������ Syntax Idea : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
������ e-ISSN :
������ Vol. 1, No. 1 Mei 2019
HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN
REPRODUKSI REMAJA PUTRI�
TERHADAP KEJADIAN MENGHADAPI PREMENSTRUAL SYNDROME
Heny Puspasari
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKes) Cirebon
Email: [email protected]
Abstrak
Kesehatan reproduksi pada remaja
adalah suatu hal sangat harus diperhatikan oleh setiap individu khususnya
remaja itu sendiri. Karena dengan perhatian akan muncul rasa sayang akan masa
depan dirinya dan generasinya. Dengan demikian harus adanya pengetahuan akan
kesehatan reroduksi remaja guna menghindari�
Premenstrual syndrome yaitu suatu kondisi berupa gejala terjadi secara rutin dan berhubungan dengan siklus menstruasi, gejala biasanya muncul 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang ketika menstruasi dimulai. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan cross sectional
adalah suatu penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko
dan efek, dengan cara pendekatan, observasional atau pengumpulan data sekaligus
pada saat (point time approach). Adapun hasil yang diperoleh hubungan pengetahuan
kesehatan reproduksi remaja putri terhadap kejadian menghadapi premenstrual
syndrome adalah sebanyak12 (85,7%) responden yang cemas karena tidak mengetahui
pengetahuan PMS. Karena kurang tahunya remaja tentang pendidikan kesehatan reproduksi dan kurangnya penyuluhan dari tenaga kesehatan. Sedangkan responden yang mengetahui pengetahuan PMS dan tidak cemas terdapat 14 (87,5%). Mereka mendapatkan pengetahuan kesehatan reproduksi dari sekolah dan internet serta penyuluhan dari tenaga kesehatan.
Kata Kunci : Reproduksi, Observasional, premenstrual syndrome
Pendahuluan
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan social secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi, serta fungsi dan prosesnya(1)
Masa remaja merupakan masa beralihnya masa kanak-kanak menuju kedewasaan, yang dimulai pada saat terjadinya pematangan seksual yaitu antar ausia 11 atau 12 tahun sampai 20 tahun yaitu menjelang masa dewasa muda(2)
Masa remaja dibagi menjadi 3 tahap yaitu remaja awal ,remaja tengah dan remaja akhir.Remaja putri yang sudah memasuki masa pubertas yaitu ditandai dengan berfungsinya ovarium dan mengalami menstruasi pertama (menarche).
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endrometrium) yang disertai perdarahan disetiap
bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi terjadi terus menerus disetiap bulannya disebut dengan siklus menstruasi.Menstruasi umumnya terjadi saat usia 11 tahun dan berlangsung hingga menopause. Normalnya,
menstruasi berlangsung selama 3-7 hari(3)
Sebelum mengalami menstruasi remaja putri akan mengalami Premenstrual syndrome. Premenstrual syndrome
(PMS) yaitu suatu kondisi dimana sejumlah gejala terjadi secara rutin dan berhubungan dengan siklus menstruasi, gejala biasanya muncul 7-10 hari sebelum menstruasi dan selesai ketika menstruasi dimulai. Gejala yang dapat ditemukan pada premenstrual syndrome adalah perubahan fisik, perubahan suasana hati, dan perubahan mental
(Nugroho&Utama, 2014). Gejala yang timbul pada setiap individu berbeda namun gejala yang sering terjadi adalah kelelahan, sifat lekas marah, bengkak abdominal, dada
sakit, suasana hati labil antara kesedihan dan kemarahan yang silih berganti serta depresi.
Penyebab timbulnya sindrom ini belum jelas. Beberapa teori menjabarkan antara lain karena faktor hormonal yakni ketidak seimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. hal ini terjadi
karena hormon esterogen yang berlebihan. Para peneliti melaporkan salah satu kemungkinan yang kini sedang diselidiki adalah adanya perbedaan genetic pada sensitivitas reseptor dan system pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormone seks dalam sel. Kemungkinan lainnya, yaitu berhubungan dengan gangguan perasaan, factor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita.
Berdasarkan laporan WHO (World Health Organization)
65,7% remaja putri mengalami Premenstrual syndrome, Penelitian Delara (2013) tentang Premenstrual syndrome, menunjukkan bahwa di Indonesia 66,3% remaja dengan PMS ringan, 31,4% dengan
PMS sedang, dan 2,3% dengan PMS berat. Data dari PKPR Bandung menunjukan bahwa remaja putri yang mengalami Premenstrual syndrome 54,9%.(4)
Pengetahuan remaja tentang Premenstrual syndrome dan upaya pencegahan merupakan stimulus yang diharapkan dapat membentuk perilaku remaja yang lebih baik. Dengan mengenali gejala gejala tentang syndrome haid diharapkan remaja berusaha untuk mengatasinya dengan benar bukan dengan membiarkannya.
Kurangnya pengetahuan, pengalaman, dan juga kurangnya informasi yang dipunyai oleh wanita terutama oleh remaja putri tentang premenstrual syndrome dapat memperberat gejala-gejala yang timbul. Terkadang remaja putri mencoba mengatasi premenstrual syndrome dan bersifat coba-coba tanpa adanya pengetahuan yang cukup dan benar (Suastina et al., 2013).
Upaya pemerintah untuk mengurangi terjadinya premenstrual syndrome dengan cara memberikan penyuluhan dan bekerja sama dengan puskesmas dengan memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri.(6)
Berdasarkan penilitian sebelumnya di SMK RISE KEDAWUNG
Kabupaten Cirebon bahwa dari 10 remaja putri 6 diantaranya mengaku mengalami Premenstrual syndrome.
Remaja yang mengaku mengalami menstruasi adalah remaja putri tengah dan remaja akhir yang sudah mengalami menstruasi sebelumnya sehingga mereka sudah mengetahui tentang premenstrual syndrome yang mereka alami.
Gejala-gejala premenstrual syndrome terdiri atas gangguan emosional berupa iritabilitas, Pada wanita dikatakan PMS jika ditemukan 8 gejala yang sering muncul atau terjadi (Maulana, 2008).Gejala psikologis yang paling umum adalah lekas marah, perasaan labil, dan mudah menangis, sedangkan gejala fisik yang paling umum adalah kelelahan, nyeri payudara, jerawat, dan perubahan nafsu makan dengan mengidam makanan.
Metode
Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain
penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional adalah
suatu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari dinamika korelasi
antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasional
atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).(12)
Dalam penelitian ini terdapat dua variable yaitu variable
bebas dan variable terikat.Variabel bebas pada penelitian ini adalah
pengetahuan premenstrual syndrome dan variable terikatnya adalah
kecemasan remaja putri saat menghadapi premenstrual syndrome di SMK RISE
KEDAWUNG.
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja
putri di SMK RISE KEDAWUNG yang berjumlah 273 remaja putri. Sampel yang digunakan adalah
remaja puteri di SMK RISE KEDAWUNG pada bulan Mei 2018 sebanyak 30 remaja
putri.
Hasil
dan Pembahasan
1. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Remaja Putri Terhadap Kejadian Menghadapi Premenstrual Syndrome di SMK RISE
KEDAWUNG 2018
Tabel .1 Distribusi Responden Hubungan Pengetahuan
Kesehatan Reproduksi Remaja Putri Terhadap Kejadian Menghadapi Premenstruan
Syndrome
Pengetahuan PMS |
Kecemasan Pada Saat PMS |
Jumlah |
pvalue |
||||
Cemas |
Tidak Cemas |
||||||
N |
% |
N |
% |
n |
% |
||
Tidak Mengetahui |
12 |
85,7% |
2 |
14,3% |
14 |
100% |
0,001 |
Mengetahui |
2 |
12,5% |
14 |
87,5% |
16 |
100% |
|
Jumlah |
14 |
46,7% |
16 |
53,3% |
30 |
100% |
Hasil Analisis Hubungan Pengetahuan PMS
(Premenstrual Syndrome) Dalam Mengatasi Kecemasan Saat PMS diperoleh bahwa ada
sebanyak 12 (85,7%) responden yang khawatir karena tidak mengetahui
pengetahuan PMS. Sedangkan responden yang mengetahui pengetahuan PMS dan tidak
cemas terdapat 14 (87,5%). Hasil uji chi-square diperoleh nilai pvalue= 0,001
(<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada Hubungan Pengetahuan PMS
(Premenstrual Syndrome) Dalam Mengatasi Kecemasan Saat PMS di SMK RISE Kedawung.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka peneliti akan membahas sebagai berikut:
Berdasarkan Tabel .1 menunjukan hubungan
pengetahuan kesehatan reproduksi remaja putri terhadap kejadian premenstrual
syndrome di SMK RISE KEDAWUNG adalah sebanyak 12 (85,7%) responden yang khawatir karena tidak mengetahui
pengetahuan PMS. Karena kurang tahunya remaja tentang pendidikan kesehatan
reproduksi dan kurangnya penyuluhan dari tenaga kesehatan.Sedangkan responden
yang mengetahui pengetahuan PMS dan tidak cemas terdapat 14 (87,5%). Mereka mendapatkan pengetahuan kesehatan reproduksi melalui sekolah dan internet serta
penyuluhan dari tenaga kesehatan.
Premenstrual syndrome adalah gejala yang terjadi dalam fase luteal dari siklus haid.Nama lain
PMS adalah Pre Menstrual Tension yang merupakan
kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang berhubungan dengan siklus menstruasi wanita.
Sindrom premenstruasi adalah gejala yang timbul pada saat sebelum haid yang mengakibatkan gangguan pada aktivitas dan gaya hidup seseorang.
Sedangkan gejala-gejala seperti mudah
tersinggung, mudah marah, depresi, mudah sedih, cengeng, cemas, susah
konsentrasi, bingung, sulit istirahat, dan merasa kesepian masuk ke dalam psychologic symptoms. Secara
fisik timbul gejala sakit
kepala, payudara membesar
serta teraba keras, nyeri punggung, nyeri perut dan rasa penuh, bengkak pada
kaki dan tangan, mual, nyeri otot dan persendian.Dickerson menyebutnya sebagai
physical symptoms. Sekitar 80 sampai 95 % perempuan antara 16-45 tahun yang mengalami gejala-gejala
premenstruasi yang bisa mengganggu.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan yang sudah diuraikan, tentang �Hubungan Pengetahuan
Kesehatan Reproduksi Remaja Putri Terhadap Kejadian Menghadapi Premenstrual Syndrome�. Maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja putri
terhadap kejadian menghadapi premenstrual syndrome adalah sebanyak12 (85,7%)
responden yang khawatir karena tidak tahu pengetahuan PMS. Karena kurang tahunya remaja tentang pendidikan kesehatan reproduksi dan kurangnya penyuluhan dari tenaga kesehatan. Sedangkan responden yang mengetahui pengetahuan PMS dan tidak cemas terdapat 14 (87,5%). Mereka mendapatkan pengetahuan kesehatan reproduksi melalui sekolah dan internet serta penyuluhan dari tenaga kesehatan
BIBLIOGRAFI
1. Ali, Mubarak. 2010. Psikologi Remaja
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
2. Ali, Mohammad. 2009 .Psikologi Remaja.
Jakarta : Bumi Aksara Alimul, Aziz. 2003. Metode Penelitiandan
Teknik Analisi Data. Jakarta: SalembaMedika.
3. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisian 14). Jakarta: RinekaCipta.
4. Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisian). Jakarta: Rineka Cipta.
5. Bungasari. 2015. Jurnal KTI
Tentang Gambaran Sindrome Pra Haid pada Remaja. Diakses: 25 Mei 2018.
6. Dorland, W.A & New man. 2012. Kamus
Kedokteran Dorland. Ahli Bahasa: Huriawatihartanto. Jakarta: EGC
7. Hidayat. 2010. Metode Penelitian
Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medik.
8. Depkes RI. 2015. Situasi kesehatan reproduksi remaja.
Diakses pada 28 Mei 2018, darihttp://www.depkes.go.id
9. Kumalasari dan Ardhiyanto, 2012. Kesehatan
Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
10. Narendra, M.S., Sularyo, T.S.,
Soetjiningsih., Suyitno, H., Ranuh, G., Wiradisuria, S. 2002. Buku Ajar I
Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Edisi pertama IDAI. Jakarta: Sagung Seto
11. Nanda. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan.
Jakarta: Prima Medika Ningsih.
12. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo.
13. Nursalam. 2013. Metodeologi Penelitian
Ilmu keperawatan� Pendekatan
Praktis (Edisi 3). Jakarta: Salemba Medika.