How to cite:
Fredericka Rendy, Markus Bathara Bisma Soetrisno, Fani Nurfitriati (2024) Fenomena Sadfishing:
Studi Netnografi dengan Tagar #Tumpukditengah Pada Sosial Media Instagram di Indonesia (06) 09
E-ISSN:
2684-883X
FENOMENA SADFISHING: STUDI NETNOGRAFI DENGAN TAGAR
#TUMPUKDITENGAH PADA SOSIAL MEDIA INSTAGRAM DI INDONESIA
Fredericka Rendy, Markus Bathara Bisma Soetrisno, Fani Nurfitriati
LSPR Institute of Communication & Business, Indonesia
Abstrak
Latar belakang penelitian ini didasarkan pada pertumbuhan penggunaan media sosial
sebagai saluran utama untuk berbagi pengalaman dan emosi secara daring. Fenomena
sadfishing, yang mencakup penggunaan cerita sedih atau rentan dengan tujuan
mendapatkan perhatian atau empati dari orang lain, menjadi topik yang menarik untuk
diteliti dalam konteks penggunaan tagar #TumpukdiTengah di Instagram. Penelitian ini
bertujuan untuk menyelidiki fenomena sadfishing dalam konteks penggunaan tagar
#TumpukdiTengah di platform media sosial Instagram. Metode penelitian yang
digunakan adalah studi netnografi, yang memungkinkan pengamatan mendalam
terhadap interaksi sosial, pola perilaku, dan motivasi di dalam komunitas online terkait.
Data dikumpulkan melalui observasi langsung terhadap konten yang terkait dengan
tagar tersebut, serta analisis terhadap respons pengguna dan dinamika interaksi di
platform Instagram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif penggunaan tagar
#TumpukdiTengah bervariasi di antara pengguna Instagram. Selain itu, hasil penelitian
juga menunjukkan adanya beberapa unggahan yang menunjukkan kompleksitas dalam
interaksi sosial dan ekspresi emosional dalam penggunaan tagar #TumpukdiTengah.
Beberapa unggahan mungkin menggambarkan cerita-cerita yang tidak sepenuhnya jujur
atau mengalami sadfishing, di mana pengguna menggunakan cerita sedih mereka untuk
mendapatkan perhatian atau simpati dari orang lain.
Kata kunci: #TumpukdiTengah, Instagram, Perilaku sosial, Sosial Media
Abstract
The background of this research is based on the growth of social media usage as the
primary channel for sharing experiences and emotions online. The phenomenon of
sadfishing, which involves the use of sad or vulnerable stories with the aim of garnering
attention or empathy from others, has become an intriguing topic to investigate in the
context of using the #TumpukdiTengah hashtag on Instagram. This study aims to
investigate the phenomenon of sadfishing in the context of using the #TumpukdiTengah
hashtag on the Instagram social media platform. The research method used is
netnography, which allows for in-depth observation of social interactions, behavioral
patterns, and motivations within the online community associated with this hashtag.
Data was collected through direct observation of content related to the hashtag and
analysis of user responses and interaction dynamics on the Instagram platform. The
research findings indicate that the motives for using the #TumpukdiTengah hashtag
vary among Instagram users. Additionally, the research results also indicate the
existence of several posts showing complexity in social interactions and emotional
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 09, September 2024
Fenomena Sadfishing: Studi Netnografi dengan Tagar #Tumpukditengah Pada Sosial
Media Instagram di Indonesia
Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024 3823
expressions in the use of the #TumpukdiTengah hashtag. Some posts may depict stories
that are not entirely truthful or experience sadfishing, where users use their sad stories
to gain attention or sympathy from others.
Keywords: #TumpukdiTengah, Instagram, Social Behaviour, Social Media
PENDAHULUAN
Kemajuan pesat dalam pemanfaatan media sosial terlihat dari perluasan ragam
platform seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan TikTok, memberikan sarana dan
kemudahan bagi pengguna melalui beragam fitur yang disediakan. Di Indonesia, pada
tahun 2022, terjadi lonjakan signifikan pengguna media sosial dibanding platform
lainnya (Kemp, 2022; Roden, Kemp, & Saleem, 2023). Keleluasaan yang disuguhkan
oleh media sosial membuat netizen, terutama remaja, cenderung melampaui batas
dengan seringnya berbagi informasi secara berlebihan (oversharing), mengabaikan
privasi pribadi dengan memposting setiap pengalaman dan aktivitas mereka di media
sosial (Ayun, 2015).
Fitur respons seperti penanda suka, komentar, dan berbagi di platform media
sosial berperan sebagai medium ekspresi pengguna dalam berinteraksi di dunia maya.
Kemudian, fungsi ikuti dan pengikut, yang tersedia di semua jejaring sosial,
mempermudah pengguna untuk mengikuti dan ditemukan oleh orang lain,
memungkinkan pertumbuhan jumlah pengikut yang signifikan pada akun pengguna. Ini
berpotensi menjadikan seseorang sebagai figur yang dikenal di ranah digital, dikenal
sebagai seleb. Seorang seleb adalah individu dengan ribuan hingga jutaan pengikut di
platform media sosial. Keberhasilan menjadi seleb sangat bergantung pada kualitas dan
daya tarik konten yang disajikan, yang dapat menarik perhatian publik dan
mengakibatkan pertumbuhan cepat dalam jumlah pengikut (Hasna, 2022).
Kemudahan dalam menciptakan materi memberikan ruang bagi pembuat konten
media sosial untuk menggunakan platform tersebut sebagai sarana ekspresi diri, tempat
untuk menuangkan perasaan, sebagai jurnal pribadi, dan mencari dukungan emosional
(Wulandari & Wijaya, 2021). Instagram, sebagai platform berbagi foto dan video, juga
menjadi tempat yang diminati oleh pengguna media sosial aktif untuk membuat konten.
Selain sebagai wadah untuk berinteraksi, Instagram juga berperan sebagai media untuk
berbagi konten video dan foto, yang dapat menarik perhatian pengguna lain untuk
menjadi populer. Fenomena "viral" merujuk pada konten yang tersebar luas di platform
tersebut dan dikenal oleh banyak orang.
Dalam upaya membuat konten menjadi viral, para pembuat konten bersaing
dengan ide-ide kreatif mereka untuk menciptakan tren yang menarik perhatian banyak
penonton. Salah satu tren baru di media sosial adalah memanfaatkan kesedihan untuk
mendapatkan perhatian, yang dikenal sebagai sadfishing. Sadfishing adalah praktik
mengunggah konten yang mengandung emosi dan berusaha untuk mendapat simpati
dari pengguna lain di platform media sosial. Tren ini semakin populer setelah banyak
selebriti memanfaatkannya untuk meningkatkan jumlah pengikut dan eksistensi mereka
di dunia maya (Milovidov, 2023).
Fredericka Rendy, Markus Bathara Bisma Soetrisno, Fani Nurfitriati
3824 Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024
Gerakan #TumpukdiTengah telah menjadi sebuah kampanye yang
diperkenalkan oleh sebagian masyarakat sebagai langkah untuk meningkatkan
keteraturan di tempat-tempat makan. Dalam gerakan ini, masyarakat diajak untuk
menumpuk mangkuk, piring, sendok, dan gelas yang sudah digunakan ke tengah meja,
sehingga memudahkan pramusaji dalam mengambil peralatan makan yang sudah tidak
terpakai. Meskipun telah berlangsung lama, masih banyak masyarakat yang belum
mengetahui tentang gerakan ini, sehingga sosialisasi dan penyebaran informasi
mengenai tujuan dan manfaat dari gerakan ini masih perlu ditingkatkan.
Tujuan dari gerakan #TumpukdiTengah adalah untuk membantu meringankan
beban para pramusaji yang bertugas membersihkan meja dan mengambil peralatan
makan yang sudah tidak terpakai. Dengan menumpuk peralatan makan yang sudah
digunakan ke tengah meja, para pramusaji dapat lebih efisien dalam membersihkan
meja dan mengambil peralatan makan yang sudah tidak terpakai, sehingga proses
pelayanan kepada pelanggan dapat berjalan lebih lancar dan efektif. Walaupun tujuan
dari gerakan ini adalah untuk membantu para pramusaji, namun masih ada sebagian
masyarakat yang belum mengetahui akan adanya gerakan #TumpukdiTengah ini. Oleh
karena itu, penting untuk terus melakukan sosialisasi dan penyebaran informasi
mengenai tujuan dan manfaat dari gerakan ini agar dapat lebih banyak masyarakat yang
turut serta dalam menjalankan gerakan ini.
