How to cite:
Linda Lia erfika, Silma Kaaffah, Khamdiyah Indah Kurniasih (2024) Cost Effectiveness Analysis
Kombinasi Amlodipin-Kandesartan Dibandingkan Amlodipin-Irbesartan pada Hipertensi Komorbid
Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Goeteng Taroenadibrata, (06) 07,
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
COST EFFECTIVENESS ANALYSIS KOMBINASI AMLODIPIN-KANDESARTAN
DIBANDINGKAN AMLODIPIN-IRBESARTAN PADA HIPERTENSI KOMORBID
DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD GOETENG TAROENADIBRATA
Linda Lia erfika, Silma Kaaffah, Khamdiyah Indah Kurniasih
Universitas Harapan Bangsa, Indonesia
Abstrak
Hipertensi merupakan permasalahan global karena menjadi salah satu penyebab kematian dan
penyakit di seluruh dunia. Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah seseorang
berada di atas angka normal (< 140/90 mmHg). Seseorang yang mengalami hipertensi
komorbid diabetes mellitus (DM) tipe 2 mengalami peningkatan risiko 2-4 kali lipat terhadap
penyakit kardiovaskular. Pengobatan hipertensi membutuhkan biaya yang cukup tinggi,
sehingga perlu adanya penggunaan biaya yang rasioal untuk pengobatan hipertensi. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis pengobatan antihipertensi yang paling efektif dengan biaya
yang murah untuk pasien hipertensi komorbid DM tipe 2 di RSUD Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga dengan metode Cost-effectiveness analysis (CEA). Jenis penelitian kuantitatif
dengan pendekatan retrospektif. Menggunakan data rekam medis pasien yang mendapat
antihipertensi amlodipin-kandesartan atau amlodipin-irbesartan sampel sebanyak 91 sampel.
Hasil penelitian didapatkan bahwa efektivitas terapi paling besar pada pasien hipertensi
komorbid DM adalah kombinasi amlodipin-kandesartan yaitu sebanyak 36 pasien (55.2 %),
sedangkan kombinasi amlodipin-irbesartan hanya 26 pasien (44.8 %). Nilai ACER dan ICER
yang memiliki biaya paling efektif adalah kombinasi amlodipin-kandesartan dimana nilai
ACER sebesar Rp. 46.821 per pasien dan nilai ICER Rp.-6,029. Kesimpulannya kombinasi
antihipertensi amlodipin-kandesartan lebih cost effective dibandingkan kombinasi amlodipin-
irbesartan
Kata kunci: Hipertensi, Cost-effectiveness analysis, Kombinasi antihipertensi
Abstract
Hypertension is a global problem because it is one of the causes of death and disease around
the world. Hypertension is a condition in which a person's blood pressure is above normal (<
140/90 mmHg). A person with type 2 diabetes mellitus (DM) comorbid hypertension has a 2-4
times increased risk of cardiovascular disease. Hypertension treatment requires a fairly high
cost, so it is necessary to use rational costs for hypertension treatment. The purpose of this
study is to analyze the most effective antihypertensive treatment at low cost for patients with
type 2 comorbid hypertension DM at Goeteng Taroenadibrata Hospital Purbalingga using
the Cost-effectiveness analysis (CEA) method. A type of quantitative research with a
retrospective approach. Using medical record data of patients who received antihypertensive
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 07, Juli 2024
Linda Lia erfika, Silma Kaaffah, Khamdiyah Indah Kurniasih
3182 Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024
amlodipine-candesartan or amlodipine-irbesartan samples as many as 91 samples. The
results of the study found that the greatest therapeutic effectiveness in patients with comorbid
hypertension DM was the combination of amlodipine-kandesartan, which was 36 patients
(55.2%), while the combination of amlodipine-irbesartan was only 26 patients (44.8%). The
ACER and ICER values that have the most effective cost are the combination of amlodipine-
kandesartan where the ACER value is Rp. 46,821 per patient and the ICER value is Rp. 6,029.
In conclusion, the combination of amlodipine-candesartan antihypertensive is more cost-
effective than the combination of amlodipine-irbesartan.
Keywords: Hypertension, Cost-effectiveness analysis,Combination antihypertensive
PENDAHULUAN
Permasalahan global yang banyak terjadi di dunia yaitu hipertensi, yang mana
prevalensi hipertensi di dunia meningkat dua kali dari tahun 1990 hingga 2019 sebesar 95%
(Zhou et al, 2021), dan di Asia Tenggara prevalensi hipertensi menempati posisi ke-3
tertinggi di dunia (Chen et al., 2020). Pasien hipertensi dengan komorbid diabetes mellitus
(DM) tipe 2 meningkatan risiko yang signifikan (2-4 kali lipat) terhadap penyakit
kardiovaskular (Sun et al., 2019). Prevalensi hipertensi pada pasien DM tipe 2 di seluruh
dunia yaitu 50-75% kasus (Colussi et al., 2020), sedangkan di Jepang pasien DM tipe 2 yang
menderita hipertensi sebanyak 50% (Colussi et al., 2020).
Indonesia mempunyai prevalensi hipertensi mencapai 34,1% (658.201 ribu jiwa) dan
Provinsi Jawa Tengah mempunyai prevalensi hipertensi sebanyak 89.648 ribu jiwa
(Kemenkes, 2019). Penderita hipertensi di Kabupaten Purbalingga tahun 2022 sebanyak
280.867 orang (Dinas Kesehatan Purbalingga, 2022) dan menempati peringkat pertama dari 5
(lima) besar penyakit tidak menular tingkat puskesmas dan rumah sakit (Ningrum et al.,
2019). Berdasarkan data prasurvey, penderita hipertensi komorbid DM tipe 2 di RSUD
Goeteng Taroenadibrata mengalami peningkatan dari tahun 2021 sampai 2023 yaitu sebesar
96 pasien, 106 pasien, 118 pasien.
Pengobatan pada pasien hipertensi mempunyai biaya yang tinggi sehingga menjadi
beban ekonomi yang cukup besar. Pada negara Amerika untuk biaya langsung pengobatan
hipertensi sebesar $47,3 miliar pertahun (Park, Wang, Durthaler, & Fang, 2017). Data alokasi
anggaran kesehatan di Indonesia tahun 2018 sebesar 61,86 triliun rupiah mengalami
peningkatan dari tahun 2017 sebesar 59,11 triliun rupiah (Kemenkes, 2019), sehingga perlu
adanya peningkatan efisiensi atau penggunaan biaya yang rasioal. Tepat biaya yang menjadi
salah satu kerasionalan pengobatan. Cost-effectiveness analysis (CEA), analisis yang
membandingkan antara efektivitas terapi dengan biaya yang dikeluarkan (Baroroh & Sari,
2017). Efektivitas antihipertensi diukur dengan menghitung jumlah pasien yang tekanan
darahnya mencapai target setelah pengobatan, sedangkan efektivitas biaya pengobatan diukur
berdasarkan nilai ACER (Average Cost Effectiveness Ratio) yang didapatkan (Baroroh &
Sari, 2017).
Mayoritas pasien hipertensi komorbid DM tipe 2 memerlukan terapi kombinasi yang
digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan albuminria (Lastra et al, 2014). Golongan
utama obat antihipertensi (ACE inhibitor, ARB, CCB dihydropyridine, dan diuretik tipe
thiazide) direkomendasikan sebagai obat lini pertama untuk populasi hipertensi dengan DM
tipe 2 (Vargas et al., 2018). Penelitian di Amerika obat golongan CCB (amlodipine) lebih
hemat biaya dibandingkan ARB (valsartan) (Park et al., 2017). Penelitian di Negara Taiwan
amlodipine memiliki biaya yang lebih rendah dari valsartan (Chan et al., 2016), sedangkan
penelitian di Indonesia yaitu pada RSUD Jakarta Selatan diketahui bahwa terapi amlodipin-
Cost Effectiveness Analysis Kombinasi Amlodipin-Kandesartan Dibandingkan Amlodipin-Irbesartan
pada Hipertensi Komorbid Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Goeteng Taroenadibrata
Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024 3183
kandesartan lebih hemat biaya dibandingkan kombinasi amlodipin-ramipril (Stiadi et al.,
2020), sedangkan di rumah sakit Sultan Agung menyatakan kombinasi amlodipin-kandesartan
lebih Cost Effectiveness dari amlodipin-irbesartan (Putri, 2023).
Pasien hipertensi komorbid DM tipe 2 membutuhkan terapi antihipertensi pada jangka
waktu pemakaian yang lama, sehingga perlu pertimbangan pemilihan unutk terapinya (Stiadi
et al., 2020). Obat antihipertensi yang berbeda akan memiliki efektivitas yang berbeda untuk
menurunkan tekanan darah dan biaya yang dikeluarkan juga bervariasi (Baroroh & Sari,
2017). Kajian cost effectiveness analysis dilakukan untuk mengetahui terapi yang paling
efektif dan hemat biaya agar dapat membantu dalam pengambilan keputusan pemilihan obat
yang efektif secara manfaat dan biaya yang dikeluarkan khususnya pemerintah.
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui kombinasi obat
yang paling efektif dengan biaya yang murah untuk pasien hipertensi komorbid DM tipe 2 di
RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Merupakan rumah sakit yang di kelola
pemerintah Kabupaten Purbalingga dan merupakan satu-satunya rumah sakit rujukan dari 8
unit rumah sakit yang ada di Purbalingga (Dinas Kesehatan Purbalingga, 2021).
Tujuan penelitian ini Untuk mengetahui perbandingan efektivitas terapi antihipertesi
pada pasien yang menggunakan kombinasi amlodipin-kandesartan dibandingkan amlodipin-
irbesartan di RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Untuk mengetahui perbandingan
biaya obat antihipertensi kombinasi amlodipin-kandesartan dibandingkan amlodipin-
irbesartan di RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Untuk mengetahui manakah
penggunaan kombinasi amlodipin-kandesartan dibandingkan amlodipin-irbesartan paling
Cost-effectiveness di RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, penelitian ini menggunakan
pendekatan retrospektif. Cara pengambilan data sekunder (rekam medis) pasien yang
mendapat antihipertensi amlodipin-kandesartan atau amlodipin-irbesartan bertujuan untuk
mengetahui efektivitas obat dan biaya penggunaan terapi antihipertensi di RSUD Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga.
Pengambilan data sekunder diambil dari daftar pasien hipertensi rawat jalan komorbid
diabetes melitus tipe 2 di instalasi rekam medis RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
Kemudian dilakukan pencatatan data rekam medis meliputi identitas pasien (nomer rekam
medik, nama, jenis kelamin dan umur), diagnosa, obat antihipertensi kombinasi amlodipin-
kandesartan atau amlodipin-irbesartan, nilai tekanan darah selama 3 bulan perawatan periode
Januari-Oktober tahun 2023. Data biaya medik dicetak terdiri dari biaya obat, biaya obat
penyakit penyerta (biaya obat DM), biaya obat lain, biaya pemeriksaan laboratorium dan
biaya konsultasi dokter yang didapatkan dari bagian pengelolaan keuangan
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan analisis uji wilcoxon pada SPSS statistik 26
untuk menentukan efektivitas terapi kelompok pasien yang menggunakan amlodipin-
kandesartan dan amlodipin-irbesartan, Uji Mann-Whitney pada SPSS statistik 26 untuk
menggambarkan biaya medis langsung antara kelompok pasien yang menggunakan
amlodipin-kandesartan dan amlodipin- irbesartan. Uji Mann-Whitney digunakan merupakan
alternatif dari uji-t independen karena data tidak terdistribusi normal.
Linda Lia erfika, Silma Kaaffah, Khamdiyah Indah Kurniasih
3184 Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data mengenai karakteristik pasien hipertensi komorbid diabetes melitus tipe 2 di
RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga disajikan dalam bentuk tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1 Karakteristik umum pasien
Karakteristik
Frekuensi (N=91)
Presentase (%)
Jenis Kelamin
Perempuan
64
70.4 %
Laki-laki
27
29.6 %
Jumlah
91
100%
Usia
< 50 tahun
15
16,5 %
≥ 50 tahun
76
83,5 %
Jumlah
91
100%
Karakteristik pasien dilihat dari jenis kelamin, pada penelitian ini perempuan berjumlah
64 orang dan laki-laki berjumlah 27 orang. Jumlah pasien perempuan yang menderita
hipertensi komorbid diabetes mellitus tipe 2 (70.4%) lebih tinggi dibandingkan pasien laki-
laki (29.6%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
di Puskesmas Purbalingga jumlah pasien perempuan (87,95%) sedangkan laki-laki (12,03 %)
(Indah, 2022). Hal tersebut disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita, rata-
rata perempuan akan mengalami peningkatan darah tinggi setelah menopause yaitu usia diatas
45 tahun. Perempuan yang belum menopause akan dilindungi oleh hormon estrogen, berperan
dalam meningkatkan kadar high density lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL rendah dan
tingginya kolesterol LDL (low density lipoprotein) mempengaruhi terjadinya proses
aterosklerosis (Alifariki, 2019).
Karakteristik pasien berdasarkan usia, pasien berusia 50 tahun sebanyak 76 pasien
(83,5%) lebih banyak menderita hipertensi komorbid diabetes mellitus tipe 2. Hasil penelitian
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulana Kamri et al (2021) menyatakan
bahwa penderita hipertensi paling banyak pada usia 50 tahun (83,5%). Arteri kehilangan
elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring bertambahnya usia.
Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur yang disebabkan oleh perubahan
struktur pada pembuluh darah besar sehingga pembuluh darah menjadi lebih sempit dan
dingding pembuluh darah menjadi kaku mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Alifariki,
2019).
Efektivitas Terapi
Data mengenai efektivitas terapi penggunaan amlodipin kandesartan dibandingkan
amlodipin-irbesartan pada pasien hipertensi komorbid diabetes melitus tipe 2 di RSUD
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga disajikan dalam bentuk tabel 4.2 dan nilai rerata tekanan
darah disajikan dalam tabel 2 sebagai berikut.
Cost Effectiveness Analysis Kombinasi Amlodipin-Kandesartan Dibandingkan Amlodipin-Irbesartan
pada Hipertensi Komorbid Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Goeteng Taroenadibrata
Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024 3185
Tabel 2 Efektifitas terapi amlodipin-kandesartan dan amlodipin-irbesartan
Antihipertensi
Jumlah Pasien yang Mencapai
Target
Efektivitas
Amlodipin-
Kandesartan
32
68%
Amlodipin-Irbesartan
26
59%
Efektivitas terapi antara kombinasi amlodipin-kandesartan dibandingkan amlodipin-
irbesartan dinilai berdasarkan jumlah pasien yang mencapai target tekanan darah < 140/90
mmHg setelah penggunaan selama tiga bulan. Penelitian ini didapatkan hasil bahwa terapi
kombinasi amlodipin-kandesartan yang mencapai target tekanan darah (< 140/90 mmHg)
sebanyak 32 orang (68%) lebih besar dari kelompok kombinasi amlodipin-irbesartan
sebanyak 26 orang (59%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan di
Yogyakarta menyatakan efektivitas pengobatan kombinasi amlodipin-kandesartan lebih besar
dibandingkan kombinasi kandesartan-diltiazem (Baroroh & Sari, 2017) dan penelitian yang
telah dilakukan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo menunjukan efektivitas kombinasi
amlodipin-kandesartan lebih besar dibandingkan kombinasi amlodipin-ramipril (Stiadi et al.,
2020)
Tabel 3 Rerata tekanan darah
Jenis obat
Tekanan darah
sistolik
Baseline
(Mean±SD)
Bulan ke-3
(Mean±SD)
P-
value
Obat A (N=32)
154.218±8.8125
134.750±4.5223
0.000
a
Obat B (N=26)
158.961±10.8276
137.230±1.7733
0,000
a
Nilai p-value tekanan darah
sistolik bulan ke-3 obat A
dibandingkan sistolik obat B
0,036
b
Jenis obat
Tekanan darah
diastolik
Baseline
(Mean±SD)
Bulan ke-3
(Mean±SD)
P-
value
Obat A (N=32)
84.843±9.0846
74.718±9.9490
0,000
a
Obat B (N=26)
89.884±7.6332
82.076±4.8655
0,001
a
Niali p-value tekanan darah
diastolik bulan ke-3 obat A
dibandingkan diastolik obat B
0,011
b
Uji wilcoxon
a
, uji Mann-Whitne
b
, p-value < 0,05=signifikan, p-value > 0,05=tidak
signifikan
Keterangan :
Obat A : Amlodipin-Kandesartan
Obat B : Amlodipin-Irbesartan
Berdasarkan tabel 3 penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada bulan ke-3
untuk kelompok ampodipin-kandesartan dibandingkan amlodipin-irbesartan menunjukan ada
Linda Lia erfika, Silma Kaaffah, Khamdiyah Indah Kurniasih
3186 Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024
perbedaan yang signifikan, tekanan darah sistolik kombinasi amlodipin-kandesartan
dibandingkan amlodipin-irbesartan dengan nilai p-value 0.036 (<0.05), sedangkan rata-rata
nilai tekanan darah diastolik untuk kombinasi amlodipin-kandesartan dibandingkan
amlodipin-irbesartan dengan nilai p-value 0.011 (<0.05).
Tabel 4 Analisis perbandingan efektivitas ∆tekanan darah kombinasi amlodipin-
irbesartan dibandingkan amlodipin-kandesartan
Jenis obat
Tekanan darah
sistolik
Rata-rata ∆tekanan
darah
(Mean±SD)
P-
Value
Perbedaan rata-rata
∆tekanan darah
Obat A
(N=47)*
20.361±13.012
0.001
7.748(20.361-6.979)
Obat B
(N=44)*
12.613±6.979
Jenis obat
Tekanan darah
diastolik
Rata-rata ∆tekanan
darah
(Mean±SD)
P-
Value
Perbedaan rata-rata
∆tekanan darah
Obat A
(N=47)*
14.212±6.971
0.000
5.84(14.212-8.372)
Obat B
(N=44)*
8.372±4.598
uji Mann-Whitne, p-value < 0,05=signifikan, p-value > 0,05=tidak signifikan
Keterangan :
Obat A : Amlodipin-Kandesartan
Obat B : Amlodipin-Irbesartan
Berdasarkan tabel 4 analisis perbandingan efektivitas tekanan darah kelompok
amlodipin-kandesartan dibandingkan kelompok amlodipin-irbesartan terdapat berbedaan yang
signifikan pada tekanan darah sistolik (nilai p-value 0,001) dengan perbedaan rata-rata
sebesar 7.748 mmHg dan tekanan darah diastolik (nilai p-value 0,000) dengan perbedaan rata-
rata sebesar 5.84 mmHg.
Secara klinis pada uji statistik pada tabel 4.4 untuk tekanan darah sistolik dan diastolik
terdapat perbedaan yang signifikan dan pada tabel 4.2 untuk pasien yang mencapai terget
tekanan darah kombinasi amlodipin-kandesrtan lebih baik dibandingkan amlodipin-irbesartan
pada hipertensi komorbid daibetes mellitus tipe 2. Berdasarkan penelitian di Rumah Sakit
Magelang menunjukan kombinasi amlodipin-kandesrtan mampu menurunkan rerata tekanan
darah sistolik sebesar 202,36±18,58 mmHg menjadi 149,33±20,95 mmHg atau menurun
26,20% dan menurunkan tekanan darah diastolik dari 116,69±10,95 mmHg menjadi
90,06±11,94 mmHg atau menurun 22,83% (Presticasari, Rahmawati, & Nugroho, 2023)
Cost Effectiveness Analysis Kombinasi Amlodipin-Kandesartan Dibandingkan Amlodipin-Irbesartan
pada Hipertensi Komorbid Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Goeteng Taroenadibrata
Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024 3187
Kandesartan memiliki afinitas reseptor tertinggi diantara obat golongan angiotensin
resptor bloker sekaligus penghambat reseptor angiotensin II yang telah terbukti dapat
ditoleransi dengan baik dan efektif dalam pengelolaan hipertensi, gagal jantung kronis dengan
disfungsi ventrikel kiri dan pencegahan serta perkembangan penyakit ginjal, diabetik
(Khawaja & Wilcox, 2012). Candesartan menjadi pilihan yang paling menguntungkan dalam
hal efektivitas biaya ditambah dengan hasil kesehatan yang baik (Mazza et al., 2017).
Amlodipin merupakan obat golongan CCB antihipertensi lini kedua pada hipertensi
komorbid diabetes mellitus tipe 2. Amlodipin bekerja langsung sebagai vasodilator arteri
perifer yang dapat menyebabkan penurunan resistensi vaskuler penyebab penurunan tekanan
darah, penambahan obat dengan mekanisme kerja yang berbeda dapat mengendalikan tekanan
darah dengan toksisitas minimal (Oktianti, Dewi, & Pujiawati, 2017).
Tabel 5 Analisis rerata gula darah sewaktu
Kelompok
obat
N
Baseline
(Mean±SD)
Bulan ke 3
(Mean±SD)
Nilai P-
Value
Amlodipin-
Kandesartan
47
245.255±47.134
172.±30.339
0.000
Amlodipin-
Irbesartan
44
285.295±47.210
235.590±27.869
0,000
Uji wilcoxon, p-value < 0,05=signifikan, p-value > 0,05=tidak signifikan
Pada tabel 5 uji statistik rereata gula darah sewaktu kelompok amlodipin-kandesartan
pada awal titik pengambilan dibandingkan bulan ke-3 (tiga) menunjukan perbedaan yang
signifikan (nilai P-value 0,000), dan kelompok amlodipin-irbesartan juga menunjukan
perbedaaan yang signifikan (nilai P-value 0.000).
Tabel 6 Analisis perbandingan efektivitas rerata ∆gula darah sewaktu kombinasi
amlodipin-irbesartan dibandingkan amlodipin-kandesartan
Jenis kombinasi
Rata-rata ∆gula darah
sewaktu
(Mean±SD)
P-
Value
Perbedaan rata-rata ∆gula
darah sewaktu
Amlodipin-
kandesartan
70.936±36.306
0.001
19.891(70.936-51.045)
Amlodipin-
irbesartan
51.045±34.214
uji Mann-Whitne, p-value < 0,05=signifikan, p-value > 0,05=tidak signifikan
Pada 6 efektivitas rerata gula darah sewaktu antara kelompok amlodipin-kandesarta
dengan amlodipin irbesartan terdapat perbedaan yang signifikan (nilai P-value 0.001) dengan
perbedaan rata-rata sebesar 19.891 mg/dl.
Hubungan hipertensi dengan diabetes mellitus terjadi dikarenakan perubahan
metabolik meliputi hiperglikemia, pengeluaran asam lemak bebas berlebih, dan resistensi
insulin yang menyebabkan abnormalitas fungsi sel endotel yang berhubungan dengan
hipertensi. Kadar gula yang tinggi dan berkepanjangan dapat berakibat naiknya tekanan darah,
konsentrasi gula yang tinggi dan konstan yang terserap dalam aliran darah pada akhirnya tidak
Linda Lia erfika, Silma Kaaffah, Khamdiyah Indah Kurniasih
3188 Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024
hanya menyebabkan hipertensi yang konstan, tetapi melemahkan kekuatan pankreas dalam
menghasilkan insulin (Alifariki, 2019).
Analisis Biaya Medis Langsung
Data mengenai biaya medis langsung penggunaan amlodipin- kandesartan dibandingkan
amlodipin-irbesartan pada pasien hipertensi komorbid diabetes melitus tipe 2 di RSUD
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga disajikan dalam bentuk tabel 4.8 sebagai berikut.
Tabel 7 Biaya medis langsung kombinasi amlodipin-kandesartan dibandingkan
amlodipin-irbesartan
Jenis Biaya
Amlodipin-
Kandesartan
(N=47)
Amlodipin-
Irbesartan
(N=44)
P-
Value
Biaya obat hipertensi
Rp.2.070.909
Rp. 5.745.135
0.000
Biaya obat lain
Rp.12.510.913
Rp.9.083.595
0.039
Biaya konsultasi
dokter
Rp.5.640.000
Rp.5.280.000
1.000
Biaya laboratorium
Rp.5.623.500
Rp.5.678.550
0.84
Total Biaya
Rp.25.845.322
Rp.25.787.280
0.317
uji Mann-Whitney,nilai P-value < 0,05=Signifikan, P-value > 0,05=Tidak signifikan
Pada tabel 7 menunjukan variabel biaya medis langsung meliputi biaya obat
antihipertensi, biaya obat lain, biaya konsultasi dokter dan biaya laboratorium. Biaya obat
diperoleh dari jumlah obat yang digunakan selama 3 (tiga) bulan perawatan dengan harga obat
yang berlaku pada saat penelitian. Biaya laboratorium didapat dari hasil biaya berapa kali
pasien melakukan pemeriksaan selama 3 bulan meliputi pemeriksaan glukosa sewaktu,
HbA1c, asam urat, kolesterol, dan trigliserida.. Biaya konsultasi dokter adalah hasil kali
jumlah kunjungan pasien dengan biaya konsultasi yang berlaku pada saat penelitian.
Berdasarkan uji statistik menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kelompok amlodipin-kandesaran dibandingkan amlodipin-irbesartan pada biaya konsultasi
dokter (nilai P-value 1.000) dan biaya laboratorium (nilai P-value 0.84) sedangkan untuk
biaya obat antihipertensi (nilai P-value 0.000) dan biaya obat lain (nilai P-value 0,039),
kelompok amlodipin-kandesartan dibandingkan amlodipin-irbesartan menunjukan adanya
perbedaan yang signifikan.
Biaya medis langsung obat antihipertensi kombinasi amlodipin-kandesartan
(Rp.2.070.909) lebih murah dibandingkan kombinasi amlodipin-irbesartan (Rp. 5.745.135),
berdasarkan data penelitian ini, harga obat di RSUD Goeteng Taroenadibrata untuk
kandesartan (Rp.285 Rp.356 per tablet) lebih murah jika dibandingkan irbesartan (Rp.604
Rp.1.373 per tablet) sehingga berpengaruh pada biaya antihipertensi amlodipin-kandesartan
menjadi lebih murah dibandingkan amlodipin-irbesartan. Penelitian yang dilakukan di Rumah
Cost Effectiveness Analysis Kombinasi Amlodipin-Kandesartan Dibandingkan Amlodipin-Irbesartan
pada Hipertensi Komorbid Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Goeteng Taroenadibrata
Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024 3189
Sakit Sultan Agung menyatakan kombinasi amlodipin-kandesartan lebih murah dibandingkan
amlodipin-irbesartan (Putri, 2023). Penelitian yang di lakukan di Samarinda menyatakan
kombinasi amlodipin-kandesartan lebih murah dibandingkan amlodipin-ramipril (Abdiannur,
Sentat, & Fatimah, 2020).
Biaya medis langsung obat lain kelompok amlodipin-kandesartan (Rp.12.510.913) lebih
mahal dibandingkan kelompok amlodipin-irbesartan (Rp.9.083.595), berdasarkan penelitian
ini, penggunaan obat penyerta dan penderita hipertensi komorbid DM tipe 2 pada kelompok
amlodipin-kandesartan lebih banyak dibandingkan kelompok amlodipin-irbesartan hal
tersebut berpengaruh pada total biaya obat lain. Berdasarkan penlitian yang di lakukan di
RSUD Dr.Moewardi menyatakan biaya obat penyerta (vitamin tambahan, antikolestrol,
analgetik, antidiabestes, antivertigo, obat jantung, obat syaraf, dan antikonvulsan) cukup
signifikan pada penderita hipertensi komorbid DM tipe 2 pada terapi amlodipin dan
kandesartan (Anjani, 2019). Biaya medis langsung yang dikeluarkan pasien hipertensi dengan
komorbiditas DM tipe 2 lebih besar dibandingkan dengan pasien hipertensi non-diabetes
(Stiadi et al., 2020).
Cost Effectiveness Analiysis
Cost Effectiveness Analiysis dihitung berdasarkan nilai ACER dan ICER yang dilihat
dari biaya langsung yang dikeluarkan oleh pasien hipertensi komorbid DM tipe 2 di RSUD
Goeteng Taroenadibrata. Hasil analisis efektivitas biaya antara pasien yang mendapat
pengobatan amlodipin-kandesartan dengan pasien yang mendapat pengobatan amlodipin-
irbesartan dinyatakan dalam tabel 4.9 berikut.
Table 8 Perhitungan niali ACER penggunaan antihipertensi kombinasi amlodipin-
kandesartan dibandingkan amlodipin-irbesartan pada pasien rawat jalan RSUD
Goeteng Taroenadibrata periode Januari-Oktober 2024
Antihipertensi
Total Biaya (C)
% Efektivitas (E)
ACER
(C/E)
Amlodipin-Kandesartan
Rp.25.845.322
68%
Rp.38,007
Amlodipin-Irbesartan
Rp.25.787.280
59%
Rp.43.707
Nilai ACER (Average Cost-Effectiveness Ratio) kombinasi amlodipin-kandesartan
(Rp.38,007) lebih kecil jika dibandingkan dengan kombinasi amlodipin-irbesartan
(Rp.43.707), sehingga dapat disimpulkan kombinasi amlodipin-kandesartan lebih cost-
effective. Nilai ACER semakin kecil maka semakin cost-effective suatu terapi (Klabunde,
Collado, & Bohon, 2017). Penelitian yang dilakukan Baroroh & Sari (2017) mendukung
pernyataan bahwa terapi kombinasi amlodipin-kandesartan lebih cost-effective. Analisis
efektivitas biaya di India menyatakan kombinasi obat golongan ARB-CCB lebih cost-effective
dari segi harga dan efektivitas terapi dibandingan dengan antihipertensi golongan lain
(Limaye et al., 2016).
Linda Lia erfika, Silma Kaaffah, Khamdiyah Indah Kurniasih
3190 Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024
Table 9 Perhitungan niali ACER penggunaan antihipertensi kombinasi amlodipin-
kandesartan dibandingkan amlodipin-irbesartan pada pasien rawat jalan RSUD
Goeteng Taroenadibrata periode Januari-Oktober 2024
Antihipertensi
Biaya rata-rata
(C)
Efektivitas
(E)
∆C
∆E
ICER
(∆C/∆E
)
Amlodipin-
Kandesartan
Rp.549.900
68%
-
36,174
9
%
-4,019
Amlodipin-Irbesartan
Rp.586.074
59%
Nilai ICER merupakan nilai selisih antara biaya dan efektivitas terapi, kemudian
dihitung berdasarkan biaya rata-rata pengobatan dibagi dengan efektivitas pengobatan. Nilai
ICER (Incremental Cost Effectiveness Ratio) pada kelompok terapi amlodipin-kandesartan
dibandingkan amlodipin-irbesartan yaitu sebesar Rp.4.019. Artinya terdapat penghematan
biaya sebesar Rp.4.019 untuk pengobatan amlodipin-kandesartan, hal tersebut menyatakan
kombinasi amlodipin-kandesartan lebih cost efektivness dibandingkan dengan amlodipin-
irbesartan, dimana efektivitas pengobatan dengan amlodipin-kandesartan efektivitas terapi
lebih besar dengan rata-rata biaya medik langsung lebih kecil. Sehingga kombinasi
amlodipin-kandesartan berda pada kuadran II (Gambar 1) yakni dominan layak dipilih
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan Efektivitas terapi
paling besar untuk mengontrol tekanan darah pada pasien hipertensi komorbid diabetes
mellitus tipe 2 adalah kombinasi amlodipin-kandesartan sebanyak 36 pasien (55.2 %)
sedangkan kombinasi amlodipin-irbesartan hanya 26 pasien (44.8 %). Biaya obat
antihipertensi kombinasi amlodipin-kandesartan lebih rendah dibandingkan kombinasi
amlodipin-irbesartan. Kombinasi antihipertensi amlodipin-kandesartan lebih cost effective
dibandingkan kombinasi amlodipin-irbesartan.
BIBLIOGRAFI
Abdiannur, M., Sentat, Triswanto, & Fatimah, Nurul. (2020). Analisis Efektivitas Biaya
Terapi Kombinasi Candesartan-Amlodipin Dibandingkan Dengan Ramipril-Amlodipin
Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan Di Rs X Kota Samarinda. Prosiding Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Samarinda, (1), 8693.
Alifariki, La Ode. (2019). Epidemiologi Hipertensi. Yoguakarta: CV LeutikaPrio.
Anjani, Bintang. (2019). Analisis Efektivitas Biaya (Cost- Effectiveness) Antihipertensi Pada
Pasien Hipertensi Komplikasi Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap Di Rsud Dr.
Moewardi Tahun 2017. Publikasi Ilmiah.
Baroroh, Faridah, & Sari, Andriana. (2017). Cost effectiveness analysis therapy combination
of candesartan-amlodipine and candesartan-diltiazem on hypertensive outpatients.
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia), 14(2),
188. https://doi.org/10.30595/pharmacy.v14i2.1952
Chan, Lung, Chen, Chen Huan, Hwang, Juey Jen, Yeh, San Jou, Shyu, Kou Gi, Lin, Ruey
Tay, Li, Yi Heng, Liu, Larry Z., Li, Jim Z., Shau, Wen Yi, & Weng, Te Chang. (2016).
Cost-effectiveness of amlodipine compared with valsartan in preventing stroke and
Cost Effectiveness Analysis Kombinasi Amlodipin-Kandesartan Dibandingkan Amlodipin-Irbesartan
pada Hipertensi Komorbid Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Goeteng Taroenadibrata
Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024 3191
myocardial infarction among hypertensive patients in Taiwan. International Journal of
General Medicine, 9, 175182. https://doi.org/10.2147/IJGM.S102095
Chen, Chen, Wang, Feng, Chen, Peng, Jiang, Jiangang, Cui, Guanglin, Zhou, Ning, Moroni,
Francesco, Moslehi, Javid J., Ammirati, Enrico, & Wang, Dao Wen. (2020). Mortality
and pre-hospitalization use of renin-angiotensin system inhibitors in hypertensive
COVID-19 patients. Journal of the American Heart Association, 9(21).
https://doi.org/10.1161/JAHA.120.017736
Colussi, Gian Luca, Da Porto, Andrea, & Cavarape, Alessandro. (2020). Hypertension and
type 2 diabetes: lights and shadows about causality. Journal of Human Hypertension,
34(2), 9193. https://doi.org/10.1038/s41371-019-0268-x
Dinas Kesehatan Purbalingga. (2021). Profil kesehatan kabupaten Purbalingga. Angewandte
Chemie International Edition, 6(11), 951952., 15(2), 123.
Dinas Kesehatan Purbalingga. (2022). Profil Kesehatan Kabupaten Purbalingga.
Indah, Khamdiyah. (2022). Analysis of Antihypertension Therapy in Hypertension Bpjs
Patients in. 2(4), 12831300.
Kemenkes. (2019). Laporan riskesdas 2018 kementrian kesehatan republik Indonesia. Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Vol. 53, pp. 154165.
Khawaja, Zeeshan, & Wilcox, Christopher S. (2012). An overview of candesartan in clinical
practice. Expert Review of Cardiovascular Therapy, 9(8), 975982.
https://doi.org/10.1586/erc.11.90
Klabunde, Megan, Collado, Danielle, & Bohon, Cara. (2017). Cost-effectiveness Analyses of
Antihypertensive Medicines: A Systematic Review. Journal of Psychiatric Research,
94(3), 3646. https://doi.org/10.1016/j.amepre.2017.06.020.Cost-effectiveness
Lastra, Guido, Syed, Sofia, Kurukulasuriya, L. Romayne, Manrique, Camila, & Sower, James
R. (2014). Type 2 diabetes mellitus and hypertension: An update. Endocrinology and
Metabolism Clinics of North America, 43(1), 103122.
https://doi.org/10.1016/j.ecl.2013.09.005
Limaye, D., Kale, M., Chitre, N., Deshapande, D., Desai, R., Limaye, V., & Fortwengel, G.
(2016). Cost-effectiveness Study of Antihypertensive Drugs in Mumbai, India. Current
Therapeutic Research, 78, S2. https://doi.org/10.1016/j.curtheres.2016.05.005
Maulana Kamri, Andi, Kosman, Rachmat, & Rahayu, Dian. (2021). Analisis efektivitas biaya
penggunaan amlodipin dibandingkan kaptopril pada pasien hipertensi di rumah sakit
umum daerah Majene periode januari hingga juni tahun 2019. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina
(JIIS): Ilmu Farmasi Dan Kesehatan, 6(2), 262271.
https://doi.org/10.36387/jiis.v6i2.718
Mazza, Alberto, Sacco, Antonella Paola, Townsend, Danyelle M., Bregola, Gianni, Contatto,
Edgardo, Cappello, Isabella, Schiavon, Laura, Laura, Emilio, & Medicine, Integrated.
(2017). Cost-benefit effectiveness of angiotensin-II receptor blockers in patients with
uncomplicated hypertension: A comparative analysis. 665669.
https://doi.org/10.1016/j.biopha.2017.04.008.Cost-benefit
Ningrum, Trinanda Agustina Sapta, Azam, Mahalul, & Indrawati, Fitri. (2019). Rasio lingkar
pinggang panggul dan persentase lemak tubuh dengan kejadian hipertensi. Higeia
Journal of Public Health Research and Development, 1(3), p652.
https://doi.org/https://doi.org/10.15294 /higeia/v2i3/28809
Oktianti, Dian, Dewi, Fitria Nurul, & Pujiawati, Meiji. (2017). Evaluasi penggunaan obat
antihipertensi pada pasien diabetes mellitus di RSI Sultan Agung Semarang 2016.
Journal Manajemen Dan Pelayanan Farmasi, 7(4), 197203.
Park, Chanhyun, Wang, Guijing, Durthaler, Jefferey M., & Fang, Jing. (2017). Cost-
Linda Lia erfika, Silma Kaaffah, Khamdiyah Indah Kurniasih
3192 Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024
effectiveness Analyses of Antihypertensive Medicines: A Systematic Review. American
Journal of Preventive Medicine, 53(6), S131S142.
https://doi.org/10.1016/j.amepre.2017.06.020
Presticasari, Hardiyani, Rahmawati, Fita, & Nugroho, Agung Endro. (2023). Perbandingan
Respon Klinik Kaptopril dan Kandesartan Pada Pasien Hipertensi Urgensi Kombinasi.
Majalah Farmaseutik, 19(3), 307313.
Putri, Tibna Khalwa. (2023). Cost effectivinees analysis pada terapi antihipertensi di instalasi
rawat inap di Rumah Sakit Sultan Agung periode januari-agustus 2021. Universitas
Islam Agung, Semarang, Indonesia.
Stiadi, Della R., Andrajati, R., & Trisna, Yulia. (2020). Analisis Efektivitas Biaya Terapi
Kombinasi Amlodipin-Kandesartan dan Amlodipin-Ramipril pada Pasien Hipertensi
dengan Komplikasi Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo. Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 9(4), 271.
https://doi.org/10.15416/ijcp.2020.9.4.271
Sun, Dianjianyi, Zhou, Tao, Heianza, Yoriko, Li, Xiang, Fan, Mengyu, Fonseca, Vivian A., &
Qi, Lu. (2019). Type 2 diabetes and hypertension: a study on Bidirectional Causality.
Physiology & Behavior, 176(1), 139148.
https://doi.org/10.1161/CIRCRESAHA.118.314487. Type
Vargas-Uricoechea, Hernando, & Cáceres-Acosta, Manuel Felipe. (2018). Control of blood
pressure and cardiovascular outcomes in type 2 diabetes. Open Medicine, 13(1), 304
323. https://doi.org/10.1515/med-2018-0048
Zhou, Bin, Carrillo-Larco, Rodrigo M., Zuñiga Cisneros, Julio, et al. (2021). Worldwide
trends in hypertension prevalence and progress in treatment and control from 1990 to
2019: a pooled analysis of 1201 population-representative studies with 104 million
participants. The Lancet, 398(10304), 957980. https://doi.org/10.1016/S0140-
6736(21)01330-1
Copyright holder:
Linda Lia erfika, Silma Kaaffah, Khamdiyah Indah Kurniasih (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: