Syntax Idea : p�ISSN: 2684-6853� e-ISSN : 2684-883X�����
Vol. 1, No. 5
September 2019
MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH
Masturo
Guru
pada MAN Pagaralam Kota Pagaralam
Email: [email protected]
Abstrak
Peningkatan
kemampuan berpikir kritis dapat dilakukan dengan proses pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif, pengajuan masalah yang menantang, dan siswa
mengambil kesimpulan sendiri. Salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis adalah pembelajaran berbasis masalah. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas (action research classroom). Berdasarkan
tindakan dari setiap siklus penelitian disusun kesimpulan bahwa proses
pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa dengan
model pembelajaran berbasis masalah pada aqidah akhlak dilaksanakan dalam dua
siklus tindakan. Siklus I nilai terendah 13 sedangkan siklus II pada angka 17.
Adapun nilai maksimal pada siklus I sebesar 21 sedangkan siklus II sebesar 28.
Hasil perhitungan dengan mengkomparasikan antara siklus I dan II diketahui
nilai p value sebesar 0,000 di mana < 0,05. Karena < 0,05 maka
perbedaan bermakna secara statistik atau signifikan pada probabilitas 0,05.
Kata
kunci:
berfikir kritis,pembelajaran, akidah
akhlak
Pendahuluan
Pada umumnya para ahli psikologi sepakat bahwa definisi berpikir
sebagai pencarian makna yang melibatkan proses mental untuk memahami suatu
pengalaman. (Jones, 1987) menyamakan makna belajar dengan berpikir. Menurutnya, belajar
adalah berpikir.
Untuk mencapainya,maka siswa membutuhkan suatu kemampuan berpikir
untuk mengolah informasi yang diperoleh hingga merumuskan kesimpulan. Salah
satu kemampuan berpikir yang terkait dengan hal ini adalah kemampuan berpikir
kritis. Ini berarti kemampuan berpikir kritis perlu diintegrasikan dalam
pembelajaran sebagai suatu tujuan proses pembelajaran disamping tujuan proses
lainnya.
Sebelum membahas strategi pembelajaran yang mengintegrasikan
kemampuan berpikir kritis dalam tujuan proses pembelajaran, maka perlu
dikemukakan beberapa definisi berpikir kritis yang digunakan sebagai acuan
dalam tulisan ini selanjutnya. Definisi tentang berpikir kritis diberikan oleh
beberapa ahli sebagai berikut: a.Kemampuan menganalisis fakta,
menggeneralisasikan dan mengorganisasikan ide, mempertahankan opini, membuat
perbandingan, menarik kesimpulan, menguji argumen, dan menyelesaikan masalah.
b. Proses sadar dan sengaja yang digunakan untuk menginterpretasi dan
mengevaluasi informasi dan pengalaman melalui sekumpulan kemampuan dan sikap
reflektif yang mengarahkan keyakinan dan tindakan bijaksana (Huitt, 1998) c. Berpikir kritis adalah kegiatan mental untuk mengevaluasi suatu
argumen atau proposisi dan membuat keputusan agar dapat mengembangankan diri (Ennis, 1992).
Menurut (Dewi, 2019) Dunia
pendidikan� merupakan� dunia�
yang� sangat� dinamis,�
sehingga� menuntut adanya
perbaikan berupa inovasi yang dilakukan secara terus menerus, baik oleh siswa,
guru atau pemerintah (Handayani, 2017). Pendidikan merupakan hak azasi setiap
warga negara.� UUD� 1945�
mengamanatkan� pentingnya� pendidikan�
bagi� seluruh� warga�
negara seperti tertuang dalam pasal 28 ayat 1, bahwa setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui��
pemenuhan�� kebutuhan�� dasarnya,��
berhak�� mendapatkan�� pendidikan��
dan mendapatkan� manfaat� dari ilmu�
pengetahuan� dan� teknologi,seni� dan�
budaya� demi meningkatkan kualitas
hidupnya demi kesejahteraan umat manusia, dan pasal 31 ayat 1 menjelaskan bahwa
�Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan�(Grasindo, 2017).
Berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam melakukan
tindakan, berpikir, bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan antara
sesuatu dengan yang lainnya secara akurat. Menurut Wade (dalam Filsaime, 2008),
kemampuan berpikir kritis meliputi : (1) mengajukan pertanyaan, (2)
mengidentifikasi masalah, (3) menguji fakta-fakta, (4) menganalisis asumsi dan
bias, (5) menghindari penalaran emosional, (6) menghindari simplikasi yang
berlebihan, (7) mempertimbangkan interpretasi, dan (8) mentoleransi penafsiran
ganda.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (action research classroom). Menurut (Kasihani Kasbolah &
Sukarnyana, 1998) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan dalam bidang
pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk
memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pendidikan. Menurut Suharsimi, (2006) Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan guru
kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan
atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran.
Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah MAN Pagaralam
Kota Pagaralam. Madrasah tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian karena
berdasarkan pengamatan peneliti ditemukan permasalahan dalam pembelajaran
aqidah akhlak. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober, semester ganjil,
tahun pelajaran 2016/2017 terhadap siswa kelas X MAN Pagaralam Kota Pagaralam.
Subjek yang diteliti adalah siswa kelas X MAN Pagaralam Kota
Pagaralam yang berjumlah 32 siswa. Objek penelitian ini adalah membangun kemampuan berfikir kritis
siswa melalui model pembelajaran berbasis masalah.
Sugiyono (2007) menyatakan bahwa metode pengumpulan data adalah langkah-langkah
yang paling utama dari penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 185) teknik pengumpulan
data dapat diartikan sebagai cara yang dipakai dalam mengumpulkan data, seperti
melalui tes, observasi,dan dokumentasi. Sedangkan, untuk penelitian ini,
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi dan dokumentasi.
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik
analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Observasi menggunakan analisis
data kualitatif. Sedangkan analisis data kuantitatif pada penelitian ini
digunakan untuk mengukur tingkat berfikir kritis siswa. Data diukur menggunakan
SPSS 16.
Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan, keberhasilan
peneliti tindakan ini ditandai dengan adanya perubahan ke arah perbaikan, baik
terkait dengan suasana belajar dan pembelajaran. Sebagai indikator keberhasilan
pada penelitian ini, dikatakan berhasil jika terdapat kenaikan yang signifikan
jumlah siswa yang mampu berfikir kritis sesuai tema pembelajaran.
Hasil
Dan Pembahasan
Siklus I
1.
Perencanaan
Perencanaan dalam siklus I merupakan hasil diskusi dengan teman
sejawat. Dalam perencanaan ini peneliti menyusun RPP sesuai dengan rencana
yakni menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang orientasinya adalah
peningkatan kemampuan berfikir kritis siswa. Adapun RPP terlampir dalam
penelitian ini.
2.
Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus I pada hari Senin, tanggal 3 Oktober 2016, jam
08.20-9.40, tempat kelas X MAN Pagaralam Kota Pagaralam.. Pelaksanaan secara
natural tetapi mengacu pada RPP yang telah disusun. Pelaksanaan terbagi menjadi
tiga yakni pendahuluan, inti, dan penutup. Pada kegiatan pendahuluan dimulai
dengan salam pembuka, berdoa, apersepsi, dan mekemampuan berfikir kritis siswa
dalam belajar. Kegiatan inti dilakukan dengan model pembelajaran berbasis
masalah dan penutup berisi penguatan atas materi dan rencana tindak lanjut.
Dalam pelaksanaan ini orientasinya tidak sekedar siswa mampu menghafal materi
tetapi juga mampu memahami secara kritis tentang aqidah akhlak.
3.
Observasi
Dalam observasi kolaborator mencatat sesuatu yang Dalam
pelaksanaan pembelajaran ada kolaborator riset yang peneliti beri tugas melakukan
checklist terhadap kemampuan berfikir kritis siswa dengan instrumen yang telah
terstruktur. Disamping itu kolaborator riset juga peneliti mengobservasi
bagaimana peneliti menjalankan skenario sesuai rancangan pembelajaran yang
telah disusun.
4.
Refleksi
Untuk melakukan refleksi terlebih dahulu peneliti mencermati hasil
tabulasi hasil checklist yang disusun oleh kolaborator. Hasilnya adalah sebagai
berikut:
Tabel 1
Data Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Siklus I
Dari tabel di atas diketahui skor terendah pada aspek nomor 4 dan
nomor 6 yakni membuat kesimpulan secara induktif dan Mendefinisikan asumsi.
Secara Grafik kemampuan berfikir kritis siswa dapat digambarkan sebagai
berikut:
Grafik 1. Kemampuan Berfikir Kritis Siswa pada Siklus I
Siklus II
1.
Perencanaan
Perencanaan dalam siklus II merupakan hasil diskusi dengan teman
sejawat. Perencanaan pada siklus II berdasar perbaikan pada siklus I, dengan
kata lain perencanaan siklus II untuk perbaikan siklus I. Dalam perencanaan ini
peneliti menyusun RPP sesuai dengan rencana yakni menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah yang orientasinya adalah peningkatan kemampuan
berfikir kritis siswa. Adapun RPP terlampir dalam penelitian ini.
2.
Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus II pada hari Senin, tanggal 17 Oktober 2016,
jam 08.20-9.40, tempat kelas X MAN Pagaralam Kota Pagaralam.. Pelaksanaan
secara natural tetapi mengacu pada RPP yang telah disusun. Pelaksanaan terbagi
menjadi tiga yakni pendahuluan, inti, dan penutup. Pada kegiatan pendahuluan
dimulai dengan salam pembuka, berdoa, apersepsi, dan mekemampuan berfikir
kritis siswa dalam belajar. Kegiatan inti dilakukan dengan model pembelajaran
berbasis masalah dan penutup berisi penguatan atas materi dan rencana tindak
lanjut. Dalam penyampaian materi peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengaktualisasikan daya nalarnya dengan tujuh indikator berfikir kritis.
3.
Observasi
Dalam observasi kolaborator mencatat sesuatu yang dalam
pelaksanaan pembelajaran ada kolaborator riset yang peneliti beri tugas melakukan
checklist terhadap kemampuan berfikir kritis siswa dengan instrumen yang telah
terstruktur. Kolaborator telah menyusun bagaimana pola melakukan checklist
dengan bersandar bagaimana peneliti memberi ruang siswa beraktualisasi sesuai
dengan tema pembelajaran yang berorientasi pada mengembangkan siswa dalam
berfikir kritis.
4.
Refleksi
Untuk melakukan refleksi terlebih dahulu peneliti mencermati hasil
tabulasi hasil checklist yang disusun oleh kolaborator. Dalam waktu dua jam
kolaborator harus mampu melakukan observasi terhadap 32 siswa, oleh karena itu
dalam pembelajaran dilakukan secara sistematis dan dibangun chemistry yang kuat
antara peneliti dan kolaborator. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Data Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Siklus II
Dari tabel di atas diketahui skor pada aspek membuat kesimpulan
secara induktif dan� mendefinisikan
asumsi mengalami peningkatan, begitu juga aspek yang lain. Secara Grafik
kemampuan berfikir kritis siswa pada siklus II dapat digambarkan sebagai
berikut:
Grafik 2. Kemampuan Berfikir Kritis Siswa pada Siklus II
1.
Perbandingan Tabel Siklus I Dan II
Tabel 3 Perbandingan Siklus I dan II
Pada siklus I dan II diketahui bahwa :
Tabel 4 Statistik
Siklus I nilai terendah 13 sedangkan siklus II pada angka 17. Adapun
nilai maksimal pada siklus I sebesar 21 sedangkan siklus II sebesar 28.
Adapun uji normalitas data kedua siklius disajikan sebagai
berikut:
Tabel 5 Uji Normalitas
Tabel di atas menunjukkan bahwa kedua data berdistribusi normal.
Adapun untuk mengetahui adanya perbedaan dapat dicermati sebagaimana tabel di
bawah ini:
Tabel 6 Uji t
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sig (2 tailed)<0,05.
Data ini dapat dimaknai nilai p value sebesar 0,000 di mana < 0,05. Karena
< 0,05 maka perbedaan bermakna secara statistik atau signifikan pada
probabilitas 0,05.
Kesimpulan
Berdasarkan tindakan dari setiap siklus penelitian disusun
kesimpulan sebagai berikut:
1.
�Proses pembelajaran dalam
rangka meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa dengan model pembelajaran
berbasis masalah pada aqidah akhlak dilaksanakan� dalam dua siklus tindakan. Siklus I nilai
terendah 13 sedangkan siklus II pada angka 17. Adapun nilai maksimal pada
siklus I sebesar 21 sedangkan siklus II sebesar 28.
2.
Hasil perhitungan dengan mengkomparasikan antara siklus I dan II
diketahui nilai p value sebesar 0,000 di mana < 0,05. Karena < 0,05 maka
perbedaan bermakna secara statistik atau signifikan pada probabilitas 0,05.
BIBLIOGRAFI
Dewi, A. D. M. (2019). Managemen Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (Pendekatan Dan Model Inquiry) Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa (Studi Deskriptif Di Kelas Viii MTS Al Musdariyah Cimahi
Dan MTS Al-Musdariyah Cinunuk). Syntax, 1(4).
Ennis, P. H. (1992). The seventh stream: The emergence of
rocknroll in American popular music. Wesleyan University Press.
Huitt, W. (1998). Critical thinking: An overview. Educational
Psychology Interactive, 3.
Jones, B. F. (1987). Strategic teaching and learning:
Cognitive instruction in the content areas. ERIC.
Kasihani Kasbolah, E. S., & Sukarnyana, I. W. (1998).
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dikti, Proyek Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Jakarta.
Sugiyono, M. P. P. (2007). Pendekatan Kuantitatif. Kualitatif,
Dan R&D, Bandung: Alfabeta.
Suharsimi, A. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan
praktik. Jakarta: Rineka Cipta.