Tagar #Tumpukditengah di Instagram menjadi simbol yang berkaitan erat
dengan fenomena yang dikenal sebagai "sadfishing". Sadfishing adalah praktik di mana
seseorang memposting konten yang mengekspos kerentanan atau kesedihan mereka
secara online dengan harapan mendapatkan simpati atau perhatian dari orang lain.
Dengan menggunakan tagar ini, pengguna Instagram mencoba untuk menarik perhatian
orang lain agar mereka memperhatikan perasaan atau masalah yang mereka hadapi.
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki dan memahami secara mendalam
fenomena penggunaan tagar #Tumpukditengah di platform media sosial Instagram.
Melalui pendekatan netnografi, penelitian ini akan mengeksplorasi berbagai aspek yang
terkait dengan penggunaan tagar tersebut, seperti jenis konten yang dikaitkan dengan
tagar tersebut, respons pengguna terhadap konten tersebut, serta pola interaksi dan
komunikasi yang terbentuk di sekitar tagar tersebut. Selain itu, penelitian ini juga akan
mengidentifikasi motif dan tujuan di balik penggunaan tagar #Tumpukditengah,
termasuk apakah penggunaannya lebih cenderung untuk mengekspresikan kebutuhan
akan dukungan emosional atau untuk menciptakan kesadaran. Melalui pemahaman yang
mendalam tentang dinamika penggunaan tagar ini, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan wawasan berharga tentang bagaimana media sosial digunakan sebagai
platform untuk mengekspresikan dan mengatasi masalah kesenjangan dalam konteks
masyarakat daring saat ini.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengadopsi pendekatan netnografi untuk menyelidiki fenomena
sadfishing dalam konteks penggunaan tagar #Tumpukditengah di platform media sosial
Fenomena Sadfishing: Studi Netnografi dengan Tagar #Tumpukditengah Pada Sosial
Media Instagram di Indonesia
Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024 3825
Instagram (Asri, 2021). Pendekatan netnografi memungkinkan peneliti untuk
memahami secara mendalam dinamika interaksi sosial dan pola perilaku yang terjadi di
dalam komunitas online. Metode penelitian ini akan terdiri dari tahap observasi
langsung terhadap konten yang terkait dengan tagar #Tumpukditengah di Instagram,
baik dalam bentuk unggahan gambar, teks, maupun video.
Teknik pengumpulan data akan melibatkan pencarian konten yang relevan
dengan menggunakan tagar #Tumpukditengah di Instagram. Peneliti akan melakukan
pencarian manual dan menggunakan algoritma pencarian Instagram untuk
mengidentifikasi unggahan- unggahan terbaru yang terkait dengan tagar tersebut.
Selanjutnya, data yang terkumpul akan disimpan dan dianalisis untuk mengidentifikasi
pola-pola yang muncul dalam konten-konten tersebut (Priyowidodo, 2022).
Setelah data terkumpul, teknik analisis data yang akan digunakan melibatkan
pendekatan kualitatif (Saleh, 2017). Data akan dianalisis secara tematik, di mana
peneliti akan mengidentifikasi tema-tema utama yang muncul dalam konten-konten
yang terkait dengan tagar #Tumpukditengah. Analisis tematik akan memungkinkan
peneliti untuk memahami perasaan, motif, dan pengalaman yang diungkapkan oleh
pengguna Instagram melalui konten- konten mereka. Selain itu, peneliti juga akan
menggunakan teknik analisis jaringan sosial untuk memahami struktur dan dinamika
interaksi antar pengguna yang terjadi di sekitar tagar #Tumpukditengah. Dengan
kombinasi teknik analisis ini, penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
yang komprehensif tentang fenomena sadfishing dalam konteks penggunaan tagar
#Tumpukditengah di Instagram.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pola Penggunaan Tagar #TumpukdiTengah
Data menunjukkan bahwa tagar #TumpukdiTengah telah mencapai lebih dari
10.4 ribu unggahan di platform Instagram. Jumlah unggahan yang signifikan ini
mencerminkan popularitas dan adopsi luas praktik menumpuk piring di tengah meja
sebagai bentuk solidaritas terhadap para pelayan atau waiter. Selain itu, terdapat
beberapa inisiatif yang diambil oleh akun Instagram @tumpukditengah dan akun-akun
lainnya untuk mempromosikan praktik ini, mulai dari menyebarkan informasi tentang
tagar tersebut hingga mengajak orang untuk berpartisipasi aktif dalam kampanye sosial
ini melalui konten yang kreatif dan inspiratif.
Pola penggunaan tagar #Tumpukditengah di Instagram mengungkapkan
dinamika yang kompleks dalam ekspresi emosional di platform media sosial tersebut.
Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tagar #tumpukditengah dalam fenomena
sadfishing di Instagram mencerminkan strategi visual dan naratif yang digunakan
pengguna untuk menarik perhatian dan mendapatkan simpati, dengan menempatkan
elemen emosional di pusat perhatian.
Pengguna Instagram menggunakan platform ini sebagai wadah untuk membuka
diri dan membagikan pengalaman pribadi mereka dengan harapan mendapatkan
dukungan, empati, atau pengertian dari komunitas online (Madani, 2021).
Fredericka Rendy, Markus Bathara Bisma Soetrisno, Fani Nurfitriati
3826 Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024
Tidak jarang, konten-konten yang menggunakan tagar #Tumpukditengah
menampilkan pengalaman yang sangat pribadi dan intim. Pengguna seringkali
menuliskan caption yang mendalam dan emosional, membagikan cerita-cerita yang
secara langsung mencerminkan perjuangan atau ketidaknyamanan emosional yang
mereka alami. Beberapa pengguna mungkin juga mengunggah gambar atau video yang
menampilkan ekspresi wajah mereka yang sedih atau penuh dengan perasaan, dengan
harapan menarik perhatian dan empati dari pengikut mereka di Instagram (Farida
Nurfalah, Kholil, Puji Lestari, & Titi Widaningsih, 2021).
Fenomena penggunaan tagar #Tumpukditengah menyoroti kompleksitas dalam
ekspresi emosional di dunia daring. Bagi sebagian individu, tagar ini mungkin menjadi
saluran yang efektif untuk mengekspresikan dan ajakan dalam sebuah gerakan untuk
meningkatkan kesadaran pada sebuah gerakan agar masyarakat dapat ber-empati
terhadap golongan masyarakat lainnya yang dalam hal ini adalah petugas atau
pramusaji restoran dalam mengatasi kesedihan atau kesulitan emosional yang mereka
alami. Namun, bagi yang lain, penggunaan tagar ini juga dapat menimbulkan
pertanyaan tentang motivasi di balik ekspresi emosi secara terbuka di media sosial dan
apakah itu menjadi cara yang efektif untuk mengatasi masalah kesejahteraan mental.
Penting untuk diakui bahwa penggunaan tagar #Tumpukditengah juga dapat menjadi
sumber dukungan dan empati bagi individu yang bekerja sebagai pihak yang melakukan
‘bersih-bersih’ diatas meja makan, setelah individu lainnya menyelesaikan kegiatan
makan mereka. Komunitas online yang terbentuk di sekitar tagar ini dapat menjadi
tempat di mana individu merasa didengar, dipahami, dan diterima dalam keadaan
emosional mereka.
Motif Penggunaan Tagar #TumpukdiTengah
Motif penggunaan tagar #TumpukdiTengah di media sosial merujuk pada
praktek menumpuk piring atau alat makan yang telah selesai digunakan di tengah meja
saat makan di restoran atau tempat makan umum. Tujuan utama dari penggunaan tagar
ini adalah untuk membantu para pelayan atau waiter agar tidak kesulitan atau ribet saat
membereskan sisa alat makan dari berbagai tempat duduk. Dengan menumpuk piring
atau alat makan yang telah selesai digunakan di tengah meja, pelanggan memberikan
sinyal yang jelas kepada pelayan bahwa mereka telah selesai makan dan bahwa meja
tersebut dapat segera dibersihkan.
Motif utama di balik penggunaan tagar #TumpukdiTengah adalah untuk
meningkatkan efisiensi dan pengalaman pelayanan di restoran atau tempat makan
umum. Dengan menumpuk piring atau alat makan di tengah meja, pelanggan dapat
membantu mengurangi waktu yang dibutuhkan pelayan untuk membersihkan dan
menata kembali meja untuk pelanggan berikutnya. Hal ini juga dapat mengurangi
kebingungan atau kesalahpahaman antara pelanggan dan pelayan mengenai apakah
mereka telah selesai makan atau masih menunggu hidangan tambahan.
Penggunaan tagar #TumpukdiTengah di media sosial tidak hanya merupakan
tindakan praktis di meja makan, tetapi juga menunjukkan sikap sosial yang peduli
Fenomena Sadfishing: Studi Netnografi dengan Tagar #Tumpukditengah Pada Sosial
Media Instagram di Indonesia
Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024 3827
terhadap lingkungan sekitar. Dengan mengadopsi praktik ini, pelanggan secara tidak
langsung menyampaikan pesan tentang kesadaran akan beban kerja para pelayan dan
bertanggung jawab terhadap kebersihan dan keteraturan tempat makan. Ini
menunjukkan bahwa pelanggan tidak hanya peduli dengan pengalaman makan mereka
sendiri, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan dan pengalaman kerja staf restoran.
Selain itu, praktik menumpuk piring di tengah meja juga menciptakan atmosfer
yang lebih ramah dan kolaboratif di antara pelanggan dan pelayan. Dengan
menunjukkan pengertian dan kerjasama dalam membereskan meja, pelanggan dapat
membantu menciptakan lingkungan makan yang bersih dan teratur untuk semua orang.
Hal ini tidak hanya meningkatkan efisiensi pelayanan, tetapi juga menciptakan
hubungan yang lebih positif antara pelanggan dan staf restoran. Penggunaan tagar
#TumpukdiTengah dapat menjadi contoh kecil dari bagaimana tindakan sederhana di
meja makan dapat memiliki dampak yang lebih luas dalam memperkuat ikatan sosial
dan menciptakan lingkungan yang lebih menyenangkan di tempat makan umum.
Dengan kesadaran akan kebutuhan dan pengalaman orang lain, pelanggan dapat
berperan sebagai agen perubahan kecil dalam mempromosikan sikap sosial yang peduli
dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari.
Praktik menumpuk piring di tengah meja, yang dilambangkan oleh tagar
#TumpukdiTengah, bukan hanya sekadar tindakan praktis dalam lingkup pelayanan
restoran, tetapi juga menggambarkan norma sosial yang dapat berbeda-beda di berbagai
budaya masyarakat. Di beberapa tempat, menumpuk piring di tengah meja dapat
dianggap sebagai tanda sopan santun atau kesopanan, menandakan bahwa pelanggan
telah selesai makan dan mempermudah proses pembersihan bagi pelayan. Tindakan ini
dapat diinterpretasikan sebagai bentuk penghargaan terhadap upaya pelayan dan
memberikan sinyal yang jelas tentang akhir dari pengalaman makan.
Namun, norma sosial seputar praktik menumpuk piring di tengah meja tidak
selalu konsisten di seluruh tempat. Di beberapa budaya atau lingkungan, tindakan ini
mungkin dianggap tidak biasa atau bahkan tidak pantas. Dalam beberapa kasus,
menumpuk piring di tengah meja dapat dianggap kurang sopan atau mengganggu,
terutama jika restoran memiliki kebijakan atau standar pelayanan yang berbeda. Oleh
karena itu, penting bagi pelanggan untuk memahami dan menghormati norma-norma
sosial yang berlaku di tempat-tempat makan tertentu, serta berkomunikasi secara jelas
dengan pelayan atau staf restoran mengenai preferensi mereka terkait penanganan sisa
alat makan.
Dalam konteks yang lebih luas, praktik menumpuk piring di tengah meja juga
menyoroti pentingnya kesadaran akan perbedaan budaya dan norma sosial di berbagai
lingkungan masyarakat. Sebagai pelanggan, penting untuk menghormati dan mengikuti
norma- norma yang ada di tempat-tempat makan yang berbeda, serta bersikap terbuka
terhadap preferensi dan kebutuhan pelayan atau staf restoran. Dengan demikian,
kesadaran akan keragaman budaya dan norma sosial dapat membantu memperkuat
pengalaman makan yang positif dan menghormati bagi semua pihak yang terlibat.
Fredericka Rendy, Markus Bathara Bisma Soetrisno, Fani Nurfitriati
3828 Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024
Sadfishing pada Konten Instagram #TumpukdiTengah
Sadfishing, dalam konteks penggunaan tagar #TumpukdiTengah di Instagram,
menyoroti dinamika kompleks antara ekspresi emosional dan interaksi sosial di era
media sosial. Fenomena ini menghadirkan pertanyaan tentang bagaimana individu
menggunakan media sosial untuk mengekspresikan dan membagikan kisah-kisah yang
penuh dengan kesedihan atau kesulitan, serta bagaimana interaksi antar pengguna dalam
komunitas online berevolusi seiring dengan penggunaan tagar ini (Hamzah & Putri,
2022). Dalam teori komunikasi massa, sadfishing dapat dipahami sebagai bentuk dari
strategi pemasaran emosional, di mana individu menggunakan cerita-cerita pribadi
tentang kesedihan atau ketidaknyamanan emosional untuk menarik perhatian atau
empati dari audiens mereka .
Teori komunikasi massa mengenali media sosial sebagai wadah yang penting
dalam memfasilitasi ekspresi diri dan interaksi sosial di masyarakat daring (Nugraeni,
2024). Dalam konteks ini, penggunaan tagar #TumpukdiTengah di platform Instagram
dapat dipahami sebagai salah satu bentuk ekspresi diri yang menyalurkan pesan atau
narasi melalui medium visual dan teks. Pengguna tagar ini mengambil kesempatan dari
fitur-fitur media sosial untuk berbagi pengalaman pribadi, termasuk praktik menumpuk
piring di tengah meja, sebagai cara untuk menyampaikan pesan atau nilai tertentu
kepada audiens online mereka.
Netnografi, sebagai metode penelitian yang menggabungkan prinsip-prinsip
etnografi dengan lingkungan online, memberikan kerangka kerja yang kuat untuk
memahami praktik ekspresi diri dan interaksi sosial di media sosial. Melalui pendekatan
ini, peneliti dapat menyelidiki secara mendalam tentang bagaimana individu
memanfaatkan platform media sosial seperti Instagram untuk berbagi pengalaman
hidup, membangun komunitas dengan individu yang memiliki minat atau nilai yang
sama, dan mengekspresikan identitas mereka secara online. Dengan menggunakan
teknik netnografi, peneliti dapat mengamati pola perilaku, respons, dan interaksi antar
pengguna yang terlibat dalam tagar #TumpukdiTengah, yang pada gilirannya
memberikan wawasan yang kaya tentang dinamika komunikasi massa digital.
Dalam konteks penelitian netnografi tentang tagar #TumpukdiTengah di media
sosial, peneliti memiliki kesempatan untuk menyelami dunia komunitas online yang
terlibat dalam praktik menumpuk piring di tengah meja. Dengan menggunakan
pendekatan ini, peneliti dapat mengamati interaksi sosial antara pengguna, melacak pola
perilaku yang berkembang, dan menganalisis respons pengguna terhadap konten yang
terkait dengan tagar tersebut (Kosasih, 2019). Melalui observasi langsung dalam
lingkungan online, peneliti dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang bagaimana fenomena sadfishing termanifestasi dalam konteks penggunaan tagar
#TumpukdiTengah.
Analisis netnografi yang dilakukan peneliti memberikan hasil bahwa terdapat
berbagai jenis konten yang dibagikan oleh pengguna terkait dengan tagar
#TumpukdiTengah. Ini termasuk narasi pribadi tentang pengalaman makan di restoran,
foto atau video yang menampilkan praktik menumpuk piring, dan respons dari
Fenomena Sadfishing: Studi Netnografi dengan Tagar #Tumpukditengah Pada Sosial
Media Instagram di Indonesia
Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024 3829
pengguna lain dalam komunitas online. Dengan memperhatikan variasi dalam jenis
konten dan respons pengguna, peneliti dapat memahami motif dan niat di balik
penggunaan tagar ini, serta dampaknya dalam komunikasi massa digital
Selain itu, analisis netnografi juga memungkinkan peneliti untuk menangkap
dinamika interaksi antar pengguna dalam komunitas online yang terkait dengan tagar
#TumpukdiTengah. Dengan memeriksa komentar, like, repost, dan interaksi lainnya
antara pengguna, peneliti dapat mengidentifikasi pola-pola yang menggambarkan
bagaimana pengguna saling mempengaruhi dan berinteraksi satu sama lain dalam
lingkungan online. Melalui pemahaman tentang dinamika ini, peneliti dapat
mengembangkan wawasan yang lebih holistik tentang motif, niat, dan dampak dari
praktik menumpuk piring di tengah meja dalam komunikasi massa digital. Dengan
memeriksa bagaimana individu merancang dan mempresentasikan diri mereka sendiri
dalam konten yang terkait dengan tagar #TumpukdiTengah, peneliti dapat menemukan
pola- pola yang mengungkapkan tentang identitas online, kebutuhan untuk validasi atau
dukungan, dan dinamika kekuasaan dalam komunitas daring.
Peran Komunitas Online Pada Tagar #TumpukdiTengah
Tagar #TumpukdiTengah di media sosial menggambarkan peran yang signifikan
dari komunitas online dalam mendukung praktik menumpuk piring di tengah meja
sebagai bentuk solidaritas terhadap para pelayan atau waiter. Data menunjukkan bahwa
tagar ini telah mencapai lebih dari 10.2 ribu unggahan di platform Instagram,
mencerminkan popularitas yang luas dan adopsi yang kuat dari praktik ini oleh
pengguna media sosial. Namun, peran komunitas online dalam tagar #TumpukdiTengah
tidak hanya terbatas pada jumlah unggahan, tetapi juga pada respons dan interaksi
antara pengguna.
Komunitas online yang terbentuk di sekitar tagar #TumpukdiTengah berperan
sebagai wadah untuk saling mendukung dan memberikan empati. Pengguna yang
membagikan konten terkait dengan tagar ini sering kali menerima respons yang positif
dari pengguna lain, seperti komentar-komentar yang memberikan dukungan, emoji-
emoji yang menunjukkan simpati, atau repost dari konten mereka untuk menunjukkan
solidaritas. Ini mencerminkan sikap peduli dan perhatian terhadap kesejahteraan pelayan
di industri makanan, serta menunjukkan bahwa komunitas online dapat menjadi sumber
dukungan emosional yang penting dalam kehidupan sehari-hari.
Peran komunitas online dalam tagar #TumpukdiTengah juga mencakup upaya
kolaboratif untuk memperluas kesadaran dan partisipasi dalam praktik ini. Akun
Instagram @tumpukditengah dan akun-akun lainnya mengambil inisiatif untuk
mempromosikan praktik menumpuk piring di tengah meja, mulai dari menyebarkan
informasi tentang tagar tersebut hingga mengajak orang untuk berpartisipasi aktif dalam
kampanye sosial ini melalui konten yang kreatif dan inspiratif (Juditha, 2019). Dengan
demikian, komunitas online memainkan peran penting dalam memperkuat kesadaran
masyarakat akan sikap sosial yang peduli dan bertanggung jawab, serta dalam
membentuk budaya kolaboratif dan empatik di media sosial.
Fredericka Rendy, Markus Bathara Bisma Soetrisno, Fani Nurfitriati
3830 Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024
KESIMPULAN
Dari penelitian tentang Studi Netnogtafi pada konten dengan tagar
#Tumpukditengah pada Instagram, beberapa temuan penting muncul yang
menggambarkan dinamika penggunaan tagar tersebut serta dampaknya dalam
komunitas online. Pertama, pola penggunaan tagar #TumpukdiTengah menunjukkan
variasi yang signifikan dalam cara individu mengekspresikan kesedihan atau kesulitan
emosional mereka. Tagar ini menjadi sarana bagi pengguna untuk berbagi narasi pribadi
tentang pengalaman hidup yang menantang atau menyedihkan, menciptakan ruang
untuk ekspresi emosional secara terbuka di platform media sosial. Kedua, motif
penggunaan tagar #TumpukdiTengah bervariasi, mulai dari bentuk terapi verbal untuk
mengekspresikan perasaan hingga mencari perhatian atau pengakuan dari orang lain.
Sebagian besar pengguna menggunakan tagar ini dengan niat yang murni untuk
mendapatkan dukungan atau empati dari komunitas online mereka, sementara yang lain
mungkin menggunakan tagar ini dengan motif yang lebih kompleks atau tidak
sepenuhnya jujur.
Namun, penelitian juga menyoroti kemungkinan adanya fenomena sadfishing
dalam konten yang terkait dengan tagar #TumpukdiTengah di Instagram. Sadfishing,
yang merujuk pada penggunaan cerita-cerita sedih atau rentan tentang diri sendiri
dengan tujuan mendapatkan perhatian atau simpati dari orang lain, dapat terjadi dalam
konteks penggunaan tagar ini. Hal ini menunjukkan kompleksitas dalam interaksi sosial
dan ekspresi emosional di media sosial, serta memicu refleksi tentang etika dan
transparansi dalam berbagi pengalaman pribadi secara online. Terakhir, peran
komunitas online dalam tagar #TumpukdiTengah adalah penting dalam memberikan
dukungan, empati, dan kolaborasi di antara pengguna. Komunitas yang terbentuk di
sekitar tagar ini menjadi wadah bagi individu untuk saling mendukung dan memperluas
kesadaran akan pentingnya sikap sosial yang peduli dan bertanggung jawab. Dengan
demikian, penelitian ini menggambarkan kompleksitas dalam dinamika komunikasi
massa dan interaksi sosial dalam era media sosial, serta menyoroti peran penting
komunitas online dalam membentuk budaya komunikasi yang lebih empatik dan
kolaboratif.
BIBLIOGRAFI
Asri, Nur. (2021). Metode netnografi: Pendekatan kualitatif dalam memahami budaya
pengguna media sosial.
Ayun, Primada Qurrota. (2015). Fenomena remaja menggunakan media sosial dalam
membentuk identitas. Jurnal Channel, 3(2), 116.
Farida Nurfalah, Farida, Kholil, Kholil, Puji Lestari, Puji, & Titi Widaningsih, Titi.
(2021). Model identitas diri mahasiswa dalam media sosial instagram. Pustaka
Aksara.
Hamzah, Radja Erland, & Putri, Citra Eka. (2022). Fenomena memancing kesedihan di
media sosial (sadfishing) pada literasi digital remaja. WACANA: Jurnal Ilmiah
Ilmu Komunikasi, 21(2), 311323.
Hasna, Safira. (2022). Selebriti dan fandom di era media sosial: Fenomena selebgram.
Jurnal Al Azhar Indonesia: Seri Ilmu Sosial, 3(1), 17.
Juditha, Christiany. (2019). Literasi informasi melawan hoaks bidang kesehatan di
Fenomena Sadfishing: Studi Netnografi dengan Tagar #Tumpukditengah Pada Sosial
Media Instagram di Indonesia
Syntax Idea, Vol. 6, No. 09, September 2024 3831
komunitas online. Jurnal Ilmu Komunikasi, 16(1), 7790.
Kemp, Desmond L. (2022). Tweet or Fired!: An Analysis on the Practice of Managing
Public Sector Employees That Engage on Social Media. Indiana University-Purdue
University Indianapolis.
Kosasih, Engkos. (2019). Literasi Media sosial dalam pemasyarakatan sikap moderasi
beragama. Jurnal Bimas Islam Vol, 12(2), 264.
Madani, Tania Laora M. (2021). Representasi Gaya Hidup Pria Metroseksual Dalam
Akun Instagram@ bramastavrl. Universitas Islam Riau.
Milovidov, Vladimir Dmitrievich. (2023). Redefining investors’ goals in the post
normal world. The Journal of Risk Finance, 24(3), 371385.
Nugraeni, Amelia. (2024). Peran Media Sosial dalam Pembentukan Identitas Sosial
Anak Muda. LANCAH: Jurnal Inovasi Dan Tren, 2(1), 142147.
Priyowidodo, Gatut. (2022). Monograf Netnografi Komunikasi: Aplikasi pada Tiga
Riset Lapangan. PT. RajaGrafindo Persada-Rajawali Pers.
Roden, Jessica, Kemp, Valerie, & Saleem, Muniba. (2023). Retweet for justice? Social
media message amplification and Black Lives Matter allyship. Journal of
Computer-Mediated Communication, 28(1), zmac032.
Saleh, Sirajuddin. (2017). Analisis data kualitatif. Pustaka Ramadhan, Bandung.
Wulandari, Esty, & Wijaya, Sri Herwindya Baskara. (2021). Utilization of the Tiktok
Video Application as a means of showing existence and self-disclosure of
teenagers on social media. International Journal of Social Science And Human
Research, 4(9), 26102616.
Copyright holder:
Fredericka Rendy, Markus Bathara Bisma Soetrisno, Fani Nurfitriati (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: