How to cite:
Novaldo Ramzis, Ramelia Eka Puspita (2024) Strategi Pengembangan Geotrail dalam Upaya
Pengembangan Geowisata di Geopark Natuna, Kabupaten Natuna, (06) 07,
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
STRATEGI PENGEMBANGAN GEOTRAIL DALAM UPAYA PENGEMBANGAN
GEOWISATA DI GEOPARK NATUNA, KABUPATEN NATUNA
1
Novaldo Ramzis,
2
Ramelia Eka Puspita
1
Megister Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Bandung, Indonesia
2
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Geologi Mineral dan Batubara
Email:
1
2
Abstrak
Dengan terjadinya kegiatan pariwisata, masyarakat yang hidup di destinasi tentu akan
bertambah kesejahteraannya dan perekonomian nasional juga akan disokong dengan kokoh.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi atraksi geowisata yang ada
pada Geopark Natuna, mengidentifikasi hubungan antar elemen atraksi geowisata, serta
menemukan konsep geotrail yang tepat dalam pengembangan geowisata pada Geopark
Natuna. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian untuk mengembangkan
konsep geotrail di Geopark Natuna, Indonesia, adalah metode kualitatif deskriptif. Alam
diidentifikasi sebagai aspek yang paling menjanjikan untuk pengembangan geowisata di
Muara, terutama bila dilengkapi dengan pemandangan indah. Nilai-nilai ilmiah dan estetika
memainkan peran penting dalam daya tarik alami geotrail. Elemen-elemen seperti panels,
viewpoints, timelines, dan stop telah diidentifikasi sebagai komponen penting dalam startegi
pengembangan geowisata.
Kata Kunci: Geotrail, Geowisata, Geopark Natuna.
Abstract
With the occurrence of tourism activities, people living in destinations will certainly increase
their welfare and the national economy will also be firmly supported. The purpose of this
study is to identify the potential for geotourism attractions in Natuna Geopark, identify the
relationship between elements of geotourism attractions, and find the right geotrail concept in
the development of geotourism in Natuna Geopark. The research methodology used in the
research to develop the concept of geotrail in Natuna Geopark, Indonesia, is a descriptive
qualitative method. Nature is identified as the most promising aspect for the development of
geotourism in the estuary, especially when it is equipped with beautiful scenery. Scientific and
aesthetic values play an important role in the natural appeal of the geotrail. Elements such as
panels, viewpoints, timelines, and stops have been identified as important components in the
geotourism development strategy
Keywords: Geotrail, Geowisata, Geopark Natuna
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 07, Juli 2024
Novaldo Ramzis, Ramelia Eka Puspita
3254 Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024
PENDAHULUAN
Pariwisata memberikan pengalaman dan kesempatan bagi pengunjung pada setiap
destinasi wisatanya. Selain itu destinasi wisata juga memberikan dampak bagi daerah tujuan
destinasi, Menurut (Yakup & Haryanto, 2019), melalui jumlah kunjungan wisatawan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan faktor lain yang
berpengaruh terhadap pariwisata. Dengan terjadinya kegiatan pariwisata, masyarakat yang
hidup di destinasi tentu akan bertambah kesejahteraannya dan perekonomian nasional juga
akan disokong dengan kokoh (Berliandaldo & Fasa, 2022; Istiyani, 2019).
Salah satu jenis wisata adalah wisata geologi, atau disebut geowisata. Geowisata adalah
bentuk wisata yang fokus pada kawasan geoogi dan bentang alam (Cahyadi & Newsome,
2021). Menurut (Pralong, 2005) Geowisata mampu memenuhi kebutuhan wisatawan akan
pengalaman berwisata, memajukan perekonomian wilayah destinasi wisata. Maka
pengembangan destinasi geowisata dapat memberikan dampak dan keuntungan signifikan
bagi wilayah penerima. Dalam banyak kebudayaan masyarakat terlihat bahwa sejarah alam,
budaya dan sosial terkait erat dan tidak dapat dipisahkan. Pengembangan geowisata akan
terkait dengan konservasi tiga unsur heritage yaitu geologi, biologi, dan budaya serta
didukung oleh pertumbuhan ekonomi dan komunitas masyarakat lokal (Rohaendi, Setiawan,
Budiyono, Harmoko, & Wahyudi, 2023).
Kabupaten Kepulauan Natuna, merupakan sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi
Kepulauan Riau. Terdiri dari beberapa gugus pulau, pulau induk Natuna ada di Pulau
Bunguran. Kepulauan Natuna memiliki keanekaragaman geologi, keanekaragaman tersbut
dapat dilihat dari jenis batuan, geomorfologi, dan landscape. Pada tahun 2018, Kabupaten
Natuna di tetapkan menjadi Kawasan Geopark Nasional dengan nama Geopark Natuna,
dibawah Badan Pengurus Geopark Natuna. Geopark Natuna dibagi menjadi 9 geosite, Antara
lain; Geosite Tanjung Datuk, Geosite Pantai dan Gua Kamak, Geosite Pulau Senua, Geosite
Senubing, Geosite Batu Kasah, Geosite Pulau Akar, Geosite Setanau, Geosite Gunung Ranai
(Badan Geologi, 2023). Dari hasil kunjungan wisata Kabupaten Natuna berdasarkan data time
series 5 tahun belakang (2018 2023). Menunjukan hasil peningkatan yang tidak begitu
signifikan.
Gambar 1
Statistik Kunjungan Wisatawan Natuna
Sumber : https://dinaspariwisata.natunakab.go.id/
Dalam Oleh sebab itu pentingnya pengembangan dan strategi agar geowisata yang ada
di Kabupaten Natuna perlu di kembangkan dapat selalu beradaptasi dengan kebutuhan zaman.
Salah satu upaya strategi untuk mengembangkan potensi geowisata ialah dengan
menghubungkan titik-titik antar atraksi. Atraksi tersebut bisa dihubungkan dengan
Strategi Pengembangan Geotrail dalam Upaya Pengembangan Geowisata di Geopark Natuna,
Kabupaten Natuna
Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024 3255
penggunaan jejak bumi atau geotrail. Geotrail dianggap mampu dalam meningkatkan potensi
wisata (N Ginting, Rahman, & Sembiring, 2017). Menurut (Nurlisa Ginting & Siregar, 2018)
Kehadiran geotrail mampu melengkapi konsep geowisata, dan geotrail tersebut dapat
dijadikan media dalam pengembangan destinasi geowisata di suatu daerah.
Penelitian ini memiliki batasan pembahasan, yaitu berfokus pada titik -titik geosite yang
ada di Geopark Natuna. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
potensi atraksi geowisata yang ada pada Geopark Natuna, mengidentifikasi hubungan antar
elemen atraksi geowisata, serta menemukan konsep geotrail yang tepat dalam pengembangan
geowisata pada Geopark Natuna. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis
dan dapat diimplikasi sebagai upaya dan strategi pengembangan potensi geowisata di Geopark
Natuna dan pada akhirnya bermuara pada peningkatan pengunjung geowisata baik lokal
maupun mancanegara.
METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian untuk mengembangkan konsep
geotrail di Geopark Natuna, Indonesia, adalah metode kualitatif deskriptif (Yuliani, 2018).
Metode ini dipilih untuk mengumpulkan wawasan dari pemangku kepentingan dan
pengamatan untuk memastikan keakuratan hasil penelitian. Metode kualitatif cocok untuk
memperoleh pengetahuan luas dari berbagai perspektif di bidang pariwisata, seperti yang
terlihat dalam penelitian pengembangan geowisata serupa di Indonesia. Identifikasi potensi
daya tarik melibatkan observasi lapangan di lokasi studi dan wawancara mendalam dengan
pemangku kepentingan disini seperti Badan Pengelola Geopark Natuna. Data yang
dikumpulkan dari pengamatan dan wawancara ini berfungsi sebagai dasar untuk merancang
unsur interpretatif dalam geotrail, yaitu elemen panel, view point, stops, dan timeline.
Panels, viewpoints, timelines, dan stops telah dipilih menjadi elemen-elemen utama
dalam mengembangkan sebuah geotrail berdasarkan potensi atraksinya (Deddy, 2010).
Selanjutnya, elemen ini akan dianalisis untuk menemukan garis hubung agar tercipta trail atau
jalur yang jelas sesuai dengan kawasan kajian. Elemen-elemen ini akan terhubung menjadi
sebuah jalur yang menjangkau setiap titik-titik atraksi di destinasi, yang umumnya adalah
situs-situs geologi atau geosite. Maka, didapatkan sebuah kesatuan jalur geotrail yang sesuai
untuk pengembangan destinasi geowisata melalui potensi atraksi yang ada di lokasi Geopark
Natuna.
Tabel 1 Elemen Geotrail
Elemen
Keterangan
Panel
papan-papan berisi informasi mengenai situs yang ditunjuk, misalnya batuan,
jalan, perairan, flora dan fauna, dan sebagainya
View
Point
lokasi-lokasi khusus yang dapat mengekspos keindahan suatu panorama
Stop
Lokasi-lokasi khusus yang dapat dijadikan tempat singgah bagi pengunjung,
berupa visitor centres, gardens, museum, area
tematik, monumen, dan sebagainya
Timeline
Lini waktu yang dimiliki oleh setiap geosite berdasarkan masa pembentukan atau
proses terjadinya geosite tersebut
HASIL DAN PEMBAHASAN
Elemen Panels pada Rencana Geotrail
Panel adalah sebuah elemen dalam penentuan geotrail, yang digunakan untuk
memberikan informasi kepada pengunjung mengenai warisan geologi yang terdapat didalam
Novaldo Ramzis, Ramelia Eka Puspita
3256 Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024
situs geologi /geosite tersebut (Putri, Zuriyani, & Juita, 2023). Pada panel tersebut berisi
infomasi mengenai proses geologi yang ada didalam nya. Dimana panel ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman kepada pengunjung melalui pertukaran informasi yang ada geoarea
tersebut (Putri et al., 2023). Panel bisa ditempatkan pada objek tertentu yang ada di dalam
geosite. Bisa di tempatkan pada dinding batu, jalanan, atau jalan setapak. Bentuk dari panel
yang akan dibuat, menyesuaikan karakteristik dari geoarea pada masing-masing geosite,
untuk menonjolkan perbedaan karakteristik masing-masing geosite. Berikut adalah sebaran
dari masing-masing panel pada setiap geosite.
Elemen View Point pada Rencana Geotrail
View Point atau titik penatapan merupakan salah satu elemen yang ada pada geotrail.
View point ini sebagai titik yang dapat digunakan pengunjung untuk menyaksikan keindahan
panorama alam yang disajikan di masing-masing geosite, View point dapat diletakan biasanya
di puncak, di lereng bukit, atau dipantai (Putra & Utari, 2022). Menyesuaikan lansekap yang
ditawarkan oleh geosite itu sendiri, untuk titik viewpoint pada geosite tersebut disesuaikan
dengan kondisi geoareanya. Geosite Datuk dan Geosite Senubing mempunyai komposisi
lanskap tebing batuan, menghadirkan visualisasi dan sudut pandang yang menarik yaitu
tebing batuan sedimen dan batuan gamping yang dibawahnya langsung menghadap ke laut
cina selatan (Pratama, Edison, Suryaningsih, Setiawan, & Tarini, 2021). Geosite Senoa,
Geosite Setanau, Geostite Batukasah, dan Geosite Pulau Akar, menawarkan lanskap
kumpulan batuan yang tersusun di bibir pantai, komposisi batuan tersebut adalah dengan jenis
batuan kerak samudra yang tersusun dari batuan granit, lava basalt, peridotit. Sedangkan view
point pada geosite gunung ranai adalah, lereng gunung dengan hamparan lanskap natuna dari
atas. Semua sudut pandang tersebut mempunyai identitas khusus yang diperlukan dalam
pengembangan geowisata, karena dapat memperkuat karakter dari masing-masing geosite
(Drápela, 2023)
Elemen Stops pada Rencana Geotrail
Stop atau alur pemberhentian dimanfaatkan untuk memperkuat karakter geosite pada
jalur yang dilalui, pada rencana geotrail di Geopark Natuna ini terdapat beberapa titik
pemberhentian yang dapat meningkatkan potensi atraksi geowisata. Terdapat Pusat Informasi
Geologi Natuna, dibawah Kementerian ESDM. Pusat Infomasi Geologi ini terletak ditengah-
tengah jalur yang menghubungkan geosite paling utara (geosite tanjung datuk) dan geosite
paling selatan (geosite setanau), Pusat Survey Geologi ini sangat cocok dijadikan tempat
pemberhentian untuk para wisatawan belajar dan mendapatkan infomasi kegeologian di
Geopark Natuna secara lebih detail, karna didalamnya terdapat informasi geologi pada setiap
geositenya. Selain itu juga atraksi alam lain diikuti landskap dan aktivitas pendukungnya bisa
dijadikan tempat pemberhentian. Salah satu contoh tempat perhentian dapat berupa beberapa
aktivitas bagi pengunjung dengan minat tertentu, karena aktivitas yang disediakan dalam
suatu jalur dapat meningkatkan potensi yang ada pada suatu destinasi geowisata, dengan
mempertimbangkan wisata alam, pemberhentian bisa sejalan dengan sudut pandang. Namun,
sudut pandang dengan ruang terbatas tidak cukup untuk dijadikan perhentian. Pada geotrail
ini, pemberhentian ditempatkan pada beberapa titik besar saja dan dibuat dari daya tarik yang
dibangun dengan nilai estetika dan ekonomi. Pemberhentian pertama berada di jalur Geosite
Tanjung Datuk menuju Geosite Batu Kasah, dimana ketika melewati jalur ini ditemani dengan
lanskap pantai sepanjang jalan. Selain bisa berhenti di Pusat Infomasi Geologi sebagai atraksi
edukasi, Wisatawan bisa berhenti sejenak di Pantai Piwang yang berada di Kelurahan
Bunguran. Berada di tengah kota natuna di di tengah jalur geotrail. Membuat Pantai Piwang
Strategi Pengembangan Geotrail dalam Upaya Pengembangan Geowisata di Geopark Natuna,
Kabupaten Natuna
Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024 3257
menjadi salah satu tempat pemberhentian yang menarik dan cocok pagi pengunjung untuk
beristirahat dan menikmati pemandangan. Melalui pemanfaatan tempat pemberhentian di
geotrail, dapat dipastikan pengunjung akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk
berinteraksi. dengan geosite. Hasilnya, pengunjung akan mampu mencapai interpretasi
tertinggi dari suatu geosite, karena tujuan utama geowisata adalah apresiasi dan interpretasi
warisan bumi.
Elemen Timeline pada Rencana Geotrail
Alur kronologi atau timelines merupakan rekam jejak situs-situs geologi yang terdapat
pada geotrail berdasarkan lini waktu (Siswanto & Noerwidi, 2015). Dari timelines ini,
pemetaan situs-situs pada sebuah geotrail akan membentuk sebuah cerita yang kemudian
dapat diinterpretasi pengunjung melalui pemahaman akan masa atau waktu pembentukan
situs-situs tersebut. Salah satu strategi untuk menghubungkan dan menafsirkan geosite adalah
dengan mengikuti urutan kronologisnya (Nurlisa Ginting & Siregar, 2018). Namun komponen
aksesibilitas seperti jalan utama juga penting. Pada geotrail ini hanya terdapat satu jalan yang
menghubungkan geosite-geosite tersebut. Sebaliknya jika seluruh aturan periodik masing-
masing geosite dipatuhi, efisiensi perjalanan pengunjung akan berkurang karena harus bolak-
balik karena posisi geosite tidak linier.
KESIMPULAN
Geotrail di Geopark Natuna, kaya akan lanskap dan struktur geologi yang beragam.
Landskap dan struktur geologi ini telah diidentifikasi sebagai potensi geowisata dengan
mengevaluasi nilai-nilai masing-masing geosit berdasarkan komponen daya tarik wisata.
Alam diidentifikasi sebagai aspek yang paling menjanjikan untuk pengembangan geowisata di
Muara, terutama bila dilengkapi dengan pemandangan indah. Nilai-nilai ilmiah dan estetika
memainkan peran penting dalam daya tarik alami geotrail. Elemen-elemen seperti panels,
viewpoints, timelines, dan stop telah diidentifikasi sebagai komponen penting dalam startegi
pengembangan geowisata.
BIBLIOGRAFI
Berliandaldo, Mahardhika, & Fasa, Angga Wijaya Holman. (2022). Pengelolaan geowisata
berkelanjutan dalam mendukung pelestarian warisan geologi: Perspektif collaborative
governance. Inovasi, 19(1), 7997.
Cahyadi, Hery Sigit, & Newsome, David. (2021). The post COVID-19 tourism dilemma for
geoparks in Indonesia. International Journal of Geoheritage and Parks, 9(2), 199211.
Deddy, Mulyana. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rosda.
Drápela, Emil. (2023). Using a Geotrail for Teaching Geography: An Example of the Virtual
Educational Trail “The Story of Liberec Granite.” Land, 12(4), 828.
Ginting, N, Rahman, N. Vinky, & Sembiring, G. (2017). Tourism development based on
geopark in Bakkara Caldera Toba, Indonesia. IOP Conference Series: Materials Science
and Engineering, 180(1), 12086. IOP Publishing.
Ginting, Nurlisa, & Siregar, Narosu. (2018). Geotrail development to connect the dots in
Muara Caldera Toba, Indonesia. IOP Conference Series: Earth and Environmental
Science, 126(1), 12169. IOP Publishing.
Istiyani, Artika Dwi. (2019). Menggali Potensi Desa Wisata: Mewujudkan Masyarakat Sadar
Novaldo Ramzis, Ramelia Eka Puspita
3258 Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024
Wisata. Hijaz Pustaka Mandiri.
Pralong, Jean Pierre. (2005). Géomorphologie: relief, processus, environnement.
Géomorphologie: Relief, Processus, Environnement, (3), 189196.
Pratama, Ryan Anggria, Edison, Edison, Suryaningsih, Suryaningsih, Setiawan, Ramadhani,
& Tarini, Wan Desti. (2021). Desain kebijakan kawasan ekonomi khusus kemaritiman
di Kabupaten Natuna: antara integrasi blue economy, industrialisasi dan minapolitan.
Laboratorium Komunikasi dan Sosial FISIP Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Putra, Rizky Ramadhani Arsyah, & Utari, Prahastiwi. (2022). Strategi Komunikasi
Pengelolaan Wisata Geopark Belitong Menggunakan Media Sosial Studi Analisis
SWOT.
Putri, Ramadhani, Zuriyani, Elvi, & Juita, Erna. (2023). Pengembangan Potensi Geopark
Silokek Berbasis Geowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Innovative: Journal Of
Social Science Research, 3(4), 85898599.
Rohaendi, Nendi, Setiawan, Iwan Fahlevi, Budiyono, Arif, Harmoko, Alex Antonius, &
Wahyudi, Wahyudi. (2023). Geologi Dan Model Kolaborasi Pengembangan Geopark
Ijen, Di Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Geominerba (Jurnal Geologi, Mineral Dan
Batubara), 8(2), 166179.
Siswanto, Siswanto, & Noerwidi, Sofwan. (2015). Perbandingan Data Geologi, Paleontologi
Dan Arkeologi Situs Patiayam Dan Semedo. Berkala Arkeologi Sangkhakala, 18(2),
169185.
Yakup, Anggita Permata, & Haryanto, Tri. (2019). Pengaruh pariwisata terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Bina Ekonomi, 23(2), 3947.
Yuliani, Wiwin. (2018). Metode penelitian deskriptif kualitatif dalam perspektif bimbingan
dan konseling. Quanta, 2(2), 8391.
Copyright holder:
Novaldo Ramzis, Ramelia Eka Puspita (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: