Syntax
Idea : p�ISSN: 2684-6853�
e-ISSN : 2684-883X�����
Vol. 1, No. 5
September 2019
KONTRIBUSI KEWIRAUSAHAAN DALAM
MEMBENTUK KARAKTER KEMANDIRIAN SANTRI (STUDI KASUS KOPERASI PONDOK PESANTREN
KEBON JAMBU AL-ISLAMY CIWARINGIN CIREBON)
Saeful Anwar dan Abdul Azis
Syntax Corporation Indonesia dan Institute Agama Islam Bunga Bangsa
Cirebon (IAI BBC)
Email:
[email protected] dan [email protected]
Abstrak
Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Kualitatif deskriptif yaitu suatu
metode yang berusaha untuk menyajikan data dan fakta-fakta yang sesungguhnya
tentang kontribusi kewirausahaan dalam membentuk karakter kemandirian santri di
koperasi BUMP pondok pesantren kebon jambu al-islami Ciwaringin dengan cara
observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek yang diteliti adalah pengasuh
pondok, pengurus koperasi, santri dan alumni pondok pesantrenkebon jambu
al-islami Ciwaringin Cirebon. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa Kontribusi kewirausahaan yang diterapkan oleh koperasi BUMP
kebon jambu al-islami ciwaringin Cirebon menggunakan� sistem tradisional dan kekeluargaan. Karakter
yang dapat terbentuk dengan adanya koperasi pesantren BUMP adalah membentuk
santri yang mandiri dan tidak ketergantungan kepada orang tua ataupun orang
lain.Hambatan yang dihadapi koperasi pesantren BUMP adalah banyaknya perbedaan
karakter yang berbeda-beda.Cara mengatasi hambatan tersebut pihak koperasi BUMP
melakukan pemberian tanggung jawab supaya santri secara otomatis terbentuk
karakternya.
Kata Kunci ��� : Wirausaha, Koperasi, Pondok Pesantren,
Karakter, Kemandirian
Pendahuluan
Era Disrupsi sekarang
ini telah memasuki babak baru dalam merubah tatanan kehidupan masyarakat global,
yakni babak baru dari suatu era masyarakat yang semakin universal dan modern.
Sekarang ini, masyarakat dunia dapat saling berinteraksi dengan bebas satu sama
lain tanpa dibatasi oleh gerak, ruang, dan waktu. Globalisasi menjadi masalah tersendiri bagi bangsa. Terdapat sisi
positif-negatif dari globalisasi akan tetapi, dibandingkan dengan sisi
positif, resapan hal negatif justru lebih banyak diambil oleh anak bangsa. Hal
itulah yang berdampak pada pergeseran nilai-nilai bangsa yang telah lama dijaga
oleh leluhur dan pendiri bangsa
(Rahman,
2018). Masyarakat berubah dari masyarakat
tunggal yang berenergi politik, menjadi masyarakat keberagaman yang berenergi
ekonomi. Semua institusi pemerintah atau swasta dari negara-negara di dunia
membuat kompetisi global sebagai sasaran strategi mereka.�All institution have to make global competitiveness as their strategic
goal� (Anwar, 2014).
Dalam konteks
persaingan global yang semakin terbuka seperti sekarang ini, banyak tantangan
yang harus di hadapi oleh masyarakat sekarang. Setiap negara-negara yang� harus bersaing dengan menonjolkan keunggulan
sumber daya masing-masing. Sumber-sumber ekonomi dapat� diberdayakan apabila sumber daya manusia
memiliki keterampilan kreatif dan inovatif. Di Indonesia, sumber daya manusia
betul-betul menghadapi tantangan dan persaingan kompleks. Hal ini mengingat
tingkat keilmuan yang dimiliki lebih luas dibandingkan dengan tingkat
pendidikan dibawahnya sehingga lulusan sarjana muda diharapkan menjadi agen
dari suatu perubahan. Salah satu masalah yang masih belum terpecahkan adalah
pengangguran.
Menurut Rhenal
Kasali �pengangguran besar-besaran pernah terjadi pada
tahun tahun 1998, dimana perekonomian indonesia memasuki masa sulit.� Pada saat
itu, perekonomian terpusat pada usaha-usaha besar yang mengalami kesulitan
keuangan sehingga perusahaan-perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja
(PHK) (Kasali et al., 2010).
Di lain pihak terjadi
ketidakpastian sosial politik, semua orang merasa tidak pasti. Sistem
pemerintahan berubah, sikap masyarakat sangat agresif dan investor asing pergi
meninggalkan indonesia. Di tengah-tengah ketidakpastian itu, para mahasiswa
yang telah lulus menjadi kesulitan dalam mencari pekerjaan, sebagian besar
tidak dapat peluang untuk bekerja dan mereka harus bersaing dengan orang-orang
yang berpengalaman, akhirnya banyak orangpun menjadi pengangguran. Pada situasi saat ini yang dapat diandalkan
adalah peluang
berwirausaha. Mereka menggeluti usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Mengutip dari berita
viva, menurut Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bidang Perbankan dan
Finansial, Rosan P. Roeslani� mengatakan
bahwa jumlah wirausaha Indonesia hanya 1,6%, padahal menurut standar
internasional, jumlah wirausahawan yang ideal di tiap negara minimal 2% dari
total jumlah penduduk. Menurut Rosan P. Roeslani seperti dikutip berita viva,
Indonesia tertinggal jauh dari Malaysia yang memiliki jumlah wirausahawan 2,1%,
Korea 4,4%, Tiongkok 10%, Jepang 10% dan Amerika Serikat 12%, tidak
mengherankan apabila perekonomian negara-negara tersebut sangat tinggi dan
rendah angka penganggurannya (Sari, 2015).
Menurut (Kasali et al., 2010) �wirausaha
dapat bertahan karena mandiri, tahan banting, fleksibel dalam bergerak serta
efisien karena berbasiskan sumber daya lokal,� Dimana seorang wirausaha harus
memiliki sifat-sifat yang menggambarkan seorang pemimpin, wirausaha yang
identik dengan kepemimpinan selaras dengan fitrah manusia sebagai khalifah. Hal
ini sesuai dengan Al-Qur�an Surat Al-Baqarah ayat 30. Allah SWT berfirman:
وَإِذْ
قَالَ
رَبُّكَ
لِلْمَلَائِكَةِ
إِنِّي
جَاعِلٌ فِي
الْأَرْضِ
خَلِيفَةً ۖ
قَالُوا
أَتَجْعَلُ
فِيهَا مَنْ
يُفْسِدُ فِيهَا
وَيَسْفِكُ
الدِّمَاءَ
وَنَحْنُ نُسَبِّحُ
بِحَمْدِكَ
وَنُقَدِّسُ
لَكَ ۖ قَالَ
إِنِّي
أَعْلَمُ مَا
لَا
تَعْلَمُونَ
Artinya:
�ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. A Baqarah : 30). (Departemen Agama, 2006)
Mengingat pentingnya berwirausaha maka pendidikan dan jiwa wirausaha perlu
ditanamakan sedini mungkin. Hal ini sejalan dengan apa yang dicontohkan Nabi
Muhammad SAW. Mengutip catatan Riawan Amin yang dituliskan dalam buku
Rasulullah�s Business School karya Ustadz Rich, PHD dan Prof. Laode, PH.D. Nabi
Muhammad SAW menempa diri menjadi seorang yang bermental wirausaha yang
memiliki semangat kemandirian, kreatif, dan kemampuan mengambil resiko.
Sejak� umur 12 tahun, bersama pamannya,
Abu Thalib melakukan perjalanan ke Syam, negeri yang kini mencakup Syiria,
Jordan dan Lebanon. Pada usia 17 tahun, Nabi Muhammad SAW telah diserahi
wewenang penuh untuk mengurusi seluruh bisnis pamannya. Dari rentan usia 17
tahun hingga 20 tahun adalah masa sulit dalam perjalanan bisnisnya karena
beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain-pemain senior dalam perdagangan
regional (Rich, n.d.).
Ciri utama dari
aktivitas bisnis yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah kejujuran dan
amanah dalam berdagang.
Hal ini menyebabkan setiap orang yang berinteraksi dengannya selalu mendapat
kepuasan. Sebuah sikap yang jarang dimiliki oleh penduduk jazirah Arab sehingga
tidak berlebihan jika beliau dijuluki al-Amin. Karena kejujurannya banyak
saudagar yang menitipkan barang dagangannya kepada Nabi Muhammad SAW, salah
satunya adalah Khadijah binti Khuwalid. Selama bermitra dengan Khadijah, Nabi
Muhammad SAW melakukan perjalanan dagang ke pusat bisnis di Habasyah dan Yaman.
Beliau empat kali memimpin ekspedisi perdagangan ke Syiria dan Jordan. Nabi
Muhammad SAW kerap kali terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri
seperti Yaman, Oman, Bahrain sehingga beliau terlatih (Sari, 2015)
menjadi pemimpin bisnis global. Kecakapan yang dimiliki Nabi Muhammad SAW dalam
berbisnis telah mendatangkan keuntungan, tidak satupun bisnis yang ditanganinya
mengalami kerugian.
Berdasarkan kisah
Rasulullah di atas ternyata jiwa wirausaha harus ditanamkan sejak dini agar
generasi muda menjadi kuat, tahan banting dan mandiri. Penanaman jiwa wirausaha
tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran di pendidikan formal, namun
sebagian orang beranggapan bahwa jiwa wirausaha tidak bisa dibentuk dan
diajarkan di pendidikan formal. Anggapan yang berkembang, jiwa wirausaha itu
merupakan turunan dan dibentuk hanya berdasarkan pengalaman. Kini sudah saatnya
bangsa Indonesia memikirkan dan mencari terobosan agar jiwa wirausaha bisa
ditanamkan sedini mungkin sehingga semakin banyak orang berwirausaha yang
tercipta serta bisa membentuk masyarakat yang memiliki jiwa berkarakter
mandiri.
Indonesia sebagai
negara mayoritas berpenduduk muslim maka penanaman jiwa wirausaha dan
berkarakter mandiri bisa dilakukan melalui pondok pesantren. Hal ini dinilai
efektif mengingat jumlah pesantren di Indonesia juga cukup banyak. Menurut data
Kemenag RI, pada tahun 2012 jumlah pesantren mencapai angka 27.230. unit. Secara
garis besar dan secara umum, tipologi pesantren terbagi lagi menjadi dua bagian
yaitu pesantren tradisional (salaf) dan pesantren modern. Dalam tipe pesantren
tradisional, sistem pengajaran maupun materi yang disampaikan masih serba
klasik. Pengajaran agama islam secara mendalam yang diambil dari kitab-kitab
kuning masih sangat mendominasi. Sedangkan metode penyajiannya sangat
konvensioanal seperti sorogan, bandongan,
ceramah (khutbah) maupun hafalan. Di pesantren seperti itu, penggunaan
produk-produk hasil peradaban modern semacam radio, televisi, handphone, komputer, dan sebagainya
dilarang keras. Pihak pesantren berargumen melakukan semua itu demi menjaga
santrinya dari desakan globalisasi yang semakin vulgar. Sikap berbeda
ditunjukan pesantren yang mengklaim modern. Menurut De Graaf dan Piageaud dalam
Arief Subhan (2012:79) �asal usul pesantren dikaitkan dengan tradisi pra-Islam
�Mandala� yaitu tempat pertapaan sekaligus pembelajaran bagi para calon
pendeta.� Sedangkan menurut Clifford Geertz dalam Arief Subhan (2012:79) �asal
usul pesantren dikaitkan dengan desa �perdikan� yaitu desa yang mendapat
perlakuan khusus dari raja.� Desa perdikan memiliki 3 fungsi yaitu memelihara
makam tokoh keagamaan, tempat pembelajaran dan mesjid. Pandangan lain
dikemukakan oleh Steenbrink dalam Arief Subhan (2012:79) �pesantren berasal
dari wakaf. � Menurut Azyumardi Azra dalam Arief Subhan (2012:80) �pesantren
dikenal di Indonesia pada abad ke 13 yaitu pada masa Kerajaan Samudera Pasai
dan Malaka.� Menurut Karel Steenbrink dalam Arief Subhan (2012:80) �pesantren
mengalami pertumbuhan pesat pada abad ke 19. Hal ini didasarkan pada inspeksi
yang dilakukan oleh Belanda pada tahun 1873, bahwa jumlah pesantren pada saat itu
mencapai 20.000 sampai 25.000 dengan jumlah santri 300.000 orang.�
Berdasarkan keterangan
di atas ternyata antara pesantren dan wirausaha merupakan dua hal yang
terintegrasi. Rasulullah yang merupakan manusia dengan tingkat ibadah yang
tinggi ternyata juga seorang wirausahawan yang sukses. Maka tidak mengherankan
apabila muncul pesantren-pesantren berbasis kewirausahaan, salah satunya adalah
Pesantren Kebon Jambu Al-Islami pimpinan KH.Muhammad. Yang terletak di desa
babakan kecamatan ciwaringin kabupaten cirebon. Pesantren ini berdiri pada
tahun 1993. Pesantren ini menampung santri-santri yang tidak mampu, selain
santri yang berasal dari wilayah setempat ada juga santri yang berasal dari
luar daerah. Aktivitas yang berbeda terlihat dari pesantren ini, selain menguji
dan bersekolah santri juga diajarkan berwirausaha untuk membentuk jiwa yang
mandiri, serta santri juga diajarkan mengelola koperasi yang ada di dalam
pondok pesantren kebon bagi santri yang mau berkontribusi untuk pondok. Hasil
dari koperasi tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mengingat
santri yang ada di pesantren berasal dari golongan yang bermacam-macam tingkat
ekonominya.
Maka dari itu,
pendidikan di pondok pesantren harus benar-benar diupayakan agar dapat menjadi
pagaryang kondusif dalam membangun karakter santri yang mandiri dalam
menghadapi kemungkinan-kemungkinan munculnya hambatan di tengah-tengah
masyarakat. Pendidikan karakter kemandirian akan menjadi sangat efektif ketika
kedua pilar pendidikan ini menyatu bersama dalam membangun karakter
santriketika santri sudah keluar dari pondok pesantren untuk terjun ke
masyarakat.
Dari observasi awal
yang yang dilakukan penulis didapat informasi bahwa lulusan santri yang keluar
dari pondok pesantren kebon jambu al-islami ada beberapa� santri yang masih belum bisa mengaplikasikan
karakter kemandiriannya sewaktu menjadi pengurus atau ikut melakukan
kegiatan-kegiatan yang ada di koperasi pondok pesantren ke masyarakat luar,
dikarenakan tidak adanya pendidikan yang khusus untuk membentuk karakter yang
mandiri.
Rumusan masalah
dalam� penelitian ini adalah sebagai
berikut : 1) Bagaimana
pelaksanaan kewirausahaan yang ada di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islami. 2) Bagaimana kontribusi kewirausahaan� dapat
membentuk karakter kemandirian santri di Koperasi Pondok Pesantren Kebon jambu
Al-Islami 3) Hal-
hal apa saja yang menjadi kendala dalam membentuk karakter kemandirian santri
dan bagaimana solusinya.
�
Metode penelitian
Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan jenis penelitian survey
untuk mengetahui bagaimana kontribusi melalui koperasi pesantren� dalam membentuk karakter kemandarian santri. Menurut (Sugiyono, 2018) yang dimaksud
penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang lebih bersifat seni (kurang
terpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian
lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan dilapangan.
Pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara adalah metode pengambilan
data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan atau
responden.
a. Pedoman
wawancara
� Pedoman wawancara digunakan agar wawancara
yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman wawancara
disusun berdasarkan tujuan penelitian dan berdasarkan teori yang berkaitan
dengan masalah diteliti.
b. Alat
perekam
Alat perekam berguna sebagai alat
bantu pada saat wawancara agar peneliti dapat berkonsentrasi pada proses
pengambilan data tanpa harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari
subjek.
2. Observasi
Menurut Nawawi
& Martini, observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam
objek penelitian.
3. Metode
library research (studi perpustakaan/studi dokumentasi)
Metode atau teknik documenter
adalah teknik pengumpulan data dan informasi melalui pencarian dan penemuan
bukti-bukti.
Hasil
dan Pembahasan
Indonesia sebagai
negara mayoritas berpenduduk muslim maka penanaman jiwa wirausaha dan
berkarakter mandiri bisa dilakukan melalui pondok pesantren. Hal ini dinilai
efektif mengingat jumlah pesantren di Indonesia juga cukup banyak. Menurut data
Kemenag RI, pada tahun 2012 jumlah pesantren mencapai angka 27.230 unit. Secara
garis besar dan secara umum, tipologi pesantren terbagi lagi menjadi dua bagian
yaitu pesantren tradisional (salaf) dan pesantren modern.
Pesantren dan wirausaha
merupakan dua hal yang terintegrasi. Rasulullah yang merupakan manusia dengan
tingkat ibadah yang tinggi ternyata juga seorang wirausahawan yang sukses. Maka
tidak mengherankan apabila muncul pesantren-pesantren berbasis kewirausahaan,
salah satunya adalah Pesantren Kebon Jambu Al-Islami pimpinan KH.Muhammad. Yang
terletak di desa babakan kecamatan ciwaringin kabupaten cirebon. Pesantren ini
berdiri pada tahun 1993. Pesantren ini menampung santri-santri yang tidak
mampu, selain santri yang berasal dari wilayah setempat ada juga santri yang
berasal dari luar daerah. Aktivitas yang berbeda terlihat dari pesantren ini,
selain menguji dan bersekolah santri juga diajarkan berwirausaha untuk
membentuk jiwa yang mandiri, serta santri juga diajarkan mengelola koperasi
yang ada di dalam pondok pesantren kebon bagi santri yang mau berkontribusi
untuk pondok. Hasil dari koperasi tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
mengingat santri yang ada di pesantren berasal dari golongan yang
bermacam-macam tingkat ekonominya.
Pendidikan di pondok
pesantren harus benar-benar diupayakan agar dapat menjadi pondasi yang kuat dalam membentuk mental dan karakter santri
yang mandiri dalam menghadapi berbagai
macam masalah dan hambatan di
tengah-tengah masyarakat. Pendidikan karakter kemandirian akan menjadi sangat
efektif ketika kedua pilar pendidikan ini menyatu bersama dalam membangun
karakter santri ketika santri sudah keluar dari pondok pesantren untuk terjun
ke masyarakat.
1. Pelaksanaan
kewirausahaan yang ada di pondok pesantren kebon jambu al-islami.
Berdasarkan wawancara yang
dilakukan peneliti di koperasi pondok pesantren kebon jambu al-islami
ciwaringin cirebon pada hari selasa tanggal 2 april 2019 pada pukul 11.30 WIB
dengan pengasuh pondok Nyai awanillah mengenai pelaksanaan kewirausahaan yang
ada pondok, beliau menjelaskan bahwa:
�Pelaksanaaan
kewirausahaan yang ada dipondok pesantren memiliki aturan yang sudah diatur dan
diserahkan dari pimpinan pondok� kepada
setiap santri yang diserahi tanggung�
jawabnya untuk mengelola koperasi yang ada dipondok tersebut.� Pengurus atau pengasuh pondok hanya memantau
dan membimbing� jalannya kestabilan dan
kemajuan koperasi yang dikelola dipondok.Dimana suatu koperasi diatur dan
dikembangkan oleh santri dari santri dan untuk santri dalam membangun suatu
ekonomi yang ada dipondok, santri dituntut untuk hidup mandiri dan ikut
mengembangkan suatu ekonomi demi kemajuan dan pengembangan pondok pesantren.�
Bapak ustad Abdul Hamid selaku Kepala Koperasi
Pesantren Kebon Jambu Cirebon yang diwawancarai pada hari Selasa tanggal 9 April
2019 pukul 14.00 WIB menjelaskan bahwa:
�Menurut
ustad Abdul Hamid, yang dijalankan dikoperasi pesantren kebon jambu masih
manual, dalam arti semua sistem yang dilakukan mulai dari daftar kehadiran atau
petugas yang piket untuk jaga koperas tersebut menggunakan absen tulis tangan,
pencatatan keluar masuk barang masih tulis tangan. Secara administrasi belum moedern
kira kira begitu. Begitu yang dikatakan ustad hamid selaku ketua bump�.
Menurut ustad Didin Sahlanudin Selaku Wakil Kepala
Koperasi Pesantren Kebon Jambu Al-Islami Ciwaringin yang diwawancarai pada Hari
Selasa Tanggal 9 April 2019 Pada Pukul 16.00 WIB, menjelaskan bahwa:
������������������ �Pelaksanaan yang diterapka
di koperasi bump ini menerut saya (ustad didin) adalah suatu pembelajaran bagi
saya, karna disini kita dituntut untuk memenejemen sendiri, dibelajari untuk
mandiri.Koperasi ini merupakan pengembangan suatu pondok yang bergerak dibidang
ekonomi. Jadi kita harus pintar-pintar dalam menejemen bersama koperasi
tersebut. Kami selaku pengurus menjalankannya harus dengan ikhlas, disamping
pengabdian kami sebagai santri.
Peneliti melakukan triangulasi kepada dua orang
santri dan satu orang alumni santri mengenai pelaksanaan kewirausahaan koperasi
pesantren tersebut.
Ahmad Nasori selaku santri pondok kebon jambu
al-islami ciwaringin dalam wawancara pada hari sabtu tanggal 16 april 2019 pada
pukul 10.30 WIB, menjelaskan bahwa:
�Yang dilakukan
oleh para pengurus koperasi sangat komplek, pengurus terlalu bersemangat untuk
menjalankannya. Ada banyak pengembangan untuk menjalankan usaha tersebut yang
sekiranya santri tidak berkesusahan untuk mencari kebutuhan yang dibutuhkan
oleh para santri. Kami selaku santri sangat terbantu sekali dengan adanya
koperasi yang menyediakan berbagai macam fasilitas. Dari mulai fasilitas
pendidikan maupun jasa pengiriman�.
Menurut Ahmad haris selaku Santri Kebon Jambu
Al-Islami Ciwaringin dalam wawancara hari sabtu tanggal 16 april 2019 pada
pukul 13.00 WIB, menjelaskan bahwa:
�Menurut saya
pelaksanaan koperasi pesantren yang ada dipondok kami sangat bagus, sangat
membantu sekali serta menghemat waktu dan energi, jadi kita tidak susah-susah
lagi harus berjalan kaki jauh untuk membeli sesuatu�.
Menurut Ahmad sam�ani selaku alumni pondok peasntren
kebon jambu al-islami ciwaringin dalam wawancara hari minggu tanggal 28 april
2019 pada pukul 12.00 WIB, menjelaskan bahwa:
�Didalam pondok
pesantren kebon jambu al-islami begitu komplit dari kantin sampai ada sebuah
bursa bariklana yang didalamnya memudahkan para santri untuk bertransaksi baik
dari segi pembelian barang dari yang terjangkau sampai barang yang tidak
terjangkau. Didalam koperasi juga tidak hanya menyediakan barang yang sifatnya
jual beli akan tetapi ada juga jasa pengiriman dan penerimaan baik yang
bersifat uang maupun barang sampai kepada pengirimannya. Maka dalam hal ini,
kami sebagai alumni pesantren kebon kebon jambu sangat bangga terhadap kemajuan
sebuah pesantren bukan hanya segi pendidikan, akan tetapi dibidang usaha pun
sangat pesat, kami berharap pondok pesantren kebon jambu semakin maju dan terus
berkembang sesuai perkembangan zaman�.
Pelaksanaan kewirausahaan yang diterapkan di
koperasi pesantren kebon jambu al-islami ciwaringin menggunakan metode yang
tradisional, semua berjalan dengan apa yang sudah diatur oleh pengasuh pondok
pesantren supaya jalur aturannya satu pintu sehingga bisa terkontrol oleh
pengasuh dan bisa menjadi acuan untuk mengembangkan ketika ada yang kurang
jelas dalam menjalankan usaha tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan
peneliti kepada pimpinan pengasuh pondok pesantren kebon jambu al-islami
ciwarigin, ketua pengurus dan wakil pengurus koperasi BUMP kebon jambu
al-islami, dua santri dan satu alumni pondok pesantren kebon jambu al-islami
mengenai kontribusi kewirausahaan dalam membentuk karakter kemandirian santri
yang dilakukan di koperasi BUMP pondok pesantren kebon jambu al-islami ciwaringin
cirebon tersebut menunjukan bahwa sangat berpengaruh dan dapat berdampak kepada
santri yang ada di pondok tersebut. Dikarenakan setiap santri diberikan
tanggung jawab agar bisa mengembangkan pola berfikir untuk bisa memajukan
koperasi tersebut serta dididik untuk bisa mandiri.
2. Bagaimana
kewirausahaan dalam membentuk karakter kemandirian� santri di pondok pesantren kebon jambu
al-islami.
Presiden Joko
Widodo mengatakan pesantren merupakan pendukung utama dalam pembangunan
karakter bangsa. Hal tersebut di ungkapkan ketika ditanya wartawan saat
menghadiri Festival dan Pameran Burung Berkicau Piala Presiden Jokowi Tahun 2018
di Kebun Raya Bogor, Minggu (11/3). "Hal - hal yang berkaitan dengan
akhlak, sikap, perilaku, etika, norma-norma, itu ada dan dibangun sangat baik
di pondok pesantren," Ujarnya berdasarkan keterangan Biro Pers Istana Kepresidenan (Sutomonaio, 2018).
Dari berita
tersebut, menurut penulis Pesantren memang cocok untuk pembentukan pendidikan
agama dan karakter bagi para santri santriwati di pesantren tersebut, karena
berkaitan dengan etika, moral dan akhlak para santri santriwati agar ke
depannya agar menjadi generasi penerus bangsa.
Pesantren bisa
di jadikan sebagai pembentukan karakter untuk bangsa yang dimana sudah di ajari
dengan pendidikan agama yang kuat dan Bapak Presiden Joko Widodo pun sudah
mendukung adanya pesantren ini. Dengan adanya dukungan dari Bapak Joko Widodo,
penulis berharap untuk memperhatikan keadaan pesantren yang terutama dari
sisi fasilitas, pendidikannya dan ekonomi umat di pesantren.
Pesantren
merupakan sebuah pendidikan non
formal berkarakter agama islam untuk para santriwan dan santriwati yang tinggal bersama
satu atap untuk menginapnya dan belajar di bawah bimbingan guru yang biasanya
orang menyebut dengan sebutan kyai atau ustadz/ustadzah yang pendidik dari
pengetahuan tentang agama maupun perilaku etika, moral serta akhlak santriwan/santriwati.
Banyak
orang-orang masyarakat yang ingin putra putrinya untuk di pondokkan di
pesantren, karena sudah banyak dibuktikan oleh masyarakat yang sudah selesai
memondoknya atau telah wisuda, anak tersebut memiliki etika, moral serta
akhlak yang lebih baik di banding sebelumnya. Tetapi ada juga sebaliknya ,
semua itu di kembalikan lagi ke santri santriwati tersebut. Adapun yang sudah keluar
jadi pondok bisa menjadi guru di madrasah.
Alasan kenapa putra
putrinya banyak yang dipesantrenkan yaitu keinginan anak tersebut ingin mondok,
anak akan mandiri, pergaulan budaya yang luas tidak hanya suatu daerah saja, fisik dan mental
anak menjadi kuat, menguasai lebih dari satu bahasa, pengajaran agama islam lengkap,
sikap akhlak dan tauhid
menjadi lebih unggul daripada disekolah umum lainnya,
memiliki banyak teman, dan menjadi penghafal Al-qur'an atau tahfidz.
Pendidikan agama
islam dapat di artikan suatu belajar mengajar yang di lakukan oleh seseorang
yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian dan ketrampilan
peserta didik dalam ajaran islam yang tidak terlepas dari kebutuhan akan
pemdidikan dalam menjalankan kehidupannya untuk saku amal setelah meninggal.
Banyak orang tua
yang ingin anaknya dalam belajar pendidikan islam itu maksimal agar bisa
mengetahui, memahami, dan mengamalkan yang berada di dalam syariat islam yang
dimana orang tua selalu ingin anaknya ke jalan yang lurus seperti menjalankan
perintah Allah SWT dan menjauhi larangan Allah SWT, selain pendidikan agama
islam pesantren pun bisa membentuk pendidikan karakter santri santriwati yang
memondok tersebut.
Pendidikan
karakter yaitu suatu pendidikan tindakan yang bisa membentuk penyempurnaan diri
untuk melatih kemampuan diri secara konsisten dalam menuju perilaku yang baik
dari sebelumnya.
Demikian penulis
setuju kalau pesantran merupakan pendidikan agama dan pendidikan karakter
karena santriwan/santriwati
jika meraka di pesantren pasti mendapatkan bimbingan dan pengawasan beajar tiap hari dan
terus menerus, apapun yang dilakukan pasti harus ijin terlebih dahulu dengan kyainya
yang berada di pesantren tersebut.
Jadi para santri
santriwati pasti adanya pemantauan yang sepenuhnya dari Kyai dan pasti juga
dalam pergaulannya pun terjaga karena di pesantren antara anak laki-laki dan perempuan itu tempat
asramanya terpisah. Banyak yang sudah lulus dari pesantren, santri santriwati
tersebut kebanyakan akan menjadi Ustadz dan Ustadzah.
Berdasarkan
wawancara yang dilakukan� peneliti� di koperasi pondok pesantren kebon jambu
al-islami ciwaringin cirebon pada hari selasa tanggal 2 april 2019� pada pukul 11.30 WIB dengan pengasuh pondok
kebon jambu Nyai awanillah mengenai pembentukan karakter yang ada pondok, beliau
menjelaskan bahwa:
�Menurut pimpinan pengasuh pondok Santri
terbentuk dengan sendirinya ketika sudah terjun didalam koperasi pondok
pesantren, karena santri dituntut dan diberi tanggung jawab oleh pimpinan
pondok untuk bisa mengurus dan mengatur suatu usaha layaknya usaha sendiri.
Disamping itu santri juga mengkordinir setiap kegiatan yang sudah berjalan,
dari mulai pelaksanaannya, mengurus keluar masuk barang yang ada dikoperasi,
pemasaran, mengkordinir anggota yang menjalankan kegiatan koperasi. Adanya
koperasi santri bisa berorganisasi, santri bisa mengembangkan kemajuan ekonomi,
santri juga bisa memiliki karakter yang membangun suatu ekonomi yang
berkarakter adil dan merata�.
Bapak ustad Abdul Hamid selaku kepala koperasi
pesantren kebon jambu cirebon yang diwawancarai pada hari selasa� tanggal 9 april 2019 pukul 14.00 WIB
menjelaskan bahwa:
�Karakter
akan terbentuk dengan sendirinya, berjalannya kegiatan kopersi maka akan
menemukan pengalaman ketika sudah terjun di area tersebut. Bagaimana
berinteraksi dengan konsumen, bagaimana cara melayani pelanggan yang baik,
bagaimana cara membuat laporan, serata bagaima cara berorganisasi yang baik,
dan segainya. Begitu yang dikatakan ustad hamid�.
�����������
Menurut ustad Didin Sahlanudin selaku wakil kepala
koperasi pesantren kebon jambu al-islami ciwaringin yang diwawancarai pada hari
selasa tanggal 9 april 2019 pada pukul 16.00 WIB, menjelaskan bahwa:
����������� �Pondok
pesantren merupan wadah dimana santri dituntut segalanya dilakukan sendiri,
maka disinilah karakter akan terbentuk. Sebagai pendukung yaitu koperasi
pesantren juga merupakan nilai plus bagi pondok untuk memberi pengetahuan
terhadap santrinya yang dimana didalamnya terdapat ilmu ekonomi. Santri akan
mengetahui ilmu berwirausaha, dan tanpa kaget ketika menghadapi langsung dunia
luar atau terjun langsung kemasyarakat�.
Peneliti melakukan triangulasi kepada dua orang
santri dan satu orang alumni santri mengenai pelaksanaan kewirausahaan koperasi
pesantren tersebut.
�Ahmad Nasori
selaku santri pondok kebon jambu al-islami ciwaringin dalam wawancara pada hari
selasa tanggal 16 april 2019 pada pukul 10.30 WIB, menjelaskan bahwa:
�Hhhhhhmmmmmm
.... Santri dipondok pesantren sangat dituntut untuk mandiri, maka dari itu
kita selaku santri disini bisa belajar dari berbagia hal, dari kegiatan yang
ada didalam pondok pun sangat kumplit. Adanya koperasi pesantren kita terdidik
untuk bisa berkomunikasi dengan suatu badan yang menurut saya mendidik kita
untuk bisa berkomunikasi dengan badan-badan organisasi, sehingga kita
berani/tidak canggung ketika berkomunikasi dengan badan-badan usaha yang ada
diluar pondok�.
Menurut Ahmad haris selaku santri kebon jambu
al-islami ciwaringin dalam wawancara hari selasa tanggal 16 april 2019 pada
pukul 13.00 WIB, menjelaskan bahwa:
�Santri
dituntut untuk selalu menjaga silaturrahminya dengan baik. Nah, dengan cara ini
salah satunya santri terbentuk karakternya. Salah satunya loooo�.
Menurut Ahmad sam�ani selaku alumni pondok peasntren
kebon jambu al-islami ciwaringin dalam wawancara hari minggu tanggal 28 april
2019 pada pukul 12.00 WIB, menjelaskan bahwa:
�Karakter
tergantung kebiasaan yang dilakukan, apalagi di koperasi pondok kebon jambu
merupakan salah satu pesantren salam tetapi mengikuti perkembangan zaman yang
komplit dari segi apapun. Karakter juga bisa terbentuk karna lingkungan, disini
juga termasuk kategori pembentukan karakter. Jadi, tidak salah lagi suatu
santri akan terbentuk dengan sendirinya�.
Pembentukan karakter santri dengan adanya
kewirausahaan yang ada di Pondok pesantren kebon jambu al-islami berpengaruh
untuk menjadi santri yang berkarakter dan mandiri serta bisa berkontribusi.
Itulah sebabnya pondok pesantren berwirausaha.
3. Hal-hal
yang menjadi kendala dan solusinya
kewirausahaan
dalam membentuk karakter kemandirian santri di pondok pesantren kebon jambu al-islami.
Kendala berarti
halangan, rintangan, faktor atau keadaan yang membatasi atau menghalangi, atau
mencegah pencapaian sasaran. Sedangkan hambatan adalah keadaan yang membuat
sesuatu menjadi lambat atau tidak lancar.
Berdasarkan
wawancara yang dilakukan peneliti, peneliti juga menanyakan mengenai hambatan
atau kendala apa saja yang di hadapi koperasi pesantren kebon jambu al-islami
dalam membentuk karakter kemandirian santri, berikut penjelasan Nyai Awanillah
pengasuh pondok pesantren beliau juga sebagai penanggung jawab koperasi
pesantren pada hari selasa tanggal 2 april 2019�
pada pukul 11.30 WIB, beliau menjelaskan bahwa:
�Menurutnya ada beberapa hal yang
menjadi kendala dalam menjalankan unit usaha tersebut, dimana ketika para
santri yang diberi tanggung jawab untuk mengelola usaha tersebut terus pondok
diliburkan, secara otomatis jalannya usaha tersebut terhambat karena
sebagian� santri meliburkan diri untuk
pulang ke kampungnya�.
Adapun informasi yang didapat bahwa kendala atau
hambatan yang dihadapi koperasi BUMP kebon jambu dalam wawancara dengan Bapak
ustad Abdul Hamid selaku kepala koperasi pesantren kebon jambu cirebon yang
diwawancarai pada hari selasa� tanggal 9
april 2019 pukul 14.00 WIB menjelaskan bahwa:
�Ada beberapa
hal yang perlu diketahui, bahwasannya memulai berwirausaha itu tidak mudah,
apalagi kami selaku santri yang mengabdi untuk pesantren dan dituntuk untuk
bisa membagi waktu untuk dikoperasi dan dipondok. Dipondok juga kita masih
harus mengabdi untuk bisa belajar mengamalkan ilmu yang sudah pengasuh kasih,
disamping itu kita menjalankan koperasi pondok. Disinilah kita terbentuk suatu
karakter agar bisa membiasakan membagi waktu antara duniawi dan ukhrawi�.
Adapun informasi yang didapat bahwa kendala atau
hambatan yang dihadapi koperasi BUMP kebon jambu dalam wawancara dengan Ustad
Didin Sahlanudin selaku wakil kepala koperasi pesantren kebon jambu al-islami
ciwaringin yang diwawancarai pada hari selasa tanggal 9 april 2019 pada pukul
16.00 WIB, menjelaskan bahwa:
�Keterkaitan
antara pondok dan koperasi sangat berperan penting dalam kemajuan suatu
koperasi tersebut, tetapi ada beberapa hal yang menjadi kendala yaitu koperasi
masih menggunakan sistem manual, sehingga ketika membuat laporan kita kualahan
ketika ada data yang hilang atau kertasnya berceceran�.
������
Setelah melakukan wawancara kepada pimpinan
pengasuh, kepala pengurus dan wakil koperasi pesantren kebon jambu al-islami
ciwaringin cirebon, peneliti melakukan triangulasi data kepada dua orang santri
dan satu orang alumni santri kebon jambu al-islami, demikian yang dijelaskan
oleh ketiga santri dan alumni santri.
Ahmad Nasori selaku santri Pondok Kebon Jambu
Al-Islami Ciwaringin dalam wawancara pada hari selasa tanggal 16 april 2019
pada pukul 10.30 WIB, menjelaskan bahwa:
�Ketika
kita(santri) mengabdi dan ikut terjun didalam koperasi ini kebetulan disini
masih belum ada pendidikan yang yang mengaplikasikan untuk pengajarannya
sehingga hanya santri-santri tertentu saja yang bisa ikut andil penuh dalam
pengolahan koperasi tersebut�.
Menurut Ahmad haris selaku santri kebon jambu
al-islami ciwaringin dalam wawancara hari sabtu tanggal 16 april 2019 pada
pukul 13.00 WIB, menjelaskan bahwa:
�Ada bebrapa hal
yang menjadi kendala dalam pelaksanaan yang dijalankan koperasi pesantren,
salah satunya(salah satunya lagi neh) untuk kelengkapan/ketresediaan yang masih
belum semuanya ada�.
Menurut Ahmad sam�ani selaku alumni pondok peasntren
kebon jambu al-islami ciwaringin dalam wawancara hari minggu tanggal 28 april
2019 pada pukul 12.00 WIB, menjelaskan bahwa:
�Dari sekian banyak hal pasti ada kendala didalamnya,
karna karakter santri bermacam-macam. Ada yang penurut, pendiam, nakal, ada
juga yang biasa-biasa saja bahkan ada yang cerdah sekali disini dikembalikan ke
masing-masing santri�.
Berdasarkan hasil wawancara dari pihak pimpinan
pondok pesantren kebon jambu al-islami selaku penanggung jawab koperasi
pesantren kebon jambu al-islami ciwaringin cirebon, kepala pengurus dan wakil
ketua pengurus koperasi pesantren berikut santri dan alumni santri kebon jambu
al-islami adalah tidak adanya pendidikan yang khusus membentuk karakter
kemandirian santri.
Peneliti juga menanyakan mengenai cara mengatasi
hambatan atau kendala yang dihadapi koperasi pesantren kebon jambu al-islami
dalam membentuk karakter kemandirian santri, berikut penjelasan Nyai Awanillah
Amva selaku pimpinan pondok pesantren kebon jambu al-islami ciwaringin cirebon
pada hari selasa tanggal 2 april 2019�
pada pukul 11.30 WIB, beliau menjelaskan bahwa �Pimpinan pengurus berinisiatif
untuk membuat jadwal bergilir ketika pondok sedang libur agar bump terus
berjalan�.
Adapun informasi yang didapat bahwa cara
menyelesaikan masalah kenda atau hambatan yang dihadapi koperasi pesantren
kebon jambu al-islami ciwaringin cirebon dalam wawancara dengan Bapak ustad Abdul
Hamid selaku kepala koperasi pesantren kebon jambu cirebon yang diwawancarai
pada hari selasa� tanggal 9 april 2019
pukul 14.00 WIB menjelaskan bahwa:
�Dengan ini kita
selaku menejemen yang ada yang sudah diberi tanggung jawab terhadap koperasi
ini berinisiatif untuk membagi jadwal tugas atau piket sehingga kita bisa
mengatur waktu yang ada dipondok, disamping kita harus mengabdi untuk pondok,
kita juga dituntuk mengamalkan ilmu yang sudah kita peroleh dipondok pesantren
kebon jambu�.
Adapun informasi yang didapat bahwa cara
penyelesaian masalah kendala atau hambatan yang dihadapi kopersi pesantren
kebon jambu al-islami ciwaringin dalam wawancara dengan Ustad Didin Sahlanudin
selaku wakil kepala koperasi� pesantren
kebon jambu al-islami ciwaringin yang diwawancarai pada hari selasa tanggal 9
april 2019 pada pukul 16.00 WIB, menjelaskan bahwa:
�Disinilah
peran kita bagaimana sekiranya bisa memenej dengan baik, kita menggunakan
sistim aplus atau bergilir, dimana yang bertugas harus langsung melaporkan
setiap kegiatan atau transaksi selama bertugas.Pengembangan koperasi masih
belum meluas, hanya diruang lingkup pesantren saja, biarpun ada beberapa yang
sudah keluar atau buka cabang diluar tetapi hanya sebagian kecil saja, kita mensiasati
untuk terus mengembangkannya sampai berkembang pesat agar santri disamping
memiliki ilmu pengetahuan agama santri juga memiliki ilmu ekonomi, memiliki
jiwa yang berkarakter mandiri tanpa harus mengandalkan kiriman dari orang tua
saja�.
Ahmad Nasori selaku santri pondok kebon jambu
al-islami ciwaringin dalam wawancara pada hari selasa� tanggal 16 april 2019 pada pukul 10.30 WIB,
menjelaskan bahwa:
�kami selaku santri
masih bisa mencontoh untuk ikut mengembangkannya dengan cara berinisiatif
melakukan pemasaran ke wilayah setempat untuk bisa saling berkontribusi�.
Menurut Ahmad Haris selaku santri Kebon Jambu
Al-Islami Ciwaringin dalam wawancara hari selasa tanggal 16 april 2019 pada
pukul 13.00 WIB, menjelaskan bahwa
�maka dari itu dengan seringnya bertransaksi
pengurus jadi tau apa yang nanti dibutuhkan oleh santrinya kedepan�.
Menurut Ahmad sam�ani selaku alumni pondok peasntren
kebon jambu al-islami ciwaringin dalam wawancara hari minggu tanggal 28 april
2019 pada pukul 12.00 WIB, menjelaskan bahwa:
�Disini
tantangan para pengurus dilatih sabar, dan sealalu tanggap dalam situasi
apapun. Aturan yang tidak ada dirumah masing masing santri, disini sangat
mempengengaruhi santri agar santri menjadi orang berguna ketika terjun
dimasyarakat luas. Saya termasuk salah satunya yang bisa mengaplikasikan
pendidikan yang ada di koperasi pesantren kebon jambu dirumah dan dimasyarakat
luas�.
������������������
Berdasarkan hasil wawancara dari pihak pimpinan
pondok pesantren selaku yang bertanggung jawab koperasi pesantren kebon jambu
al-islami ciwaringin cirebon, kepala pengurus koperasi dan wakil koperasi
pesantren kebon jambu berikut wawancara dengan dua santri serta satu alumni
santri kebon jambu al-islami menunjukan bahwa cara penyelesaian masalah
kendalanya yaitu saling bersinergi antara pengasuh pondok, pengurus koperasi,
santri dan alumni santri.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan selama 1 bulan di koperasi pesantren pondok pesantren
Kebon Jambu Al-Islami Ciwaringin, maka diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan
kewirausahaan yang diterapkan oleh koperasi Pesantren Kebon Jambu Al-Islami
Ciwaringin Cirebon menggunakan� sistem
tradisional dan kekeluargaan. Adapun untuk pengembangannya menerapkan
karakteristik santri yang tinggal di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islami.
2. Karakter
yang dapat terbentuk dengan adanya koperasi pesantren adalah membentuk santri
yang mandiri dan tidak ketergantungan kepada orang tua ataupun orang lain
sehingga santri kuat mental dan kuat dalam beradaptasi dilingkungan sekitar
serta bisa terjun dimasyarakat luas.
3. Hambatan
dan kendala yang dihadapi koperasi pesantren dalam membentuk karakter
kemandirian� adalah banyaknya perbedaan
karakter yang berbeda-beda. Dimana santri saling berlomba-lomba untuk bertahan
sampai dengan lulus dan siap terjun kemasyarakat. Cara mengatasi hambatan
tersebut pihak koperasi pesantrenmelakukan pemberian tanggung jawab supaya
santri secara otomatis terbentuk karakternya.
BIBLIOGRAFI
Anwar, M. (2014). Pengantar Kewirausahaan teori dan aplikasi. Jakarta:
Prenada.
Departemen Agama, R. I. (2006). Al-Qur�an Tajwid dan
Terjemahnya. Bandung: PT. Syaamil Cipta Media.
Kasali, R., Nasution, A. H., Purnomo, R. B., Ciptarahayu, A.,
Larso, D., Mirzanti, I. R., � Mulyana, A. (2010). Modul kewirausahaan untuk
program strata 1. HikmahZamanBaru, Jakarta.
Rahman, A. (2018). Nilai Pancasila Kondisi Dan
Implementasinya Dalam Masyarakat Global. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah
Indonesia, 3(1), 34�48.
Rich, U. (n.d.). Laode. 2011. Rasulullah Business School.
Jakarta: Ihwah.
Sari, E. V. (2015). Ekonomi Melambat, Pengangguran Indonesia
Bertambah. Retrieved August 11, 2018, from CNN Indonesia website:
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150505150630-78-51318/ekonomi-melambat-pengangguran-indonesia-bertambah
Sugiyono. (2018). Metode penelitian pendidikan pendekatan
kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Sutomonaio, T. (2018). Murai Batu Milik Presiden Kalah di
Kontes, Jokowi: Juara Pertama Mau Saya Beli tapi . . Retrieved August 22, 2018,
from tribunjabar.id website:
https://jabar.tribunnews.com/2018/03/11/murai-batu-milik-presiden-kalah-di-kontes-jokowi-juara-pertama-mau-saya-beli-tapi.