Sartika, Bakhtiar Abbas, Nofal Supriaddin, Muh. Nur, Rince Tambunan
3166 Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024
Industri pariwisata apabila ditinjau dari segi budaya, secara tidak langsung memberikan
peran penting bagi perkembangan budaya Indonesia karena dengan adanya suatu objek wisata
maka dapat memperkenalkan keragaman budaya yang dimiliki suatu negara seperti kesenian
tradisional, upacara-upacara agama atau adat yang menarik perhatian wisatawan asing dan
wisatawan Indonesia. (Abidin, 2014) menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok,
yaitu: alat-alat teknologi, sistem ekonomi, sistem keluarga, dan sistem kekuasaan politik.
Saat ini pemerintah telah menyiapkan program pengembangan pariwisata di bawah
arahan dari Tim Koordinasi “Program Pembangunan Pariwisata yang Terintegrasi dan
Berkelanjutan (P3TB, 2019). Dalam pelaksanaan program pengembanga pariwisata
diperlukan 4 (empat) komponen yang terintegrasi, dimana masing-masing komponen
ditargetkan dapat menyelesaikan kendala utama pertumbuhan dan daya saing pariwisata
adalah : peningkatan kedatangan pengunjung asing dan domestic, peningkatan pendapatan
devisa dari sektor pariwisata, perluasan lapangan pekerjaan, peningkatan kontribusi sektor
pariwisata terhadap PDB/PDRB dan peningkatan daya saing pariwisata.
Namun demikian perbaikan roda perekonomian masyarakat khususnya dari sektor
pariwisata tidak bisa berjalan secara optimal jika tidak ditunjang oleh kelembagaan pengelola,
infrastruktur (jalan, pelabuhan dan bandara, ketersediaan listrik, bahan bakar minyak dan
ketersediaan air bersih), manajemen promosi daerah, ketersediaan fasilitas umum, penataan
pedagang, penataan lingkungan, serta penerimaan masyarakat. Oleh karena itu pemerintah
pusat memberikan perhatian dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan untuk memajukan
pariwisata di Sulawesi Tenggara khususnya di Kota Baubau.
Kota Baubau khususnya pada sektor pariwisata belum bisa memberikan kontribusi
besar terhadap perekonomian masyarakat Kota Baubau. Hal ini disebabkan oleh jumlah
kunjungan yang masih rendah sehingga belum sepenuhnya memberikan peningkatan
kesejahteraan secara optimal kepada masyarakat Kota Baubau karena berbagai permasalahan
yang dihadapi antara lain diversifikasi usaha yang terbatas sebagai akibat dari kurangnya
keterampilan usaha masyarakat dalam memanfatkan potensi lokal khususnya pariwisata
budaya, cagar budaya, pengelolaan kondisi alam dan pariwisata kuliner yang harus menjadi
perhatian utama oleh pemerintah daerah Kota Baubau pada saat ini dan kedepan serta
minimnya pengetahuan masyarakat lokal dalam mempromosikan pariwisata yang ada di Kota
Baubau.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Wolah, 2016) menunjukan bahwa kegiatan
promosi ternyata memegang peranan penting dalam mempengaruhi wisatawan untuk
menentukan pilihannya berkunjung di tempat-tempat wisata yanb ada di Kabupaten Poso.
Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan oleh (SIKKA, 2021) hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa strategi yang harus diterapkan adalah strategi agresif. Sehingga alternatif
strategi yang tepat diterapkan adalah memaksimalkan promosi dan menjaga kualitas objek
wisata.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Hadawiah & Zelfia, 2020) Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Dinas Pariwisata Kabupaten Buton Tengah menerapkan bauran promosi
dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisata, yaitu Iklan, promosi penjualan, hubungan
masyarakat, penjualan pribadi dan pemasaran langsung. Adapun faktor pendukung aktivitas
promosi adalah tingginya potensi wisata di Buton Tengah. Sementara faktor penghambatnya
adalah Sumber Daya Manusia yang kurang memadai seperti tenaga kerja kepegawaian, Buton
Tengah yang belum terlalu dikenal oleh masyarakat di luar daerah Buton, serta sarana dan
prasarana yang kurang memadai. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugiyarto,
(Amaruli, Maulany, & Sulistiyono, 2018) hasil penelitian ini menunjukan bahwa Strategi
pengemasan budaya lokal khususnya budaya lokal Kabupaten Demak, budaya lokal