Asdelina Vellia, Kasir
3584 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
5.146 billion incurred in the company PT Pyridam Farma (PYFA) in 2021. The maximum
value of Net Profit in Manufacturing Companies in the Pharmaceutical Subsector during the
period was Rp. 3,450,083 trillion achieved by PT Kalbe Farma (KALBE) in 2022. Average
Net Profit in Manufacturing Companies in the Pharmaceutical Subsector during the period
was Rp. 811,264.03 billion and Standard Deviation 1,175,988.14.
Keywords: production costs, net profit of manufacturing, Farnasi Subsector
PENDAHULUAN
Pada era digitalisasi ini, dunia industri manufaktur mengalami perkembangan yang
pesat. Kinerja Prompt Manufturing Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Maret 2024 lebih
baik dibandingkan PMI Manufaktur negara-negara peers yang masih berada di fase kontraksi,
seperti Malaysia (48,4), Thailand (49,1), Vietnam (49,9), Jepang (48,2), Korea Selatan (49,3),
Jerman (41,6), Prancis (45,8), dan Inggris (49,9). Prompt Manufturing Index (PMI) Indonesia
pada bulan maret 2024 berada di level 54,2 tak hanya itu sektor manufaktur Indonesia sedang
berada pada posisi ekspansif selama 31 bulan berturut-turut. Ini sejalan juga dengan capaian
Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada bulan Maret yang sama-sama berada pada fase
ekspansi, dengan level 53,05 Tambunan, (2021) dimana hal ini membuat persaingan pada
industri manufaktur semakin meningkat, perusahaan senantiasa berkompetisi untuk menarik
konsumen dan berusaha menjadikan produknya semakin diminati dan digemari.
Sementara itu berdasarkan data Bank Indonesia (BI), volume industri dalam (PMI-BI)
pada industri kimia, farmasi dan obat tradisional menunjukan nilai optimis pada threshold di
atas 50 persen dengan nilai PMI BI di triwulan IV 2023 di angka 52,50 atau berada pada fase
ekspansi. Pada 2023 nilai ekspor untuk produk industri farmasi, produk obat kimia dan obat
tradisional mencapai peningkatan 8.79 persen dari tahun 2022 yaitu senilai USD 543,7 juta
di akses 3 juni 2024)
Perkembangan bisnis industri farmasi, produk obat kimia dan tradisional masih cukup
besar, karena pertumbuhan industri farmasi terus bertumbuh didukung dengan peningkatan
produksi obat - obatan untuk memenuhi permintaan nasional maupun internasional (Maryadi,
2022). Hal ini menunjukkan perusahaan farmasi dapat meningkatkan pendapatan laba bersih
setiap tahunnya dan mengembangkan kegiatan usahanya.
Melansir data refinitiv, pada bulan juni 2024 sebanyak 821 emiten dari total 950
perusahaan tercatat di bursa diketahui telah melaporkan kinerja keuangan untuk tahun 2023 di
Sulistiana & Wenny, (2023) beberapa emiten farmasi telah mengumumkan kinerja tahun
buku 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023.
Beberapa emiten besar lainnya mencatatkan penurunan baik dari segi laba dan
pendapatan. PT Daeya-Varia Laboratoria (DVLA) membukukan penurunan lab sebilai 2,03
persen yang semula 149,375 miliar pada 2020 menjadi 146,366 pada 2023. PT MERCK
Indonesia (MERCK) membukukan penurunan sebesar 0,88 persen dari 179,837 miliar
menjadi 178,240 miliar pada 2023. PT Kalbe Farma (KLBF) mencatatkan penurunan sebesar
19,47 persen pada 2023 sebesar 2,778,404 triliun yang semula 3,450,083 triliun pada 2022.
PT Pyridam Farma (PYFA) mencatat penurunan laba sebesar 69,06 persen dari 275,472,011
triliun menjadi 85,226,477 triliun pada.(www.idx.co.id).
Pada dasarnya setiap perusahan pasti berlomba meningkatkan laba bersihnya,
permasalahan yang sering terjadi kini banyak perusahaan belum mampu meningkatkan laba
bersih, sehingga perusahaan menglami kerugian karena perusahaan tidak mampu bersaing
dengan perusahaan lain. Laba bersih sangat di perlukan oleh perusahaan supaya investor dapat
melihat apakah perusahaan tersebut mengalami laba ataupun rugi (Septiano & Mulyadi,