Vlindercia E. N. H. Paririe, Ajeng Dewi Rani, Dewi Anggraeni, Sarah A Rumawak
3310 Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024
pekerjaan tepat waktu sesuai rencana. Sedangkan terdapat 6 pekerjaan yang bukan masuk
lintasan kritis. Hal ini disebabkan oleh dari 6 pekerjaan yang ada, merupakan pekerjaan
dengan lintasan dummy yang ditandai dengan panah garis putus-putus. Dimana lintasan
dummy ini merupakan jalur alternatif bagi pelaksanaan pekerjaan yang mengalami kendala
agar tidak mengganggu proses pekerjaan lainnya.
Hasil perhitungan ES dan LS yang memiliki nilai sama demikian pula pada perhitungan
EF dan LF, maka dinyatakan pekerjaan tersebut bersifat kritis seperti yang terlihat pada
kegiatan nomor simpul 1-2. Sedangkan hasil perhitungan ES dan LS yang memiliki nilai tidak
sama demikian pula pada perhitungan EF dan LF, maka dinyatakan pekerjaan tersebut bersifat
tidak kritis seperti yang terlihat pada kegiatan nomor simpul 2-3. Akibat adanya perbedaan
nilai ini, maka terdapat nilai Time Float (TF). Nilai TF inilah yang menyatakan jumlah waktu
toleransi terjadinya tundaan pelaksanaan pekerjaan. Pada kegiatan nomor simpul 2-3 memiliki
nilai TF 30, artinya pada lintasan ini boleh terjadi keterlambatan pelaksanaan pekerjaan
selama 30 jam.
Dengan menerapkan metode CPM ini yang mana adanya lintasan dummy dan ketepatan
dalam penentuan urutan pekerjaan, diperoleh total durasi yang dibutuhkan untuk
meyelesaikan pekerjaan adalah 1215 jam. Hasil ini lebih cepat 29 jam dari jadwal yang dibuat
PT X yaitu 1244 jam.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa perhitungan penjadwalan Critical Path Method (CPM) pada
pengantian Ball Mill di PT. Freeport Indonesia , maka diketahui lintasan kritis berada pada
aktivitas A – C – D – F – G –H – I – L – M – N – O – P – R – S – T sampai Ya. Sementara
itu, pekerjaan lain seperti pekerjaan B – J – K – Q tidak termasuk ke dalam lintasan kritis.
Pekerjaan – pekerjaan tersebut tidak termasuk ke dalam lintasan kritis karena dalam
perhitungannya memiliki waktu longgar. Dan pada perhitungan waktu menggunakan metode
CPM durasi yang di dapatkan adalah 1215 jam yg berarti lebih cepat 29 jam dari jadwal yang
dibuat PT X yaitu 1244 jam.
BIBLIOGRAFI
Agustiar, Irawan, & Handrianto, Ryan. (2018). Evaluasi Penjadwalan Proyek Menggunakan
Metode CPM Dan Kurva S. Wahana Teknik, 7(2), 99–105.
Angelin, Atica, & Ariyanti, Silvi. (2018). Analisis Penjadwalan Proyek New Product
Development Menggunakan Metode Pert Dan Cpm. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 6(1).
Anggara Hayun, A. (2005). Perencanaan dan pengendalian proyek dengan metode pert–cpm:
studi kasus fly over ahmad yani, karawang. Journal the Winners, 6(2), 155–174.
Bishnoi, Nisha. (2018). Critical path method (CPM): A coordinating tool. International
Research Journal of Management Science & Technology, 9(1), 459–467.
Cahyono, Y. D. G. (2021). Analisis Produktivitas Pemboran Untuk Pembuatan Slot Raise Di
Extraction Level Gbc Pt. Freeport Indonesia. Jurnal Pertambangan, 5(3), 124–129.
Charles, K. A., & Levin, R. I. (1972). Perentjanaan dan pengawasan dengan PERT dan
CPM. Jakarta: Bhatara.
Data, Analasis. (2014). Teknik Pengumpulan Data. Jurnal Pendidikan Mipa Susunan Redaksi,
4.
Dwiantoro, Deny, Yoansa, Acep Yosep, Indrayana, Desiderius Viby, Mentari, Sekar, &