How to cite:
Benyamin Rumbarak, Kristiani Desimiņa Tauho (2024) Gambaran Perilaku Seksual Pra Nikah
Remaja Putra di Kepulauan Yapen, Papua, (06) 07,
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
GAMBARAN PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH REMAJA PUTRA DI
KEPULAUAN YAPEN, PAPUA
Benyamin Rumbarak, Kristiani Desimiņa Tauho
Universitas Kristen Satya Wacana, Indonesia
Abstrak
Masa remaja merupakan masa yang erat kaitannya dengan peralihan dari masa kanak-kanak
ke masa dewasa. Perubahan yang terjadi pada remaja mendorong remaja untuk memiliki
hasrat seksual yang berpengaruh terhadap perilakunya. Salah satu masalah perilaku serius
yang perlu mendapat perhatian yaitu perilaku seks bebas karena memiliki dampak negatif,
seperti timbulnya penyakit menular seksual di kalangan remaja. Penelitian terdahulu
menunjukkan bahwa di Provinsi Papua, jumlah individu yang mengalami HIV/AIDS adalah
sebanyak 46.967 orang, di antaranya 5.706 kasus adalah remaja. Penelitian ini bertujuan
untuk menggambarkan bagaimana perilaku seksual pranikah pada remaja putra. Metode
penelitian kuantitatif deskriptif dengan pendekatan survei dilakukan pada siswa laki-laki di
SMP Negeri Yobi pada bulan Agustus sampai Desember 2023. Total populasi dalam
penelitian ini sebesar 100 siswa dan jumlah sampel adalah 36 orang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa persentase responden dengan tingkat pengetahuan pada kategori tinggi
dan rendah secara berturut-turut adalah 25% dan 75%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan remaja putra tentang perilaku seksual pranikah masih rendah. Mayoritas
responden belum pernah mendapatkan informasi mengenai perilaku seks bebas (53%). Tiga
perilaku seksual pra nikah yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah berpegangan
tangan (22,2%), berpelukan (8,3%), dan dicium atau mencium kening (8,3%), sedangkan
perilaku seksual pra nikah yang paling sedikit dilakukan adalah saling meraba anggota tubuh
(2,8%). Sebanyak 5,6% responden pernah saling mencium bibir, menempelkan alat kelamin
baik dalam keadaan berpakaian maupun tidak dan melakukan hubungan seksual. Perlu
dilakukan upaya untuk meningkatkan tingkat pengetahuan remaja putra, seperti edukasi dan
sosialisasi, serta menyediakan akses informasi yang mudah dan terjangkau
Kata kunci: Remaja, Seks, Pra Nikah, Perilaku
Abstract
Adolescence is a period that is closely related to the transition from childhood to adulthood.
The changes that occur in adolescents encourage adolescents to have sexual desires which
influence their behavior. One serious behavioral problem that needs attention is free sexual
behavior because it has negative impacts, such as the emergence of sexually transmitted
diseases among teenagers. Previous research shows that in Papua Province, the number of
individuals experiencing HIV/AIDS is 46,967 people, of whom 5,706 cases are teenagers.
This research aims to describe premarital sexual behavior among young men. A descriptive
quantitative research method with a survey approach was carried out on male students at
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 07, Juli 2024
Benyamin Rumbarak, Kristiani Desimiņa Tauho
3116 Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024
Yobi State Middle School from August to December 2023. The total population in this study
was 100 students and the sample size was 36 people. The research results show that the
percentage of respondents with a level of knowledge in the high and low categories is 25%
and 75% respectively. This shows that the level of knowledge of young men about premarital
sexual behavior is still low. The majority of respondents had never received information
about free sexual behavior (53%). The three premarital sexual behaviors most frequently
performed by respondents were holding hands (22.2%), hugging (8.3%), and kissing or
kissing the forehead (8.3%), while premarital sexual behavior was the least common. is
touching each other's body parts (2.8%). As many as 5.6% of respondents had kissed each
other on the lips, touched their genitals, whether clothed or not, and had sexual intercourse.
Efforts need to be made to increase the level of knowledge of young men, such as education
and outreach, as well as providing easy and affordable access to information.
Keywords: Teenagers, Sex, Pre-Marriage, Behavior.
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa yang erat kaitannya dengan peralihan dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa dan mengalami tahapan perkembangan penting dalam kehidupan yang
dibatasi usia dari 10 hingga 19 tahun (WHO, 2015). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014, remaja merupakan masa peralihan dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 10 sampai dengan 24 tahun.
Masa remaja mengacu pada kematangan psikologis individu, sedangkan pubertas
mengacu pada pematangan reproduksi dan perubahan hormonal selama pubertas (Anderson,
Asmiyati, & Hamid, 2021). Dimana tahap ini remaja dipengaruhi oleh perubahan dan
perkembangan, hal ini dapat terjadi karena pengaruh hormon yang menjadi aktif saat remaja
memasuki masa transisi, salah satunya hormon testosteron pada pria, sehingga mempengaruhi
dorongan atau gairah seksualitas pria terhadap lawan jenisnya. dalam keluarga, anak
perempuan seringkali lebih diperhatikan daripada anak laki-laki dan dibiarkan secara bebas
dalam lingkungan masyarakat. Oleh karena itu wajar jika perilaku tinggi lebih sering
didominasi oleh laki-laki (Nur Khotimah, Masitha Arsyati, & Saputra Nasution, 2021).
Perubahan yang terjadi pada remaja mendorong remaja untuk memiliki hasrat seksual,
ada beberapa tahapan aktivitas seksual yang dilakukan remaja antara lain, ciuman dan
mengusap bagian-bagian yang sensitif (Utara, 2023). Tidak semua remaja dapat melalui
proses menuju kedewasaan dengan mulus. Banyak di antara mereka yang tidak
menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya sehingga tidak mencapai keterampilan yang
diharapkan, bahkan dapat terjadi penyimpangan perilaku, Salah satu masalah perilaku serius
yang perlu mendapat perhatian pada masa remaja yaitu adalah perilaku seks bebas atau
perilaku seks sebelum menikah (Lstari, 2021).
Menurut CDC (Center for Disease Control) sebuah studi tahun 2019 terhadap remaja
di Amerika Serikat, sekitar 38% remaja telah melakukan hubungan seks, 9% memiliki 4 atau
lebih pasangan seksual, dan 27% melakukan hubungan seks dalam 3 bulan sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan di Malaysia, menemukan sekitar 1,3% remaja yang belum menikah
antara usia 15 dan 24 tahun telah melakukan hubungan seks. Sementara itu di Cina, 73,6%
remaja dengan pasangan menyetujui seks pranikah. Hasil Survei Kesehatan Dasar (SDKI)
2013 menunjukkan bahwa 29,5% remaja laki-laki di Indonesia menyentuh dan merangsang
pasangannya, 48,1% remaja laki-laki mencium bibir dan 71,6% remaja laki-laki
bergandengan tangan dengan pacar terkait dengan perilaku seksual remaja (Alwi, 2023).
Gambaran Perilaku Seksual Pra Nikah Remaja Putra di Kepulauan Yapen, Papua
Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024 3117
Perilaku seks bebas yang dilakukan remaja berdampak pada penularan penyakit menular
seksual, seperti HIV/AIDS. Menurut WHO (2018) memperkirakan 30% dari 40 juta orang
terinfeksi HIV/AIDS (ODHA/ orang dengan HIV/AIDS) (10,3 juta) adalah kaum muda
berusia 15 tahun. Jumlah infeksi HIV/AIDS di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Pada
tahun 2017 terdapat 48.300 infeksi HIV, dimana 20% remaja usia 15 sampai 24 tahun
terinfeksi HIV dan diantaranya 9.280 kasus AIDS (Syafitriani1*, Trihandini2, & Irfandi3,
2022). Dampak lain dari perilaku seks bebas remaja terhadap kesehatan reproduksi adalah
merebaknya penyakit menular seksual. Remaja sering melakukan hubungan seks tanpa
kondom, seiring dengan kebiasaan berganti pasangan dan seks anal, membuat mereka lebih
rentan terhadap penyakit menular seksual seperti sifilis, gonore, herpes, klamidia (Sawitri,
Rohmawati, Wahyuningsih, & Fernanda, 2022).
Dari jumlah kasus HIV/AIDS di Provinsi Papua pada tahun 2021 tercatat sebanyak
46.967 kasus. Pada kelompok remaja usia 15 sampai 19 tahun, jumlah kasus mencapai 5.706,
sementara kasus pada kelompok usia 20 sampai 24 tahun mencapai 9.330 (Dinas Kesehatan
Provinsi Papua, 2021). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura pada tahun yang sama
menunjukkan terdapat 4.715 kasus, di mana 3.202 orang terinfeksi HIV dan 1.503 pasien
terdiagnosis AIDS. Jumlah orang yang hidup dengan HIV/AIDS tertinggi tercatat pada
kelompok usia 20 hingga 29 tahun, sebanyak 1.570 kasus. Pada kelompok dewasa usia 30
sampai 39 tahun terdapat 832 kasus, dan urutan ketiga tertinggi adalah remaja usia 15 hingga
19 tahun dengan 292 kasus. Prevalensi HIV/AIDS menunjukkan tingkat yang lebih tinggi
pada remaja usia 15 sampai 19 tahun, menurut data Dinkes Kabupaten Jayapura pada tahun
2022.(Kesaulija, Natalia, Sembiring, Tinggi, & Kesehatan, n.d.)
Adapun hal-hal penting yang melatarbelakangi perilaku seksual remaja yaitu keinginan
untuk menikah di usia yang relatif muda (20 tahun) dan arus informasi yang semakin deras
yang dapat menimbulkan gairah seksual pada remaja. Rangsangan tersebut mendorong remaja
untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah. Faktor lain yang mempengaruhi perilaku
seksual remaja adalah pubertas, jenis kelamin, kontrol orang tua, pengetahuan kesehatan
reproduksi, dan sikap terhadap perilaku seksual yang berbeda(Mahmudah, Yaunin, & Lestari,
2016).
Hasil survei yang dilakukan oleh Badan Pembina Kepemudaan (MCR) Mitra Citra -
PKBI Jabar terbagi menjadi 8 faktor. Berdasarkan tanggapan yang masuk, faktor kesulitan
mengendalikan hasrat seksual menduduki peringkat tertinggi (63,68%). Selain itu, ada juga
faktor seperti kurangnya kepatuhan beragama (55,79%), gairah seksual (52,63%), sering
menonton film dewasa (49,47%) dan kurangnya pengawasan orang tua (9,47%). Tiga faktor
terakhir yang berkontribusi terhadap seks pranikah adalah pengaruh tren (24,74%), tekanan
lingkungan (18,42%), dan masalah ekonomi (Marlina Riskawaty, Ernawati, Rispawati, &
Bahtiar, 2021). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mutiara di Kabupaten Jatinagor
Sumedang dengan 24 hasil pencarian menunjukkan bahwa dari 100 subjek penelitian,
semuanya pernah melakukan salah satu bentuk perilaku seksual. Dan dari 100 orang yang
melakukan tindakan seksual, 100% berpegangan tangan, 90% berpelukan, 82% menyentuh
leher, 56% menyentuh alat kelamin, 52% membelai, 33% melakukan seks oral, dan 34%
melakukan hubungan seks (Bemj et al., 2023). Berdasarkan latar belakang yang telah penulis
uraikan, maka rumusan masalah yang telah dirumuskan, yaitu bagaimana gambaran perilaku
seksual pranikah remaja putra di SMP Negeri Yobi?.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif deskriptif. Sugiyono (2012) menjelaskan penelitian deskriptif adalah penelitian
Benyamin Rumbarak, Kristiani Desimiņa Tauho
3118 Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024
yang dilakukan untuk menentukan nilai variabel independen, satu atau lebih variabel
(independen) tanpa pembanding atau hubungannya dengan variabel lain. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah, dengan menggunakan metode survei. Penelitian survei
termasuk ke dalam penelitian yang bersifat kuantitatif untuk meneliti perilaku suatu individu
atau kelompok. Penelitian ini akan dilakukan di SMP Negeri Yobi dan dilaksanakan pada
remaja putra SMP, pada bulan Oktober Desember 2023. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua remaja putra yang berada di bangku SMP yobi dari kelas 1 sampai kelas 3,
sejumlah 100 orang yang diperoleh dari data Dapodik sekolah. Teknik pengambilan sampel
yaitu dengan menggunakan rumus Slovin, dimana n = N/1+Ne
2
( n = 100/1+100(5%)
2
) = 36.
Dari perhitungan tersebut maka jumlah sampel yang dibutuhkan peneliti adalah 36 sampel.
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik random
sampling, dimana responden akan dipilih secara acak oleh peneliti. Teknik yang dapat
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data adalah dengan penyebaran kuesioner. Adapun
kuesioner yang digunakan yaitu bersifat tertutup, kuesioner dalam penelitian ini dibuat
sendiri. Teknik analisis data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif. Penulis dalam
penelitian ini akan menyajikan sumber data yang berasal dari data primer. Data primer adalah
data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya.
Data yang sudah terkumpul selanjutnya akan dilakukan pengolahan dengan langkah-
langkah, yaitu; Editing, Editing merupakan kegiatan yang dilakukan setelah peneliti
mengumpulkan data di lapangan, karena dalam prakteknya data yang terkumpul seringkali
tidak sesuai dengan harapan. Koding, langkah selanjutnya adalah pengkodean atau melakukan
pengklasifikasian Dengan kata lain data yang sudah diedit tersebut diberi identitas sehingga
memiliki arti tertentu pada saat dianalisis nanti, pengkodean ini dilakukan dalam dalam dua
cara, yaitu pengkodean frekuensi dan pengkodean lambang. Tabulasi, tabulasi adalah kegiatan
pengolahan data akhir, tujuan tabulasi adalah memasukkan data ke dalam beberapa tabel dan
mengurutkan angka kemudian menghitungnya. Analisis data, analisis univariat. Jenis analisis
ini digunakan untuk penelitian dengan satu variabel. Analisis ini dilakukan dalam penelitian
deskriptif, dengan menggunakan statistik deskriptif. Hasil perhitungan statistik tersebut
kemudian menjadi dasar perhitungan selanjutnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam halaman ini akan dijelaskan mengenai hasil studi lapangan dimulai dari
pengetahuan remaja putra, sumber informasi remaja putra,perilaku seksual remaja putra dan
pembahasanya. Secara lebih rinci tentang responden dapat dapat dilihat pada tabel tabel
berikut dibawah ini.
Tabel 1. Pengetahuan Remaja Putra
Tingkat Pengetahuan
Frekuensi(n= 36)
Persen (%)
Tinggi
9
25%
Rendah
27
75%
Total
36
100%
Gambaran Perilaku Seksual Pra Nikah Remaja Putra di Kepulauan Yapen, Papua
Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024 3119
Pada tabel pengetahuan remaja putra menunjukkan bahwa dari 36 remaja putra yang
menjadi responden penelitian, dapat dilihat sebanyak 9 orang (25%) memiliki pengetahuan
tinggi tentang topik yang ditanyakan, sedangkan sebanyak 20 orang (75%) memiliki
pengetahuan rendah. Pengetahuan tinggi didefinisikan sebagai pengetahuan yang memadai
untuk menjawab pertanyaan dengan benar. Sementara itu, pengetahuan rendah didefinisikan
sebagai pengetahuan yang kurang memadai untuk menjawab pertanyaan dengan benar.
Berdasarkan hasil penelitian hanya 25% remaja putra yang memiliki tingkat pengetahuan
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa masih sedikit remaja putra yang memiliki pemahaman
yang baik tentang topik tersebut. Tingkat pengetahuan remaja putra tentang gambaran
perilaku seksual pranikah masih rendah. Perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan tingkat
pengetahuan remaja putra, seperti edukasi dan sosialisasi, serta menyediakan akses informasi
yang mudah dan terjangkau (Liza Anggraeni., 2022).
Pengalaman dan penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan
merupakan faktor penting dalam pembentukan perilaku manusia. Semakin banyak
pengetahuan yang dimiliki seseorang, semakin kompleks dan terarah pula tindakannya
(Hardiyanti Purnama & Nurhayati, 2022). Pendidikan seksual bukan sekadar tentang
hubungan pria dan wanita. Lebih dari itu, ini adalah tentang membekali anak dengan
pengetahuan dan keterampilan penting untuk menghadapi masa depan. Ibarat peta, edukasi ini
membantu mereka menavigasi perjalanan hidup dengan penuh rasa percaya diri dan terhindar
dari bahaya(Muarifah, Danny Soesilo, & Tagela, 2019).
Tabel 2. Sumber Informasi Remaja Putra
Sumber informasi
Persen (%)
Keluarga
19%
Sekolah
11%
Teman sebaya
17%
Tidak Pernah Mendapatkan Informasi
53%
Total
100%
Berdasarkan tabel di atas, sumber informasi Remaja Putra menunjukkan bahwa dari 36
remaja putra yang menjadi responden penelitian, sebanyak 7 orang (19%) mendapatkan
informasi dari keluarga, 4 orang (11%) dari sekolah, 6 orang (17%) dari teman sebaya, dan 19
orang (53%) tidak pernah mendapatkan informasi.
Mengenai remaja putra yang tidak mendapatkan informasi terkait perilaku seksual, ini
adalah masalah yang serius. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebanyak 53% responden
tidak pernah mendapatkan informasi. Menggambarkan bahwa kemungkinan besar mereka
tidak mengetahui akses ke sumber informasi yang relevan atau sumber informasi lainya,
kurangnya pengetahuan untuk mengakses informasi dapat merujuk remaja pada perilaku
negatif atau dengan kata lain perilaku seksual yang beresiko, (Pusita dkk, 2024).
Pendidikan seksual yang diberikan keluarga pada remaja putra terkait perilaku seksual
pra nikah sangat penting untuk generasi muda yang bertanggung jawab dan bersikap positif
pada masa depan, mengarahkan remaja untuk mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi
yang tepat juga dapat membantu mereka memahami konsekuensi perilaku seksual pra
nikah(Pati & Nani, 2024). Hasil penelitian ini, responden mendapatkan informasi dari
keluarga sebanyak 19,%. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga masih menjadi sumber
informasi yang penting bagi anak-anak tentang berbagai hal, informasi yang di berikan orang
tua kepada anak, secara otomatis anak akan mendengarkan apa yang disampaikan oleh orang
tua. Peran orang tua dalam memberikan informasi tentang seksualitas kepada anak-anak
mereka merupakan sesuatu hal yang sangatlah penting(Kusumawardani dkk., 2024).
Benyamin Rumbarak, Kristiani Desimiņa Tauho
3120 Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024
Sumber informasi yang diperoleh dari teman sebaya remaja putra terkait perilaku
seksual. Remaja yang mendapatkan banyak sumber informasi terkait seksualitas akan
meningkatkan perilaku seksual pra nikah sebab kurang lebih 1 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan remaja yang tidak mendapatkan informasi(Suramto dkk, 2024). Hasil penelitian ini
menunjukan informasi lain yang didapatkan oleh remaja, sebanyak 17% responden
mendapatkan informasi dari teman sebaya. Hal ini menunjukkan bahwa teman sebaya juga
menjadi sumber informasi yang penting bagi anak-anak, terutama tentang topik yang
berkaitan dengan pengalaman pribadi. Selain itu, penting juga untuk memberikan pemahaman
kepada remaja tentang bagaimana cara memilah dan memverifikasi informasi yang diperoleh
dari teman sebaya, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang bijaksana terkait dengan
perilaku seksual mereka (Pripuspitasari., 2024).
Persepsi remaja terhadap pendidikan seksual sering dipengaruhi oleh faktor pendidikan
di sekolah, di indonesia terdapat upaya untuk memulai pendidikan seksual usia dini di sekolah
untuk mempersiapkan remaja dalam menghadapi perilaku seksual pra nikah Hasil penelitian
ini sebanyak 11% responden mendapatkan informasi dari sekolah. Hal ini menunjukkan
bahwa sekolah perlu meningkatkan perannya dalam memberikan edukasi tentang gambaran
perilaku seksual pranikah. Mengintegrasikan pendidikan seksual dalam kurikulum sekolah
untuk memberikan informasi yang akurat dan komprehensif tentang seksualitas, termasuk
bahaya perilaku seks bebas sehingga remaja tidak salah dalam mengakses informasi dari
sumber yang tidak terpercaya(Sari, Yunis, & Wahyono, 2024).
Tabel 3. Perilaku Seksual Pra Nikah
Gambaran Perilaku
Frekuensi(n= 36)
Persen
(%)
Berpegangan tangan
8
22,2%
Berpelukan/dipeluk/memeluk
3
8,3%
Dicium/mencium kening
3
8,3%
Dicium/ mencium pipi
1
2,8%
Dicium/ mencium bibir
2
5,6%
Merabah/ dirabah pada payudara/ alat kelamin (masih
berpakaian)
1
2,8%
Saling menempelkan alat kelamin (masih berpakaian)
2
5,6%
Saling merabah tubuh, seperti payudara/ alat kelamin (di
dalam pakaian/ tanpa pakaian)
1
2,8%
Saling menempelkan alat kelamin
2
5,6%
Melakukan hubungan seksual
2
5,6%
Netral
11
30,4%
Total
36
100%
Berdasarkan frekuensi, perilaku yang paling sering dilakukan adalah berpegangan
tangan, yaitu sebanyak 8 orang, atau 22,2% dari total perilaku. Perilaku yang paling sedikit
dilakukan adalah melakukan hubungan seksual, yaitu sebanyak 2 orang , atau 5,6% dari total
perilaku. Hasil penelitian menunjukan perilaku yang paling sering dilakukan
adalah berpegangan tangan (22,2%). Perilaku seksual tidak hanya terbatas pada hubungan
seksual, tetapi berpegangan tangan juga termasuk ke dalam perilaku seksual, perilaku seksual
berpegang tangan adalah aktivitas fisik dimana dua orang saling memegang tangan satu sama
lain. Ini bisa menjadi bagian dari interaksi romantis atau seksual antara pasangan yang saling
tertarik. Memahami definisi perilaku seksual yang lebih luas dapat membantu meningkatkan
Gambaran Perilaku Seksual Pra Nikah Remaja Putra di Kepulauan Yapen, Papua
Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024 3121
edukasi dan pemahaman tentang seksualitas, termasuk bagi remaja dan orang dewasa
(Puspayanti, 2020).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa remaja yang terlibat dalam perilaku seksual
berpelukan/dipeluk/memeluk sebanyak (8,3%). Berpelukan atau memeluk merupakan salah
satu bentuk perilaku seksual yang umum dilakukan oleh pasangan, perilaku seksual
berpelukan merupakan bentuk kenikmatan fisik dimana dua orang saling berpelukan satu
sama lainya. Perilaku ini termasuk dalam kategori touching atau sentuhan, yang merupakan
salah satu bentuk perilaku seksual pranikah. Bentuk perilaku ini biasanya dianggap sebagai
ekspresi kasih sayang antara pasangan, namun penting untuk diingat bahwa setiap bentuk
perilaku seksual harus dilakukan dengan penuh kesadaran dan persetujuan dari kedua belah
pihak (Diana Puspayanti., 2024). Hasil penelitian ini menunjukan perilaku seksual
Dicium/mencium kening sebanyak (8,3%). Untuk menghindari perilaku seksual yang tidak
sehat, Perilaku dicium atau mencium membangkitkan gairah seksual atau memgekspesikan
kenikmatan. Penting untuk memahami batasan-batasan dalam hubungan dan berkomunikasi
terbuka dengan pasangan. Selain itu, pemahaman yang baik mengenai konsep persetujuan
(consent) juga sangat penting dalam setiap bentuk interaksi fisik dalam hubungan (Diana
Puspayanti., 2024).
Perilaku ini merupakan perilaku yang paling intim dan pribadi antara dua orang
pasangan laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian ini menunjukan remaja putra yang
Melakukan hubungan seksual (5,6%). Perlu dicatat bahwa masalah perilaku seksual pra nikah
pada remaja merupakan hal yang memprihatinkan di banyak bagian dunia, termasuk
Indonesia. Faktor seperti pendidikan keluarga, keyakinan agama, dan pengaruh sosial
memainkan peran penting dalam membentuk perilaku remaja (Pripuspitasari dkk., 2024).
KESIMPULAN
Pengetahuan tentang perilaku seksual pranikah masih rendah di kalangan remaja putra
SMP Negeri Yobi. Perlu upaya dari berbagai pihak untuk meningkatkan pengetahuan dan
edukasi tentang seksualitas, serta memberikan akses informasi yang mudah dan terpercaya
bagi remaja.
BIBLIOGRAFI
Alwi, M. Akba. (2023). Gambaran Perilaku Seksual Remaja Di Indonesia: Literatur Review M.Akbar
Alwi Fakultas Kesehatan, Universitas Patria Artha, Makassar, Indonesia. 9(1), 9499.
Anderson, Steven, Asmiyati, Asmiyati, & Hamid, Abdurrahman. (2021). Gambaran Pengetahuan
Remaja Tentang Perilaku Seksual Pranikah Di Sekolah Menegah Atas. Junal Medika Hutama,
02(02), 439447.
Bemj, Bunda Edu Midwifery Journal, Remaja, Pada, Xi, Kelas, Sman, D. I., Tahun, Punggur, Lubis,
Efrilayani, & Sugiarti, Wahidiyah. (2023). Bunda Edu-Midwifery Journal (Bemj). 6(1).
Ddk Suramto. (2024). Pandangan Terhadap Pendidikan Seksual Pada Remaja : Literature Review.
15(1), 448455.
Hardiyanti Purnama, Liza, & Nurhayati, Nurhayati. (2022). Pengaruh Edukasi Audiovisual Terhadap
Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Covid-19 Di Panti Asuhan Guyup Rukun Kota
Bengkulu. Journal Of Bionursing, 4(1), 2428. Https://Doi.Org/10.20884/1.Bion.2022.4.1.120
Kesaulija, Amelia Ruth, Natalia, Lisma, Sembiring, Br, Tinggi, Sekolah, & Kesehatan, Ilmu. (N.D.).
Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Pencegahan Penularan Hiv/Aids Pada Kelas Xi Dan
Xii Di Sma Santo Antonius Padua Kabupaten Jayapura. 95103.
Kusumawardani Dkk., 2024. (2024). Pola Komunikasi Antara Guru Bk Dan Murid Dalam
Menyampaikan Pendidikan Seks Bagi Remaja (Studi Kasus: Smpn 1 Labuhan Badas). 18.
Liza Anggraeni. (2022). Jurnal Ilmu Kesehatan Karya Bunda Husada Vol. 8 No. 1, Mei 2022. 8(1),
1319.
Benyamin Rumbarak, Kristiani Desimiņa Tauho
3122 Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024
Mahmudah, Mahmudah, Yaunin, Yaslinda, & Lestari, Yuniar. (2016). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas,
5(2), 448455. Https://Doi.Org/10.25077/Jka.V5i2.538
Marlina Riskawaty, Heny, Ernawati, Ernawati, Rispawati, Baik Heni, & Bahtiar, Heri. (2021).
Gambaran Sikap Remaja Di Madrasah Aliyah Putri Al-Islahuddiny Kecamatan Kediri Lombok
Barat Tentang Perilaku Seksual Beresiko. Jurnal Ilmiah Stikes Yarsi Mataram, 11(1), 2833.
Https://Doi.Org/10.57267/Jisym.V11i1.78
Muarifah, Afifatul, Danny Soesilo, Tritjahjo, & Tagela, Umbu. (2019). Hubungan Pengetahuan
Tentang Pendidikan Seks Dengan Perilaku Seksual Remaja. Journal For Lesson And Learning
Studies, 2(1), 19. Https://Doi.Org/10.23887/Jlls.V2i1.17314
Nur Khotimah, Risma, Masitha Arsyati, Asri, & Saputra Nasution, Ade. (2021). Gambaran
Pengetahuan Remaja Mengenai Seksual Pranikah Di Sma “X” Kota Bogor Tahun 2021.
Promotor, 5(1), 22. Https://Doi.Org/10.32832/Pro.V5i1.6125
Pati, Safin, & Nani, Stikes. (2024). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Sikap
Remaja Tentang Seksual Pranikah Di Smk Negeri 5 Gowa. (2020), 4955.
Pripuspitasari, Dini Eka, & Wijaya, I. Putu Satrya. (2024). Hubungan Paparan Media Sosial
Terhadap Hubungan Seksual Pra Nikah Pada Remaja Di Kota Bontang. 2(1).
Pusita Dkk, Sylvie. (2024). Jurnal Pedamas ( Pengabdian Kepada Masyarakat ) Volume 2 , Nomor 1 ,
Januari 2024 Issn : 2986-7819 Education On The Danger Of Free Sex To Teenagers In An
Effort To Prevent The Transmission Of Sexually Transmitted Pendahuluan Masa Remaja
Merupakan Masa Per. 2(November 2023), 7885.
Puspayanti, Diana. (2020). Penting! Ayo Kenali Perilaku Seksual. Satukan Tekad Menuju Indonesia
Sehat, 14.
Sari, Melia, Yunis, Tri, & Wahyono, Miko. (2024). Analisis Pengetahuan Dan Perilaku Beresiko
Pada Remaja Terhadap Kesehatan Reproduksi. 8(15), 128132.
Sawitri, Endang, Rohmawati, Wiwin, Wahyuningsih, Endang, & Fernanda, N. (2022). Gambaran
Pengetahuan Tentang Seks Bebas Pada Remaja. Involusi : Jurnal Ilmu Kebidanan, 12(1), 29
35.
Syafitriani1*, Dewi, Trihandini2, Indang, & Irfandi3, Julhan. (2022). Determinants Of Premarital Sex
Behavior Adolescents. J O U R N A L O F C O M M U N I T Y H E A L T H, 8(2), 205218.
Utara, Siswa Siswi Sman X. Bekasi. (2023). Gambaran Pengetahuan Seksual Dan Perilaku Seksual
Pranikah Pada Remaja Abstrak Abstrack Pendahuluan. 3(1), 814.
Copyright holder:
Farid Benyamin Rumbarak, Kristiani Desimiņa Tauho (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: