How to cite:
Haidar Rozaan Darmawan, Susy Budi Astuti, Prasetyo Wahyudie (2024) Karakter Nilai Preferensi
Pengunjung Gen-Y pada Fasilitas Publik Museum, Studi Kasus: Museum Kereta Api Bondowoso,
(06) 08,
E-ISSN:
2684-883X
KARAKTER NILAI PREFERENSI PENGUNJUNG GEN-Y PADA FASILITAS
PUBLIK MUSEUM, STUDI KASUS: MUSEUM KERETA API BONDOWOSO
Haidar Rozaan Darmawan, Susy Budi Astuti, Prasetyo Wahyudie
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Indonesia
Abstrak
Generasi Y, lahir antara tahun 1981 hingga 1995, memiliki karakter berwawasan teknologi
tinggi karena tumbuh di era teknologi. Fleksibilitas dan impulsivitas Gen Y muncul dari
banyaknya alternatif pilihan yang dimiliki. Karakteristik ini tercermin antara lain dalam
preferensi rekreasi mereka, yang memprioritaskan pengalaman praktis dan kontribusi aktif.
Museum Kereta Api Bondowoso yang menawarkan pengalaman imersif perlu dinilai tingkat
kesesuaiannya dengan preferensi yang dimiliki oleh pengunjung Gen Y. Penelitian ini
bertujuan mengukur sejauh mana Museum Kereta Api Bondowoso memenuhi ekspektasi ini
dengan membandingkan preferensi pengunjung Gen Y menurut literatur dengan fasilitas dan
aktivitas saat ini yang disediakan oleh museum. Penelitian ini membuktikan bahwa preferensi
Gen Y terhadap kunjungan museum tidak hanya didorong oleh faktor rekreasi, tetapi juga
kemudahan akses informasi dan relevansi pengetahuan yang disampaikan di era kemajuan
teknologi yang merupakan bagian dari preferensi pengunjung Gen Y.
Kata Kunci: Generasi Y, Pengalaman, Preferensi, Museum
Abstract
Generation Y, born between 1981 and 1995, has a high-tech character because they grew up
in the technological era. Gen Y's flexibility and impulsiveness arise from the many alternative
options they have. These characteristics are reflected, among other things, in their leisure
preferences, which prioritize practical experience and active contribution. The Bondowoso
Railway Museum, which offers an immersive experience, needs to be assessed for its degree
of suitability with the preferences of Gen Y visitors. This study aims to measure the extent to
which the Bondowoso Railway Museum meets these expectations by comparing the
preferences of Gen Y visitors according to the literature with the current facilities and
activities provided by the museum. This research proves that Gen Y's preference for museum
visits is not only driven by recreational factors, but also the ease of access to information and
the relevance of knowledge conveyed in the era of technological advancement which is part of
the preferences of Gen visitors.
Keywords: Generation Y, Experience, Preferences, Museums
PENDAHULUAN
(Generasi Y) adalah istilah yang mengkategorikan kelompok masyarakat yang lahir di
rentang tahun 1981 hingga 1995 (Lafayette, 2011). Gen Y memiliki kemampuan untuk
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
Haidar Rozaan Darmawan, Susy Budi Astuti, Prasetyo Wahyudie
3738 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
memanfaatkan teknologi dan media digital untuk mempengaruhi ekonomi dan politik melalui
pendekatan yang lebih liberal (Arora & Dhole, 2019). Selain kemampuannya berkolaborasi
dengan teknologi, karakteristik lain yang cukup terlihat pada Gen Y dibandingkan generasi-
generasi sebelumnya adalah kebutuhan akan adanya “sebab” atau “alasan” dalam
mempertimbangkan suatu tindakan (Coats, 2011). Hal tersebut merupakan salah satu dampak
semakin mudahnya transparansi yang dapat diakses oleh Gen Y melalui adanya teknologi dan
digitalisasi. Sebuah penelitian di India menghasilkan preferensi Gen Y yang jika disimpulkan
secara umum adalah Gen Y mementingkan fleksibilitas dalam memilih lingkungannya,
mampu beradaptasi dengan kekurangan yang bersifat minor, memiliki kesadaran dan
kepedulian yang lebih tinggi untuk dapat membela diri sendiri (Arora & Dhole, 2019).
Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan
koleksi, dan mengkomunikasikan kepada masyarakat (Pasal 1 PP No 66 Tahun 2015). Fungsi
utama museum menurut undang-undang adalah menyimpan dan mengkomunikasikan barang
yang disebut koleksi, sedangkan tugasnya adalah pengkajian, pendidikan dan kesenangan
(Pasal 2 PP No 66 Tahun 2015). Pada pasal yang sama di ayat yang berbeda, disebutkan
bahwa pemilik museum adalah pemerintah, pemerintah daerah, setiap orang atau masyarakat
hukum adat yang mendirikan museum. Tugas museum bersumber dari Pasal 2 pada PP
tersebut adalah museum bertugas untuk memfasilitasi pengkajian, pendidikan, dan
kesenangan atau rekreasi.
Museum telah berevolusi dari yang sebelumnya merupakan lembaga yang hanya
melakukan konservasi dan memamerkan barang koleksi (Goulding, 1999), menjadi lembaga
yang menilai faktor kesuksesannya dari timbal balik dan hubungan yang baik dari
pengalaman yang dirasakan oleh pengunjungnya (Gilmore & Rentschler, 2002), oleh karena
itu institusi yang menawarkan wisata kebudayaan seperti museum hadir untuk menyediakan
pengalaman yang berkaitan dengan kebudayaan (Golding, 2016).
Museum Kereta Api Bondowoso berlokasi di Kademangan, Kecamatan Bondowoso,
Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur. Museum Kereta Api Bondowoso berada di
bawah otoritas dan pengelolaan dari PT Kereta Api Indonesia (PT. KAI), lebih tepatnya di
bawah Unit Arsitektur dan Preservasi. Museum ini diresmikan pada tahun 2016 dan sudah
dikunjungi oleh pengunjung dari berbagai lapisan baik itu wisatawan mancanegara,
wisatawan lokal, hingga keperluan pendidikan dari sekolah-sekolah lokal. Salah satu
kelompok pengunjung yang dominan adalah kelompok keluarga kecil (ayah, ibu, anak).
Orang tua yang datang bersama anaknya berada di kisaran usia 30 hingga 40 tahun dan berada
di kelompok usia Gen Y (Susanto, 2021).
Bagaimana hubungan preferensi Gen Y yang didapat dari penelitian terdahulu, museum
sebagai institusi rekreasi yang menawarkan pengalaman, serta studi kasus Museum Kereta
Api Bondowoso sebagai salah satu jenis museum sejarah dengan salah satu kelompok
pengunjungnya merupakan kelompok Gen Y? Tujuan dari penelitian ini adalah
membandingkan studi literatur sebagai kondisi ideal dengan studi objek sebagai kondisi
eksisting untuk menemukan persamaan dan perbedaannya (Ilyas, Fanggidae, Foenay, &
Fanggidae, 2023). Preferensi tidak selalu berdasarkan pada hal yang menarik tapi juga dapat
tumbuh dari adanya kebutuhan yang didasarkan pada pola pikir, pengalaman, dan lain
sebagainya.
METODE PENELITIAN
Metode yang diaplikasikan pada penelitian ini adalah systematic literature review (SLR)
dan observasi. SLR adalah metode untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menafsirkan
penelitian terdahulu yang relevan dengan topik, pertanyaan penelitian, atau sebuah peristiwa
Karakter Nilai Preferensi Pengunjung Gen-Y pada Fasilitas Publik Museum, Studi Kasus:
Museum Kereta Api Bondowoso
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 3739
tertentu (Kitchenham, 2004). Observasi merupakan metode penelitian yang terdiri dari proses
pengamatan dan pencatatan sebuah peristiwa atau perilaku objek penelitian (Fathoni, 2011;
Sudjana, 1989; Hadi, 2002).
Topik yang dicari untuk ditinjau terbagi menjadi dua topik utama. Topik pertama yaitu
tentang Gen Y dan preferensi serta pandangannya dalam menentukan lingkungan yang
dianggap sesuai. Topik kedua adalah tentang museum sebagai sebuah institusi yang
mempertimbangkan pengalaman dan timbal balik pengunjung sebagai tolok ukur
kesuksesannya dalam menyediakan fasilitas untuk keperluan pemenuhan tugas dan fungsi
museum. Topik tersebut ditelaah dan dikelompokkan menjadi variabel-variabel karakteristik
Gen Y dan dihubungkan dengan peran museum dalam menyediakan fasilitas yang
meningkatkan kesan, pengalaman, aktivitas, dan interaksi pengunjung ditinjau dari nilai
keterlibatan aktif, fitur personalisasi dan co-creation, dan lain sebagainya.
Observasi yang dilakukan pada objek penelitian Museum Kereta Api Bondowoso
adalah mengamati dan mencatat data-data aktivitas, fasilitas, dan interaksi apa saja yang bisa
dilakukan oleh pengunjung Gen Y di lokasi museum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Gen Y memiliki tiga sifat utama yaitu techno-literate atau memiliki
wawasan atas teknologi, memiliki tujuan dan alasan yang jelas dalam bertindak, serta mampu
melakukan multitasking (Kersten & La Venture, 2015). Gen Y memiliki karakteristik tuntutan
konsumsi yang cenderung tinggi dan memiliki pandangan perlu adanya keseimbangan value
for money. Oleh karena adanya kesadaran akan pilihan dan pertimbangan yang beragam,
maka Gen Y cenderung lebih fleksibel dan akan menyediakan alternatif untuk pilihan yang
akan dipilih (Leask, 2013). Karakteristik yang disebutkan di atas merupakan karakteristik
umum yang dimiliki Gen Y dalam merespon lingkungannya yang dapat berlaku pada aspek
yang lebih luas.
Gen Y mencari pengalaman yang intens, impulsif dan cepat sekaligus tenang, otentik,
dan lembut dalam memilih sebuah media rekreasi atau wisata (Pikkemaat & Schuckert, 2006).
Seperti generasi sebelumnya, Gen Y merupakan konsumen sekaligus produsen dari sebuah
kebudayaan. Sama halnya dengan wisatawan, dalam mengunjungi objek seperti museum, Gen
Y sendiri terbagi menjadi kelompok-kelompok yang berdasarkan pada ‘keseruan dan hiburan’
dan juga kelompok yang mencari ‘kesunyian dan ketenangan (Alcaraz, Hammerer, Tubaro,
Schröder, & Castro, 2009). Gen Y lebih mengutamakan aspek eksperimental atau sesuatu
yang bisa terlibat secara aktif daripada sesuatu yang hanya bersifat interpretatif (Yolal, 2018);
Morgan et al, 2009). Pengalaman yang dijadikan pertimbangan meliputi pengalaman pra-
kunjungan hingga pengalaman pasca-kunjungan Jennings et al.,(2009) sehingga hal tersebut
meliputi kemampuan promosi dan pendaftaran hingga aspek layanan konsumen. Karakteristik
inti Gen Y, seperti masa remaja yang lebih panjang, orientasi kuat pada keluarga, teman, dan
kelompok sebaya, serta fokus pada rekreasi, pengalaman, dan keaslian, memberikan potensi
positif bagi sektor atraksi secara umum (Leask, 2013). Personalisasi dan co-creation
merupakan fitur yang populer dalam atraksi wisata bagi Gen Y sehingga adanya aktivitas
yang bersifat personal dan melibatkan pengunjung Gen Y merupakan nilai tambah yang
relevan untuk meninggalkan kesan positif bagi pengunjung Gen Y (Leask, 2013).
Museum sebagai sebuah lingkungan buatan (built environment) menyediakan
bermacam-macam aktivitas dan fasilitas yang dapat memungkinkan terjadinya interaksi antara
museum dan pengunjungnya. Pengunjung museum memiliki ekspektasi bahwa mereka akan
Haidar Rozaan Darmawan, Susy Budi Astuti, Prasetyo Wahyudie
3740 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
‘mempelajari hal baru’ setelah berkunjung ke museum (Jansen-Verbeke & van Rekom, 1996).
Kualitas sebuah museum dihubungkan dengan pengalaman kunjungan dan akibat psikologis
yang dirasakan saat berinteraksi dan beraktivitas dengan layanan yang disediakan oleh
museum (Chen et al., 2007). Dari fakta empirik dan penelitian terdahulu yang disebutkan
sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa museum merupakan sebuah lembaga yang
faktor kesuksesannya selain berorientasi pada benda koleksi (preservasi, konservasi,
penelitian) juga berorientasi pada pengunjung (pengalaman, interaksi, aktivitas). Oleh karena
hal itu layanan yang sesuai dengan preferensi dan karakteristik kelompok pengunjung dalam
hal ini dari Gen Y akan mempengaruhi pengelolaan, perkembangan dan kelangsungan
museum tersebut. Semakin sesuai preferensi Gen Y dengan aspek-aspek yang disediakan oleh
museum, semakin tinggi kemungkinan impresi positif yang terbentuk setelah kunjungan
dilakukan.
Preferensi Gen Y
Dari perolehan data yang didapat dari studi literatur kedua topik yang sudah ditentukan
sebelumnya, didapatkan karakteristik preferensi Gen Y dalam kunjungannya pada museum
sebagai berikut:
Tabel 1. Analisis Karakteristik & Preferensi Gen Y
Aspek
Indikator
Nilai
Sumber
Techno-literate
(Wawasan dan literasi
terhadap teknologi)
Kemudahan akses informasi
pra-kunjungan hingga pasca-
kunjungan
Akses
Informasi
(Arora & Dhole, 2019;
Kersten & La Venture,
2015; Perry et al., 2010)
Transparansi ulasan kualitas
tempat tujuan
Transparansi
Ulasan
(Arora & Dhole, 2019;
Leask, 2013)
Kesempatan untuk berbagi
informasi dan eksistensi diri
dengan media sosial
Eksis
(Kersten & La Venture,
2015; Leask, 2013)
Purposed (Berdasar/
Tujuan jelas)
Menawarkan pengetahuan
yang relevan
Relevan
(Coats, 2011) (Leask,
2013) (Kersten & La
Venture, 2015)
Memberikan pengalaman
imersif
Imersif
(Gerardi, 2024)
Melibatkan pengunjung
secara aktif
Co-creation
(Nalobina, 2015)
Kesesuaian nilai yang
dikeluarkan dengan yang
diperoleh (value for money)
Sepadan
Leask, 2013
Multitasking (Mampu
melakukan lebih dari
satu aktivitas)
Pengalaman yang intens,
cepat, dan impulsif
Intens
(Pikkemaat & Schuckert,
2006)
Menyediakan pilihan dan
alternatif
Fleksibel
(Arora & Dhole, 2019;
Leask, 2013)
Sumber: Hasil Systematic Literature Review (2024)
Karakter Nilai Preferensi Pengunjung Gen-Y pada Fasilitas Publik Museum, Studi Kasus:
Museum Kereta Api Bondowoso
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 3741
Dari analisis yang dikelompokkan pada tabel di atas diperoleh kata kunci yang dapat
digunakan sebagai nilai yang menjadi ekspektasi dan preferensi Gen Y yang ingin ditemukan
pada museum, dalam kasus ini Museum Kereta Api Bondowoso. Untuk Aspek technoliterate
dapat dinilai berdasarkan indikator kemudahan akses informasi terkait kunjungan,
transparansi ulasan yang dapat diakses secara daring, serta kesempatan untuk berbagi
pengalaman, informasi dan eksistensi melalui media sosial. Untuk aspek purposed dapat
dinilai dari indikator berupa kemampuan menawarkan pengetahuan yang relevan,
memberikan pengalaman yang imersif serta mampu melibatkan pengunjung secara aktif untuk
mendukung kesesuaian antara value for money.
Perbandingan Hasil Observasi
Berikut adalah tabel hasil analisis perbandingan nilai yang didapat pada tinjauan
literatur tentang preferensi Gen Y terhadap kunjungan di museum dengan kondisi eksisting
hasil observasi pada Museum Kereta Api Bondowoso. Hal-hal yang diobservasi meliputi
fasilitas yang disediakan Museum Kereta Api Bondowoso serta aktivitas yang ada dan
mungkin terjadi di Museum Kereta Api Bondowoso. Hasil observasi dibandingkan dengan
indikator penilaian yang sudah disusun di bagian sebelumnya. Hasil perbandingan adalah
sebagai berikut:
Tabel 2. Analisis Perbandingan Hasil SLR & Kondisi Eksisting
Indikator
Hasil Observasi
Kemudahan akses
informasi pra-kunjungan
hingga pasca-kunjungan
Akses informasi mengenai deskripsi dan waktu
kunjungan dapat diakses melalui website PT. KAI
sebagai pengelola.
Terdapat nomor telepon yang bisa dihubungi
untuk informasi lebih lengkap.
Transparansi ulasan
kualitas tempat tujuan
Ulasan pada laman google maps untuk Museum
Kereta Api Bondowoso terbuka dan dapat diakses
untuk mengetahui tanggapan pengunjung
sebelumnya
Terdapat kotak saran di dalam museum untuk
menyampaikan saran dan masukan untuk
perbaikan museum bila dibutuhkan.
Kesempatan untuk
berbagi informasi dan
eksistensi diri dengan
media sosial
Sebagai salah satu ikon wisata, terdapat nilai
tambah tersendiri untuk eksistensi pengunjung
bila dibagikan ke media sosial.
Menawarkan pengetahuan
yang relevan
Informasi yang disediakan adalah sejarah
perkeretaapian di Indonesia sejak periode kolonial
Belanda. Perkembangan perkeretaapian
merupakan informasi yang masih relevan karena
moda transportasi ini masih digunakan dan
digemari oleh sebagian masyarakat.
Bondowoso merupakan kota tempat terjadinya
peristiwa Gerbong Maut, sehingga lokasi museum
berada di kota yang relevan dengan kejadian
sejarah yang diceritakan.
Haidar Rozaan Darmawan, Susy Budi Astuti, Prasetyo Wahyudie
3742 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
Indikator
Hasil Observasi
Memberikan pengalaman
imersif
Museum memanfaatkan bangunan stasiun non
aktif yang sudah berdiri sejak tahun 1897 dengan
bentuk arsitektur dan interior yang tidak banyak
berubah sehingga pengalaman kunjungan yang
dirasakan lebih imersif.
Melibatkan pengunjung
secara aktif
Museum ini beberapa kali melaksanakan acara
atau event yang melibatkan komunitas lokal
sehingga dengan adanya aktivitas tersebut dinilai
dapat menumbuhkan hubungan timbal balik yang
positif bagi museum dan masyarakat.
Aktivitas kunjungan tidak hanya melihat barang
koleksi tapi ada fasilitas gerbong kereta yang
dapat berinteraksi dan diamati secara langsung.
Kesesuaian value for
money
Akses transportasi yang mudah dan dekat dengan
terminal sehingga tidak perlu banyak berganti
kendaraan, biaya transportasi jadi bisa
disesuaikan.
Biaya masuk museum gratis sehingga dengan
pengeluaran yang nol, pengalaman dan informasi
yang didapat nilainya jadi lebih dominan.
Pengalaman yang intens,
cepat, dan impulsif
Ukuran museum relatif kecil sehingga tidak
banyak yang harus dijelajahi. Kunjungan bisa
bersifat cepat bila diinginkan. Sebagai tempat
yang berhubungan langsung dengan peristiwa
sejarah, pengalaman kunjungan dapat terasa lebih
intens.
Menyediakan pilihan dan
alternatif
Tidak ada aturan khusus alur kunjungan,
pengunjung bebas menentukan sendiri arah dan
tujuan kunjungan dengan tetap memperhatikan
aturan keamanan barang koleksi dan kenyamanan
pengunjung yang lain.
Sumber: Hasil Analisis dan Observasi (2024)
Berdasarkan tabel perbandingan hasil observasi pada Museum Kereta Api Bondowoso,
dapat disimpulkan beberapa poin penting terkait pemenuhan ekspektasi Generasi Y terhadap
kunjungan museum sebagai berikut.
1) Akses informasi tersedia dengan baik melalui laman website PT. KAI, namun dapat
ditambahkan dengan nomor telepon atau sosial media lain untuk informasi lebih lanjut.
Transparansi ulasan juga cukup baik dengan tersedianya ulasan di Google Maps dan kotak
saran di museum untuk umpan balik atau feedback dari pengunjung. Kesempatan
meningkatkan eksistensi melalui media sosial juga tersedia dan masih dapat terus
ditingkatkan sesuai dengan perkembangan tren yang berlaku.
2) Museum Kereta Api Bondowoso sudah cukup relevan dengan menyediakan informasi
sejarah perkeretaapian yang masih digunakan oleh masyarakat. Aspek imersif ditawarkan
dengan pemanfaatan bangunan stasiun tua dan gerbong yang dapat diakses, pengembangan
Karakter Nilai Preferensi Pengunjung Gen-Y pada Fasilitas Publik Museum, Studi Kasus:
Museum Kereta Api Bondowoso
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 3743
dan peningkatan kualitas dapat terus diupayakan untuk poin ini. Pengalaman co-creation
juga bisa diperoleh melalui acara komunitas, seminar, dan lokakarya.
3) Museum Kereta Api Bondowoso dinilai sepadan dari aspek value for money, akses ke
museum mudah dan biaya masuk gratis. Meskipun gratis, pengalaman yang intens dan
fleksibel masih bisa dirasakan dengan adanya lebih banyak opsi kunjungan dan aktivitas
yang dapat diakses oleh pengunjung di Museum Kereta Api Bondowoso.
Secara keseluruhan, Museum Kereta Api Bondowoso telah berusaha memenuhi
ekspektasi Generasi Y, namun beberapa aspek seperti peningkatan interaksi imersif dan
penawaran aktivitas yang lebih fleksibel masih dapat dikembangkan untuk lebih menarik
minat kunjungan dari kelompok generasi tersebut
KESIMPULAN
Museum Kereta Api Bondowoso sejauh ini dinilai mampu memfasilitasi preferensi dan
ekspektasi dari nilai-nilai dan karakteristik pengunjung Gen Y. Kondisi eksisting pada
museum kereta api memiliki kesesuaian dengan nilai yang diturunkan dari studi literatur
terkait faktor kesuksesan museum dan karakteristik preferensi pengunjung Gen Y terhadap
atraksi dan rekreasi terutama pada objek museum. Nilai-nilai tersebut meliputi kemudahan
akses informasi yang diwakili oleh tersedianya laman website untuk akses informasi secara
daring; transparansi ulasan melalui google maps; mampu memfasilitasi eksistensi di media
sosial, menyediakan informasi yang relevan terkait sejarah dan perkembangan moda
transportasi yang masih digunakan; memfasilitasi personalisasi dan co-creation melalui
aktivitas lokakarya, komunitas, dan kunjungan-kunjungannya; Museum Kereta Api
Bondowoso juga menyediakan lingkungan atraksi yang imersif dengan memanfaatkan
bangunan stasiun bersejarah; informasi yang intens melalui cerita sejarah dan artefak
peninggalan yang dipamerkan; pilihan aktivitas yang fleksibel seperti belajar, berkumpul, dan
mengadakan event; dengan biaya yang relatif kecil untuk ditukarkan dengan kelebihan-
kelebihan tersebut.
Secara garis besar memang Museum Kereta Api Bondowoso dinilai sudah sesuai
dengan preferensi pengunjung Gen Y berdasarkan literatur. Masih perlu dilakukan penelitian
yang lebih detail dengan metode yang lebih terhubung langsung dengan pengunjung di lokasi
terkait pengalamannya berkunjung ke Museum Kereta Api Bondowoso. Nilai atau variabel
yang diturunkan dari literatur di artikel ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk penelitian
di masa yang akan datang.
BIBLIOGRAFI
Alcaraz, Antonio, Hammerer, Peter, Tubaro, Andrea, Schröder, Fritz H., & Castro, Ramiro.
(2009). Is there evidence of a relationship between benign prostatic hyperplasia and
prostate cancer? Findings of a literature review. European Urology, 55(4), 864875.
Arora, Nidhi, & Dhole, Vijay. (2019). Generation Y: Perspective, engagement, expectations,
preferences and satisfactions from workplace; a study conducted in Indian context.
Benchmarking: An International Journal, 26(5), 13781404.
Chen, Z. Jeffrey, Scheffler, Brian E., Dennis, Elizabeth, Triplett, Barbara A., Zhang,
Tianzhen, Guo, Wangzhen, Chen, Xiaoya, Stelly, David M., Rabinowicz, Pablo D., &
Town, Christopher D. (2007). Toward sequencing cotton (Gossypium) genomes. Plant
Haidar Rozaan Darmawan, Susy Budi Astuti, Prasetyo Wahyudie
3744 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
Physiology, 145(4), 13031310.
Coats, Karen. (2011). Young adult literature: Growing up, in theory. In Handbook of research
on children’s and young adult literature (pp. 315329). Routledge.
Gerardi, MARIA LORENZA. (2024). Illuminare il lato oscuro del turismo: storytelling ed
esperienze trasformative nel Dark Tourism.
Gilmore, Audrey, & Rentschler, Ruth. (2002). Changes in museum management: A custodial
or marketing emphasis? Journal of Management Development, 21(10), 745760.
Golding, Viv. (2016). Learning at the museum frontiers: Identity, race and power. Routledge.
Goulding, Christina. (1999). Grounded Theory: some reflections on paradigm, procedures
and misconceptions.
Ilyas, Muhammad, Fanggidae, Apriana H. J., Foenay, Christien C., & Fanggidae, Ronald P.
C. (2023). PENGARUH DAYA TARIK WISATA PANTAI LASIANA TERHADAP
TINGKAT PREFERENSI ANAK MILLENIAL DI KOTA KUPANG. GLORY Jurnal
Ekonomi Dan Ilmu Sosial, 4(5), 11431159.
Jennings, Gayle, Cater, Carl, Lee YoungSook, Lee YoungSook, Ollenburg, Claudia, Ayling,
Amanda, & Lunny, Brooke. (2009). Generation Y: perspectives of quality in youth
adventure travel experiences in an Australian backpacker context. In Tourism and
generation Y (pp. 5872). Cabi Wallingford UK.
Kersten, Jeanette, & La Venture, Kelly. (2015). The Human Factor to Profitability: Building
a People-Centered Culture for Long-Term Success. Greenleaf Book Group.
Lafayette, Jon. (2011). Marketers targeting generation of Millennials. Broadcasting & Cable,
28.
Leask, Betty. (2013). Internationalizing the curriculum in the disciplinesImagining new
possibilities. Journal of Studies in International Education, 17(2), 103118.
Nalobina, Svetlana. (2015). Analysis of wellness consumer market of generation Y in Estonia.
Pärnu.
Perry, R. Ian, Cury, Philippe, Brander, Keith, Jennings, Simon, Möllmann, Christian, &
Planque, Benjamin. (2010). Sensitivity of marine systems to climate and fishing:
concepts, issues and management responses. Journal of Marine Systems, 79(34), 427
435.
Pikkemaat, Birgit, & Schuckert, Markus. (2006). The ‘New Customer’in the Experience
EconomyImplications for the Management of Theme Parks with an Edutainment Focus.
Time Shift, Leisure and Tourism, 233247.
Susanto, H. Pendi. (2021). Pandemi dan Anak Bangsa Menjadi Pintar. Tsaqiva publishing.
Yolal, Medet. (2018). Marketing destinations to customers from diverse generations. In The
Routledge Handbook of Destination Marketing (pp. 113122). Routledge.
Copyright holder:
Haidar Rozaan Darmawan, Susy Budi Astuti, Prasetyo Wahyudie (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under:
Karakter Nilai Preferensi Pengunjung Gen-Y pada Fasilitas Publik Museum, Studi Kasus:
Museum Kereta Api Bondowoso
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 3745