Pemakaian Metode Altman Z Score untuk Memperbandingkan Kesehatan Keuangan PT.
Summarecon Agung, Tbk dan PT. Agung Podomoro Land, TBK
Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024 3295
.
Keywords: Altman Z-Score, Bankruptcy, Financial Health
PENDAHULUAN
Pemahaman masyarakat mengenai keuangan yang semakin membaik pada dekade
2020-an ini menyebabkan peningkatan minat masyarakat untuk melakukan investasi melalui
saham (Altman, Hotchkiss, & Wang, 2019). Pada akhir tahun 2023 dilaporkan jumlah
investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mencapai 5,25 juta yang menunjukkan
kenaikan dibandingkan periode sebelumnya. Investor investor tersebut harus memilih pada
suplai saham perusahaan sebanyak 903 perusahaan yang terdaftar di BEI (Hirawati, 2017).
Pemilihan sikap investor dalam menghadapi dinamika saham berdasarkan dua pertimbangan
utama, yaitu (Hutabarat & Siringoringo, 2015): 1). Berapakah jumlah hasil yang dapat
diharapkan dan 2). Bagaimanakah besar risiko investasi. Risiko dalam investasi
mencerminkan ketidak pastian perolehan keuntungan sehingga seorang investor dituntut
untuk teliti dan peka dalam membuat keputusan investasi. Suatu faktor yang mempengaruhi
keputusan investasi adalah kondisi kesehatan keuangan perusahaan yang menyatakan
kemampuan perusahaan untuk menimbulkan keuntungan saham.
Salah satu sektor di BEI yang banyak menarik minat investor adalah sektor properti
dan real estate (Fitriaty & Saputra, 2022). Hal ini karena perumahan merupakan salah satu
kebutuhan primer masyarakat. Harga tanah dan properti yang cenderung tidak pernah turun
membuat para pengusaha real estate berpeluang untuk memperoleh keuntungan sehingga
menarik para investor yang ingin menanamkan modal (Prayoga, 2022). Industri properti dan
real estate di Indonesia mengalami dinamika, kondisi industri terhitung sangat baik di sekitar
tahun 2010 sampai 2013 dengan tingginya pertumbuhan 6,8 % kemudian perlambatan di
tahun 2014 kemudian membaik kembali di tahun 2017. Situasi pandemi di tahun 2020
sampai 2022 kembali membuat pertumbuhan menurun. Hal ini menimbulkan pertanyaan
bagaimanakah kondisi perusahaan perusahaan properti dan real estate setelah melewati
periode pandemi tersebut. Banyaknya perusahaan properti / real estate yang terdaftar di BEI,
yaitu sekitar 90 perusahaan (tahun 2023) membuat para investor juga harus benar benar
memilih perusahaan dengan seksama (Rahmi, 2023). Investor tidak ingin membeli saham
perusahaan yang kinerja keuangannya tidak baik. Analisis keuangan melalui prediksi
kebangkrutan perusahaan dapat membantu investor untuk mengambil keputusan dengan
lebih baik (Shim, 2000; Sumolang, Mangindaan, & Keles, 2021).
PT. Summarecon Agung, Tbk dan PT. Agung Podomoro Land, Tbk adalah dua dari 90
perusahaan real estate di BEI yang menarik perhatian masyarakat investor karena kiprah
perusahaan dalam proyek proyek pengembangan lahan dan properti di Indonesia. Kondisi ini
membuat peneliti tertarik untuk menilai kesehatan keuangan keduanya sehingga para investor
saham properti lebih mudah menentukan pilihan.
METODE PENELITIAN
Peneliti mengamati perusahaan properti dan real estate yang tergolong pada papan atas
dalam Bursa Efek Indonesia yaitu PT. Summarecon Agung, Tbk (selanjutnya disebut PT.
SA) dan PT. Agung Podomoro Land, Tbk (selanjutnya disebut PT.APL). Kedua perusahaan
ini dianggap tepat untuk diperbandingkan karena mempunyai karakteristik yang mirip yaitu
telah berkiprah lebih dari 20 tahun di bidang properti dan mempunyai wilayah penyebaran
usaha di seluruh Indonesia. Jenis data pada penelitian ini adalah data kuantitatif (Noor, 2020),