontribusi yang besar pada perusahaan.
Perusahaan Eightin yang bergerak pada industri pariwisata menjadi perusahaan yang
tidak melihat latar belakang pendidikan karyawan sebagai acuan dalam menerima karyawan
Yuddie Gunawan
3720 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
karena perusahaan percaya bahwa latar belakang pendidikan belum tentu mencerminkan
performa kerja karyawan (Defriansyah, Sari, & Puspitasari, 2023) (Diastama & Dewi, 2021).
Hal ini menjadi sebuah kasus yang cukup menarik karena kualitas pendidikan seseorang
belum tentu akan menjamin bahwa orang tersebut akan memiliki kualitas yang baik pada
pekerjaannya padahal orang dengan latar belakang pendidikan yang tinggi cenderung
meminta atau menawar gaji yang lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan yang memiliki
latar pendidikan yang lebih rendah darinya. Dilihat dari sisi manajemen perusahaan karyawan
yang memilik gaji lebih tinggi tentu diharapkan lebih dapat berkontribusi daripada karyawan
yang memiliki gaji lebih rendah darinya, namun karena latar belakang pendidikan belum tentu
menjamin performa pekerjaan orang tersebut maka perusahaan akan lebih sukar menerima
orang yang memiliki pendidikan tinggi namun tidak memiliki kemampuan atau pengalaman
dalam bidangnya. Perusahaan Eightin akan lebih mudah menerima mereka yang tidak
memiliki latar belakang yang tinggi namun mau menerima gaji yang rendah, karena karyawan
tersebut akan dilatih dan lama kelamaan akan ahli dalam tugasnya sehingga menerima
karyawan dengan gaji yang lebih rendah merupakan invetasi yang baik bagi perusahaan oleh
karena itu pendidikan tidak lagi menjadi hal yang penting bagi perusahaan ini.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pandangan karyawan perusahaan Hotel Eightin
tentang pendidikan formal. Menganalisis faktor yang menyebabkan karyawan tidak memiliki
motivasi untuk melanjutkan pendidikan formal. Menganalisis faktor yang menyebabkan
karyawan memiliki motivasi untuk melanjutkan pendidikan formal. Mengetahui bagaimana
cara untuk memotivasi karyawan agar memiliki motivasi untuk melanjutkan pendidikan
formal ke tahap yang lebih tinggi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendektan kualitatif yang akan membahas motivasi
karyawan dalam melanjutkan pendidikan formalnya. Pendektan kualitatif bertujuan untuk
menjelaskan suatu fenomena yang ingin diteliti secara detail. Pendekatan kualitaif akan
diperkuat dengan pendekatan kuantitaif yang akan memeriksa kembali variabel variabel
yang tercipta pada pendektan kualitatif (Creswell, 2015).
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian studi
kasus. (Rahardjo, 2022) dalam Meotde Penelitian Kualitatif menjelaskan bahwa pendekatan
studi kasus adalah serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara cermat, terinci, dan
mendalam terhadap suatu program, peristiwa, atau kegiatan, baik pada level individu,
kelompok, lembaga, maupun organisasi. Tujuan pendekatan studi kasus adalah untuk
memperoleh pemahaman yang mendalam tentang hal tersebut. Biasanya studi kasus
difokuskan pada situasi yang aktual dan unik, bukan hal yang sudah berlalu atau terjadi pada
masa lampau.
Penelitian ini diadakan di perusahaan Eightin yang bergerak di bidang akomodasi
beserta Food & Beverage di Jakarta Pusat. Perusahaan Eightin memiliki beberapa outlet yang
berada di Jakarta Pusat, penelitian ini juga mengikutsertakan karyawan karyawan yang
berada di outlet di daerah Jakarta Pusat (Creswell, 2016).
Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah kurang lebih tiga bulan, dua bulan
untuk pengumpulan data dan satu bulan untuk menganalisa serta mengelola data yang
didapatkan. Waktu pengumpulan data akan dilakukan pada jam kerja dimana peneliti akan
melakukan wawancara secara bergilir dengan janji yang telah dibuat pada setiap narasumber.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti langsung yang didapatkan langsung di
lapangan. Data sekunder adalah data yang didapatkan oleh peneliti berupa teori teori yang
Motivasi Melanjutkan PendidikanFormal pada Karyawan Perusahaan Group Eightin Jakarta
Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024 3721
mendukung penelitian ini maupun penelitian yang telah diadakannya sebelumnya. Data
primer dalam penelitian ini dilakukan dengan proses wawancara pada naraumber dan
dokumentasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pandangan Karyawan Perusahaan Hotel Eightin Tentang Pendidikan
Ketika melakukan wawancara dengan narasumber berinisial AG, pendidikan memiliki
peran yang cukup penting karena jika seseorang tidak memiliki Pendidikan, orang tersebut
tidak tahu akan menjadi apa nanti pada masa depannya, Pendidikan juga memiliki peran yang
sangat penting dalam karir seseorang, menurut narasumber banyak Perusahaan yang memilih
karyawannya berdasarkan Pendidikan karyawan tersebut, sehingga persaingan akan semakin
mudah jika seseorang memiliki Pendidikan yang lebih tinggi. AG juga tetap memberikan
pendapat betapa pentingnya pendidikan walaupun pada saat dia bekerja di hotel, tidak
kebanyakan ilmu yang ia dapatkan dapat diimplementasikan di hotel namun pada pekerjaan
lain, ilmu-ilmu tersebut dapat diimplementasikan dalam pekerjaannya. Dalam melakukan
wawancara bersama narasumber berinisial BR, Pendidikan memiliki peranan yang penting
dalam memberikan kemampuan lebih, dan dengan mmengambil pendidkaan juga, seseorang
dapat diberikan kesempatan untuk memperluas koneksinya sehingga akan berguna nantinya
dalam mencari pekerjaan (Hakman, Suhadi, & Yuniar, 2021).
Narasumber berinisial DDG dalam memberikan tanggapannya betapa pentingnya
Pendidikan dalam mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, menurut DDG orang yang
memiliki Pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki pekerjaan yang lebih baik dalam artian
mendapatkan upah yang lebih layak dan tidak mengeluarkan tenaga yang cukup banyak
Ketika sedang bekerja.
Menurut narasumber berinisial FQH, dengan Pendidikan seseorang dapat menjadi lebih
berguna pada masyarakat, dengan pendidikan seseorang akan lebih berilmu dan memiliki
kemampuan yang lebih tinggi. Dengan ilmu dan kemampuan tersebut, maka seseorang akan
lebih mampu berkontribusi di masyarakat. Pendidikan juga memberikan sebuah masa depan
yang lebih baik, hal ini mungkin dapat diwujudkan dari pekerjaan dan gaji yang dimiliki.
Narasumber berinisial SVI juga menambahkan bahwa pendidikan akan sangat
bermanfaat bagi karir seseorang, dengan pendidikan yang tinggi, seseorang akan memiliki
kesempatan untuk memiliki karir yang lebih baik, walaupun narasumber menambahkan
bahwa pendidikan akhir yang diambilnya tidak memiliki peranan yang besar dalam
pekerjaannya saat ini namun narasumber percaya bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan
seseorang, maka semakin tinggi juga kesempatan seseorang tersebut akan berhasil di masa
depannya, hal ini juga dipertegas ketika narasumber berkata bahwa pendidikan adalah bekal
untuk masa depan.
Hal yang serupa juga diberikan oleh narasumber VLY, bagi narasumber pendidikan
menjadi dasar seseorang untuk bekerja, dengan pendidikan yang dimiliki, seseorang akan
mampu bekerja dan pendidikan juga akan menjadi senjata seorang karyawan dalam
melakukan pekerjaannya, karyawan yang memiliki pendidikan yang tinggi akan cenderung
lebih efisien dalam mengerjakan pekerjaannya. Narasumber juga menambahkan bahwa
Yuddie Gunawan
3722 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
pendidikan akan menjadi daya tarik seorang karyawan ketika dirinya ingin melamar di
perusahaan besar khusunya di Indoensia, karena masih banyak perusahaan yang menjadikan
pendidikan sebagai dasar pertimbangan ketika merekrut karyawan.
Narasumber berinisial YGI juga menambahkan bahwa ilmu yang didapatkan dari
pendidikan akan sangat berguna ketika seseorang menerapkannya dalam pekerjaan, dengan
pendidikan seseorang akan menjadi lebih mengerti setiap pekerjaan-pekerjaan yang mereka
lakukan, sehingga karyawan tidak hanya bekerja namun mereka mengerti alasan dan
pentingnya setiap job desk yang mereka miliki.
Ketika melakukan observasi, beberapa subjek penelitian menunjukan beberapa perilaku
yang mendukung minat mereka untuk belajar, hal ini dapat dilihat dari beberapa kali
narasumber BR, RHMA, FQH, dan LCI melakukan kegiatan belajar di waktu senggang
mereka. Ketika melakukan observasi dalam beberapa kali mereka juga terlihat melakukan
diskusi dengan kolega lainnya, terutama BR yang selalu aktif berdiskusi dengan beberapa
koleganya mengenai bidang investasi yang ditekuninya. Subjek penelitian LCI juga selalu
belajar atau mengerjakan tugas kuliahnya jika sedang tidak memiliki pekerjaan, subjek juga
aktif bertanya kepada peneliti jika mendapatkan sesuatu hal yang tidak dimengerti. Hal serupa
juga terlihat dari subjek penelitian RHMA dan FQH, yang selalu mencari informasi baru
ketika mereka memiliki waktu luang, kedua subjek sering membaca dan menonton video yang
berhubungan dengan bidang finansial dan sering berdiskusi dengan peneliti mengenai hal
tersebut.
Analisa Pandangan Karyawan Perusahaan Hotel Eightin Tentang Pendidikan
Berdasarkan Hasil Temuan
Melihat perilaku karyawan Eightin yang menunjukan sikap mau belajar untuk
berkembang, hal ini dapat menjadi salah satu bukti bahwa beberapa karyawan masih memiliki
keinginan untuk belajar. Berdasarkan hasil observasi, beberapa karyawan masih meluangkan
waktunya di tengah kesibukan mereka untuk membaca atau berdiskusi. Topik yang mereka
diskusikan memang tidak berhubungan dengan pekerjaan mereka. Pada hasil wawancara, para
narasumber juga memberikan pendapat bahwa pendidikan akan memberikan bekal kepada
masa depan seseorang (Ekhsan & Septian, 2021). Para narasumber mengatakan bahwa
pendidikan adalah modal utama bagi mereka yang ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih
baik. Mengingat bahwa beberapa narasumber tidak memiliki pendidikan akhir yang tinggi,
jawaban dari narasumber mencerminkan keinginan mereka untuk mendapatkan pekerjaan
yang lebih baik atau gaji yang lebih tinggi jika mereka memiliki kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan formal mereka. Seluruh narasumber selalu mengaitkan fungsi
pendidikan dengan pekerjaan mereka, baik itu membantu dalam pekerjaan mereka maupun
membantu mereka untuk memiliki jenjang karir yang lebih baik lagi.
Faktor Yang Menyebabkan Karyawan Memiliki Motivasi Untuk Melanjutkan
Pendidikan Formal
Motivasi Melanjutkan PendidikanFormal pada Karyawan Perusahaan Group Eightin Jakarta
Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024 3723
Narasumber ANG memberikan jawaban bahwa ia masih ingin melanjutkan pendidikan
formalnya khususnya ia ingin mendalami dunia manajemen perhotelan yang sesuai dengan
pekerjaannya saat ini. Narasumber memberikan tanggapan bahwa pendidikan lanjut juga akan
memberikannya kesempatan yang lebih besar jika ia harus pindah tempat kerja. Hal yang
sama ditambahkan juga dengan narasumber BR yang ingin melanjutkan pendidikan
formalnya karena ingin menambah kemampuannya dan ingin menabah relasi sehingga ia
dapat mendapatkan pekerjaan di kantor yang lebih baik (Handayani & Daulay, 2021).
Narasumber FQH juga mengatakan bahwa dirinya ingin meneruskan pendidikan formalnya
dalam bidang manajemen. Ada tiga narasumber yang ingin melanjutkan pendidikan
formalnya pada bidang manajemen, ketiga narasumber ingin melanjutkan pendidikannya
karena ingin mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Kualitas hidup yang lebih baik bagi
narasumber dapat berupa pendapatan gaji yang lebih tinggi dan bekerja yang lebih tidak
memerlukan tenaga banyak. Ketiga narasumber juga menunjukan rasa khawatir dengan
tingkat pendidikan yang mereka miliki sekarang, mereka yakin dengan modal pendidikan
yang mereka miliki, mereka belum mampu bersaing dengan orang-orang lain. Narasumber
juga percaya bahwa Perusahaan yang besar akan lebih memilih calon kandidat yang memiliki
jenjang pendidikan yang lebih baik dibandingkan yang dengan mereka yang belum memeliki
jenjang pendidikan yang tinggi (Polakitang, Koleangan, & Ogi, 2019).
Ketika melakukan observasi beberapa subjek penetian menunjukkan motivasi
belajarnya dalam bidang finansial, hal ini dapat dilihat dari beberapa kali beberapa subjek
berdiskusi satu sama lain membahas tentang beberapa topik antara lain ekonomi, politik
dalam dan luar negeri, dan instrumen insturmen investasi. Subjek penelitian juga
memberikan minat yang lebih pada instumen investasi saham dan crypto. Ketika berdiskusi,
hal yang mendorong mereka untuk melakukan investasi adalah mereka ingin memiliki
pendapatan pasif dari insturmen tersebut. Beberapa subjek penelitian juga menunjukan sikap
keinginannya untuk belajar dalam beberapa bidang seperti mengembangkan menu makanan
dan minuman baru. Hal ini terlihat pada subjek penelitian SGT, YGI, RHMT, dan DDG yang
selalu menggunakan waktu luangnya untuk belajar membuat menu baru, biasanya mereka
akan berdiskusi terlebih dahulu, dan mulai mempersiapkan beberapa bahan yang mereka
perlukan sebelum membuat menu tersebut. Hal tersebut mereka lakukan untuk tetap
memperbarui diri dengan melakukan inovasi agar produk yang mereka ciptakan bisa diterima
di pasar.
Analisa Faktor Yang Menyebabkan Karyawan Memiliki Motivasi Untuk Melanjutkan
Pendidikan Formal
Melihat perilaku yang dilakukan oleh karyawan Eightin, kebanyakan karyawan
memiliki motivasi belajar untuk meningkatkan kemampuan mereka, walaupun ada yang
berhubungan dengan pekerjaan mereka seperti yang dilakukan oleh department restoran
maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan mereka. Faktor pendapatan atau gaji
memiliki kecenderungan untuk menjadi salah satu faktor utama mengapa para karyawan ingin
terus belajar, namun hanya beberapa karyawan yang memang menunjukkan minatnya yang
serius untuk berkuliah lagi. Mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik dalam hal pekerjaan
Yuddie Gunawan
3724 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
dan finansial masih menjadi kecenderungan utama mengapa mereka ingin melanjutkan
pendidikan.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh David McClelland yaitu teori
berprestasi dimana seseorang ingin mencapai sebuah pencapaian yang lebih pada hidupnya.
Tim Departement Restoran menunjukkan kebutuhan prestasi dimana mereka terus berupaya
menciptakan inovasi menu baru untuk mendapatkan hasil penjualan yang lebih tinggi.
Teori Motivasi Maslow juga sesuai dengan kondisi yang terjadi dimana karyawan ingin
mendapatkan kebutuhan hidup yang lebih tinggi, dimulai dari keinginannya mendapatkan gaji
yang lebih tinggi sehingga kebutuhan fisiologis mereka dapat terpenuhi hingga kebutuhan
aktualisasi diri dimana mereka ingin mencapai sesuatu yang lebih tinggi sehingga mereka
mendapatkan pengakuan atau kekuasaan. Hal ini terlihat dari jawaban BR dan ANG yang
ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih baik sehingga mereka dapat dipandang atau diakui
orang lain.
Faktor Yang Menyebabkan Karyawan Tidak Memiliki Motivasi Untuk Melanjutkan
Pendidikan Formal
Ketika melakukan wawancara bersama SVI, YGI, dan VLY, ketiga narasumber
menjelaskan bahwa mereka tidak tertarik lagi untuk melanjutkan pendidikan formal mereka.
SVI dan VLY memberikan alasan bahwa mengurus anak merupakan alasan utama mereka
untuk tidak melanjutkan pendidikan sedangkan YGI memberikan alasan waktu dan pekerjaan
yang begitu banyak membuatnya tidak ingin lagi melanjutkan pendidikan.
Pekerjaan yang cukup banyak membuat mereka tidak memiliki waktu luang yang
banyak sehingga mereka memakai kesempatan itu untuk beristirahat atau menghabiskan
waktu bersama keluarga mereka. Namun mereka tetap menganggap pendidikan itu sangat
penting untuk perkembangan karir mereka sehingga munculnya sedikit rasa khawatir jika
mereka harus keluar dari Perusahaan saat ini dan harus bersaing dengan yang lainnya.
Beberapa karyawan di Hotel Eightin tidak semuanya memiliki motivasi untuk belajar,
ada beberapa karyawan yang lebih memilih untuk menggunakan waktu luangnya untuk
beristirahat seperti tidur maupun bermain. Hal ini terlihat pada OJ dan ERN yang lebih
memilih menggunakan waktu luangnya untuk tidur atau merokok ketika mereka sedang tidak
memiliki pekerjaan. Lelah menjadi alasan mereka untuk melakukan tindakan tersebut.
Beberapa anggota departemen resotran seperti DNY dan YDI lebih memilih untuk
menghabiskan waktu luangnya untuk merokok dibandingkan untuk menggunakan waktunya
untuk belajar atau menambah kemampuan mereka.
Analisa Faktor Yang Menyebabkan Karyawan Tidak Memiliki Motivasi Untuk
Melanjutkan Pendidikan Formal
Karyawan Eightin mempunyai perilaku yang berbeda ketika memiliki waktu luang,
beberapa karyawan menggunakan waktu luangnya untuk belajar maupun berdiskusi, namun
beberapa karyawan memilih untuk meluangkan waktunya untuk istirahat, karyawan yang
berisitirahat ketika mereka memiliki waktu luang didasarkan oleh beberapa penyebab,
kelelahan di tempat kerja maupun mereka tidak memiliki waktu istirahat yang cukup di
Motivasi Melanjutkan PendidikanFormal pada Karyawan Perusahaan Group Eightin Jakarta
Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024 3725
rumah. Hal ini dapat terjadi karena rata-rata karyawan bekerja di Hotel Eightin adalah 10
sampai dengan 12 jam sehari. Kondisi seperti ini sama dengan kondisi yang digambarkan oleh
teori stress Lazarus dimana karyawan tidak sanggup menanggapi tuntutan pekerjaan dengan
kondisi yang dimilikinya. Kelelahan akibat pekerjaan akan menyebabkan timbulnya stress
pada karyawan. Tidak hanya teori stress Lazarus, Model demand-control Karasek juga
memberikan gambaran yang sesuai dengan kondisi tersebut, dimana ketika karyawan
memiliki beban pekerjaan tinggi, maka hal itu akan menguras fisik dan mental mereka,
sehingga beberapa karyawan memilih untuk melakukan istirahat daripada belajar.
Pada kasus SVI dan VLY menunjukan bahwa subjek lebih memilih meluangkan waktu
dan kebutuhan finansial kepada keluarga, hal ini dapat terjadi karena kebutuhan keluarga yang
banyak membuat mereka harus lebih memprioritaskan keluarga mereka dibandingkan dengan
menempuh pendidikan lagi. Kondisi finansial menjadi kecenderungan para karyawan untuk
tidak melanjutkan pendidikan formal karena banyaknya kebutuhan-kebutuhan yang lebih
mendesak daripada kebutuhan untuk melanjutkan pendidikan. Seperti yang dijelaskan pada
teori keseimbangan pekerjaan keluarga oleh GH dan Butell dimana kebutuhan keluarga dan
tuntutan pekerjaan menjadi faktor timbulnya stress jika kedua hal tersebut tidak memiliki
hubungan yang seimbang. Kebutuhan keluarga yang tidak bisa dicukupi akan menjadi
munculnya stress dan peluang munculnya stress tersebut yang akan menjadi salah satu faktor
mengapa karyawan enggan untuk menlajutkan pendidikan formalnya. Pada Conservation of
Resource Theory, karyawan lebih memilih untuk mengumpulkan uang karena dengan
demikian mereka merasa kehidupannya akan lebih sejahtera dan mencegah timbulnya stress
di kemudian hari. Jika mereka melanjutkan pendidikan, aka nada biaya yang harus dibayar
oleh mereka, dan beberapa karyawan lebih memilih untuk menabung uang mereka untuk
beberapa hal daripada menghabiskannya untuk pendidikan. Dari obserasi dan wawancara
yang dilakukan, faktor finansial dan stress kerja khususnya pada kelelahan pada saat bekerja
menjadi kecenderungan untuk para karyawan tidak memiliki motivasi lagi untuk melanjutkan
pendidikan formal mereka.
Cara Untuk Memotivasi Karyawan Agar Memiliki Motivasi Untuk Melanjutkan
Pendidikan Formal
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber, ada beberapa faktor yang
membuat karyawan ingin melanjutkan pendidikan formal seperti gaji dan pekerjaan yang
lebih baik. Dalam wawancara narasumberpun setuju dengan pendidikan yang akan berdampak
pada kualitas hidup seseorang. Dalam wawancara bersama VLY dan YGI, VLY mengatakan
bahwa memberikan intensif ataupun menaikan gaji bagi para karyawan yang memiliki
pendidikan lebih tinggi menjadi salah satu opsi untuk meningkatkan motivasi mereka untuk
melanjutkan pendidikan. YGI juga menambahkan bawha memberikan kepedulian kepada
kolega yang sedang melanjutkan kuliah merupakan salah satu cara untuk memberikan
motivasi kepada para karyawan untuk mau melanjutkan pendidikan (Irwansyah, Syakdiah, &
Ramadhan, 2023). Memberikan kepedulian itu dapat berupa memberikan jadwal yang
disesuaikan dengan jadwal kuliah atau bahkan membantunya ketika sedang memiliki
pertanyaan.
Yuddie Gunawan
3726 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
Berdasarkan hasil observasi, beberapa karyawan yang terlihat lelah di tempat kerja
dapat menjadi faktor yang membuat mereka tidak akan melanjutkan jenjang pendidikan. Hal
ini terlihat dari beberapa karyawan yang memang datang ke tempat kerja lalu meluangkan
waktunya untuk tidur atau bermain ketika tidak ada pekerjaan. Semangat yang dimiliki untuk
menambah kemampuan khususnya melanjutkan pendidikan sudah tidak terlihat dalam diri
mereka. Berbeda halnya dengan subjek penelitian LCI, subjek penelitian LCI dari
departemen restoran dapat menjadi salah satu subjek yang mendapatkan dukungan dari para
kolega ketika subjek sedang kerja dan berkuliah. LCI yang harus mengambil kelas karyawan
membuat jadwal nya menjadi jadwal pagi sehingga subjek bisa pulang sebelum perkuliahan
dimulai. Subjek juga sering menanyakan beberapa hal yang ia tidak ketahui kepada para
koleganya seperti bertanya untuk persiapan ujian atau ketika ada tugas. LCI juga sering
meluangkan waktunya untuk belajar atau mengerjakan tugas di tempat kerja. Dalam beberpa
kali kesempatan LCI juga menceritakan rencananya untuk bekerja di hotel berbintang lima
jika sudah lulus kuliah nanti karena di hotel berbintang lima, gaji dan service charge yang
didapatkan lebih tinggi dibandingkan dengan hotel Eightin.
Analisa Cara Untuk Memotivasi Karyawan Agar Memiliki Motivasi Untuk
Melanjutkan Pendidikan Formal
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan, melihat alasan utama mengapa
para karyawan mau melanjutkan pendidikan adalah untuk mendapatkan gaji yang lebih atau
memiliki pekerjaan yang lebih baik. Hal ini dapat dijadikan sebagai cara untuk memotivasi
para karyawan untuk mau melanjutkan pendidikan formal mereka (Bowo & Hendro, 2023).
Janji untuk menaikan gaji atau menaikan jabatan mungkin menjadi pilihan yang tepat untuk
manajemen jika ingin karyawannya memiliki motivasi untuk melanjutkan pendidikan mereka.
Jika karyawan mempunyai tujuan yang jelas dalam karir mereka, maka hal ini akan sesuai
dengan goal setting theory yang menjelaskan bahwa karyawan akan memiliki kepuasan kerja
yang cenderung lebih tinggi dan memiliki focus yang lebih tinggi jika mereka mempunyai
arah yang jelas, arah yang dimaksuda adalah apa yang menjadi tujuan mereka. Dukungan dari
lingkungan kerja juga menjadi salah satu cara bagaimana karyawan dapat memiliki semangat
untuk melanjutkan pendidikan. Hal ini juga sama seperti teori yang dikemukakan oleh
McGregor bahwa ada teori Y yang menjelaskan beberapa karyawan akan memiliki motivasi
jika memiliki lingkungan bekerja yang tepat.
KESIMPULAN
Dari hasil pengumpulan data dan analisis terhadap para karyawan yang menjadi subjek
penelitian tentang motivasi mereka untuk melanjutkan pendidikan, maka dapat ditarik
Kesimpulan bahwa karyawan Eightin Hotel menganggap pendidikan merupakan suatu hal
yang penting sebagai bekal masa depan mereka terutama dalam dunia pekerjaan. Para
karyawan menyadari bahwa pendidikan yang tinggi akan membantu mereka untuk
mendapatkan karir yang lebih baik dan kualitas hidup yang lebih baik. Disamping peran
pendidikan yang berguna untuk setiap individu, karyawan juga menyadari bahwa pendidikan
memiliki kontribusi dalam memberikan pengaruh terhadap performa kerja mereka.
Motivasi Melanjutkan PendidikanFormal pada Karyawan Perusahaan Group Eightin Jakarta
Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024 3727
Pendidikan yang tinggi akan membuat performa perusahaan juga semakin baik. Karyawan
hotel Eightin percaya bahwa pendidikan yang tinggi akan sangat berpengaruh pada
perkembangan karir mereka. Ketidakpuasan dengan karir yang mereka miliki sekarang
meningkatkan motivasi mereka untuk melanjutkan pendidikan dengan harapan dapat
mendapatkan karir yang lebih baik. Dengan karir yang lebih baik, maka masa depan mereka
akan lebih terjamin, hal ini akan didukung dari posisi pekerjaan atau jabatan yang tinggi dan
gaji yang tinggi. Faktor yang menyebabkan karyawan Eightin Hotel tidak ingin melanjutkan
pendidikan mereka adalah faktor finansial dan faktor waktu. Faktor finansial merupakan
faktor yang perlu diperhitungkan dari awal karena melanjutkan pendidikan memerlukan biaya
yang cukup besar sedangkan para karyawan memiliki biaya-biaya yang perlu mereka
keluarkan untuk keperluan setiap bulannya, sehingga faktor finansial merupakan faktor yang
sangat berpengaruh dalam mempanguruhi motivasi karyawan. Karyawan juga tidak memiliki
banyak waktu luang karena pada setiap harinya, jam kerja karyawan di Eightin berdurasi 10
sampai 11 jam dan hanya memiliki hari libur sekali, disamping itu para karyawan juga
memiliki tanggung jawab yang harus diselesaikan. Para manager di Eightin juga memiliki
tanggung jawab terhadap penggembangan cabang-cabang sehingga mereka cenderung tidak
memiliki waktu luang di luar pekerjaan mereka. Para pimpinan di Hotel Eightin
mengharapkan bahwa seluruh karyawannya dapat berkembang namun para pimpinan juga
percaya, perkembangan seseorang tidak hanya didapatkan dari pendidikan formal yang tinggi
namun para karyawan bisa berkembang dengan pengalaman yang mereka dapatkan pada
pekerjaan mereka dan niat terus ingin belajar. Namun para pimpinan tetap memberikan
motivasi dengan menaikan gaji para karyawan bila mereka memiliki pendidikan yang tinggi
dan para pimpinan juga berjanji akan memberikan kesemoatan untuk karyawan dapat belajar
dengan nyaman namun para karyawan tidak boleh melupakan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai seorang pekerja.
BIBLIOGRAFI
Abbas, Subhan Akbar. (2023). Faktor-Faktor Pendorong Motivasi Dan Perannya Dalam
Mendorong Peningkatan Kinerja: Tinjauan Pustaka. BALANCA: Jurnal Ekonomi Dan
Bisnis Islam, 5(1), 4554.
Ardiwinata, IGNP, & Sujana, I. Ketut. (2019). Pengaruh Kemampuan Teknik Personal,
Keterlibatan Pemakai, Pelatihan Dan Pendidikan Pada Kinerja Sistem Informasi
Akuntansi. E-Jurnal Akuntansi, 27(3), 18671896.
Bowo, Antaiwan Bowo Pranogyo, & Hendro, Junaedi. (2023). Analisis Pengaruh
Pengembangan SDM, Lingkungan Kerja, Komitmen Organisasi dan Motivasi Terhadap
Kinerja Karyawan: Literatur Review. JEMSI (Jurnal Ekonomi, Manajemen, Dan
Akuntansi), 9(1), 1018.
Budiastuti, Dyah. (2022). Validitas dan reliabilitas penelitian.
Creswell, John W. (2015). Revisiting mixed methods and advancing scientific practices.
Creswell, John W. (2016). Research design: pendekatan metode kualitatif. Kuantitatif Dan
Campuran.
Defriansyah, Dedi, Sari, Dewi Purnama, & Puspitasari, Rini. (2023). Motivasi Dan
Keterlibatan Dalam Lingkungan Belajar Digital: Wawasan Dari Psikologi Pendidikan.
Jurnal Pendidikan Sosial Dan Humaniora, 2(3).
Diastama, Candra, & Dewi, Damajanti Kusuma. (2021). Hubungan antara student
Yuddie Gunawan
3728 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
engagement dengan motivasi belajar selama pembelajaran jarak jauh siswa sma x. Jurnal
Penelitian Psikologi, 8(6), 118.
Ekhsan, Muhamad, & Septian, Burhan. (2021). Pengaruh Stres Kerja, Konflik Kerja dan
Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan. MASTER: Jurnal Manajemen Strategik
Kewirausahaan, 1(1), 1118. https://doi.org/10.37366/master.v1i1.25
Hakman, Hakman, Suhadi, Suhadi, & Yuniar, Nani. (2021). Pengaruh Beban Kerja, Stres
Kerja, Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Perawat Pasien Covid-19. Nursing Care and
Health Technology Journal (NCHAT), 1(2), 4754.
Handayani, Susi, & Daulay, Raihanah. (2021). Analisis pengaruh lingkungan kerja dan stress
kerja terhadap kinerja karyawan. Seminar Nasional Teknologi Edukasi Sosial Dan
Humaniora, 1(1), 547551.
Indy, Ryan, Waani, Fonny J., & Kandowangko, N. (2019). Peran Pendidikan Dalam Proses
Perubahan Sosial Di Desa Tumaluntung Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa
Utara. HOLISTIK, Journal Of Social and Culture.
Irwansyah, Irwansyah, Syakdiah, Halimatun, & Ramadhan, Hidayat. (2023). Semangat Anak
Untuk Melanjutkan Pendidikan Tinggi Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan Formal Orang
Tua Di Desa Pematang Cermai Kecamatan Tanjung Beringin Kab. Serdang Bedagai.
Innovative: Journal Of Social Science Research, 3(5), 73587366.
Polakitang, Aron F., Koleangan, Rosalina, & Ogi, Imelda. (2019). Pengaruh Beban Kerja,
Lingkungan Kerja, dan Stress Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Esta Group
Jaya. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 7(3), 41644173.
Rahardjo, Mudjia. (2022). Memahami (kembali) studi kasus.
Copyright holder:
Yuddie Gunawan (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: