How to cite:
Muhammad Rifqi Maulana, Yopie Afriandi Habibie, Nurrahmah Yusuf (2024) Efek Pandemi Covid-
19 terhadap Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler Kasus Tuberculosis Paru di RSUD TGK Chik Ditiro
Sigli, (06) 08,
E-ISSN:
2684-883X
EFEK PANDEMI COVID-19 TERHADAP PEMERIKSAAN TES CEPAT
MOLEKULER KASUS TUBERCULOSIS PARU DI RSUD TGK CHIK DITIRO
SIGLI
Muhammad Rifqi Maulana, Yopie Afriandi Habibie, Nurrahmah Yusuf
Universitas Syiah Kuala, Indonesia
Abstrak
Respon terhadap pandemi ini mengharuskan adanya protocol tatalaksana terhadap pasien TB
yang di jalankan pada fasilitas pelayanan Kesehatan. Dalam hal ini Kementrian Kesehatan
juga menekankan pelayanan kesehatan untuk pasien TB tidak boleh di hentikan di tengah
pandemi virus corona (Covid-19), karena jika putus obat akan terjadi resisten obat dan
penularan kepada orang lain. Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya perbedaan
pemeriksaan TCM kasus TB Paru, diagnosis TB Paru dan kasus TB Paru resisten rifamfisin
sebelum dan selama pandemi COVID-19 di RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli. Penelitian
dilakukan di RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli dari Januari 2023 sampai Juli 2024. Desain
penelitian analitik komparatif menggunakan data retrospektif untuk menganalisis efek
pandemi Covid-19 terhadap angka pemeriksaan Tuberculosis Paru di RSUD Tgk Chik Ditiro
Sigli. Sumber data dalam penelitian adalah data sekunder dari aporan pemeriksaan TCM
mulai Trimester II 2018 sampai Trimester I 2022. Analisis data dilakukan melalui analisis
univariat dengan memaparkan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan paired t-
test. Hasil menunjukkan pemeriksaan TCM sebelum pandemi Covid-19 paling banyak
dilakukan pada trimester IV 2019 sebanyak 567 suspek (18,7%), sedangkan selama Covid -19
paling banyak pada trimester I 2021, 446 kasus (22%). Kasus terdiagnosis TB Paru sebelum
Covid -19 paling banyak pada trimester II 2019 yaitu 97 kasus (29,04%) dan setelah Covid -
19 paling banyak trimester II 2020 yaitu 81 kasus (23,68%). Kasus resisten rifampisin
sebelum Covid -19 paling banyak ditemukan pada trimester III 2018 yaitu 12 kasus (14,3%)
dan setelah Covid -19 terbanyak pada trimester I 2021 dengan 8 kasus (11%). Kesimpulan
penelitian ada perbedaan bermakna pemeriksaan TCM kasus TB Paru sebelum dan selama
pandemi Covid -19, ada perbedaan bermakna suspek yang positif TB Paru sebelum dan
selama pandemi Covid -19 dan ada perbedaan bermakna kasus resisten rifampisin sebelum
dan selama pandemi Covid -19 di RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli.
Kata Kunci: TCM TB Paru, Resisten, Rifampisin
Abstract
The response to this pandemic requires a protocol for TB patients that is carried out in health
service facilities. In this case, the Ministry of Health also emphasized that health services for
TB patients should not be stopped in the midst of the coronavirus (Covid-19) pandemic,
because if the drug is discontinued, drug resistance will occur and transmission to others. The
purpose of the study was to find out the difference in TCM examination of pulmonary TB
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
Efek Pandemi Covid-19 terhadap Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler Kasus Tuberculosis Paru
di RSUD TGK Chik Ditiro Sigli
Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024 3429
cases, pulmonary TB diagnosis and rifamfisin-resistant pulmonary TB cases before and
during the COVID-19 pandemic at Tgk Chik Ditiro Sigli Hospital. The research was
conducted at Tgk Chik Ditiro Sigli Hospital from January 2023 to July 2024. The design of a
comparative analytical study used retrospective data to analyze the effect of the Covid-19
pandemic on the number of pulmonary tuberculosis examinations at Tgk Chik Ditiro Sigli
Hospital. The data source in the study is secondary data from the TCM audit report from the
second quarter of 2018 to the first quarter of 2022. Data analysis was carried out through
univariate analysis by explaining frequency distribution and bivariate analysis using paired t-
test. The results show that TCM examinations before the Covid-19 pandemic were carried out
most in the fourth trimester of 2019 with 567 suspects (18.7%), while during Covid-19 the
most were in the first trimester of 2021, 446 cases (22%). The most cases diagnosed with
pulmonary TB before Covid-19 were in the second trimester of 2019, namely 97 cases
(29.04%) and after Covid-19, the most cases were in the second trimester of 2020, which was
81 cases (23.68%). The most rifampicin-resistant cases before Covid-19 were found in the
third trimester of 2018, namely 12 cases (14.3%) and after Covid-19 the most were in the first
trimester of 2021 with 8 cases (11%). The conclusion of the study was that there was a
significant difference in the TCM examination of pulmonary TB cases before and during the
Covid-19 pandemic, there was a significant difference in suspects who were positive for
pulmonary TB before and during the Covid-19 pandemic and there was a significant
difference in rifampicin-resistant cases before and during the Covid-19 pandemic at Tgk Chik
Ditiro Sigli Hospital.
Keywords: Pulmonary TB TCM, Rifampicin Resistant
PENDAHULUAN
Tuberkulosis menjadi salah satu faktor risiko seseorang rentan terinfeksi covid-19 dan
menyebabkan kematian lebih tinggi dibandingkan pasien yang hanya menderita salah satu
penyakit TB paru atau covid-19 saja. Tantangan penangulangan TB di tahun 2020 ini
diperberat dengan adanya pandemi virus Corona (Covid -19) yang membutuhkan langkah
tepat dan efektif, Perbandingan kematian pasien karena TB mencapai lebih dari 60%.5
kematian dari virus corona ini hanya mencapai 3-5%."Cases mortality-nya (kematian dari
virus corona), ini sebenarnya tidak terlalu besar, kepanikan yang tidak harus terjadi (Husna &
Dewi, 2020; Rahmadani, Sainal, & Suprapto, 2023).
Respon terhadap pandemi ini mengharuskan adanya protocol tatalaksana terhadap
pasien TB yang di jalankan pada fasilitas pelayanan Kesehatan (Pamungkas & Yusuf, 2020).
Dalam hal ini Kementrian Kesehatan juga menekankan pelayanan kesehatan untuk pasien TB
tidak boleh di hentikan di tengah pandemi virus corona (Covid-19), karena jika putus obat
akan terjadi resisten obat dan penularan kepada orang lain (Kemenkes, 2020).
Adanya Covid 19 berkurangnya akses ke diagnosis dan pengobatan TB telah
mengakibatkan peningkatan kematian TB (Ningsih & Novitasari, 2023). Estimasi terbaik
untuk tahun 2020 adalah 1,3 juta kematian TB di antara orang Human Immunodeficiency
Virus (HIV)-negatif (naik dari 1,2 juta pada 2019) dan tambahan 214.000 di antara Orang
HIV-positif (naik dari 209.000 pada 2019), dengan total gabungan kembali ke level 2017.
Penurunan TB insiden (jumlah orang yang mengembangkan TB setiap tahun) yang dicapai
pada tahun-tahun sebelumnya telah melambat hampir berhenti. Dampak ini diperkirakan akan
jauh lebih buruk pada tahun 2021 dan 2022 (Organization, 2021).
Muhammad Rifqi Maulana, Yopie Afriandi Habibie, Nurrahmah Yusuf
3430 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
Tes Cepat Molekuler (TCM) GeneXpert merupakan pemeriksaan molekuler secara
automatis dan terintegrasi dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) berdasarkan uji
deoxyribonucleic acid (DNA) bakteri untuk mendeteksi MTB dan sekaligus mendeteksi
resistensi bakteri tersebut terhadap rifampisin. TCM memiliki sensitivitas 96,5% dalam
mendiagnosis Multi Drug Resistance Tuberculosis (TB-MDR) dan sensitivitas 96,1%. dalam
mendeteksi resistensi rifampisin (Husna & Dewi, 2020).
Sejak tahun 2010, WHO merekomendasikan penggunaan alat Xpert MTB/RIF sebagai
pemeriksaaan awal untuk diagnosis Tuberkulosis RO (Resistensi Obat) dan Tuberkulosis pada
pasien HIV. Pemeriksaan Xpert MTB/RIF adalah pemeriksaan molekuler dengan teknologi
Nucleic Acid Amplification Technology (NAAT) yang dapat mendiagnosis Tuberkulosis dan
resistansi terhadap obat Rifampisin dalam waktu 2 jam. Pada tahun 2013, terdapat
penambahan rekomendasi WHO pemeriksaan TCM dapat dilakukan pada Liquor Cerebro
Spinalis (LCS) untuk mendiagnosis meningitis Tuberkulosis dan tambahan rekomendasi
untuk diagnosis Tuberkulosis pada anak dan dewasa, serta diagnosis Tuberkulosis Ekstra
Paru. Pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan alat TCM relatif lebih cepat dan
mudah dibandingkan dengan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dengan metode
konvensional yang membutuhkan waktu 3 - 4 bulan (Kemenkes, 2017). Tujuan penelitian
untuk mengetahui adanya perbedaan pemeriksaan TCM kasus TB Paru, diagnosis TB Paru
dan kasus TB Paru resisten rifamfisin sebelum dan selama pandemi COVID-19 di RSUD Tgk
Chik Ditiro Sigli.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli dari Januari 2023 sampai Juli
2024. Desain penelitian analitik komparatif menggunakan data retrospektif untuk
menganalisis efek pandemi Covid-19 terhadap angka pemeriksaan Tuberculosis Paru di
RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli. Sumber data dalam penelitian adalah data sekunder dari aporan
pemeriksaan TCM mulai Trimester II 2018 sampai Trimester I 2022. Analisis data dilakukan
melalui analisis univariat dengan memaparkan distribusi frekuensi dan analisis bivariat
menggunakan paired t-test (Anjani, Aulia, & Suryanti, 2022).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Responden yang terlibat dalam penelitian ini sebelum Covid-19 sejumlah 3.034 orang.
Dilihat dari sebaran jenis kelamin responden paling banyak adalah laki-laki dengan jumlah
1.963 orang (64,71%). Umur responden termuda adalah 7 tahun dan yang tertua berusia 88
tahun dengan range 71 tahun. Usia rata-rata reponden sebelum Covid-19 adalah 51,97 tahun.
Responden selama pandemi Covid -19 yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 1.985
orang dengan dominasi juga berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 1.193 (60,1%). Umur
responden penelitian selama Covid-19 rata-rata 51,6 tahun, usia responden termuda 7 tahun
dan tertua 90 tahun dengan range usia 63 tahun.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pasien yang Melakukan Pemeriksaan TCM Suspek
dan Positif TB Paru Sebelum Pandemi Covid -19 di RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli
No
Trimester
(TM)
Jumlah
Pemeriksaan TCM
Jumlah
Positif
1.
2.
3.
TM II 2018
TM III 2018
TM IV 2018
386
304
400
99
84
69
Efek Pandemi Covid-19 terhadap Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler Kasus Tuberculosis Paru
di RSUD TGK Chik Ditiro Sigli
Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024 3431
4.
5.
6.
7.
8.
TM I 2019
TM II 2019
TM III 2019
TM IV 2019
TM I 2020
391
334
412
567
240
86
97
90
99
38
Total
3.034
662
Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa jumlah suspek yang melakukan pemeriksaan
TCM sebelum pandemi COVID-19 di RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli adalah pada trimester IV
2019, yaitu 567 responden (18,7%). Suspek yang dinyatakan positif TB Paru setelah
melakukan pemeriksaan TCM paling banyak pada trimester II 2019 yaitu 97 kasus (29,04%)
dari 334 suspek yang diperiksa.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pasien TB Resisten Rifampisin Hasil Pemeriksaan
TCM Sebelum Pandemi COVID-19 di RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli
No
Trimester
Jumlah
Positif
Jumlah
Resisten
Persentase
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
TM II 2018
TM III 2018
TM IV 2018
TM I 2019
TM II 2019
TM III 2019
TM IV 2019
TM I 2020
99
84
69
86
97
90
99
38
11
12
7
3
5
4
8
0
11,1
14,3
10,1
3,5
5,2
4,4
8,1
0
Total
662
50
Berdasarkan tabel 2 diatas, tergambar bahwa mayoritas pasien TB yang resistensi
rifamfisin dari hasil pemeriksaan TCM sebelum pandemi COVID-19 di RSUD Tgk Chik
Ditiro Sigli ada pada trimester III 2018, dimana terdapat 12 (14,3%) pasien resisten rifampisin
dari 84 penderita TB Paru yang diperiksa.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pasien yang Melakukan Pemeriksaan TCM Suspek
dan Positif TB Paru Selama Pandemi COVID-19 di RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli
No
Trimester
(TM)
Jumlah
Pemeriksaan TCM
Jumlah
Positif
Persentase
Positif/TCM
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
TM II 2020
TM III 2020
TM IV 2020
TM I 2021
TM II 2021
TM III 2021
TM IV 2021
TM I 2022
342
298
236
446
205
118
143
242
81
60
53
73
41
20
35
57
23,68
20,13
22,46
16,37
20
16,95
24,48
23,55
Total
2.030
420
Muhammad Rifqi Maulana, Yopie Afriandi Habibie, Nurrahmah Yusuf
3432 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
Berdasarkan tabel diatas dipaparkan bahwa jumlah suspek terbanyak yang melakukan
pemeriksaan TCM selama pandemi COVID-19 di RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli adalah pada
trimester I 2021, yaitu 446 responden (22%). Suspek yang dinyatakan positif TB Paru setelah
melakukan pemeriksaan TCM paling banyak pada trimester II 2020 yaitu 81 kasus (23,68%) dari
342 suspek yang diperiksa.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pasien TB Resisten Rifampisin Hasil Pemeriksaan TCM Selama
Pandemi Covid-19 di RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli
No
Trimester
Jumlah
Positif
Jumlah
Resisten
Persentase
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
TM II 2020
TM III 2020
TM IV 2020
TM I 2021
TM II 2021
TM III 2021
TM IV 2021
TM I 2022
81
60
53
73
41
20
35
57
2
4
2
8
2
3
2
3
2,5
6,7
3,8
11
4,9
15
5,7
5,3
Total
420
50
Berdasarkan tabel 4 diatas, tergambar bahwa mayoritas pasien TB yang resistensi
rifamfisin dari hasil pemeriksaan TCM selama pandemi COVID-19 di RSUD Tgk Chik Ditiro
Sigli ada pada trimester I 2021, dimana terdapat 8 pasien (11%) yang resisten rifampisin dari
73 penderita TB Paru yang diperiksa.
Tabel 5. Analisis Perbedaan Pemeriksaan TCM Kasus TB Paru Sebelum dan
Selama Pandemi COVID-19 di RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli
Perlakuan
n
Mean
SD
95 %
CI
t
ρ
α
Sebelum
Covid-19
8
379,3
95,65
299,29-
459,21
11,22
0,000
0,05
Selama
Covid-19
253,8
107,05
Berdasarkan tabel 5 didapatkan rata-rata yang melakukan pemeriksaan TCM kasus
Tuberkulosis Paru sebelum pandemi COVID-19 adalah 379,3 dengan standar deviasi 95,65,
sedangkan selama pandemi COVID-19 adalah 253,8 dengan standar deviasi 107,05, nilai ρ
(0,000) < α (0,05) artinya ada perbedaan bermakna pemeriksaan TCM kasus TB Paru sebelum
dan selama pandemi Covid-19.
Tabel 6. Analisis Perbedaan Positif TB Paru Sebelum dan Selama Pandemi Covid-
19 di RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli
Perlakuan
n
Mean
SD
95 %
CI
t
ρ
α
Sebelum
Covid-19
8
82,8
20,66
65,48-
100,02
11,33
0,000
0,05
Efek Pandemi Covid-19 terhadap Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler Kasus Tuberculosis Paru
di RSUD TGK Chik Ditiro Sigli
Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024 3433
Selama
Covid-19
52,5
20,01
Berdasarkan tabel 5.11 didapatkan rata-rata yang positif TB Paru sebelum pandemi
Covid-19 adalah 82,8 dengan standar deviasi 20,66, sedangkan rata-rata selama pandemi
Covid -19 adalah 52,5 dengan standar deviasi 20,01. Nilai ρ (0,000) < α (0,05) artinya ada
perbedaan bermakna suspek yang positif TB Paru sebelum dan selama pandemi Covid -19.
Tabel 7. Analisis Perbedaan Kasus Resisten Rifamfisin Sebelum dan Selama Pandemi
Covid-19 di RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli
Perlakuan
n
Mean
SD
95 %
CI
t
ρ
α
Sebelum
Covid-19
8
62,5
4,06
2,85-
9,651
4,35
0,003
0,05
Selama
Covid-19
32,5
2,05
Berdasarkan tabel 7 didapatkan rata-rata yang resistensi rifamfisin sebelum pandemi
Covid-19 adalah 62,5 dengan standar deviasi 4,06, sedangkan selama pandemi Covid -19
menjadi 32,5 dengan standar deviasi 2,05 nilai ρ (0,003) < α (0,05) artinya ada perbedaan
bermakna kasus resisten rifamfisin sebelum dan selama pandemi Covid -19.
Pembahasan
Kondisi masyarakat yang stabil sebelum pandemi Covid -19 terjadi menyebabkan
semua aktivitas masyarakat, termasuk aktivitas dibidang kesehatan berlangsung dengan
lancar, khususnya upaya mencari pengobatan. Hasil penelitian yang menunjukkan sebelum
Covid -19 terjadi suspek yang memeriksakan diri ke rumah sakit jumlahnya lebih banyak
dibanding selama Covid -19 terjadi, sehingga suspek yang terjaring lebih banyak. Diagnosis
yang cepat dan tepat menjadi modal utama untuk penanganan TB Paru menjadi efektif dan
efisien, tanpa hambatan situasional seperti saat Covid -19 berlangsung (Rezkiani, Batara, &
Amelia, 2021).
Pemeriksaan TCM ini dilakukan untuk pasien TB Paru maupuan TB Ekstra Paru.
Pemeriksaan dengan TCM lebih mudah dan cepat karena 1ml saja bisa dijadikan sampel.
Namun demikian ada beberapa kendala dalam pelaksanaannya. Untuk rumah sakit dilakukan
diagnosa melalui Thorax dan TCM dimana Thorax bisa diklaim melalui BPJS dan TCM
melalui SISTRUST secara gratis. Kendala lainnya bahwa banyak sampel yang tumpah, isi
sampel hanya air liur. Hal ini membuat rumah sakit banyak yang menggunakan kurir internal
untuk mengantar dahak ke rumah sakit rujukan TCM atau merujuk pasien langsung ke faskes
untuk melakukan pemeriksaan (Sitorus, Mahendradhata, & Kurniawan, 2022)
Tahun 2019 dilaporkan terdapat 543.874 kasus TB di Indonesia, terjadi penurunan
dibandingkan 2018 yang sebelumnya terdapat 566.623 kasus. Sementara tahun 2020 saat
Covid -19 mulai mendera terjadi penurunan kasus yang signifikan dibandingkan dengan
keseluruhan kasus pada tahun 2019, yaitu hanya sebanyak 351.936 kasus.
38
WHO melaporkan
bahwa data menunjukkan penurunan substansial kasus TB global sebesar 18% antara tahun
2019 dan 2020, dari 7,1 juta menjadi 5,8 juta. Penurunan tajam yang absolut dan relatif besar
terutama terjadi di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat yang mana menyumbang 84%
penurunan pemberitahuan kasus TB secara global antara tahun 2019 dan 2020. Penurunan
Muhammad Rifqi Maulana, Yopie Afriandi Habibie, Nurrahmah Yusuf
3434 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
terbesar dalam laporan tahunan 2019-2020 terlihat di Gabon (80%), Filipina (37%), Lesotho
(35%), Indonesia (31%) dan India (25%) (Cantor, McBain, Pera, Bravata, & Whaley, 2021).
Beberapa kendala dalam mendiagnosis TB selama pandemi antara lain mungkin terjadi
karena tiga penyebab, yaitu kemungkinan hasil negatif palsu pada uji tuberkulin, riwayat
kontak TB yang sulit ditelusuri, dan diagnosis TB yang dapat ditegakkan tanpa sistem
skoring. Penyebab pertama, kemungkinan hasil negatif palsu pada uji tuberkulin. Pada
penelitian ini, uji tuberkulin ditemukan positif pada sebagian besar pasien (62,2%). Uji
tuberkulin adalah alat diagnostik TB yang sudah sangat lama tetapi masih mempunyai nilai
diagnostik tinggi dengan sensitivitas dan spesifisitas lebih dari 90%.
Akan tetapi, uji ini memiliki kelemahan karena tidak dapat membedakan kondisi infeksi
dan sakit TB, serta dapat memberikan hasil negatif palsu, seperti pada pasien yang masih
dalam masa inkubasi, penyimpanan tuberkulin tidak baik, penyuntikan tidak tepat, menderita
TB berat, disertai infeksi virus, dehidrasi, keganasan, penggunaan kortikosteroid jangka
panjang, dan kondisi gizi buruk. Status gizi malnutrisi berawal dari gejala berat badan turun
tanpa sebab yang jelas atau berat badan yang tidak naik 1 bulan walaupun sudah dengan
penanganan gizi. Penyebab kedua, kontak TB sulit ditelusuri karena sumber penularan tidak
selalu dapat teridentifikasi. Terutama bagi subjek yang yang memiliki risiko terpapar kuman
TB lebih besar dari lingkungan luar. Analisis yang seksama terhadap data klinis diperlukan
pada kondisi ini. Penyebab ketiga, diagnosis TB sudah dapat ditegakkan tanpa perlu
mencukupi syarat skoring TB bila kuman TB sudah ditemukan pada pemeriksaan apusan
langsung, biakan, ataupun gambaran patologi anatomi TB (Humaira, Fitria, Alkamdani, &
Yani, 2024).
Penemuan kasus TB pada masa pandemi Covid-19 ini turun secara signifikan di
Indonesia secara nasional mengalami penurunan sebesar 25,3%. Salah satu penyebab adalah
diketahuinya bahwa gambaran klinis pasien TB dan Covid-19 hampir serupa yaitu, demam,
sesak napas, dan batuk. Meskipun terdapat perbedaan halus diantara keduanya yaitu pasien
yang terinfeksi Covid-19 cenderung berkembang dalam waktu yang cepat daripada TB, selain
itu dengan pembatasan sosial membuat tracing akan deteksi TB menurun dan lebih banyak
pada tracing pasien Covid-19.
Strategi pada penemuan kasus pada TB terdapat dua macam strategi yaitu penemuan
kasus secara pasif yang dilakukan di fasilitas kesehatan dengan menggunakan jejaring layanan
TB dan kolaborasi dengan berbagai kegiatan. Selain itu penemuan kasus pasien TB secara
aktif atau berbasis keluarga dan masyarakat dimana strategi ini dibantu oleh kader dari
posyandu, tokoh masyarakat, dan tokoh agama, dimana kegiatan dalam penemuan kasus
seacara aktif ini berupa investigasi kontak 10-15 orang yang kontak erat dengan pasien TB,
penemuan di tempat khusus, dan penemuan di populasi berisiko (Muflihah & Martha, 2022).
Pemanfaatan TCM yang digunakan untuk menjaring kasus baru dan kejadian resisten
rifampisin yang semakin meningkat setiap tahun (Organization, 2021).
Tahun 2019 terjadi peningkatan pemaanfaatan TCM untuk menjaring kasus baru 1,5
kali lipat dibandingkan dengan tahun 2018. Data ini semakin diperkuat dengan semakin
besarnya jumlah kasus yang terdeteksi. Hasil negatif setelah dilakukan TCM dominan
didapatkan dari tahun ke tahun, namun tidak sedikit pula didapatkan jumlah kasus resisten
dan sensitif rifampisin. Periode 2014-2019, dari 28.253 suspek TB yang diperiksa sebanyak
672 (2,4%) kasus resisten rifampisin dan 5.437 (19,2%) kasus sensitif rifampisin. Peningkatan
penemuan kasus resisten rifampisin meningkat dari tahun ke tahun. Seiring bertambahnya
jumlah TCM yang meningkat pesat sejak tahun 2018, angka deteksi kasus dengan rifampisin
resisten meningkat 3,75 kali lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2017. Angka ini semakin
Efek Pandemi Covid-19 terhadap Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler Kasus Tuberculosis Paru
di RSUD TGK Chik Ditiro Sigli
Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024 3435
bertambah di tahun 2019, sejalan dengan telah terdapatnya TCM di 23 kabupaten/kota di
Aceh (Marissa, Wilya, Febriansyah, & Ramadhan, 2020).
Tingkat resistensi rifampisin pada isolat tuberkulosis menurun dari 9,5% sebelum
pandemi Covid -19 menjadi 2,5% selama pandemi, dan tingkat resistensi pada kasus
tuberkulosis menurun secara signifikan. selama pandemi. Hasil kajian ditemukan bahwa
tingkat resistensi tertinggi untuk keempat obat anti-tuberkulosis terjadi pada tahun 2018, dan
tingkat resistensi menurun terutama pada tahun-tahun setelah tahun 2019. Hasil lain juga
menemukan bahwa tingkat resistensi terhadap rifampisin (5,8% vs. 0,6%), etambutol (2,4%
vs. 0%), dan streptomisin (9,3% vs. 4,3%) secara signifikan lebih tinggi sebelum pandemi
dibandingkan selama periode pandemi.
Selain itu, tidak ditemukan resistensi terhadap etambutol selama dan setelah pandemi,
serta terhadap rifampisin setelah pandemi. Penurunan tingkat resistensi ini mungkin terkait
dengan tindakan sosial yang diambil akibat pandemi Covid -19, yang berlaku di seluruh dunia
antara tahun 2020 dan 2022. Selama periode pandemi, situasi seperti penyebaran kasus
tuberkulosis yang resisten atau perolehan resistensi strain terjadi karena berbagai tindakan
yang diambil seperti jarak sosial, kebersihan, jam malam, pengurangan dan pencairan jam
kerja di sekolah dan tempat kerja, pengurangan atau penundaan prosedur seperti klinik rawat
jalan rutin, layanan, dan operasi di rumah sakit. mungkin dibatasi. Karena obat anti-
tuberkulosis primer berbeda dengan antibiotik yang biasa digunakan pada infeksi lain dan
COVID-19, peningkatan resistensi yang terlihat pada berbagai agen infeksi di seluruh dunia
selama pandemi mungkin tidak terlihat pada strain penyebab tuberkulosis. Ada juga publikasi
yang menunjukkan bahwa sensitivitas terhadap antibiotik pada agen infeksi bakteri pada
periode pasca-COVID-19 telah meningkat secara signifikan dibandingkan periode sebelum
COVID-19 (Görgün, Aydoğdu, Cihan, Aydoğdu, & İşler, 2024).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, yang dilakukan bahwa ada perbedaan bermakna
pemeriksaan TCM kasus TB Paru sebelum dan selama pandemi Covid -19, Ada perbedaan
bermakna suspek yang positif TB Paru sebelum dan selama pandemi Covid-19 dan Ada
perbedaan bermakna kasus resisten rifamfisin sebelum dan selama pandemi Covid -19 di
RSUD Tgk. Chik Ditiro Sigli. Untuk peneliti selanjutnya kami sarankan melakukan analisis
lebih mendalam tentang tren jumlah pemeriksaan TB Paru dari tahun ke tahun dan
menganalisis faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi peningkatan atau penurunan jumlah
pemeriksaan.
BIBLIOGRAFI
Anjani, Arum Dwi, Aulia, Devy Lestari Nurul, & Suryanti, Suryanti. (2022). Metodologi
Penelitian Kesehatan.
Cantor, Jonathan H., McBain, Ryan K., Pera, Megan F., Bravata, Dena M., & Whaley,
Christopher M. (2021). Who is (and is not) receiving telemedicine care during the
COVID-19 pandemic. American Journal of Preventive Medicine, 61(3), 434438.
Görgün, Selim, Aydoğdu, Özlem, Cihan, Çiğdem Çekiç, Aydoğdu, Sema, & İşler, Hacer.
(2024). Mycobacterium tuberculosis Drug Resistance and Evaluation of the Current
Situation. Turkish Journal of Clinics and Laboratory, 15(2), 169175.
Humaira, Hamdini, Fitria, Liza, Alkamdani, Riki, & Yani, Finny Fitry. (2024). Penurunan
Kasus Tuberkulosis Anak saat Pandemi Covid-19 di RSUD Dr. Achmad Mochtar
Muhammad Rifqi Maulana, Yopie Afriandi Habibie, Nurrahmah Yusuf
3436 Syntax Idea, Vol. 6, No. 08, Agustus 2024
Bukittinggi. Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia, 5(1), 98104.
Husna, N., & Dewi, N. U. (2020). Comparation of Decontaminated Acid-Fast Bacilli Smear.
Jurnal Riset Kesehatan, 12(2), 316323.
Kemenkes, R. I. (2017). Kemenkes Ri. Profil Kesehatan Indonesia.
Kemenkes, R. I. (2020). Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Direktorat Jenderal
Informasi dan Komunikasi Publik.
Marissa, Nelly, Wilya, Veny, Febriansyah, Evan, & Ramadhan, Nur. (2020). Tes Cepat
Molekuler sebagai Alat Diagnosis Tuberkulosis yang Resisten Rifampisin di Provinsi
Aceh. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia, 9(2), 147159.
Muflihah, Ahdiah Imroatul, & Martha, Evi. (2022). Systematic Review: Tantangan Pelayanan
Pengobatan Pasien TB Saat Pandemi Covid-19. Jurnal Kesehatan, 13(1), 209218.
Ningsih, Susanti, & Novitasari, Dwi. (2023). Efektifitas Batuk Efektif pada Penderita
Tuberculosis Paru. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 5(3), 983990.
Organization, World Health. (2021). Global tuberculosis report 2021 (Geneva: World Health
Organization;).[Google Scholar].
Pamungkas, Putri, & Yusuf, Maulana. (2020). Dampak Penggobatan Tuberkulosis Ditengah
Pandemi Covid 19. Infokes, 10(2), 289292.
Rahmadani, Risna Ayu, Sainal, Andi Asliana, & Suprapto, Suprapto. (2023). Community
Empowerment to Increase Knowledge About Tuberculosis. Abdimas Polsaka: Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 2(2), 117123.
Rezkiani, Andi Akifah, Batara, Andi Surahman, & Amelia, Andi Rezki. (2021). Implementasi
Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis Era Pandemi Covid-19 Di Puskesmas Kassi-
Kassi Kota Makassar. Window of Public Health Journal, 2(5), 938950.
Sitorus, Syafriana, Mahendradhata, Yodi, & Kurniawan, Faozi. (2022). Studi Kasus
Pembiayaan Pelaksanaan Program Tuberkulosis Saat Pandemi Covid-19 di Kota Medan.
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia: JKKI, 11(4), 5563.
Copyright holder:
Muhammad Rifqi Maulana, Yopie Afriandi Habibie, Nurrahmah Yusuf (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: