How to cite:
Asdelina Vellia, Kasir (2024) Pengaruh Biaya Oprasional, Biaya Produksi, Penjualan dan Harga
Pokok Penjualan terhadap Laba Bersih pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farnasi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesai Periode 2016 -2023, (06) 08,
E-ISSN:
2684-883X
PENGARUH BIAYA OPRASIONAL, BIAYA PRODUKSI, PENJUALAN DAN
HARGA POKOK PENJUALAN TERHADAP LABA BERSIH PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR SUBSEKTOR FARNASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESAI PERIODE 2016 -2023
Asdelina Vellia, Kasir
Universitas Indonesia Membangun, Indonesia
Abstrak
Pada dasarnya setiap perusahan pasti berlomba meningkatkan laba bersihnya, permasalahan
yang sering terjadi kini banyak perusahaan belum mampu meningkatkan laba bersih, sehingga
perusahaan menglami kerugian karena perusahaan tidak mampu bersaing dengan perusahaan
lain. Laba bersih sangat di perlukan oleh perusahaan supaya investor dapat melihat apakah
perusahaan tersebut mengalami laba ataupun rugi. Adapun tujuan penelitian ini dibuat guna
mengetahui adanya Pengaruh Biaya Oprasional, Biaya Produksi, Penjualan dan Harga Pokok
Penjualan terhadap Laba Bersih pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farnasi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesai Periode 2016 -2023. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif verifikatif. Diperoleh
hasil bahwa bahwa hasil analisis statistik deskriptif variable Laba Bersih pada tabel
menunjukan bahwa nilai minimum Laba Bersih pada Perusahaan Manufaktur Subsektor
Farmasi selama periode 2016 2023 adalah 5,146 miliar terjadi pada perusahaan PT Pyridam
Farma (PYFA) pada tahun 2021. Nilai maksimum Laba Bersih pada Perusahaan Manufaktur
Subsektor Farmasi selama periode tersebut adalah Rp. 3,450,083 triliun dicapai oleh PT Kalbe
Farma (KALBE) di tahun 2022. Rata rata Laba Bersih pada Perusahaan Manufaktur
Subsektor Farmasi selama periode tersebut adalah Rp. 811,264,03 miliar dan Standar Deviasi
1,175,988.14.
Kata Kunci: biaya produksi, laba bersih manufaktur, Subsektor Farnasi
Abstract
Basically, every company must be competing to increase its net profit, the problem that often
occurs now is that many companies have not been able to increase their net profit, so that the
company suffers losses because the company is unable to compete with other companies. Net
profit is very much needed by companies so that investors can see whether the company is
experiencing profits or losses. The purpose of this study was made to determine the Effect of
Operational Costs, Production Costs, Sales and Cost of Goods Sold on Net Profit in Farnasi
Subsector Manufacturing Companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the 2016-
2023 Period. The method used in this study is a quantitative method with a verifiable
descriptive approach. The results obtained that the results of the descriptive statistical
analysis of the Net Profit variable in the table show that the minimum value of Net Profit at
Manufacturing Companies in the Pharmaceutical Subsector during the period 2016 2023 is
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
Asdelina Vellia, Kasir
3584 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
5.146 billion incurred in the company PT Pyridam Farma (PYFA) in 2021. The maximum
value of Net Profit in Manufacturing Companies in the Pharmaceutical Subsector during the
period was Rp. 3,450,083 trillion achieved by PT Kalbe Farma (KALBE) in 2022. Average
Net Profit in Manufacturing Companies in the Pharmaceutical Subsector during the period
was Rp. 811,264.03 billion and Standard Deviation 1,175,988.14.
Keywords: production costs, net profit of manufacturing, Farnasi Subsector
PENDAHULUAN
Pada era digitalisasi ini, dunia industri manufaktur mengalami perkembangan yang
pesat. Kinerja Prompt Manufturing Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Maret 2024 lebih
baik dibandingkan PMI Manufaktur negara-negara peers yang masih berada di fase kontraksi,
seperti Malaysia (48,4), Thailand (49,1), Vietnam (49,9), Jepang (48,2), Korea Selatan (49,3),
Jerman (41,6), Prancis (45,8), dan Inggris (49,9). Prompt Manufturing Index (PMI) Indonesia
pada bulan maret 2024 berada di level 54,2 tak hanya itu sektor manufaktur Indonesia sedang
berada pada posisi ekspansif selama 31 bulan berturut-turut. Ini sejalan juga dengan capaian
Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada bulan Maret yang sama-sama berada pada fase
ekspansi, dengan level 53,05 Tambunan, (2021) dimana hal ini membuat persaingan pada
industri manufaktur semakin meningkat, perusahaan senantiasa berkompetisi untuk menarik
konsumen dan berusaha menjadikan produknya semakin diminati dan digemari.
Sementara itu berdasarkan data Bank Indonesia (BI), volume industri dalam (PMI-BI)
pada industri kimia, farmasi dan obat tradisional menunjukan nilai optimis pada threshold di
atas 50 persen dengan nilai PMI BI di triwulan IV 2023 di angka 52,50 atau berada pada fase
ekspansi. Pada 2023 nilai ekspor untuk produk industri farmasi, produk obat kimia dan obat
tradisional mencapai peningkatan 8.79 persen dari tahun 2022 yaitu senilai USD 543,7 juta
di akses 3 juni 2024)
Perkembangan bisnis industri farmasi, produk obat kimia dan tradisional masih cukup
besar, karena pertumbuhan industri farmasi terus bertumbuh didukung dengan peningkatan
produksi obat - obatan untuk memenuhi permintaan nasional maupun internasional (Maryadi,
2022). Hal ini menunjukkan perusahaan farmasi dapat meningkatkan pendapatan laba bersih
setiap tahunnya dan mengembangkan kegiatan usahanya.
Melansir data refinitiv, pada bulan juni 2024 sebanyak 821 emiten dari total 950
perusahaan tercatat di bursa diketahui telah melaporkan kinerja keuangan untuk tahun 2023 di
Sulistiana & Wenny, (2023) beberapa emiten farmasi telah mengumumkan kinerja tahun
buku 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023.
Beberapa emiten besar lainnya mencatatkan penurunan baik dari segi laba dan
pendapatan. PT Daeya-Varia Laboratoria (DVLA) membukukan penurunan lab sebilai 2,03
persen yang semula 149,375 miliar pada 2020 menjadi 146,366 pada 2023. PT MERCK
Indonesia (MERCK) membukukan penurunan sebesar 0,88 persen dari 179,837 miliar
menjadi 178,240 miliar pada 2023. PT Kalbe Farma (KLBF) mencatatkan penurunan sebesar
19,47 persen pada 2023 sebesar 2,778,404 triliun yang semula 3,450,083 triliun pada 2022.
PT Pyridam Farma (PYFA) mencatat penurunan laba sebesar 69,06 persen dari 275,472,011
triliun menjadi 85,226,477 triliun pada.(www.idx.co.id).
Pada dasarnya setiap perusahan pasti berlomba meningkatkan laba bersihnya,
permasalahan yang sering terjadi kini banyak perusahaan belum mampu meningkatkan laba
bersih, sehingga perusahaan menglami kerugian karena perusahaan tidak mampu bersaing
dengan perusahaan lain. Laba bersih sangat di perlukan oleh perusahaan supaya investor dapat
melihat apakah perusahaan tersebut mengalami laba ataupun rugi (Septiano & Mulyadi,
Pengaruh Biaya Oprasional, Biaya Produksi, Penjualan dan Harga Pokok Penjualan terhadap
Laba Bersih pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farnasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesai Periode 2016 -2023
Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024 3585
2023). (Nurul Fadilah & Fauziyah, 2020) berpendapat bahwa “laba adalah selisih antara
pendapatan dan beban yang muncul dari kegiatan operasional perusahaan maupun kegiatan
non operasional perusahaan selama satu periode tertentu yang bernilai positif”. Cara untuk
menghitung laba bersih menurut (Kasmir, 2023) adalah :
Laba Bersih = Laba Kotor Beban Oprasional Beban Pajak.
Laba bersih menjadi bagian penting dalam laporan laba rugi perusahaan.Hal ini karena laba
bersih mencerminkan hasil dari kegiatan operasional perusahaan yang berasal dari kegiatan
inti perusahaan. Perusahaan yang memiliki laba bersih yang tinggi menunjukkan bahwa hasil
dari kegiatan inti perusahaan tersebut juga tinggi. Begitu juga sebaliknya, perusahaan yang
memiliki laba bersih yang rendah mencerminkan bahwa hasil dari inti perusahaan juga
rendah. (Makalalag, Ilat, & Walando, 2023)
Agar perusahaan mampu mencapai laba yang diharapkan, perusahaan harus mampu
menyusun perencanaan yang baik. Hal ini ditentukan oleh perusahaan dalam memprediksi
kondisi usaha pada masa yang akan datang (Kusumawardani, 2020).
Perusahan dapat mencapai laba yang besar baik dalam perencanan dan realisasinya
manajemen dangan melakukan beberapa langkah, misalnya menekan biaya produksi serendah
mungkin dengan mempertahankan tingkat harga jual dan volume penjualan, dan menentukan
harga jual sedemikian rupa sesuai dengan laba yang di kehendaki (Kusumawardani &
Alamsyah, 2020). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi laba bersih diantaranya biaya
Oprasional, Biaya Produksi dan Penjualan.
Faktor yang pertama yaitu biaya oprasional dimana jumlah pengeluaran biaya
operasional yang dikeluarkan suatu perusahaan berdasarkan jumlah aktivitas dilakukan untuk
memenuhi permintaan pasar atau pengguna, sehingga semakin banyak permintaan pasar
makan akan meningkatkan jumlah yang dapat bertambah pada laba. Menurut (Wardiyah,
2019) biaya operasional merupakan “biaya yang menunjukkan sejauh manaefisiensi
pengelolaan usaha, biaya administrasi dan biaya penjualan berhubungan dengan operasi yang
dilakukan”.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa biaya operasional adalah biaya-
biaya yang tidak berhubungan langsung dengan produk perusahaan, tetapi berkaitan langsung
dengan aktivitas perusahaan dan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk kegiatan
operasional perusahaan sehari-hari berupa biaya penjualan dan biaya administrasi.
Faktor yang kedua yaitu biaya produksi, untuk dapat mencerminkan hasil kegiatan
operasional perusahaan yang baik maka laba bersih yang maksimal dengan cara
meminimalkan biaya-biaya yang terjadi pada proses produksi karena biaya merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi laba selain pendapatan di dalam sebuah perusahaan, baik itu
perusahaan yang bergerak dibidang jasa maupun manufaktur.
Menurut (Mulyadi, 2020) Biaya produksi merupakan ”biaya-biaya yang terjadi untuk
mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya ini terdiri dari biaya
bahanbaku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik”.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah semua
pengeluaran yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan
mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan menjadi
produk jadi yang siap untuk dijual.
Faktor yang ketiga yaitu penjualan, setiap kegiatan yang dilakukan perusahaan selalu
berorientasi pada penjualan yang tinggi. Sehingga dengan hasil penjualan yang besar, laba
yang didapatkan pun diharapkan meningkat.
Menurut (Mulyadi, 2020) Penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penjual
dalam menjual barang dan jasa dengan impian akan mendapatkan laba dari terdapatnya
Asdelina Vellia, Kasir
3586 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
transaksi-transaksi tersebut dan penjualan bisa diartikan sebagai mengalihkan atau
memindahkan hak kepemilikan atas barang atau jasa dari pihak penjual ke pembeli”. Maka
dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah proses kegiatan yang dilakukan penjual dalam
menjual barang dan jasa ke pembeli dengan tujuan untuk mendapatkan laba dari adanya
transaksi transaksi tersebut.
Faktor yang ke empat yaitu harga pokok penjualan, penentuan harga pokok merupakan
masalah yang sangat penting, sebab menyangkut keberlangsungan hidup atau kontinuitas
perusahan, oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan yang tepat dan teliti, hal ini berguna
untuk dasar penetapan harga penawaran di pasar maupun untuk menetapkan pendapatan yang
di peroleh dari penjualan.
Irham (Fahmi, 2020) menyatakan bahwa : “Harga pokok penjualan merupakan harga
beli atau pembuatan suatu barang yang dijual, juga disebut cost of goods sold (siegel dan
shiem)”. Berdasarkan definisi ahli diatas dapat dimaknai bahwa harga pokok penjualan
merupakan biaya yang muncul dari barang yang diproduksi oleh perusahaan untuk kemudian
dijual kembali.
Menurut hasil penelitian (Shabrian & Hamdani, 2024) menunjukan bahwa biaya oprasional
berpengaruh positif terhadap laba bersih. Semakin rendah biaya oprasional maka laba bersih
akan meningkat.
Hasil penelitian yang di lakukan oleh (Hafizah & Alamsyah, 2023) Biaya produksi akan
mempengaruhi laba bersih atau semakin tinggi nilai biaya produksi yang dikeluarkan maka
akan meningkatnya juga laba bersih perusahaan, karna perusahaan telah mengeluarkan biaya
produksi atau mengelola biaya produksi secara efektif dengan tetap memperhatikan kualitas
produk sehingga dapat meningkatkan penjualan begitupun laba bersih perusahaan
Temuan yang diperoleh (Septiano, Anggriana, & Sari, 2023) menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang erat mengenai penjualan terhadap laba bersih perusahaan.
Perusahaan akan memperoleh laba jika penjualan produk lebih besar daripada biaya biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan. Besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan
dipengaruhi oleh pendapatan. Temuan yang diperoleh (Wahyuni & Christine, 2023)
memaparkan bahwa adanya pengaruh positif harga pokok penjualan terhadap laba bersih.
Perusahaan mampu menghasilkan penjualan yang tinggi dan meminimalkan harga pokkok
penjualan yang dikeluarkan.
Berikut penulis berikan informasi terkait fenomena yang terjadi pada periode tahun 2022-
2023 antara Biaya Produksi, Biaya Oprasional, Penjualan dan Harga Pokok Penjualan
terhadap Laba Bersih.
Tabel 1 Rekapitulasi Fenomena Biaya Oprasional, Biaya Produksi, Penjualan dan
Harga Pokok Penjualan Terhadap Laba Bersih pada Perusahaan Sub sektor Farmasi
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 2023.(dalam jutaan rupiah)
Sumber : www.idx.co.id
Berdasarkan data di atas, fenomena yang terjadi pada PT DVLA pada 2022-2023
menunjukan adanya kenaikan biaya oprasional pada 2022 sebesar -16,060 miliar menjadi
Pengaruh Biaya Oprasional, Biaya Produksi, Penjualan dan Harga Pokok Penjualan terhadap
Laba Bersih pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farnasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesai Periode 2016 -2023
Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024 3587
109,185 miliar pada 2023, hal ini tidak diikuti dengan laba bersih. Laba bersih sendiri pada
PT DVLA mengalami penurunan sebesar 2,03 persen di banding 2022 yang pada mulanya
149,375 miliar menjadi 146,336 miliar pada 2023. Hal ini tidak sejalan dengn teori yang di
kemukakan oleh Wardiyah (2019:30) “dimana faktor yang mempengaruhi laba bersih
perusahaan adalah biaya operasional dimana ketika biaya operasional naik maka penjualan
pun ikut naik sehingga laba bersih akan mengalami penaikan demikian sebaliknya.”
Fenomena yang terjadi pada PT MERCK pada 2022-2023 menjelaskan adanya
penurunan biaya produksi sebesar 2,92 persen pada 2022 senilai 507,241 miliar menjadi
492,404 miliar pada 2023. Penurunan ini tidak diikuti dengan laba bersih. Laba bersih PT
MERCK mengalami penurunan sebesar 0,88 persen pada 2022 sebesar 179, 837 miliar
menjadi 178,240 miliar pada 2023. Fakta tersebut tidak sesuai dengan teori yang dipaparkan
oleh Mulyadi (2020:10) “Semakin meningkat biaya produksi maka akan semakin menurun
laba bersih yang diperoleh atau sebaliknya.”
Pada 2022-2023 PT KLBF terdapat fenomena yang terjadi dimana penjualan mengalami
kenaikan sebesar 5,23 persen pada 2022 senilai 28,933,502 triliun menjadi 30,449,134 triliun
pada 2023 namun di ikuti dengan penurunan laba sebesar 19,46 pada 2022 PT KLBF
mencatat laba sebesar 3,450,083 triliun sedangakan di 2023 mencatat 2,778,404 tririun.
Kondisi ini tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh (Rahardjo & Budi, 2020)
menjelaskan bahwa penjualan yang meningkat maka akan berdampak pada laba bersih yang
akan meningkat begitu pula sebaliknya.
PT PYFA mencatat adanya kenaikan harga pokok penjualan sebesar 14,21 persen pada
2022 sebesar 406,752 miliar menjadi 464,580 miliar pada 2023 namun hal ini tidak di ikuti
dengan laba bersih. PT PYVA mencatat penurunan laba sebesar 69,06 persen, pada 2022 laba
yang tercatat sebesar 275,472 miliar menjadi 85,226 miliar pada 2023. Menurut (Mulyadi,
2020) “tujuan harga pokok penjualan yaitu sebagai tolak ukur untuk menentukan harga jual
dan untuk mengetahui laba yang diingkan perusahaan”
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan
pendekatan deskriptif verifikatif. Metode penelitian kuantitatif merupakan pendekatan yang
dimana hasil dari penelitiannya berbentuk data deskriptif angka. Metode kuantitatif di sebut
metode ilmiah karena sudah sesuai dengan susunan ilmiah yaitu konkret, obyektif, terukur,
rasional, dan sistematis (Emzir, 2021) menjelaskan bahwa metode kuantitatif merupakan
Suatu pendekatan yang secara pokok menggunakan postpositivist dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan (seperti misalnya berkaitan sebab akibat, reduksi kepada variabel, hipotesis
serta pertanyaan spesifik dengan pengukuran, pengamatan, serta uji teori), menggunakan
strategi penelitian seperti survei dan eksperimen yang memerlukan data statistik. Metode
deskriptif verifikatif merupkan metode yang bertujuan menjelaskan tentang hubungan antar
variabel yang diteliti dengan cara mengumpulkan data, mengolah, menganalisis dan
menginterpretasi data dalam pengujian hipotesis statistik. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan teknik studi pustaka dan dokumentansi. Studi kepustakaan
merupakan metode pengumpulan data yang bersifat teoritis dengan cara melakukan studi
literatur serta buku buku yang memuat teori yang mendukung permasalahan yang dibahas
dalam penelitian. Dalam hal ini, penulis mencari dan mempelajari bahan bahan yang
memiliki relevansi dengan masalah Biaya Oprasional, Biaya Produksi, Penjualan, Harga
Pokok Penjualan terhadap Laba Bersih.
Asdelina Vellia, Kasir
3588 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu Biaya
Oprasional, Biaya Produksi, Penjualan dan Harga Pokok Penjualan terhadap variabel
dependen yaitu laba bersih dengan menggunkan analisis statistik deskriptif. Penelitian ini
menjelaskan mengenai pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara
simultan dan parsial. Data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu dari laporan keuangan
tahunan pada perusahaan manufaktur sub sektor farmasi yang terdaftar di bursa efek
indonesia pada 2016-2023. Laporan tersebut diperoleh melalui idx.co.id dan website masing
masing perusahaan dengan menggunakan sampel sebanyak 4 perusahaan dari 2016 2023.
Analisis statistik deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan suatu
gambaran mengenai objek yang diteliti melalui data sampel atau populasu yang sudah
tersedia, tanpa perlu melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku secara umum
ataupun generalisasi (Sugiyono, 2020). Statistik deskriptif yang digunkan dalam penelitian ini
yaitu minimum, maksimum, rata rata (mean), standar deviasi. Berikut adalah hasil
pengujian statistik deskriptif
Tabel 1 Temuan Analisis Deskriptif Laba Bersih
Statistik Deskriptif
N
Min
Mean
Std.Deviation
HS
32
5,146.00
811,264,03
1.175.988,14
Valid N
32
Sumber : Diolah oleh penulis
Hasil analisis statistik deskriptif variable Laba Bersih pada tabel menunjukan bahwa
nilai minimum Laba Bersih pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farmasi selama periode
2016 2023 adalah 5,146 miliar terjadi pada perusahaan PT Pyridam Farma (PYFA) pada
tahun 2021. Nilai maksimum Laba Bersih pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farmasi
selama periode tersebut adalah Rp. 3,450,083 triliun dicapai oleh PT Kalbe Farma (KALBE)
di tahun 2022. Rata rata Laba Bersih pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farmasi
selama periode tersebut adalah Rp. 811,264,03 miliar dan Standar Deviasi 1,175,988.14
Tabel 2 Temuan Analisis Deskriptif Biaya Oprasional
Statistik Deskriptif
N
Min
Max
Mean
Std.Deviation
HS
32
-103.982,00
4.221.549,00
731.689,41
1.164.633,79
Valid N
32
Sumber : Diolah oleh penulis
Hasil analisis statistik deskriptif variable Biaya Oprasional pada tabel menunjukan
bahwa nilai minimum Biaya Oprasional pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farmasi
selama periode 2016-2023 adalah Rp. -103.982 miliyar, terjadi pada PT Pyridam Farma
(PYFA) pada tahun 2023. Nilai maksimum Biaya Oprasional pada Perusahaan Manufaktur
Subsektor Farmasi selama periode tersebut adalah Rp. 4.221.549 triliun, dicapai oleh PT
Kalbe Farma (KALBE) di tahun 2020. Rata rata Biaya Oprasional pada Perusahaan
Pengaruh Biaya Oprasional, Biaya Produksi, Penjualan dan Harga Pokok Penjualan terhadap
Laba Bersih pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farnasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesai Periode 2016 -2023
Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024 3589
Manufaktur Subsektor Farmasi selama periode tersebut adalah Rp. 731.689,41 miliar dengan
Standar Deviasi 1.164.633,79 triliun.
Tabel 3 Temuan Analisis Deskriptif Biaya Produksi
Statistik Deskriptif
N
Min
Max
Mean
Std.Deviation
HS
32
73.423,00
8.246.864,00
2.026.788,50
2.831.153,74
Valid N
3
2
Sumber : Diolah oleh penulis
Hasil analisis statistik deskriptif variable Biaya Produksi pada tabel menunjukan
bahwa nilai minimum Biaya Produksi pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farmasi
selama periode 2016 2023 adalah Rp. 73.423 miliar terjadi pada perusahaan PT Pyridam
Farma (PYFA) pada tahun 2017. Nilai maksimum Biaya Produksi pada perusahaan
Manufaktur Subsektor Farmasi selama periode tersebut adalah Rp. 8.264.864 triliun dicapai
oleh PT Kalbe Farma (KALBE) di tahun 2022. Rata rata Biaya Produksi pada Perusahaan
Manufaktur Subsektor Farmasi selama periode tersebut adalah Rp. 2.026.788,50 miliar
dengan Standar Deviasi 2.831.153,74.
Tabel 4 Temuan Analisis Deskriptif Penjualan
Statistik Deskriptif
N
Min
Max
Mean
Std.Deviation
HS
3
2
216.951,
00
30.449.134,
00
6.772.377,
13
10.307.067,
86
Valid
N
3
2
Sumber : Diolah oleh penulis
Hasil analisis statistik deskriptif variable Penjualan pada tabel menunjukan bahwa
nilai minimum Penjualan pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farmasi selama periode
2016 2023 adalah Rp.216.951 miliar terjadi pada perusahaan PT Pyridam Farma (PYFA)
pada tahun 2016. Nilai maksimum Penjualan pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farmasi
selama periode tersebut adalah Rp.30.449.134 triliun dicapai oleh PT Kalbe Farma (KALBE)
di tahun 2023. Rata rata Penjualan pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farmasi selama
periode tersebut adalah Rp. 6.772.377,13 triliun dan Standar Deviasi 10.307.067,86
Tabel 5 Temuan Analisis Deskriptif Harga Pokok Penjualan
Statistik Deskriptif
N
Min
Max
Mean
Std.Deviation
HS
32
81.635,00
14.977.410,00
3.447.103,66
5.218.306,10
Valid N
32
Sumber : Diolah oleh penulis
Hasil analisis statistik deskriptif variable Harga Pokok Penjualan pada tabel
menunjukan bahwa nilai minimum Harga Pokok Penjualan pada Perusahaan Manufaktur
Subsektor Farmasi selama periode 2016 2023 adalah 81.635 miliar terjadi pada perusahaan
Asdelina Vellia, Kasir
3590 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
PT Pyridam Farma (PYFA) pada tahun 2016. Nilai maksimum Harga Pokok Penjualan pada
Perusahaan Manufaktur Subsektor Farmasi selama periode tersebut adalah Rp.14.977.410
triliun dicapai oleh PT Kalbe Farma (KALBE) di tahun 2021. Rata rata Harga Pokok
Penjualan pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farmasi selama periode tersebut adalah
Rp.3.447.103,66 triliun dan Standar Deviasi 5.218.306,10
Tabel 6 Temuan Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Dependent Variable: Laba Bersih
N
32
Normal Parameters
a,b
Mean
,0000000
Std. Deviation
,42871245
Most Extreme Differences
Absolute
,146
Positive
,122
Negative
-,146
Test Statistic
,146
Asymp. Sig. (2-tailed)
,081
c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Temuan uji pada penelitian ini menyajikan nilai sebesar 0,071, yang secara signifikan
lebih besar dari nilai alpha yang ditentukan yaitu 0,05. Penemuan ini menandakan bila data
yang digunakan pada penelitian mempunyai tingkatan distribusi yang normal.
Tabel 7 Temuan Uji Multikolinieritas
Coefficients
a
Model
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
1
Biaya Oprasional
,276
3,618
Biaya Produksi
,673
1,486
Penjualan
,154
6,491
Harga Pokok Penjualan
,199
5,027
a. Dependent Variable: Laba Bersih
Hasil analisis variabel independen menunjukkan bahwa Variance Influence Factor
(VIF) untuk Biaya Oprasional (X1), Biaya Produksi (X2), Penjualan (X3), dan Harga Pokok
Penjualan (X4) adalah berturut-turut 3.616, 1.486, 6.491, dan 5.027. Semua nilai VIF ini lebih
kecil dari batas yang ditentukan yaitu 10. Disisi lain, nilai Tolerance untuk masing-masing
variabel adalah 0.276, 0.673, 0.154, dan 0.199, yang semuanya lebih besar dari 0.10. Oleh
karena itu, tidak ada bukti yang menunjukkan adanya multikolinieritas antara variabel
independen pada model regresi, yang memperkuat validitas analisis yang telah dilakukan.
Pengaruh Biaya Oprasional, Biaya Produksi, Penjualan dan Harga Pokok Penjualan terhadap
Laba Bersih pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farnasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesai Periode 2016 -2023
Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024 3591
Gambar 1 Temuan Uji Heteroskedastisitas
Dari Gambar 1 di atas terlihat bahwa titik - titik yang ada di grafik menyebar dengan
acak dan tidak terlalu bergerombol pada satu tempat. Bidang Y memiliki titik-titik yang
terletak di atas dan di bawah nilai nol, yang tersebar merata. Model regresi tidak
menunjukkan tanda-tanda heteroskedastisitas berdasarkan observasi. Oleh karena itu, model
regresi ini dinilai cocok untuk melanjutkan ke tahap analisis berikutnya
Tabel 8 Temuan Uji Autokorelasi
Model Summary
b
Model
Durbin-Watson
1
1,796
a. Predictors: (Constant), Harga Pokok Penjualan, Biaya Produksi,
Biaya Oprasional, Penjualan
b. Dependent Variable: Laba Bersih
Berdasarkan temuan di atas, nilai Durbin-Watson yang diperoleh adalah 1,796,
sedangkan nilai DU dengan sampel berjumlah 32 yaitu 1,735, dan nilai 4-DU yaitu 2,265.
Karena hasil Durbin-Watson berada di antara hasil DU dan hasil 4-DU, yaitu 1,735 < 1,796 <
2,265, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bila tidak terjadi autokorelasi dalam penelitian
ini.
Asdelina Vellia, Kasir
3592 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
Tabel 9 Temuan Uji Regresi Linier Berganda
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
,979
,488
-2,004
,055
Biaya Oprasional
,175
,056
,187
3,102
,004
Biaya Produksi
,120
,035
,133
3,449
,002
Penjualan
,215
,074
,233
2,887
,008
Harga Pokok Penjualan
,472
,062
,539
7,587
,000
a. Dependent Variable: Laba Bersih
Berdasarkan temuan konstanta dan koefisien regresi sebelumnya, kita dapat membentuk
persamaan regresi berikut: Y = -0,979 + 0,175X1 + 0,120X2 + 0,215X3 + 0,472X4.
Hasil analisis persamaan regresi berganda memberikan interpretasi pengaruh masing-
masing variabel sebagai berikut: Pertama, Koefisien α = 0,979 mempunyai nilai pada laba
bersih (Y) jika biaya oprasional (X1), biaya produksi (X2), penjualan (X3), dan harga pokok
penjualan (X4) tetap atau tidak berubah (nilai 0). Selanjutnya koefisien regresi biaya
oprasional β1 = 0,175 menyatakan bahwa setiap peningkatan biaya oprasional akan
menymbangkan peningkatan laba laba bersih sebesar 0,175 dengan asumsi variabel
independen lainnya konstan (0). Ketiga, β2 = 0.120 untuk biaya produksi artinya jika biaya
produksi naik sebesar 1 satuan dan variabel independen lainnya tetap (0), maka laba bersih
akan turun sebesar 0,120. Koefisien regresi keempat penjualan, β3 = 0.215, menunjukkan
bahwa jika penjualan naik 1 satuan dan variabel bebas lainnya tetap (0), sehingga laba bersih
turun 0,215. Terakhir, koefisien regresi β4 = 0,472 untuk harga pokok enjualan
mengindikasikan bahwa jika harga pokok penjualan meningkat satu unit, dengan variabel
independen lainnya tetap (0), maka Laba Bersih akan mengalami penurunan yaitu 0,472. Oleh
karena itu, interpretasi dari koefisien regresi memberikan pemahaman tentang dampak
variabel independen terhadap Laba Bersih dalam konteks model regresi yang digunakan.
Tabel 10 Temuan Uji Koefisien Korelasi
Correlations
Biaya Oprasional
Laba Bersih
Biaya Oprasional
Pearson Correlation
1
,817
**
Sig. (2-tailed)
,000
N
32
32
Biaya Produksi
Pearson Correlation
1
,586
**
Sig. (2-tailed)
,000
N
32
32
Penjualan
Pearson Correlation
1
,903
**
Sig. (2-tailed)
,000
N
32
32
Harga Pokok Penjualan
Pearson Correlation
1
,932
**
Sig. (2-tailed)
,000
N
32
32
Pengaruh Biaya Oprasional, Biaya Produksi, Penjualan dan Harga Pokok Penjualan terhadap
Laba Bersih pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farnasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesai Periode 2016 -2023
Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024 3593
1. Korelasi diantara Biaya Oprasional dengan Laba Bersih secara parsial yaitu 1 yang
berada pada rentang nilai korelasi 0,80 - 1,000, yang mempunyai hubungan sangat
kuat.
2. Korelasi diantara Biaya Produksi dengan Laba Bersih secara parsial yaitu 1 yang
berada pada rentang nilai korelasi 0,80 - 1,000, yang mempunyai hubungan sangat
kuat.
3. Korelasi diantara Penjualan dengan Laba Bersih secara parsial yaitu 1 yang berada
pada rentang nilai korelasi 0,80 - 1,000, yang mempunyai hubungan sangat kuat.
4. Korelasi diantara Harga Pokok Penjualan dengan Laba Bersih secara parsial yaitu 1
yang berada pada rentang nilai korelasi 0,80 - 1,000, yang mempunyai hubungan
sangat kuat.
Tabel 11 Temuan Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
,957
a
,916
,903
,45937
a. Predictors: (Constant), Harga Pokok Penjualan, Biaya Produksi, Biaya Oprasional,
Penjualan
Berdasarkan temuan uji di atas, maka dapat ditarik kesimpulan jika koefisien
determinasi (KD) dengan menggunakan nilai R2 sebesar 0.916, maka KD dapat dihitung
sebagai (0.916)2 x 100% yang hasilnya adalah 91,2%. Dengan demikian, nilai koefisien
determinasi sebesar 91,2% menunjukkan bahwa Biya Oprasional (X1), Biaya Produksi (X2),
Penjualan (X3), dan Harga Pokok Penjualan (X4) memberikan hubungan simultan sebesar
91,2% terhadap Laba Bersih (Y). Sisanya, sebesar 8,8%, ada faktor pengaruh yang lain dan
tidak diikutsertakan pada studi ini seperti biaya lainnya yang diabaikan.
Tabel 12 Temuan Uji T
Coefficients
a
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
2,606
1,339
1,946
,061
Biaya Oprasional
,787
,101
,817
7,764
,000
Biaya Produksi
,545
,138
,586
3,960
,000
Penjualan
,859
,075
,903
11,524
,000
Harga Pokok
Penjualan
,842
,060
,932
14,137
,000
a. Dependent Variable: Laba Bersih
1. Biaya Oprasional (X1) memiliki signifikansi (Sig.) adalah 0,000 < 0,05, dengan hasil t
hitung 7,764 > t tabel 2,73. Sehingga H1 diterima, yang menandakan tedapat pengaruh
yang kuat dari Biaya Oprasional (X1) Pada Laba Bersih (Y).
Asdelina Vellia, Kasir
3594 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
2. Biaya Produksi (X2) mempunyai signifikansi yaitu 0,000 < 0,05, dengan hasil t hitung
3,960 > t tabel 2,73. Sehingga H2 diterima, menunjukkan jika Biaya Produksi (X2)
memegang pengaruh yang kuat pada variabel Laba Bersih (Y).
3. Variabel Penjualan (X3) memiliki signifikansi yaitu 0,000 > 0,05, dengan hasil t
hitung 11,524 > t tabel 2,73. Sehingga H3 diterima, menunjukkan jika Penjualan (X3)
memegang pengaruh yang kuat pada variabel Laba Bersih (Y).
4. Variabel Harga Pokok Penjualan (X4) memiliki signifikansi yaitu 0,000 > 0,05,
dengan hasil t hitung 14,137 > t tabel 2,73. Sehingga H4 diterima, menunjukkan jika
Harga Pokok Penjualan (X4) memegang pengaruh yang kuat pada variabel Laba
Bersih (Y)
Tabel 13 Temuan Uji F
ANOVA
a
Model
Sum of
Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
61,859
4
15,465
73,285
,000
b
Residual
5,698
27
,211
Total
67,557
31
a. Dependent Variable: Laba Bersih
b. Predictors: (Constant), Harga Pokok Penjualan, Biaya Produksi, Biaya
Oprasional, Penjualan
Dengan taraf signifikansi α sebesar 5%, df pembilang = k-1 (jumlah variabel bebas = 5-
1 = 4) dan df penyebut = (n-k-1) (32-4-1 = 27), nilai yang diperoleh dari F tabel adalah 2,73.
Hasil uji F dari tabel memaparkan bahwa model regresi secara bersamaan memberikan
kontribusi yang kuat pada variabilitas Laba Bersih (Y), dengan nilai F hitung sebesar 73,285
dan nilai signifikansi sebesar .000. Karena nilai F hitung > F tabel (73,385 > 2,73), dan
tingkat signifikansi 0,000 < 0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat
antara variabel independen (Biaya Oprasional, Biaya Produksi, Penjualan dan Harga Pokok
Penjualan) dengan variabel dependen (Laba Bersih), yang secara bersama-sama menjelaskan
variasi yang kuat dalam Laba Bersih perusahaan.
Pengaruh Biaya Oprasional Terhadap Laba Bersih
Penelitian ini menunjukan bahwa Biaya Oprasional memiliki pengaruh signifikan
terhadap Laba Bersih dengan nilai koefisien korelasi 1 yang berada pada rentang nilai 0,80 -
1,000, yang mempunyai hubungan sangat kuat. Hal ini sejalan dengan hasil koefisien
determinasi senilai 91,2 % yang artinya Biya Oprasional , Biaya Produksi, Penjualan , dan
Harga Pokok Penjualan memberikan hubungan simultan sebesar 91,2% terhadap Laba Bersih.
hal ini di dukung dengan hasil uji t yang menunjukan t hitung > dari t tabel dan nilai
signifikansi kurang dari 0,05 artinya terdapat pengaruh yang kuat antara Biaya Oprasional
terhadap Laba bersih. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Menurut hasil
Pengaruh Biaya Oprasional, Biaya Produksi, Penjualan dan Harga Pokok Penjualan terhadap
Laba Bersih pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farnasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesai Periode 2016 -2023
Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024 3595
penelitian (Shabrian & Hamdani, 2024) menunjukan bahwa biaya oprasional berpengaruh
positif terhadap laba bersih.
Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih
Penelitian ini menunjukan bahwa Biaya Produksi memiliki pengaruh signifikan
terhadap Laba Bersih dengan nilai koefisien korelasi 1 yang berada pada rentang nilai 0,80 -
1,000, yang mempunyai hubungan sangat kuat. Hal ini sejalan dengan hasil koefisien
determinasi senilai 91,2 % yang artinya Biya Oprasional , Biaya Produksi, Penjualan , dan
Harga Pokok Penjualan memberikan hubungan simultan sebesar 91,2% terhadap Laba Bersih.
hal ini di dukung dengan hasil uji t yang menunjukan t hitung > dari t tabel dan nilai
signifikansi kurang dari 0,05 artinya terdapat pengaruh yang kuat antara Biaya Oprasional
terhadap Laba bersih.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Hafizah & Alamsyah, 2023) Biaya
produksi akan mempengaruhi laba bersih atau semakin tinggi nilai biaya produksi yang
dikeluarkan maka akan meningkatnya juga laba bersih perusahaan, karna perusahaan telah
mengeluarkan biaya produksi atau mengelola biaya produksi secara efektif dengan tetap
memperhatikan kualitas produk sehingga dapat meningkatkan penjualan begitupun laba bersih
perusahaan
Pengaruh Penjualan Terhadap Laba Bersih
Penelitian ini menunjukan bahwa Penjualan memiliki pengaruh signifikan terhadap
Laba Bersih dengan nilai koefisien korelasi 1 yang berada pada rentang nilai 0,80 - 1,000,
yang mempunyai hubungan sangat kuat. Hal ini sejalan dengan hasil koefisien determinasi
senilai 91,2 % yang artinya Biya Oprasional , Biaya Produksi, Penjualan , dan Harga Pokok
Penjualan memberikan hubungan simultan sebesar 91,2% terhadap Laba Bersih. hal ini di
dukung dengan hasil uji t yang menunjukan t hitung > dari t tabel dan nilai signifikansi
kurang dari 0,05 artinya terdapat pengaruh yang kuat antara Biaya Oprasional terhadap Laba
bersih.
Hal ini sejalan dengan temuan yang diperoleh (Septiano et al., 2023) menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang erat mengenai penjualan terhadap laba bersih perusahaan.
Perusahaan akan memperoleh laba jika penjualan produk lebih besar daripada biaya biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan. Besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan
dipengaruhi oleh pendapatan.
Pengaruh Harga Pokok Penjualan Terhadap Laba Bersih
Penelitian ini menunjukan bahwa Harga Pokok Penjualan memiliki pengaruh signifikan
terhadap Laba Bersih dengan nilai koefisien korelasi 1 yang berada pada rentang nilai 0,80 -
1,000, yang mempunyai hubungan sangat kuat. Hal ini sejalan dengan hasil koefisien
determinasi senilai 91,2 % yang artinya Biya Oprasional , Biaya Produksi, Penjualan , dan
Harga Pokok Penjualan memberikan hubungan simultan sebesar 91,2% terhadap Laba Bersih.
hal ini di dukung dengan hasil uji t yang menunjukan t hitung > dari t tabel dan nilai
Asdelina Vellia, Kasir
3596 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
signifikansi kurang dari 0,05 artinya terdapat pengaruh yang kuat antara Biaya Oprasional
terhadap Laba bersih.
Hal ini sejalan dengan temuan yang diperoleh (Wahyuni & Christine, 2023)
memaparkan bahwa adanya pengaruh positif harga pokok penjualan terhadap laba bersih.
Perusahaan mampu menghasilkan penjualan yang tinggi dan meminimalkan harga pokkok
penjualan yang dikeluarkan
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian prihal Pengaruh Biaya Oprasional, Biaya Produksi, Penjualan dan
Harga Pokok Penjualan terhadap Laba Bersih pada Perusahaan Manufaktur Subsektor
Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016 2023 didapatkan kesimpulan
bahwa hasil analisis statistik deskriptif variable Laba Bersih pada tabel menunjukan bahwa
nilai minimum Laba Bersih pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farmasi selama periode
2016 2023 adalah 5,146 miliar terjadi pada perusahaan PT Pyridam Farma (PYFA) pada
tahun 2021. Nilai maksimum Laba Bersih pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farmasi
selama periode tersebut adalah Rp. 3,450,083 triliun dicapai oleh PT Kalbe Farma (KALBE)
di tahun 2022. Rata rata Laba Bersih pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farmasi
selama periode tersebut adalah Rp. 811,264,03 miliar dan Standar Deviasi 1,175,988.14
Hasil analisis statistik deskriptif variable Biaya Oprasional pada tabel menunjukan
bahwa nilai minimum Biaya Oprasional pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farmasi
selama periode 2016-2023 adalah Rp. -103.982 miliyar, terjadi pada PT Pyridam Farma
(PYFA) pada tahun 2023. Nilai maksimum Biaya Oprasional pada Perusahaan Manufaktur
Subsektor Farmasi selama periode tersebut adalah Rp. 4.221.549 triliun, dicapai oleh PT
Kalbe Farma (KALBE) di tahun 2020. Rata rata Biaya Oprasional pada Perusahaan
Manufaktur Subsektor Farmasi selama periode tersebut adalah Rp. 731.689,41 miliar dengan
Standar Deviasi 1.164.633,79 triliun.
Hasil analisis statistik deskriptif variable Biaya Produksi pada tabel menunjukan bahwa
nilai minimum Biaya Produksi pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farmasi selama
periode 2016 2023 adalah Rp. 73.423 miliar terjadi pada perusahaan PT Pyridam Farma
(PYFA) pada tahun 2017. Nilai maksimum Biaya Produksi pada perusahaan Manufaktur
Subsektor Farmasi selama periode tersebut adalah Rp. 8.264.864 triliun dicapai oleh PT Kalbe
Farma (KALBE) di tahun 2022. Rata rata Biaya Produksi pada Perusahaan Manufaktur
Subsektor Farmasi selama periode tersebut adalah Rp. 2.026.788,50 miliar dengan Standar
Deviasi 2.831.153,74.
Hasil analisis statistik deskriptif variable Penjualan pada tabel menunjukan bahwa nilai
minimum Penjualan pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farmasi selama periode 2016
2023 adalah Rp.216.951 miliar terjadi pada perusahaan PT Pyridam Farma (PYFA) pada
tahun 2016. Nilai maksimum Penjualan pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farmasi
selama periode tersebut adalah Rp.30.449.134 triliun dicapai oleh PT Kalbe Farma (KALBE)
di tahun 2023. Rata rata Penjualan pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farmasi selama
periode tersebut adalah Rp. 6.772.377,13 triliun dan Standar Deviasi 10.307.067,86
Pengaruh Biaya Oprasional, Biaya Produksi, Penjualan dan Harga Pokok Penjualan terhadap
Laba Bersih pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farnasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesai Periode 2016 -2023
Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024 3597
Hasil analisis statistik deskriptif variable Harga Pokok Penjualan pada tabel
menunjukan bahwa nilai minimum Harga Pokok Penjualan pada Perusahaan Manufaktur
Subsektor Farmasi selama periode 2016 2023 adalah 81.635 miliar terjadi pada perusahaan
PT Pyridam Farma (PYFA) pada tahun 2016. Nilai maksimum Harga Pokok Penjualan pada
Perusahaan Manufaktur Subsektor Farmasi selama periode tersebut adalah Rp.14.977.410
triliun dicapai oleh PT Kalbe Farma (KALBE) di tahun 2021. Rata rata Harga Pokok
Penjualan pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farmasi selama periode tersebut adalah
Rp.3.447.103,66 triliun dan Standar Deviasi 5.218.306,10
Berdasarkan hasil analisis verifiktif pada uji t Biaya Oprasional, Biaya Produksi,
Pejualan dan Harga Pokok Penjualan terhadap Laba Bersih diperoleh hasil sebagai bahwa
Biaya Oprasional berpengaruh terhadap Laba Bersih pada Perusahaan Manufaktur Subsektor
Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016 -2023. Penilaian tersebut
didapatkan dari nilai thitung untuk Biaya Oprasional sebesar 7,764 lebih besar dari ttabel 2,73
dengan nilai sig 0, 000. Biaya Produksi berpengaruh terhadap Laba Bersih pada Perusahaan
Manufaktur Subsektor Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016 -2023.
Penilaian tersebut didapatkan dari nilai thitung untuk Biaya Oprasional sebesar 3,960 lebih
besar dari ttabel 2,73 dengan nilai sig 0, 000. Penjualan berpengaruh terhadap Laba Bersih
pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2016 -2023. Penilaian tersebut didapatkan dari nilai thitung untuk Biaya Oprasional
sebesar 11,524 lebih besar dari ttabel 2,73 dengan nilai sig 0, 000. Harga Pokok Penjualan
berpengaruh terhadap Laba Bersih pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Farmasi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016 -2023. Penilaian tersebut didapatkan dari nilai
thitung untuk Biaya Oprasional sebesar 14,137 lebih besar dari ttabel 2,73 dengan nilai sig 0,
000.
Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Biaya
Oprasional, Biaya Produksi, Penjualan dan Harga Pokok Penjualan berpengaruh secara
simultan terhadap Laba Bersih. Keputusan diterimakanya hipotesis berdasarkan pengujian
hipotesis simultan dimana diperoleh Fhitung sebesar 73,285 dengn P-Value (Sig) 0,000 dan α
= 5%. Nilai Ftabel sebesar 2,73 dikarenakan Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan H5
diterima. Artinya Biaya Oprasional, Biaya Produksi, Penjualan dan Harga Pokok Penjualan
berpengaruh secara simultan terhadap Laba Bersih. Selain itu berdasarkan hasil koefisien
determinasi yang dilakukan, diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 91,2% yang
menunjukan bahwa Biaya Oprasional, Biaya Produksi, Penjualan dan Harga Pokok Penjualan
berpengaruh secara simultan terhadap Laba Bersih sedangkan sisanya 8,8 % di pengaruhi oleh
faktor lain.
BIBLIOGRAFI
Emzir. (2021). Metodologi penelitian kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Fahmi. (2020). Analisis Kinerja Keuangan. Ban: Alfabeta.
Hafizah, Nurul, & Alamsyah, Muhammad Iqbal. (2023). Pengaruh Modal Kerja, Biaya Produksi,Biaya
Distribusi dan Beban Penjualan Terhadap Laba Bersih Pada Perusahaan Subsektor Farmasi
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2014 - 2021. Jurnal Akuntansi Inaba (JAI),
Volume 02. https://doi.org/https://doi.org/10.56956/jai.v2i01.198
Asdelina Vellia, Kasir
3598 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
Kasmir. (2023). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grapindo Persad.
Kusumawardani, Astrin. (2020). Analisis biaya produksi dan hutang terhadap laba bersih pada
perusahaan manufaktur subsektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode 2010-2018. Journal of Chemical Information and Modeling, 19(3), 1
11.
Kusumawardani, Astrin, & Alamsyah, Muhammad Iqbal. (2020). Analisis Perhitungan Bep (Break
Even Point) Dan Margin of Safety Dalam Penentuan Harga Jual Pada Usaha Kecil Menengah.
Jurnal Ilmu Keuangan Dan Perbankan (JIKA), 9(2), 117130.
https://doi.org/10.34010/jika.v9i2.2911
Makalalag, Alfiansyah, Ilat, Ventje, & Walando, Stanley Kho. (2023). Pengaruh Biaya Produksi ,
Biaya Pemasaran Dan Biaya Manufaktur Subsektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di
Bei Tahun 2018-2020 ) the Effect of Production Costs , Marketing Costs and Quality Costs on
Net Profit ( Study of Food and Beverage Subsector Ma. Jurnal Ekonomi Bisnis Dan Manajemen
(Eko-Bisma), 11(3), 7182.
Maryadi, Mohammad Ridho Dwi. (2022). Analisis industri unggulan berdaya saing ekspor di Provinsi
Jawa Timur.
Mulyadi. (2020). Akuntansi Biaya (Edisi ke 5). Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Nurul Fadilah, & Fauziyah. (2020). Pengaruh Biaya Produksi Dan Biaya Distribusi Dalam
Meningkatkan Volum Penjualan Terhadap Laba Bersih Pada Pt. Nurul Amin Di Sampang.
Majalah Ekonomi, 25(2), 5160. https://doi.org/10.36456/majeko.vol25.no2.a2936
Rahardjo, & Budi. (2020). Memahami Laporan Keuangan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Septiano, Renil, Anggriana, Desfita, & Sari, Laynita. (2023). Pengaruh Modal Kerja Dan Penjualan
Terhadap Laba Bersih Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Revenue,Jurnal Akuntansi, 3(ISSN: 2723-6501), 514524.
Septiano, Renil, & Mulyadi, Rysha. (2023). Pengaruh Likuiditas dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Kinerja Keuangan pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Revenue: Jurnal Ilmiah Akuntansi, 3(2), 525535.
Shabrian, Mochammad, & Hamdani, Deni. (2024). Pengaruh Modal Kerja, Biaya Operasional, Biaya
Promosi dan Penjualan Terhadap Laba Bersih (Studi Kasus pada perusahaan Sub Sektor Farmas
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2022. Jurnal Maneksi, 13(2), 292301.
Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Sulistiana, Sindy, & Wenny, Cherrya Dhia. (2023). Faktor Penentu Audit Delay pada Sektor
Keuangan. MDP Student Conf, 2(2), 1927.
Tambunan, Tulus T. H. (2021). UMKM di Indonesia: perkembangan, kendala, dan tantangan.
Prenada Media.
Wahyuni, Suci Tri, & Christine, Debbie. (2023). Pengaruh Penjualan dan Beban Pokok Penjualan
Terhadap Laba Bersih. Owner, 7(2), 15531568. https://doi.org/10.33395/owner.v7i2.1309
Wardiyah. (2019). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Pustaka Setia.
Copyright holder:
Asdelina Vellia, Kasir (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: